Anda di halaman 1dari 63

CHAPTER 1

SISTEM PANAS BUMI

Arizona Yoris | Geothermal Energy 1


1. Sistem Panas Bumi
Sumber panasbumi berasal dari distribusi suhu dan energi panas di bawah
permukaan bumi. Sumber panas di bawah permukaan ini berasal dari intrusi
magma yang menerobos ke permukaan. Magma ini terbentuk karena tumbukan
antar lempeng, lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahan-lahan dan
menerus. Karena panas di dalam astenosfer dan panas akibat gesekan, ujung
dari lempengan tersebut hancur meleleh dan mempunyai temperatur tinggi
seperti Gambar 1 (proses magmatisasi).

Gambar 1. Proses magmatisasi karena tumbukan antar lempeng (Natawidjaja,


2006)

Pada dasarnya sistem panasbumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas


dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan
secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak
antara air dengan suatu sumber panas.
Pada Gambar 2 memperlihatkan model konseptual panasbumi seperti rekahan
dan patahan yang terdapat di permukaan membuat air dapat masuk ke dalam
pori-pori batuan. Air ini lalu menembus ke bawah maupun ke samping selama
ada celah untuk air dapat mengalir. Ketika air samapai ke sumber panas (heat
source) maka temperatur air akan meningkat, maka air akan menguap
sebagian dan sebagian lagi akan tetap menjadi air dengan suhu yang tinggi.
Arizona Yoris | Geothermal Energy 2
Fluida panas ini mentransfer panas ke batuan sekitar dengan proses konveksi,
Jika temperatur meningkat maka akan mengakibatkan bertambahnya volume
dan juga tekanan.

Gambar 2. Model konseptual Sistem Panasbumi (Putrohari, 2009)

Fluida panas akan menekan batuan sekitarnya untuk mencari celah atau jalan
keluar dan melepaskan tekanan. Karena tekananya lebih tinggi dibandingkan
tekanan di permukaan maka fluida akan bergerak naik melalui celah-celah.
Fluida tersebut akan keluar sebagai manifestasi permukaan. Bisa dikatakan
bahwa dengan adannya pemunculan beberapa manifestasi terdapat sistem
panasbumi dibawah permukaan daerah sekitar tempat pemunculan
manifestasi-manifestasi seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud
pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya.
Sercara garis besar sistem panasbumi dikontrol oleh adanya sumber panas
(heat source), batuan reservoir, lapisan penutup, keberadaan struktur geologi
dan daerah resapan air (Suharno, 2010).

Arizona Yoris | Geothermal Energy 3


CHAPTER 2

2A. JENIS – JENIS RESERVOIR PANAS BUMI

2B. METODE PERHITUNGAN CADANGAN PANAS BUMI

Arizona Yoris | Geothermal Energy 4


2A. JENIS-JENIS RESERVOIR PANAS BUMI
Karakterisasi reservoir dan potensi dari suatu reservoir panas bumi perlu
dievaluasi pada setiap tahap kegiatan, yaitu mulai dari tahap survey
pendahuluan, ekplorasi, penilaian kelayakan hingga ke tahap eksploitasi dan
saat pemanfaatannya. Ketersediaan data tergantung dari kegiatan yang telah
dilaksanakan, semakin banyak kegiatan yang telah dilakukan, semakin
banyak data yang diperoleh, semakin baik tingkat kepastian dan semakin
kecil resiko yang akan dihadapi. Secara garis besar data lapangan yang
diperoleh terdiri data geologi, geokimia, geofisika dan data sumur, apabila telah
dilakukan pemboran sumur, meliputi data pemboran serta data hasil
pengukuran dan pengujian sumur.
Evaluasi data dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai sistim di
bawah permukaan, antara lain kedalaman, jenis, tekanan dan temperatur,
ketebalan dan luas reservoir, sifat batuan dan sifat fluida yang terkandung di
dalamnya, serta untuk mendapatkan gambaran mengenai sistim dibawah
permukaan atau model konseptual, serta untuk memperkirakan besarnya
sumberdaya, cadangan, potensi listrik dan kemampuan reservoir untuk
berproduksi dan memasok uap yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik
selama minimal 25 tahun.
Ada beberapa jenis reservoir panas bumi, yaitu :
a. reservoir hidrothermal (hydrothermal reservoir),
b. reservoir bertekanan tinggi (geopressured reservoir),
c. reservoir batuan panas kering (hot dry rock reservoir) dan
d. reservoir magma (magma reservoir) (Edwards, Chilingar. et al., 1982).

A. Reservoir Hidrothermal (Hydrothermal Reservoir)


Dari keempat reservoir tersebut, reservoir panas bumi yang paling banyak
dimanfaatkan hingga saat ini adalah reservoir dari sistim hidrothermal, yaitu
sistim panas bumi dimana reservoirnya mengandung uap, air atau
campuran keduanya, tergantung tekanan dan temperatur reservoirnya. Apabila
temperatur reservoir lebih rendah dari temperatur saturasi atau temperatur titik
didih air pada tekanan reservoir tersebut, maka maka fluida hanya terdiri dari

Arizona Yoris | Geothermal Energy 5


satu fasa saja, yaitu air. Apabila temperatur lebih tinggi dari temperatur saturasi
atau temperatur titik didih air pada tekanan reservoir tersebut, maka fluida
hanya terdiri satu fasa saja, yaitu uap. Pada kondisi tersebut, uap disebut
sebagai superheated steam. Apabila tekanan dan temperatur reservoir sama
dengan tekanan dan temperatur saturasi air maka fluida terdiri dari dua
fasa, yaitu campuran uap dan air.

Gambar 1. Lempeng-lempeng Tektonik


Sistim hidrothermal yang telah ditemukan dan dimanfaatkan saat ini umumnya
terletak diperbatasan lempeng tektonik (Gambar 1), antara lain sistim
hidrothermal di Italy, New Zealand, Indonesia, Phillipina, Jepang, Amerika,
Mexico, El Savador dan beberapa negara lain. Sistim ini diperkirakan
terbentuk karena interaksi lempeng-lempeng tektonik yang merupakan
bentangan batuan setebal 64 - 145 km yang mengapung di atas astenosfer.
Lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahan-lahan dan menerus. Di
beberapa tempat lempeng-lempeng bergerak memisah sementara di beberapa
tempat lainnya lempeng-lempeng saling mendorong dan salah satu
diantaranya akan menujam di bawah lempeng lainnya (Gambar 2). Karena
panas di dalam astenosfere dan panas akibat gesekan, ujung dari lempengan
tersebut hancur meleleh, mempunyai temperatur tinggi (proses magmatisasi).
Adanya batuan panas ini menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut
menjadi lebih besar dari gradien tempetatur rata-rata, sehingga dapat
mencapai 70-800C/km, bahkan di suatu tempat besarnya gradien temperatur
Arizona Yoris | Geothermal Energy 6
sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam 0C/km tetapi
dalam 0C/cm.
White (1967) berpendapat, bahwa fluida panas bumi yang terkandung dalam
reservoir hidrothermal berasal dari air permukaan, antara lain air hujan (air
meteorik) yang meresap masuk ke bawah permukaan dan terpanaskan oleh
suatu sumber panas (Gambar 2). Air tersebut akan masuk melalui rekahan-
rekahan kedalam batuan permeabel. Apabila disekitar batuan tersebut terdapat
sumber panas, maka panas akan dirambatkan melalui batuan (secara
konduksi) dan melalui fluida (secara konveksi). Perpindahan panas secara
konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena
gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah,
akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan
terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air
menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak
ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi
sirkulasi air atau arus konveksi.
Batuan pada sistim hidrothermal umumnya merupakan batuan rekah alam.
Apabila struktur geologi memungkinkan maka air tersebut akan mengalir
melalui rekahan-rekahan dan atau batuan permeabel, dan kemudian muncul
di permukaan. Perubahan fasa mungkin saja terjadi dalam perjalanannya
ke permukaan, yaitu pada saat temperatur air telah mencapai temperatur
saturasinya atau temperatur titik didihnya. Bila hal itu terjadi maka fluida akan
berupa campuran uap-air atau mungkin berupa uap satu fasa saja. Hal ini
menyebabkan jenis-jenis manifetasi panas bumi permukaan (geothermal
surface manifestation) menjadi sangat beragam, ada mata air panas, geyser
atau mata air panas yang menyembur ke permukaan hingga ketinggian mulai
dari satu meter hingga beberapa puluh meter setiap selang waktu mulai dari
beberapa menit hingga beberapa jam atau beberapa hari, kolam lumpur panas
(mud pools), kolam air panas, serta manifestasi panasbumi lainnya yang
masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda walaupun
letaknya berdekatan.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 7


Keanekaragaman sifat batuan dan intensitas panas menyebabkan sistim panas
bumi mempunyai karakateristik yang unik, yaitu berbeda satu dengan
lainnya, tidak hanya jenis-jenis manifestasi permukaan dan karakteristik
reservoirnya, tetapi juga dari kandungan kimia dalam air dan gas. Air
meteorik (permukaan) yang masuk ke bawah permukaan melalui daerah
resapan, karena terpanaskan oleh sumber panas dapat berubah komposisinya.
Disamping itu batuan yang terpanaskan tentunya akan mengalami perubahan
bila ada mineral batuan yang ikut larut bersama air yang melaluinya. Selain itu
air panas dalam perjalanannya ke permukaan juga dapat mengalami
perubahan fasa sehingga menjadi fluida dua fasa, yaitu campuran uap air.
Fluida panas tersebut dapat juga bercampur dengan fluida lainnya, misalnya
dengan fluida magmatik (termasuk gas-gas yang berasal dari magma) dan air
dingin dari sumber lain. Komposisi fluida panas juga akan berubah akibat
oksidasi di dekat permukaan.
Dilihat dari konsentrasi ion yang terkandung didalam air, para ahli
membedakan air panas bumi menjadi empat, yaitu air Alkali Klorida, air Asam
Sulfat, air Asam Sulfat-Klorida dan air Bikarbonat [6]. Air Alkali Klorida dicirikan
oleh kandungan Chlorida yang tinggi, kandungan Na dan K juga tinggi,
kandungan SiO2 cukup tinggi (tergantung temperatur) dan pH sekitar 6 – 7.

Gambar 2 Proses Pergerakan Lempeng Tektonik (Gambar dari Geothermal


Education Office) dan Model Sistim Hidrothermal dari White (1967).
Para ahli panas bumi pada prinsipnya sependapat dengan White (1967)
bahwa sistim hidrotermal mempunyai empat komponen utama, yaitu sumber
panas, daerah resapan untuk menangkap air hujan dan atau air lelehan salju

Arizona Yoris | Geothermal Energy 8


(air meteorik), batuan reservoir yaitu batuan tempat fluida (umumnya air) panas
terakumulasi dan fluida/air yang membawa panas dari reservoir ke permukaan
bumi. Menurut Lawless (2008), sumber panas adalah intrusi batuan beku,
diperkirakan terdapat pada kedalaman 2 – 5 km. Komposisi intrusi bisa
granit atau gabro, tapi yang umum adalah diorit. Host rocks umumnya batuan
volkanik.
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida
utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa
atau sistim dua fasa.
Pada sistim satu fasa, sistim umumnya berisi air yang mempunyai
temperatur 90 - 1800C dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama eksploitasi.
Contoh dari sistim ini adalah lapangan panasbumi di Tianjin (Cina) dan
Waiwera (Selandia Baru).
Ada dua jenis sistim dua fasa, yaitu:
1. Sistim dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistim
panasbumi di mana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau uap
basah karena rongga-rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap
panas. Dalam sistim dominasi uap, diperkirakan uap mengisi rongga-rongga,
saluran terbuka atau rekahan-rekahan (Gambar 2-23), sedangkan air mengisi
pori-pori batuan. Karena jumlah air yang terkandung di dalam pori-pori relatif
sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit lebih besar dari
saturasi air konat (Swc) sehingga air terperangkap dalam pori-pori batuan dan
tidak bergerak.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 9


Gambar 3 Jenis-jenis Energi Panasbumi
Lapangan Kamojang dan Darajat termasuk kedalam kategori jenis ini,
karena sumur-sumur umumnya menghasilkan uap kering. Di Lapangan
Kamojang diperkirakan 35% dari batuan reservoirnya berisi air (Satulasi air =
35%), sedangkan rongga-rongga lainnya berisi uap. Demikian pula halnya di
Lapangan Darajat, diperkirakan 33% dari batuan reservoirnya berisi air. Dalam
sistim dominasi uap tekanan dan temperatur umumnya relatif tetap terhadap
kedalaman seperti diperlihatkan pada Gambar 2-23.

Gambar 4. Sistim Dominasi Uap

Arizona Yoris | Geothermal Energy 10


2. Sistim dominasi air atau water dominated system yaitu sistim panasbumi
dimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa campuran uap
air. Dalam sistim dominasi air, diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran
terbuka atau rekahan-rekahan (Gambar 5). Lapangan Awibengkok termasuk
kedalam jenis ini, karena sumur-sumur umumnya menghasilkan uap dan air.
Seperti dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5, profil tekanan dan temperatur
terhadap kedalaman sangat berlainan. Pada sistim dominasi air, baik tekanan
maupun temperatur tidak konstant terhadap kedalaman.

Gambar 5. Sistim Dominasi Air

Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir


panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C. Berdasarkan pada
besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi
menjadi tiga, yaitu:
1. Sistim panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang
reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 125°C.
2. Sistim/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida bertemperatur antara 125°C dan 225°C.
3. Sistim/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida bertemperatur diatas 225°C.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 11


Sistim panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida
yaitu sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai
dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi,
akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah fungsi dari
temperatur. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan klasifikasi sistim panasbumi
yang biasa digunakan.

Muffer & Benderiter & Haenel, Rybach Hochestein


Cataldi (!978) Cormy (1990) & Stegna (1988) (1990)
Sistim panasbumi <90oC <100oC <150oC <125oC
entalphi rendah
Sistim panasbumi 90-150oC 100-200oC - 125-225oC
entalphi sedang
Sistim panasbumi >150oC >200oC >150oC >225oC
entalphi tinggi

Tabel 1. Klasifikasi Sistim Panasbumi

Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya


dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik
tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya
sumber energi panas bumi di Indonesia.
Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah selatan dan lempeng
Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di
kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di
kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal
ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal
dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena
perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada
kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat
basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi
sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya
akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas.
Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan
Arizona Yoris | Geothermal Energy 12
menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera
terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih
dangkal.
Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan
kegiatan gunung api andesitis- riolitis yang disebabkan oleh sumber magma
yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa,
Nusatenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan kegiatan
vulkanik bersifat andesitis-basaltis dengan sumber magma yang lebih cair.
Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung utara Pulau Sulawesi
memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jawa.
Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang
dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang
Pulau Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan sumber-sumber
panas bumi yang berkaitan dengan gunung-gunung api muda. Lebih lanjut
dapat disimpulkan bahwa sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya
lebih dikontrol oleh sistim patahan regional yang terkait dengan sistim sesar
Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi, sistim panas buminya lebih
dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistim depresi
kaldera yang terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan
pada saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif. Reservoir panas
bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah mengalami
beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak-tidaknya sejak
Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas atau
permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada
akhirnya menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar,
lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan-
lapangan panas bumi di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi.
Dilihat dari karakteristiknya sistim panas bumi yang terletak pada jalur
gunung api di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusatenggara, Maluku dan
ujung utara Pulau Sulawesi umumnya mempunyai temperatur yang cukup
tinggi yang berkaitan dengan kegiatan gunung api muda. Pada daerah ini,

Arizona Yoris | Geothermal Energy 13


sistim panas bumi dapat diklasifikasikan kedalam 2 katagori: sistim panas bumi
yang berkaitan dengan gunung api aktif saat sekarang (resen) dan sistim panas
bumi yang berkaitan dengan gunung api kuarter yang sudah tidak aktif dan
berumur lebih tua.
− Sistim panas bumi yang berkaitan dengan gunung api aktif saat sekarang
umumnya mempunyai temperatur tinggi dan kandungan gas magmatik
yang cukup besar serta permeabilitas bawah permukaan yang relatip kecil.
Dilihat dari pelamparannya sistim panas bumi ini tidak terhampar luas dan
hanya terbatas di sekitar cerobong gunung apinya.
− Sistim panas bumi pada katagori kedua yang berasosiasi dengan
aktifitas vulkanik kuarter mempunyai pelamparan prospek yang luas dan
permeabillitas reservoir yang lebih besar yang diakibatkan oleh perkembangan
struktur geologi yang sudah matang (mature).
Dari hasil hasil kajiannya, Budihardi (1998) menyimpulkan bahwa:
− Sistim panas bumi yang berasosiasi dengan gunung api berumur lebih
kecil dari 400.000 tahun umumnya mempunyai temperatur tinggi.
− Sistim panas bumi yang berasosiasi dengan gunung api yang berumur
lebih tua umumnya mempunyai temperatur <200°C.
Di daerah lainnya seperti Sulawesi tengah, tenggara, selatan dan Irian Jaya,
manifestasi panas di permukaan bersumber dari air meteorik yang terpanasi
oleh sistim gunung api tua atau terpanasi oleh sumber panas yang dihasilkan
oleh energi mekanis pensesaran. Sistim panas bumi yang berkaitan dengan
sistim ini akan mempunyai temperatur fluida reservoir yang rendah.
Sistim panas bumi di Indonesia dapat dibagi kedalam dua katagori: sistim
dominasi uap dan sistim dominasi air panas. Dua lapangan yang telah
terbukti termasuk kedalam sistim dominasi uap yaitu lapangan Kamojang
dan Darajat yang keduanya terletak di Pulau Jawa. Kedua lapangan ini
dicirikan oleh temperatur reservoir antara 230°C sampai 246°C (Kamojang) dan
antara 230°C sampai 250°C (Darajat) dengan kedalaman puncak reservoir
panas bumi Kamojang rata-rata berkisar antara 800 m sampai 1200 m dan
sekitar 700 m sampai 1000 m untuk lapangan Darajat. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa reservoir sistim dominasi uap di Indonesia mempunyai

Arizona Yoris | Geothermal Energy 14


temperatur reservoir yang hampir homogen antara 230°C sampai 250°C
dengan kedalaman puncak reservoir yang relatif dangkal 700 sampai 1200 m,
jauh lebih dangkal dari reservoir panas bumi sistim dominasi air.

B. Hot Dry Rock, HDR


Ada banyak prospek panas bumi yang memiliki suhu tinggi tetapi
kekurangan cairan dalam formasi atau permeabilitas terlalu rendah untuk
mendukung pengembangan komersial. Sistem ini dapat "ditingkatkan" dengan
rekayasa waduk melalui rekah hidrolik. Sumur injeksi dibor ke dalam formasi
panas ke kedalaman yang sesuai dengan zona prospek. Air dingin disuntikkan
di bawah tekanan tinggi untuk membuka fraktur yang ada atau membuat yang
baru. Setelah formasi mencapai keadaan volume dan permeabilitas yang
cukup, sumur lain (atau sumur) dibor untuk mencegat "reservoir" yang baru
terbentuk. Idealnya, loop tertutup dengan demikian dibuat dimana air dingin
dipompa ke bawah sumur injeksi dan kembali ke permukaan melalui sumur
produksi setelah melewati formasi, panas-retak-artifisial. Konsep HDR yang
ideal diilustrasikan pada Gambar dibawah ini :

Gambar 6. Skema Produksi HDR yang ideal


Ada banyak masalah praktis dalam mengembangkan sistem HDR. Sulit untuk
mengendalikan sumur-sumur geothermal yang sangat dalam dan terarah.
Teknik pengeboran dalam industri minyak sekarang memungkinkan sumur

Arizona Yoris | Geothermal Energy 15


untuk diubah 90º saat dibor, memungkinkan sumur untuk menguras beberapa
kantong minyak vertikal. Namun, sumur minyak cenderung lebih dangkal
daripada yang diperkirakan untuk HDR, suhu yang dihadapi jauh lebih rendah,
dan bebatuan tidak sesulit yang ditemukan di daerah panas bumi. Selanjutnya,
sumur HDR harus tepat diarahkan untuk mencapai target dalam untuk
membentuk sirkuit fluida tertutup. Terakhir, jika beberapa fraktur direkayasa
tidak terhubung ke sumur produksi, cairan yang disuntikkan mungkin hilang ke
formasi. Ini akan membutuhkan water make-up berkelanjutan untuk
mempertahankan pembangkit listrik dalam operasi. Beberapa kesulitan ini
tampaknya telah diselesaikan sebagian dalam penelitian yang sedang
berlangsung, terutama di situs-situs Jepang.
C. Geopressure
Di sepanjang garis pantai barat dan utara Teluk Meksiko, ada sumber energi
potensial yang disebut "geopressure". Selama pengeboran untuk minyak dan
gas di daerah pesisir sedimen Texas dan Louisiana, cairan telah ditemukan
dengan tekanan lebih besar dari hidrostatik dan mendekati lithostatic. Tekanan
hidrostatik meningkat dengan kedalaman sebanding dengan berat air, yaitu
sekitar 0,465 lbf / in2 per ft. Namun, dalam formasi di mana cairan memainkan
peran yang mendukung dalam mempertahankan struktur reservoir, berat
overburden padat secara kasar menggandakan gradien mendekati nilai
lithostatic 1,0 lbf / in2 per ft.

Gambar 7. Reservoir Geopressure

Arizona Yoris | Geothermal Energy 16


Reservoir geopressured dibentuk di sepanjang Pantai Teluk melalui
pengendapan stabil sedimen yang menciptakan lapisan tanah pada lapisan
yang mendasari. Gambar 7 adalah penampang yang disederhanakan melalui
reservoir geopressured. Secara periodik, penurunan permukaan tanah
menyebabkan pemadatan lapisan batuan. Subsidence juga menghasilkan
kesalahan mencelupkan tajam yang dapat mengisolasi elemen formasi.
Dengan beban berat yang berat dan tidak ada cara untuk membuang beban,
tekanan di dalam lensa pasir ini tumbuh ke tingkat yang melebihi hidrostatik.
Di Reservoir geopressured di Pantai Teluk, tekanannya cukup tinggi untuk
mencegah pengeboran minyak dan gas. Dengan peningkatan pemahaman
tentang zona ini dan teknik pengeboran yang lebih baik, waduk ini sekarang
dapat dengan aman dibor. Waduk geopressured ditandai oleh tiga sifat penting
yang membuat mereka berpotensi menarik untuk eksploitasi geotermal: (1)
tekanan sangat tinggi, (2) suhu tinggi, dan (3) metana terlarut.
Properti pertama memungkinkan penggunaan turbin hidrolik untuk mengekstrak
energi mekanik yang disimpan dalam bentuk tekanan tinggi; properti kedua
memungkinkan penggunaan mesin panas semacam untuk mengekstraksi
energi panas; dan properti terakhir memungkinkan pembakaran gas di lokasi
untuk pembangkit listrik atau dijual untuk meningkatkan ekonomi proyek
pengembangan. Namun, ada enam kriteria yang harus dipenuhi sebelum
reservoir geopressured dapat dikembangkan secara komersial; ini adalah:
● Apakah cairan cukup panas, katakanlah 230 °C?
● Adakah metana yang cukup terlarut dalam cairan?
● Apakah pasir bertekanan tinggi cukup permeabel?
● Apakah pasir bertekanan tinggi cukup tebal?
● Apakah patahan pembatas pasir dibatasi tetapi tidak terlalu retak?
● Dapatkah kami menjamin bahwa tidak ada penurunan yang akan terjadi?
Kelangsungan ekonomi dari proyek geothermal geopressured membutuhkan
jawaban "ya" untuk semua pertanyaan ini.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 17


D. Energi magma
Sumber daya panas bumi yang terakhir adalah sumber yang langsung menuju
sumber panas, yaitu, sebuah magma yang relatif dekat dengan permukaan
bumi. Konsepnya adalah mengebor sumur ke magma, memasukkan pipa
injeksi dan memompa air dingin ke bawah sumur di bawah tekanan besar.
Cairan dingin akan memantapkan magma cair menjadi zat kaca yang harus
retak di bawah tekanan panas yang dikenakan padanya. Jika air dapat dibuat
untuk kembali ke permukaan dengan melewatinya melalui material kaca yang
retak dan sangat panas, ia akan mencapai permukaan yang panas dan siap
untuk digunakan dalam pembangkit listrik tipe Rankine.
Sesederhana itu untuk menggambarkan konsep, itu tidak semudah
menjalankan rencana tersebut. Departemen Energi AS melakukan dua proyek
penelitian yang ditujukan untuk memahami lingkungan magma pada 1970-an
dan 1980-an. Yang pertama dilakukan di danau lava di dalam kawah Kilauea Iki
di pulau Hawaii. Upaya ini berhasil mengebor melalui kerak danau yang
dipadatkan ke lava yang masih cair yang memiliki suhu sekitar 1000ºC
(1830ºF). Bahkan 105 m inti diperoleh dari zona leleh dan beberapa percobaan
dijalankan untuk memahami mekanisme ekstraksi energi dari tubuh lava.
Program penelitian kedua, Program Energi Magma, diarahkan untuk
memperoleh pemahaman ilmiah yang lebih baik tentang keberadaan dan
perilaku tubuh magma besar dalam kaldera. Yang dipilih untuk studi pada
pertengahan 1980-an adalah kaldera Long Valley di California tengah dan
penelitian dilakukan oleh Laboratorium Nasional Sandia Albuquerque, New
Mexico . Kaldera adalah daerah berbentuk oval sekitar 1832 km dengan kubah
bangkit kembali yang menonjol. Pada saat itu, kubah telah meningkat sekitar
235 mm selama periode 1980-1985, membuatnya menarik secara ilmiah dan
praktis penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang
fenomena tersebut.
Tujuan asli dari program ini adalah untuk:
● Menunjukkan keberadaan badan magma kerak pada kedalaman kurang dari
25.000 kaki

Arizona Yoris | Geothermal Energy 18


● Mengembangkan dan uji teknologi pengeboran baru untuk lingkungan yang
tidak bersahabat
● Lebih memahami penciptaan dan evolusi kaldera Long Valley
● Lebih baik mendefinisikan sistem hidrotermal terkait dengan kaldera.
Sumur eksplorasi yang ambisius direncanakan, ditargetkan untuk
kedalaman akhir 20.000 kaki (6000 m). Desain konseptual dari sumur
ditunjukkan pada Gambar 1.7 (untuk skala dalam arah vertikal). Karena ada
penumpukan lumpur berdiameter 40 inci di tempat hingga kedalaman 39 kaki
dari sumur yang sebelumnya dibatalkan, ini digunakan sebagai pengganti yang
direncanakan. 40-dalam casing permukaan. Sumur harus dibor dalam empat
fase: Tahap I - hingga 2500 ft, Tahap II - hingga 7500 kaki, Tahap III - hingga
14.000 kaki atau 300ºC (600ºF), mana yang lebih dulu, dan Tahap IV - hingga
kedalaman total 20.000 ft dan 500ºC (900ºF). Pada tahun 1989, Tahap I
berhasil mencapai 2568 ft dengan casing 20-dalam, setelah mengalami
kehilangan sirkulasi besar-besaran di kedalaman terdalam. Fase II selesai
pada 7588 ft pada November 1991 Sampel inti diambil pada 2568 ft dan 7588 ft
poin dengan pengeboran di depan sekitar 100-200 ft. Sumur tidak berlanjut
melampaui Tahap II karena pergeseran kebijakan DOE jauh dari penelitian
fundamental dan lebih ke arah penelitian terapan. Pada tahun 1996, sumur itu
diserahkan ke US Geological Survey untuk digunakan sebagai sumur
pemantauan.
Karena sumur hanya mencapai kedalaman yang seperti dicapai di
lapangan panas bumi lainnya, ini gagal menghasilkan teknologi pengeboran
baru. Misalnya, telah direncanakan untuk mengembangkan pipa bor terisolasi
untuk menjaga lumpur pengeboran pada suhu yang wajar dalam formasi suhu
sangat tinggi; ini tidak dilakukan. Itu menghasilkan beberapa informasi ilmiah
yang mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang sifat dari Long
Valley kaldera, tetapi tidak ada proyek lebih lanjut yang muncul untuk mencoba
memanfaatkan sejumlah besar energi panas yang terkandung dalam benda-
benda magma dekat permukaan.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 19


2B. METODE PERHITUNGAN CADANGAN PANAS BUMI

Ada beberapa metode untuk memperkirakan besarnya sumberdaya (resources),


cadangan (recoverable reserve) dan potensi listrik panasbumi. Metode yang
paling umum digunakan adalah metode perbandingan dan metoda volumetrik.

1. METODE PERBANDINGAN

Metode ini digunakan apabila penyelidikan ilmu kebumian yang dilakukan baru
sampai pada tahap penyelidikan penyebaran manifestasi permukaan dan
pelamparan struktur geologinya secara global (permulaan eksplorasi). Pada tahap
ini belum ada data yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan besarnya
sumber daya dengan menggunakan metode lain (secara matematis atau
numerik). Oleh karena itu potensi energi sumber daya panas bumi diperkirakan
berdasarkan potensi lapangan lain yang memiliki kemiripan kondisi geologi.

Prinsip dasar metode perbandingan adalah menyetarakan besar potensi


energi suatu daerah panas bumi baru (belum diketahui potensinya) dengan
lapangan lain yang telah diketahui potensinya dan memiliki kemiripan kondisi
geologi. Dengan metoda perbandingan besarnya sumberdaya panasbumi di suatu
daerah prospek panasbumi dapat diperkirakan dengan cara sebagai berikut:

Hel = A x Qel (6.1)

dimana :
Hel = Besarnya sumber daya (MWe).
A = Luas daerah prospek panas bumi (km2). Luas
prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan
dari penyebaran manifestasi permukaan dan
pelamparan struktur geologinya secara
global.
Qel = Daya listrik yang dapat dibangkitkan persatuan luas (MWe/km2)

2. METODE VOLUMETRIK

Arizona Yoris | Geothermal Energy 20


Metoda yang umum digunakan untuk perhitungan sumberdaya panasbumi
(resources), banyaknya energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan pada
kenyataannya (cadangan) dan besarnya energi listrik yang dapat dihasilkannya
(potensi listrik tenaga panas bumi) telah diuraikan oleh O’Sullivan (1986).
Perhitungan dilakukan berdasarkan kandungan energi panas didalam batuan dan
didalam fluida (uap dan air) sebagai berikut:

Data yang diperlukan untuk perhitungan adalah:

• Data luas daerah

• Ketebalan

• Temperatur reservoir

• Porositas saturasi air dan uap

• Densitas batuan

• Daya hantar panas batuan

• Densitas uap dan air

• Energi dalam uap dan air

Panas yang tersimpan dalam batuan

Panas yang terkandung di dalam batuan yang mempunyai massa m, kapasitas


panas c dan temperatur T, dapat ditentukan berdasarkan persamaan dasar
berikut:

Q = m.c.T (6.2)
Jadi apabila V adalah volume reservoir (bulk volume), ɸ adalah porositas batuan
dan ρ adalah densitasnya, maka massa batuan adalah:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 21


mr = V.(1-).r (6.3)
Apabila A adalah luas reservoir dan h adalah ketebalannya maka persamaan di
atas menjadi:

mr = A.h.(1-).r (6.4)
Apabila batuan mempunyai kapasitas panas cr, maka dengan mensubstitusikan
persamaan (6.4) ke persamaan (6.2) akan diperoleh persamaan yang
menyatakan panas yang terkandung di dalam batuan (Qr). Persamaan tersebut
adalah:

Qr = A.h.(1-).r.cr.T (6.5)
Panas yang tersimpan dalam fluida

Energi yang terkandung di dalam air dan uap yang masing-masing mempunyai
massa mL dan mV, energi dalam uL dan uV, ditentukan berdasarkan persamaan
dasar berikut:

Qe = mL uL + mV uV (6.6)
Apabila volume reservoir (bulk volume) adalah V, porositas batuan adalah ɸ,
saturasi air dan saturasi uap masing-masing SL dan Sv dan densitasnya adalah
ρL dan ρV maka massa air dan massa uap yang mengisi pori-pori batuan dapat
dinyatakan oleh persamaan berikut :

mL = v..SL.L (6.7)
mv = v..Sv.v (6.8)
Apabila A adalah luas reservoir dan h adalah ketebalannya maka kedua
persamaan di atas menjadi:

mL = A.h..SL.L (6.9)

mv = A.h..Sv.v (6.10)
Apabila kedua persamaan tersebut disubstusikan ke persamaan (6.6) akan
diperoleh persamaan yang menyatakan panas yang terkandung di dalam uap dan
air (Qe) sebagai berikut:

Qe = A.h..SL.L.uL + A.h..Sv.v.uv (6.11)

Arizona Yoris | Geothermal Energy 22


Persamaan di atas dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

Qe = A.h..(SL.L.uL + Sv.v.uv) (6.12)


Dengan demikian kandungan energi panas di dalam reservoir (di dalam batuan
dan fluida) adalah sebagai berikut:

He = A.h.[(1-) r cr T +  (SL L uL + Sv v uv) (6.13)


dimana:

He = Kandungan energi panas (kJ)

A = Luas daerah panas bumi (m2)

H = Tebal reservoir (m)


T = Temperatur reservoir (oC)

SL = Saturasi air (fraksi)


SV = Saturasi uap (fraksi)
UL = Energi dalam air (kJ/kg)
Uv = Energi dalam uap (kJ/kg)
 = Porositas batuan reservoir (fraksi)
cr = Kapasitas panas batuan (kJ/kgoC)
r = Density batuan (kg/m3)
L = Density air (kg/m3)
V = Density uap (kg/m3)

Prosedur Perhitungan

Besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan (cadangan) dan diubah menjadi
energi listrik (potensi listrik), dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

1. Hitung kandungan energi pada keadaan awal (initial) atau besarnya


sumberdaya panasbumi dengan persamaan sebagai berikut:

Hei = A.h.[(1-) r cr Ti +  (SL L uL + Sv v uv)i] (6.14)

2. Hitung kandungan energi pada keadaan akhir (T final):

Hef = A.h.[(1-) r cr Tf +  (SL L uL + Sv v uv)f] (6.15)


Arizona Yoris | Geothermal Energy 23
3. Hitung maksimum energi yang dapat dimanfaatkan:

Hth = Hei - Hef (6.16)


4. Hitung energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan pada kenyataannya
(=besarnya cadangan bila dinyatakan dalam kJ):

Hde = Rf Hth (6.17)


5. Hitung besarnya cadangan, yaitu energi panas yang dapat dimanfaatkan
untuk kurun waktu t tahun (biasanya 25-30 tahun) dengan persamaan berikut:

Hthermal Hde / (t x 365 x 24 x 3600)

Hthermal mempunyai satuan MWthermal


6. Hitung besarnya potensi listrik, yaitu energi listrik yang dapat
dibangkitkan untuk kurun waktu t tahun (MWe) dengan cara sebagai berikut:

Hel = Hde  t x365x24x3600)

Atau

Hel =  x Hthermal (6.20)


dimana:

Ti = Temperatur reservoir pada keadaan awal (0C)


Tf = Temperatur reservoir pada keadaan akhir (energi panas bumi tidak
ekonomis lagi untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik), oC
Hei = Kandungan energi didalam batuan dan fluida pada keadaan awal, kJ
Hef = Kandungan energi di dalam batuan dan fluida pada keadaan akhir, kJ
Hth = Maksimum energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan, kJ
Hde = Energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan pada kenyataannya, kJ
Hthermal = Energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan selama kurun waktu
tertentu, Mwe
Hel = Energi listrik yang dapat dibangkitkan selama kurun waktu tertentu, MWe
Rf = Faktor perolehan, %
t = Lama waktu (umur) pembangkitan listrik (tahun)
 = Faktor konversi listrik

Asumsi-asumsi yang umum digunakan dalam perhitungan adalah :

1. Lama pembangkitan listrik 25-30 tahun.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 24


2. Faktor perolehan 25%.

3. Temperatur akhir (abandon temperatur) = 180 oC.

4. Faktor konversi listrik 10 %.

Data yang diperlukan :

1. Luas daerah reservoir (m2).

2. Ketebalan reservoir (m).

3. Temperatur reservoir pada keadaan awal (oC).

4. Saturasi air dan saturasi uap pada keadaan awal (fraksi).

5. Porositas batuan (fraksi).

6. Densitas batuan (kg/m3).

7. Kapasitas panas batuan (kJ/kgoC).

8. Faktor perolehan (fraksi).

9. Lama waktu pembangkitan listrik (tahun).

10. Faktor konversi listrik (fraksi).

11. Temperatur pada keadaan akhir (oC).

12. Saturasi air dan saturasi uap pada keadaan akhir (fraksi).

DATA

Kesulitan utama dalam menentukan besarnya sumberdaya (resources), cadangan


dan potensi listrik panas bumi adalah “data” tidak seluruhnya ada. Ketersediaan
data tergantung dari kegiatan/survei yang telah dilakukan di daerah tersebut.
Dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi maka data yang
diperoleh semakin banyak dan semakin akurat sehingga hasil perhitungan
mempunyai tingkat kepastian semakin tinggi.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 25


Disamping data hasil survey, juga banyak parameter yang tidak diketahui dengan
pasti sehingga biasanya diasumsikan. Ketidak pastian terutama pada saturasi air
dan saturasi uap pada keadaan akhir (Tfinal).

Ketersediaan Data Pada Tahap Eksplorasi Awal

Pada tahap eksplorasi awal, survei biasanya dilakukan dengan menggunakan


peralatan yang sederhana dan mudah dibawa, sehingga data yang diperoleh
masih sangat terbatas. Oleh karenanya pada tahap ini besarnya sumberdaya sulit
untuk diperkirakan. Karena data masih sangat terbatas maka besarnya potensi
listrik belum dapat ditentukan dengan menggunakan metoda perhitungan seperti
yang dijelaskan di atas. Para ahli umumnya berspekulasi mengenai hal tersebut,
karenanya potensi listrik biasanya dikategorikan kedalam kelas spekulatif.
Pertamina, misalnya, mengasumsikan bahwa potensi listrik di daerah prospek
yang belum disurvei rinci adalah 12 MWe/km2 (Pertamina, 1995) dan luas
daerahnya adalah 20 km2. Karena sifatnya masih spekulatif tentunya tingkat
kepastiannya masih sangat rendah.

Kegunaan Data Manifestasi Permukaan Untuk Perkiraan Awal

Manifestasi panas bumi di permukaan sangat penting untuk mendapatkan


perkiraan awal (pada tahap 1 dan 2) mengenai jenis sistim/reservoir panas bumi
yang terdapat di bawah permukaan. Data hasil analisa air dari sampel yang
diambil dari mata air panas, kolam air panas dan lain-lain, sangat berguna untuk
memperkirakan asal sumber air, jenis reservoir dan temperatur di bawah
permukaan, jenis fluida reservoir serta karakteristiknya. Dari hasil pengukuran
temperatur tanah dapat diperkirakan besarnya aliran panas yang tejadi secara
konduksi (Qe), yaitu dengan menggunakan persamaan berikut:

Qe = - K (dT/dz) A (6.21)
dimana :

K = Konduktivitas panas batuan (W/moK)

A = Luas daerah (m2)


(dT/dz) = Gradien temperatur (oC/m)

Arizona Yoris | Geothermal Energy 26


Dari hasil pengukuran kecepatan alir air dapat ditentukan besarnya laju aliran
massa. Dari harga laju aliran massa dan temperatur air dapat dihitung besarnya
aliran panas ke permukaan yang terjadi secara konveksi, yaitu dengan
menggunakan persamaan berikut:

Qe = hL.qmL + hv.qmv (6.22)


dimana :

Qe = Laju alir panas total (dalam kJ/detik atau kW)

hL = Enthalpy air (kJ/kg)


hv = Enthalpy uap(kJ/kg)
qmL = Laju alir massa air (kg/detik)

qmv = Laju alir massa uap (kg/detik)

Laju aliran panas total ke permukaan atau biasa dinyatakan sebagai panas
yang hilang ke permukaan (heat losses to the surface) merupakan jumlah dari
aliran panas kepermukaan yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 27


PERHITUNGAN POTENSI CADANGAN PANAS BUMI LAPANGAN ULUBELU

NO PARAMETER NILAI (MEAN) SATUAN


1 Uwi 1,252.00 kJ/kg
2 Uvi 2,581.00 kJ/kg
3 Ti 282.90 °C
4 Dens U 36.54 kg/m3
5 Dens W 750.75 kg/m3
6 A 30,000,000.00 m2
7 Rock Density 2,700.00 kg/m3
8 Cap-panas-rock(Cr) 1.00 kJ/kg °C

9 Tf 170.00 °C
10 Swi 0.77 fraksi
11 Svi 0.23 fraksi
12 RF 0.43 fraksi
13 Electrical conversi 0.10 fraksi
14 LT 30.00 tahun
15 Uwf 720.00 kJ/kg
16 Uvf 2,577.00 kJ/kg
17 Dens vf 4.16 kg/m3
18 Dens wf 877.19 kg/m3
19 Swf 0.10 fraksi
20 Svf 0.90 fraksi
21 h 1,200.00 m
22 Porosity 0.11 fraksi

INITIAL, kWatt
Conductivity 2.43906E+16
Konveksi 3.03246E+15

FINAL, kWatt
Conductivity 1.46568E+16
Konveksi 2.96189E+14

Hi Initial 2.74231E+16
Hi Final 1.4953E+16
HDE 1.24701E+16
HDE SURFACE 5.29979E+15
H THERMAL / SECOND 5601.84555
H ELECTRIC 560.184555 MW e

Arizona Yoris | Geothermal Energy 28


CHAPTER 3

3A. GAMBAR KONSTRUKSI PANAS BUMI DAN WELL HEAD

3B. PARAMETER SUMUR PANAS BUMI

Arizona Yoris | Geothermal Energy 29


3A. Kontruksi Sumur Panas Bumi dan Well Head

Gambar 7. Kontruksi Sumur Panas Bumi Vertical

Arizona Yoris | Geothermal Energy 30


Gambar 8. Kontruksi Sumur Panas Bumi Directional

Arizona Yoris | Geothermal Energy 31


Terdapat Dua jenis desain casing untuk sumur suhu tinggi yang digunakan.
Sumur dari kedua program tersebut baik secara vertikal maupun directional. Jenis
yang paling umum adalah sumur Direcctional dengan program casing berdiameter
besar. Pra-pengeboran dilakukan oleh rig kecil dengan 26 "bit down to 90 m untuk
casing permukaan 22 ½", diikuti oleh Bagian 1 yang dibor oleh rig yang lebih
besar dengan 21 "bit hingga 300 m untuk 18⅝ "casing jangkar. Pengeboran
miring dimulai dengan titik kick-off (KOP) di Bagian 2, di mana kemiringan secara
bertahap dibangun oleh 2,5-3,0 ° per 30 m. Bagian ini dibor dengan casing
produksi berukuran 17 ½ inci hingga 800 m untuk 13 ⅜. Lubang terbuka di Bagian
3 dibor dengan 12¼ "bit hingga kedalaman 1800 hingga maksimum 3300 m untuk
9⅝" slotted production liner. Desain lainnya lebih sempit, masing-masing casing
satu ukuran lebih kecil, dan disebut program casing "diameter biasa". Bagian-
bagiannya sama tetapi diameter 18⅝ "dari casing permukaan, 13⅜" casing
jangkar, 9⅝ "casing produksi, dan 7" slotted production liner. Gambar 7
menunjukkan contoh desain sumur vertikal berdiameter biasa dan Gambar 8
adalah sumur directional berdiameter besar.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 32


3B. PARAMETER SUMUR PANAS BUMI

Pengukuran dan pengujian sumur dapat dilakukan baik pada waktu pemboran
maupun setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman
yang diinginkan atau setelah sumur diproduksikan. Teknik pemboran sumur, baik
sumur panas bumi maupun sumur minyak pada prinsipnya sama, namun ada
beberapa perbedaan. Salah satu perbedaannya adalah pada pemboran sumur
panas bumi digunakan cooling tower untuk mendinginkan fluida pemboran
sebelum disirkulasi kembali.

Pada waktu pemboran sumur panas bumi ditembusnya zona bertemperatur tinggi
yang disertai atau diikuti dengan terjadinya loss of circulation sangat diharapkan,
karena merupakan suatu indikasi telah ditembusnya rekahan-rekahan yang
diharapkan merupakan zona produksi. Apabila terjadi loss of circulation biasanya
lumpur pemboran langsung diganti dengan air.

Sumur panasbumi umumnya menggunakan serangkaian casing berukuran casing


20”, 13 3/8”, 9 5/8” dan liner 7”. Namun beberapa tahun terakhir ini banyak sumur
yang dibor dengan diameter lebih besar besar (big hole), dimana casing yang
digunakan berukuran adalah 30”, 20”, 13 3/8” dan 9 5/8”. Pengalaman di
beberapa lapangan menunjukkan bahwa biaya pemboran sumur berdiameter
besar kira-kira 25% lebih mahal dari sumur standard, tetapi produksinya bisa 50%
lebih besar. Hal tersebut tentunya tergantung dari besarnya permeabilitas batuan.

Perbedaan lainnya adalah sumur panas bumi tidak menggunakan tubing. Bagian
sumur di muka zona produksi bisa dibiarkan terbuka (open hole) bila formasinya
tidak mudah runtuh, tetapi umumnya diselesaikan dengan memasang liner.

Pipa selubung (casing) sumur panas bumi umumnya disemen hingga ke


permukaan, karena adanya rongga-rongga dapat menyebabkan kerusakan casing
pada waktu terjadi pemuaian selubung yang diakibatkan karena tingginya
temperatur. Liner biasanya tidak disemen, hanya digantung.

Uji produksi (biasa disebut discharge atau output test) dilakukan untuk
mengetahui :

Arizona Yoris | Geothermal Energy 33


1. Jenis fluida reservoir dan fluida produksi.

2. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan enthalpy


fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.

3. Karakteristik fluida dan kandungan gas.

Data tersebut diatas sangat diperlukan untuk menentukan pada tekanan kepala
sumur beberapa sumur sebaiknya dioperasikan. Data laju aliran masa enthalpy
fluida akan sangat berguna untuk menghitung potensi sumur pada berbagai
tekanan kepala sumur.

Salah satu hasil uji produksi adalah kurva produksi (output curve), yaitu kurva
yang menggambarkan kemampuan produksi sumur dalam bentuk gambar, yaitu
berupa hubungan antara laju alir masa total, laju alir masa uap, enthalpy dan
fraksi uap atau dryness. Sebagai contoh pada Gambar 9 diperlihatkan kurva
produksi sumur dari berbagai lapangan panas bumi.

WHP vs Output WHP vs Entalpi

50 3000

45 2900

2800
40
2700
35
2600
30
2500
25
2400
20
0 5 10 15 20
2300
15
WHP (bar)
2200
10

Gambar 9. Contoh Kurva Produksi (Output Curve)

Ada beberapa metoda uji produksi yang umum dipakai, yaitu :

1. Metoda pengukuran satu fasa.

2. Metoda kalorimeter.

3. Metoda lip pressure.


Arizona Yoris | Geothermal Energy 34
4. Metoda separator.

Pengukuran dan pengujian sumur merupakan kegiatan yang sangat penting


dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai :

1. Kedalaman zona bertemperatur tinggi, zona produksi dan pusat-pusat


rekahan ( feed points).

2. Jenis fluida produksi.

3. Jenis reservoir.

4. Tekanan dan temperatur di dalam sumur dan di reservoir.

5. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan enthalpy


fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.

6. Karakteristik fluida dan kandungan gas.

7. Karakteristik reservoir di sekitar sumur.

8. Kondisi lubang sumur, casing liner.

Metoda Sembur Tegak (Vertical Discharge), Uji tegak yang sederhana (selama
beberapa jam tergantung dari peraturan setempat karena fluida dari sumur akan
menyembur dengan kecepatan sangat tinggi) biasanya dilakukan setelah uji
komplesi dan uji panas. Uji tegak berguna untuk memperoleh perkiraan awal
mengenai potensi sumur dan menentukan peralatan yang dibutuhkan dalam
menguji kemampuan sumur pada waktu yang lebih lama.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 35


Gambar 10. Contoh Uji tegak

Gambar 11. Metoda Vertical Discharge (Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)

Dalam metoda ini besaran yang diukur adalah:


- Tekanan kepala sumur
- Tekanan lip
- Diameter pipa sembur (Lip pipe)

Arizona Yoris | Geothermal Energy 36


Output sumur dihitung dengan rumus James yang menghubungkan antara laju alir
masa, flowing enthalpy, luas area pipa dan tekanan lip:
(GH1.102)/p0.96 = 184 (7.20)

G = W/A (7.21)

W = (184 A p0.96)/H1.102 (kg/s) (7.22)


dimana p adalah tekanan lip dari pengukuran (bar absolute); G adalah laju alir
masa per unit area (kg/cm2.s), H adalah enthalpy (kJ/kg), W adalah laju alir
masa (kg/s) and A luas area pipa (cm2). Untuk vertical discharge kita dapat
mengasumsikan besarnya flowing enthalpy berdasarkan pada interpretasi
data downhole dan dengan demikian besarnya laju alir panas, Q (MW thermal
diatas O°C) dapat dihitung.
Q = WH/1000 [MW thermal] (7.23)
= (184 A p0.96)/(1000 H0.102) (7.24)

Untuk range of discharge enthalpy (900 – 2800 kJ/kg), H0.102 sangat kecil
bedanya, sehingga Q dapat didapat dengan ketepatan yang cukup memadai.
Sebagai perkiraan awal, besarnya energi listrik yang dapat dihasilkan kira-kira
10% dari MW thermal- nya.

Metoda Sembur Datar (Horizontal Discharge), Dalam metoda ini fluida dari
sumur disemburkan mendatar ke silencer (atmospheric separator) seperti
terlihat pada Gambar 11. Tekanan diukur pada bagian paling ujung pipa. Laju
aliran air dari separator diukur dengan menggunakan weir box. Dengan
menggunakan data yang diperoleh, besarnya flowing enthalpy dan laju aliran
masa dapat dihitung dengan menggunakan rumus Russel James yang akan
dijelaskan di bawah ini.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 37


Gambar 12. Metoda Horizontal Discharge (Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)

Seperti telas dijelaskan sebelumnya, Russel James menghubungkan laju


aliran masa, enthalpy, luas penampang pipa dan tekanan lip sebagai berikut:

Dimana:

P = “lip pressure” [bar absolute]

H = flowing enthalpy [kJ/kg]

G = total laju alir masa unit area [tonnes/cm2.sec]

A = luas area dari pipa lip [cm2]

M = total laju alir masa [tonnes/hour]

Laju aliran air dari silencer dihubungkan dengan laju aliran total dari sumur (M)
oleh flash correction factor [FCF]

Arizona Yoris | Geothermal Energy 38


CHAPTER 4

4A. UJI SUBSURFACE

4B. UJI SURFACE

Arizona Yoris | Geothermal Energy 39


4A. UJI SUBSURFACE

4A.1. Interference Test

Interference test merupakan salah satu jenis uji transien tekanan yang biasanya
dilakukan untuk mengetahui saling hubungan atau komunikasi antar sumur
sehingga dapat diperkirakan/dipastikan :

1. Penyebaran batas reservoir yang telah diperkirakan sebelumnya.

2. Mengetahui sistim reservoir, apakah terbuka atau tertutup.

3. Harga "interwell properties" seperti transmisivity dan storativity, serta


besaran lainnya seperti Initial Reservoir Pressure.

Keunggulan dari interference test dibandingkan dengan beberapa metoda yang


sering digunakan untuk menentukan besarnya permeabilitas batuan reservoir
(Pressure Build-up Testing, Pressure Draw Down Testing), adalah interference
test dapat memberikan gambaran mengenai besamya permeabilitas diantara
sumur-sumur yang diuji sedangkan Build-up dan Draw Down hanya memberikan
gambaran mengenai permeabilitas reservoir dalam radius beberapa meter sekitar
sumur.

7.5.1. Prinsip Pelaksanaan

Sebenarnya prinsip dasar pengujian sumur sangat sederhana, yaitu kita


memberikan suatu "gangguan keseimbangan tekanan" terhadap sumur yang diuji,
yang dilakukan dengan memproduksikan dengan laju aliran konstan. Dengan
adanya gangguan ini, impuls perubahan tekanan (pressure transient) akan
disebarkan keseluruh reservoir dan diamati setiap saat dengan mencatat tekanan
lubang bor selama pengujian sumur berlangsung. Apabila perubahan tekanan tadi
diplot dengan suatu fungsi waktu, maka akan dapat dianalisa besaran-besaran
dan karakteristik reservoir yang disebutkan diatas.

Interference Test memerlukan sekurang-kurangnya satu sumur yang aktip


(diproduksikan/diinjeksikan) dan dan sekurang-kurangnya satu sumur
pengamatan tekanan (sumur pengamat). Semakin banyak sumur observasi akan

Arizona Yoris | Geothermal Energy 40


semakin banyak informasi yang akan didapatkan untuk analisa karakteristik
resevoir. Sebagai ilustrasi pada Gambar 13 diperlihatkan skematik dari dua buah
sumur yang sedang digunakan dalam suatu interference test. Sumur aktif terletak
pada jarak r dari sumur pengamatan.

7.5.2 Peralatan

Pengamatan tekanan di sumur dilakukan dengan menggunakan pressure


chamber Pruett yang digantung pada major feed zone. Peralatan yang digunakan
untuk pengukuran tekanan secara skematis diperlihatkan pada Gambar 15. Data
logger, yang berfungsi merecord tekanan, terdapat dalam satu unit portcamp.
Jaraknya dengan sumur sebaiknya tidak terlampau jauh.

Gambar 13. Sumur Aktif dan Sumur Observasi Dalam Suatu Interference Test

Arizona Yoris | Geothermal Energy 41


Gambar 14. Ilustrasi Respons Tekanan di Sebuah Sumur Aktip dan Sebuah
Sumur Pengamat Pada Waktu Pelaksanaan Interference Test

Gambar 15. Skema Rangkaian Peralatan

Untuk menjamin pembacaan tekanan yang akurat, dengan menggunakan


capillary tubing, yang menghubungkan pressure chamber di salah satu ujungnya
dengan pressure sensor di ujung lainnya. Purging dilakukan secara teratur

Arizona Yoris | Geothermal Energy 42


dengan menggunakan gas Helium dan didorong dengan gas Nitrogen, dengan
menggunakan booster.

Respon Tekanan

Gambar 14 menunjukkan hasil pengamatan tekanan (respons tekanan) di


sebuah sumur aktip dan sebuah sumur pengamat pada waktu pelaksanaan
interference test. Pada saat sumur aktip diproduksikan, tekanan pada sumur aktip
tersebut akan segera turun dan setelah beberapa lama, tekanan pada sumur
pengamat, yang terletak pada jarak r dari sumur aktip, mulai terasa ada
responnya. Besarnya respon tekanan dan lamanya diterimanya respon oleh
sumur pengamat tergantung pada sifat-sifat batuan dan fluida reservoirnya yang
berada di sekitar sumur aktip dan sumur pengamatnya.

Untuk mendapat ilustrasi yang lebih jelas, pada Gambar 15 diperlihatkan


sebuah contoh dari respons tekanan sebagai fungsi waktu di sebuah sumur
pengamat (sumur BR6 di lapangan Broadland, NZ) pada sebelum sumur aktip
diproduksikan (A-B) dan setelah sumur aktif diproduksikan dengan laju alir
konstant (B-C). Sebelum sumur diproduksikan tekanan di sumur pengamat relatif
stabil. Setelah sumur aktip diproduksikan, tekanan di sumur pengamat turun. Ini
merupakan indikasi bahwa ada komunikasi di bawah permukaan antara sumur
aktip dan sumur pengamat.

Pada Gambar 16. diperlihatkan sebuah contoh dari respons tekanan sebagai
fungsi waktu di sebuah sumur pengamat (sumur BR5I di lapangan Broadland, NZ)
pada waktu sumur aktif diproduksikan dengan laju alir konstant (B-C) dan setelah
sumur tersebut ditutup (C-D). Dapat dilihat bahwa setelah sumur aktip ditutup
maka terjadi kenaikan tekanan pada sumur pengamat. Ini merupakan indikasi
bahwa ada komunikasi di bawah permukaan antara sumur aktip dan sumur
pengamat.

Metoda Analisis

Respons tekanan yang diperoleh dari uji transien tekanan biasanya dianalisa
dengan menggunakan Theis solution, yang diturunkan dengan menganggap
reservoirnya adalah sebagai berikut:
Arizona Yoris | Geothermal Energy 43
-olah tanpa batas (infinite-acting)

Gambar 16. Contoh Respons Tekanan Di Sumur Pengamatan Sebelum dan


selama Pengujian Berlangsung

Arizona Yoris | Geothermal Energy 44


Gambar 17. Contoh Respons Tekanan Di Sumur Pengamatan

Selama Pengujian Berlangsung dan Sesudah Sumur Aktip Ditutup

Dalam suatu reservoir yang infinite-acting, homogen dan isotropik, penyelesaian


persamaan diffusivity dengan E-function menunjukkan bahwa perubahan tekanan
pada sumur pengamat adalah merupakan fungsi dari waktu, yang secara
matematis dinyatakan oleh persamaan berikut:

Drawdown tekanan pada sumur pengamat, dengan jarak r, adalah karena


produksi dari sumur aktip dengan laju aliran q, yang dimulai pada reservoir
dengan tekanan Pi,. Reservoir tersebut mempunyai ketebalan seragam (h)
dengan sifat batuan, seperti porositas (ɸ), kompresibilitas (c) dan permeabilitas
yang sama disemua tempat. Fluida mempunyai viskositas μ.

Penyelesaian persamaan untuk perubahan tekanan ini diperoleh dengan Ei-


function, berdasarkan anggapan:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 45


1. Skin factor pada sumur aktip tidak mempengaruhi pressure drawdown pada
sumur pengamat.

2. Wellbore-storage diabaikan baik di sumur aktip maupun di sumur


pengamat.

Cara yang paling baik dalam menganalisa test interference ini adalah dengan
menggunakan cara type curve matching. Cara ini dikembangkan oleh Earlougher,
yang merupakan kurva dari Ei-function. Persamaan yang digunakan adalah:

Atau

Dimana

Transmisivitas (permeability-thickness), kh, ditentukan dengan menggunakan


persamaan 2.4 dan secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Apabila W adalah laju alir masa fluida (kg/detik) dan ρ adalah densitas fluida,
maka dengan mensubstitusikan q=W/ ρ, akan diperoleh persamaan berikut:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 46


Persamaan untuk menentukan storativity (ɸch) diturunkan sebagai berikut:

Apabila pembilang dan pembagi diruas kanan keduanya dikalikan dengan h


(ketebalan) maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

Dengan demikian persamaan untuk menentukan storativity (ɸch) adalah sebagai


berikut:

Selain untuk mengetahui harga permeability-thickness serta storativity, pengujian


sumur juga dapat memberikan informasi mengenai pola aliran serta batas
reservoir. Dengan membuat plot antara perubahan tekanan dengan log waktu
akan diperoleh suatu bentuk kurva yang khas yang dapat memberikan informasi
mengenai karakteristik reservoir serta aliran fluida yang terjadi. Pada gambar 18
berikut ini diperlihatkan beberapa contoh model reservoir yang digunakan untuk
menginterpretasikan hasil dari tes transien tekanan pada reservoir panas bumi,
sedangkan contoh respon tekanan untuk beberapa contoh model reservoir di atas
diberikan pada gambar 19.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 47


Gambar 18. Beberapa Contoh Pola Aliran yang Digunakan untuk
Menginterpretasikan Hasil Tes Transien Tekanan

Gambar 19. Respons Tekanan pada Beberapa Model Reservoir yang Berbeda

Dari data pengujian sumur, kita dapat membuat plot antara perubahan
tekanan terhadap log waktu. Berdasarkan kurva yang dihasilkan dapat dianalisis
Arizona Yoris | Geothermal Energy 48
mengenai karakteristik model reservoir panasbumi pada lapangan yang sedang
diuji, apakah reservoirnya tertutup, seolah-olah tidak terbatas (infinite acting),
apakah ada rekahan, dan sebagainya. Contohnya adalah sebagai berikut. Apabila
sumur terletak di sebuah patahan yang impermeable (impermeable boundary)
maka slope dari plot tekanan vs log waktu menjadi dua kali lebih besar. Apabila
reservoir seluruhnya dibatasi oleh sebuah boundary yang impermeable (closed
reservoir), maka log perubahan tekanan terhadap log waktu pada late time akan
berupa garis lurus dengan kemiringan sama dengan satu. Apabila batas reservoir
mempunyai tekanan tetap (constant pressure boundary), system akhirnya akan
mencapai kondisi tekanan mantap (steady state).

4A.2. Spinner

Perilaku reservoir merupakan aspek yang harus diperhatikan karena dapat


digunakan untuk menentukan kelayakan lapangan untuk dikembangkan, serta
untuk memperkirakan kemampuan produksi sumur. Perilaku tersebut meliputi
kedalaman dan besarnya kontribusi tiap-tiap feedzone, respons tekanan serta
suhu dari reservoir.

Pada sumur panas bumi, terdapat beberapa survei yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi di dalam sumur dan kondisi reservoir. Salah satunya dengan
Pressure, Temperature, Spinner Survey (PTS Survey). Sesuai dengan namanya,
PTS survey bertujuan untuk merekam data tekanan, temperatur, serta laju alir dari
fluida yang mengalir di dalam sumur dengan menggunakan spinner. Spinner akan
mencatat hasil berupa revolution per second dan menjadi laju alir massa setelah
pengolahan data dilakukan.

Pressure, Temperature, Spinner (PTS) merupakan salah satu alat yang


digunakan untuk pengukuran di bawah permukaan pada sumur panas bumi yang
berfungsi untuk mengetahui tekanan, temperatur, dan laju alir fluida produksi
(Steingrimsson, 2013). PTS logging merupakan salah satu pengujian sumur yang
dilakukan dengan menurunkan alat PTS ke dalam sumur untuk memperoleh data
untuk keperluan karakterisasi reservoir.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 49


Pada alat PTS tool, tiga alat utama yang terdapat pada alat ini adalah
pressure recorder, temperature recorder, serta spinner yang berada di paling
bawah (Stevens, 2000). Pressure recorder dan temperature recorder berada di
dalam heat shield yang berfungsi untuk melindung recorder tersebut dari tingginya
temperatur yang ada di dalam sumur panas bumi. Spinner yang berada di bagian
paling bawah akan berputar bila fluida mengalir melalui baling-baling tersebut.

Putaran spinner tersebut akan terekam sebagai RPS (revolution per


second) yang dapat menjadi laju alir massa setelah data diolah lebih lanjut.
Putaran spinner akan berbanding lurus terhadap laju alir fluida di dalam sumur,
artinya semakin cepat putarannya, semakin cepat pula laju alir fluida tersebut.

Gambar 20. PTS String

Prinsip akuisisi data PTS tool ketika diturunkan ke dalam sumur adalah
dilakukan beberapa kali pass (naik-turun) di dalam lubang bor dengan
menggunakan beberapa cable speed yang berbeda. Pada saat alat tersebut
pertama kali turun dari permukaan, kecepatan kabel dipertahankan agar tetap
konstan hingga kedalaman yang dituju. Sesampainya di kedalaman yang tersebut,
alat didiamkan selama dua menit agar pembacaan spinner stabil dan tidak ada
defleksi pembacaan. Kemudian alat dinaikkan dengan kecepatan kabel yang
Arizona Yoris | Geothermal Energy 50
sama namun hingga top of liner dan didiamkan selama dua menit bertujuan untuk
mengetahui laju alir massa total yang ada di sumur tersebut. Pengamatan dengan
PTS dilanjutkan lagi dengan menurunkan alat ke bawah dengan kecepatan kabel
yang berbeda. Alasan dilakukan beberapa kali dan dengan kecepatan kabel yang
berbeda bertujuan untuk validasi data apabila dalam salah satu pengukuran PTS
terjadi anomali dalam pengukuran, data anomali tersebut dapat diabaikan.

Gambar 21. PTS Logging (Halim, Situmorang, Saptadji, 2011)

Tahap pengolahan data PTS dimulai dengan melakukan sorting data menjadi
setiap interval kedalaman. Setelah itu melakukan plot respons spinner dengan
cable speed untuk menentukan slope. Setelah diperoleh nilai slope, dapat
dilakukan perhitungan kecepatan aliran fluida (fluid velocity). Laju alir massa

Arizona Yoris | Geothermal Energy 51


dihitung setelah fluid velocity diperoleh. Berikut merupakan persamaan yang
digunakan :

V : Fluid Velocity (m/s)

RPS : Spinner (RPS)

C.S. : Cable Speed (m/s)

Setelah didapatkan nilai fluid velocity dapat dihitung nilai mass rate dengan
menggunakan persamaan

M = Mass Rate (kg/s)

ρ = densitas (kg/m3)

V = Kecepatan Aliran Fluida (m/s)

A = Luas Penampang (m2)

Arizona Yoris | Geothermal Energy 52


4B. METODA LIP PRESSURE

4B.1. Metoda Sembur Tegak (Vertical Discharge)


Uji tegak yang sederhana (selama beberapa jam tergantung dari peraturan
setempat karena fluida dari sumur akan menyembur dengan kecepatan sangat
tinggi) biasanya dilakukan setelah uji komplesi dan uji panas. Uji tegak berguna
untuk memperoleh perkiraan awal mengenai potensi sumur dan menentukan
peralatan yang dibutuhkan dalam menguji kemampuan sumur pada waktu yang
lebih lama.

Gambar 22. Contoh Uji tegak

Arizona Yoris | Geothermal Energy 53


Gambar 23. Metoda Vertical Discharge (Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)

Dalam metoda ini besaran yang diukur adalah:


- Tekanan kepala sumur
- Tekanan lip
- Diameter pipa sembur (Lip pipe)
Output sumur dihitung dengan rumus James yang menghubungkan antara laju alir
masa, flowing enthalpy, luas area pipa dan tekanan lip:
(GH1.102)/p0.96 = 184 (7.20)

G = W/A (7.21)

W = (184 A p0.96)/H1.102 (kg/s) (7.22)


dimana p adalah tekanan lip dari pengukuran (bar absolute); G adalah laju alir
masa per unit area (kg/cm2.s), H adalah enthalpy (kJ/kg), W adalah laju alir
masa (kg/s) and A luas area pipa (cm2). Untuk vertical discharge kita dapat
mengasumsikan besarnya flowing enthalpy berdasarkan pada interpretasi
data downhole dan dengan demikian besarnya laju alir panas, Q (MW thermal
diatas O0C) dapat dihitung.
Q = WH/1000 [MW thermal] (7.23)
= (184 A p0.96)/(1000 H0.102) (7.24)

Untuk range of discharge enthalpy (900 – 2800 kJ/kg), H0.102 sangat kecil
bedanya, sehingga Q dapat didapat dengan ketepatan yang cukup memadai.
Sebagai perkiraan awal, besarnya energi listrik yang dapat dihasilkan kira-kira
10% dari MW thermal- nya.
Arizona Yoris | Geothermal Energy 54
Metoda Sembur Datar (Horizontal Discharge)
Dalam metoda ini fluida dari sumur disemburkan mendatar ke silencer
(atmospheric separator) seperti terlihat pada Gambar 24. Tekanan diukur
pada bagian paling ujung pipa. Laju aliran air dari separator diukur dengan
menggunakan weir box. Dengan menggunakan data yang diperoleh, besarnya
flowing enthalpy dan laju aliran masa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Russel James yang akan dijelaskan di bawah ini.

Gambar 24. Metoda Horizontal Discharge (Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)

Seperti telas dijelaskan sebelumnya, Russel James menghubungkan laju


aliran masa, enthalpy, luas penampang pipa dan tekanan lip sebagai berikut:

Dimana:

P = “lip pressure” [bar absolute]


Arizona Yoris | Geothermal Energy 55
H = flowing enthalpy [kJ/kg]

G = total laju alir masa unit area [tonnes/cm2.sec]

A = luas area dari pipa lip [cm2]

M = total laju alir masa [tonnes/hour]

Laju aliran air dari silencer dihubungkan dengan laju aliran total dari sumur (M)
oleh flash correction factor [FCF]

Substitusi persamaan di atas ke persamaan Russel James maka diperoleh:

untuk tekanan atmosfer sebesar 1 bar absolute (hg atm = 2675 kJ/kg dan hfg atm
= 2258 kJ/kg) maka diperoleh:

dengan menggunakan persamaan diatas maka harga W atm/A x p0·96 dapat


dihitung untuk berbagai harga h. Bila h diplot terhadap log[W atm/A x p0.96 ] maka
diperoleh hubungan yang hampir linear.
Bila kita definisikan

dan kita gunakan persamaan linear, maka harga enthalpy (bila diukur pada
tekanan atmosfer sebesar 1 bara) dapat dinyatakan sebagai berikut:
2675 + 925 xY
H=
1+ 7.85 x Y

Setelah harga flowing enthalpy diperoleh maka laju aliran masa dapat dihitung
dengan menggunakan flash correction factor, yaitu:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 56


dimana jika tekanan atmosfer adalah 1 bara, maka persamaan di atas menjadi :

Perhitungan laju alir dan enthalpy dari hasil pengujian dengan methoda lip
pressure (horizontal discharge) sangat mudah, yaitu dengan cara sebagai berikut:

1. Hitung harga Y dengan persamaan:

2. Hitung enthalpy H dengan menggunakan

3. Hitung laju alir masa M dengan persamaan

Arizona Yoris | Geothermal Energy 57


4B.2. Uji Datar (Orifice)

Uji produksi dengan metode orifice plate dilaksanakan setelah pengujian tegak
selesai, mengingat salah satu sumur di area panas bumi, kamojang, dikategorikan
uap kering maka uji produksi ini dilakukan dengan metode orifice plate

Uji datar dengan metode orifice plate bertujuan untuk mendapatkan data yang
sesungguhnya dari potensi sumur dan perlu dilaksanakan dalam jangka waktu
yang lebih panjang dibandingkan dengan pengujian tegak karena dalam uji datar
ini dilakukan pada berbagai variasi Tekanan Kepala Sumur sesuai program Uji
yang telah ditentukan dan pada pengujian ini dilakukan pengambilan contoh uap
dan gas yang dilakukan sebelum dan sesudah pengujian

Pada setiap pengetesan tekanan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
panjang sampai tekanan kepala sumur stabil. Biasanya tekanan stabil bervariasi
antara 1 sampai 6 hari sesuai dengan perilaku sumur.

Pipa uji datar ini berukuran 6“, 8“ dan 10“ tergantung dari besarnya laju alir uap
yang diperkirakan dan jenis orifice plate yang sering digunakan di lapangan panas
bumi uap kering adalah jenis orifice plate bertepi persegi (sharp edge) dengan
lubang tekanan terletak di pipa. Ada berbagai macam letak lubang tekanan, yaitu :

- Flange Tap

- Corner Tap

- Radius Tap

- Pipe Tap

- Vena Tap

A. Metoda Perhitungan Pengukuran Laju Alir Uap dan Air dengan Orifice Meter

Besarnya laju alir dari masing-masing fasa dapat diukur dengan menggunakan
orifice plate dan differential pressure sensor. Atau fasa air dapat dialirkan ke
silencer dan laju aliran diukur menggunakan sharp-crested weir. Melalui
perencanaan yang baik, efisiensi pemisahan dengan cyclone separator dapat
mencapai 99.9%, sehingga ketelitian hanya tergantung dari ketelitian metoda
pengukuran aliran.

Arizona Yoris | Geothermal Energy 58


Gambar 25. Pengujian Sumur dengan Metoda Separator dan Laju Alir Diukur
dengan Orifice Plate

Bila air diukur dengan menggunakan orifice meter, maka harus dijaga agar tidak
terjadi flashing (penguapan) yang berlebihan waktu air melewati orifice. Hal ini
dapat dihindarkan dengan mendinginkan air atau menempatkan orifice pada
ketinggian tertentu sehingga tekanan air antara separator dan orifice cukup besar
untuk mencegah terjadinya flashing penguapan dalam orifice. Aliran melalui orifice
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

dimana:

M = laju alir masa, ton/jam

c = koeffisien yang ditentukan dari diatas. untuk "radius tapping" yang merupakan
fungsi dari m, dimana m = (d/D)2d adalah diameter dalam orifice, (m) dan D
adalah diameter dalam pipa (m). Baik d maupun D harus nilai yang sebenarnya
(hasil pengukuran bukan harga nominalnya). Untuk mempermudah dalam
perhitungan, besarnya d dan D yang sebenarnya bisa didekati dengan cara
mengkalikan harga nominalnya dengan faktor panas material yang digunakan.

Z=1

e = faktor ekspansibilitas yang besarnya ditentukan dengan persamaan sebagai


berikut:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 59


dimana k adalah adiabatik indeks (1.33 untuk saturated steam dan 1.3 untuk
superheated steam)

E = faktor pendekatan kecepatan,

Δp = perbedaan tekanan upstream dan downstream, ksc

Pu = tekanan upstream, ksc absolute

vg = specific volume uap pada Pu.

Jika persamaan tersebut diatas digunakan untuk menghitung laju alir masa air
maka besarnya e = 1.

Gambar 26. Konstanta Radius Tapping Orifice

Bila laju aliran masa hasil pengukuran dengan orifice dididefinisikan sebagai M,
untuk laju alir uap dari M, untuk laju aliran air, maka laju alir fluida dari sumur (M)
adalah :

M = Mv + Mw (7.39)

Dryness (x) adalah:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 60


Maka flowing enthaphy adalah :

h = hf + x hfg (7.41)

dimana hf dan hfg dievaluasi pada tekanan separator.

Besamya potensi sumur :

Q=M*h (7.42)

B. Pengukuran Laju Alir Uap dengan Orifice Meter dan Air dengan Weir

Bila air dialirkan ke silencer dan laju alirnya diukur dengan menggunakan weir
(lihat Gambar 7.29), penentuan laju alir masa dan enthalpy fluida dari sumur tidak
sama dengan apabila keduanya diukur dengan menggunakan orifice. Cara
perhitungannya akan dijelaskan dibawah ini.

Gambar 27 Laju alir Uap dengan Orifice dan Laju alir Air dialirkan ke Silencer dan
diukur dengan Weir (Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)

Anggap aliran dari separator ke silincer adalah isenthalpic. Jadi enthalpy air pada
kondisi separator (hwl) sama dengan enthalpy air masuk ke separator (h2). Maka
dryness di silencer (x2) adalah:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 61


Bila (Mw’) adalah laju aliran air yang keluar dari silencer dan diukur dengan weir,
maka laju aliran air yang keluar dari separator (Mw) adalah :

dengan mensubstitusikan :

ke dalam persamaan di atas, diperoleh persamaan berikut:

Arizona Yoris | Geothermal Energy 62

Anda mungkin juga menyukai