Anda di halaman 1dari 12

29

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Praktek Bidan Sumiariani, AMKeb yang
beralamat di Jalan Karya Kasih, Gang Kasih X No. 69J Pangkalan Mansyur
Kecamatan Medan Johor Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Praktek
Bidan Sumiariani ini termasuk praktek bidan yang paling sering dikunjungi oleh
ibu-ibu hamil yang berada di kecamatan tersebut ataupun dari kecamatan lainnya
seperti Karya Jaya, Eka Surya, Eka Bakti, Eka Rosa, Eka Suka, Karya Darma,
Karya Bakti, Karya Tani, Karya Budi, Karya Kasih, Marendal, Simpang Limun
dan banyak lagi lainnya. Praktek Bidan Sumiariani, AMKeb ini juga sering
dipakai sebagai tempat penelitian karena dianggap layak dan mempunyai angka
kunjungan pasien yang tinggi.

4.2 Analisis Univariat


4.2.1 Status Anemia Ibu Hamil
Tabel 4.1 Distribusi proporsi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Status Anemia Ibu F %
Hamil
Anemia 66 88.0
Tidak Anemia 9 16.0

Dari tabel diatas terlihat bahwa 63 (84%) responden mengalami anemia


saat hamil, sedangkan 12 (16%) responden yang tidak mengalami anemia.
30

4.3 Analisis Bivariat


4.3.1 Status Anemia pada Ibu Hamil dengan Pengetahuan
Tabel 4.2 Hubungan pengetahuan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Status Anemia
Pengetahuan Tidak Ya Total Nilai P
n % N %
Kurang 6 66,7 47 71,2 53
Cukup 3 33,3 19 28,8 22 0,779
Total 9 12,0 66 88,0 75

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan status anemia


pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 47 (71,2%) yang memiliki
pengetahuan kurang mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang memiliki
pengetahuan yang cukup ada 19 (28,8%) yang mengalami anemia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,779 maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status anemia pada
ibu hamil.

4.3.2 Status Anemia pada Ibu Hamil dengan Frekuensi ANC


Tabel 4.3 Hubunganfrekuensi Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil.
Frekuensi Status Anemia
ANC Tidak Ya Total Nilai P
n % N %
Kurang 6 8,0 57 76,0 63
Cukup 3 4,0 9 12,0 12 0,131
Total 9 12,0 66 88,0 75

Hasil analisis hubungan antara frekuensi ANC ibu dengan status anemia
pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 57 (76,0%) yang memiliki
31

frekuensi ANC kurang mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang memiliki
frekuensi ANC yang cukup ada 9 (12,0%) yang mengalami anemia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,131 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara frekuensi ANC ibu dengan status anemia pada
ibu hamil.

4.3.3 Status Anemia pada Ibu Hamil dengan Paritas


Tabel 4.4 Hubungan paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.

Status Anemia
Paritas Tidak Ya Total Nilai P
n % n %
Resiko 3 4,0 53 70,7 56
Tidak 6 8,0 13 17,3 19 0,007
Beresiko
Total 9 12,0 66 88,0 75

Hasil analisis hubungan antara paritas dengan status anemia pada ibu
hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 53 (70,7%) yang melahirkan 4 kali atau
lebih mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang melahirkan kurang dari 4 kali
ada 13 (17,3%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,007 maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara paritas dengan status anemia pada ibu hamil.

4.3.4 Status Anemia pada Ibu Hamil dengan Konsumsi Tablet Fe

Tabel 4.5 Hubungan kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan


Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Status Anemia
Konsumsi Tidak Ya Total Nilai P
Fe
n % N %
Kurang 3 4.0 29 38,7 32
Cukup 6 8.0 37 49,3 43 0,546
Total 9 12,0 66 88,0 75
32

Hasil analisis hubungan antara konsumsi Fe ibu dengan status anemia pada
ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 29 (38,7%) yang mengkonsumsi Fe
dengan kategori kurang mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang
mengkonsumsi Fe dengan kategori yang cukup ada 37 (49,3%) yang mengalami
anemia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p0,546 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara konsumsi tablet Fe dengan status anemia pada
ibu hamil.

4.3.5 Status Anemia pada Ibu Hamil dengan Status Gizi Ibu (LILA)
Tabel 4.6 Hubungan status gizi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Status Gizi Status Anemia
Ibu(LILA) Tidak Ya Total Nilai P
n % N %
Kurang 8 10,7 51 68,0 59
Cukup 1 1,3 15 20,0 16 0,377
Total 9 12,0 66 88,0 75

Hasil analisis hubungan antara status gizi ibu (LILA) dengan status anemia
pada ibu hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 51 (68%) yang memiliki status gizi
kurang mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang memiliki status gizi yang
cukup ada 15 (20%) yang mengalami anemia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,377 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara status gizi ibu berdasarkan pemeriksaan LILA
dengan status anemia pada ibu hamil.
33

4.3.6 Status Anemia pada Ibu Hamil dengan Umur Ibu

Tabel 4.7 Hubungan umur dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil pada Ibu
Hamil

Status Anemia
Umur Ibu Tidak Ya Total Nilai P
n % N %
Resiko 1 1,3 16 21,3 17
Tidak 8 10,7 50 66,7 58 0,344
Beresiko
Total 9 12,0 66 88,0 75

Hasil analisis hubungan antara umur ibu dengan status anemia pada ibu
hamil diperoleh bahwa ada sebanyak 16 (21,3%) yang tergolong resiko tinggi
yang umurnya kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mengalami anemia,
sedangkan pada ibu resiko rendah yang berumur antara 20 hingga 35 tahun ada
50 (66,3%) yang mengalami anemia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,344 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan status anemia pada ibu hamil.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kelompok usia
tidak berisiko (20 sampai dengan 35 tahun) yaitu 50 orang (66,7%) dan berusia
berisiko (di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun) yaitu 16 orang (21,3%)
cenderung tidak mengalami anemia. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p =
0.377> 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil
dengan kejadian anemia.
Penelitian yang sama dilakukan Lulu (2009), pada pengunjung asuhan
antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, bahwa dari 81
ibu hamil, 30 orang ibu hamil berusia berisiko menderita anemia (70%). Tidak
ada hubungan antara usia dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil.Usia ibu
34

hamil tidak berhubungan dengan kejadian anemia disebabkan ibu hamil pada
kelompok usia berisiko dan tidak berisiko mengkonsumsi tablet zat besi yang
diberikan oleh petugas kesehatan.Selain itu faktor konsumsi makan yang beragam
(gizi seimbang) dapat menjadi penyebab ibu hamil mengalami kejadian
anemia.Berbeda dengan penelitian Febriana (2013) bahwa ada hubungan yang
bermakna antara usia dengan kejadian anemia di Puskesmas Gandus
Palembang.Ibu yang berusia lebih dari 35 tahun, mengalami berbagai perubahan
dalam tubuh akibat penuaan organ. Ibu hamil sering menderita penyakit terkait
usia seperti hipertensi, keracunan kehamilan (preeklampsia/ eklampsia), diabetes,
penyakit jantung dan pembuluh darah. Usia lebih dari 35 tahun terjadi hasil
kehamilan yang buruk atau komplikasi.
Wanita yang hamil pada usia muda dari segi biologis, perkembangan alat
biologisnya belum optimal. Secara sosial ekonomi belum siap mandiri dan secara
medis sering mendapatkan gangguan kesehatan, mudah mengalami abortus,
perdarahan dalam kehamilan, lahir prematur, kematian janin dalam kandungan,
mati saat lahir, dan risiko BBLR.

4.4.2 Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil


Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel
paritas dengan variabel anemia gizi besi, didapat nilai p > 0,007, artinya terdapat
hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
wilayah Praktek Sumiariani Tahun 2016.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Advince
Mayasari Zebua tahun 2011 dimana terdapat hubungan yang bermakna antara
paritas dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Tuhemberua tahun 2011 dengan p=0,005 (p < 0,05).Jumlah anak yang terlalu
banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga.Selain itu makin
sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi makin anemia.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Agnes Naibaho tahun 2011 dengan nilai p > 0,05, artinya tidak terdapat
35

hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian anemia gizi besi di
wilayah kerja Puskesmas Parsoburan tahun 2011.Berdasarkan hasil penelitian,
tidak ada hubungan bermakna antara paritas dengan anemia gizi.Hal ini terjadi
karena sebagian besar paritas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Parsoburan
adalah kurang dari 4.

4.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Pada penelitian ini, status gizi ibu hamil dinilai dari hasil pengukuran
antropometri LILA (L ingkar Lengan Atas). Meskipun proporsi ibu hamil dengan
status gizi kurang ada 51 (68,2%) yang mengalami anemia tetapi hasil uji statistic
dengan chi squaremenunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan anemia pada ibu hamil dalam penelitian ini.penelitian ini
menunjukkan bahwa status gizi yang baik atau kurang ternyata tidak berhubungan
langsung dengan anemia pada ibu hamil.
Penelitian Asyirah (2012) menyatakan bahwa status gizi dilihat dari
pengukuran LILA tidak berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Bajeng.Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kusumah (2009) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi
ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh.Apabila asupan gizi sesuai maka di sebut
gizi baik, jika asupan kurang disebut gizi kurang dan apabila asupan lebih maka di
sebut gizi lebih (Supariasa, 2002).Status gizi wanita merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan.Rendahnya status gizi dapat menyebabkan anemia yang
mengakibatkan kualitas fisik yang rendah dan berpengaruh pada efisiensi
reproduksi.Semakin tinggi status gizi seseorang maka semakin baik pula kondisi
fisiknya, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi efisiensi reproduksi.
Terjadinya hubungan yang tidak bermakna antara status gizi dengan
kejadian anemia pada ibu hamil pada penelitian dikarenakan banyak faktor lain
yang mempengaruhi seperti adanya penyakit infeksi, status sosial ekonomi,
36

pendapatan keluarga dan juga faktor lainnya yang tidak tercakup dalam penelitian
ini (Kusumah, 2009).

4.4.4 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil


Berdasarkan penelitian ini didapatkan jumlah responden anemia dengan
pengetahuan kurang sebanyak 47 (62,7%). Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji chi square pada variabel paritas dengan variabel anemia gizi
besi, didapat nilai p >0,779, artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kejadian anemia gizi besi di wilayah Praktek
Sumiariani Tahun 2016.
Penelitian ini sejalan dengan Melisa (2013) tentang faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil menyatakan bahwa ada
pengaruh antara pengetahuan dengan kejadian anemia dengan nilai p=0,013.
Hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada
ibu hamil dikarenakan banyak faktor yang menjadi penyebab anemia pada ibu
hamil yaitu faktor langsung, tidak langsung dan mendasar.Secara langsung anemia
disebabkan oleh kurang mengkonsumsi zat besi serta adanya infeksi parasit dalam
tubuh.Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil merupakan
faktor tidak langsung. Namun secara mendasar anemia pada ibu hamil disebabkan
oleh rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta faktor ekonomi yang masih
rendah namun pengetahuan ibu hamil yang cukup mengenai anemia dan faktor
yang mempengaruhinya tidak akan berarti jika ibu hamil tidak mengaplikasikan
pengetahuannya tersebut sehingga konsumsi makanan yang mengandung zat besi
tetap kurang (Tristiyanti, 2006).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2014)
dimanaterdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
kejadian anemia ibu hamil.Mengacu pada hal tersebut bahwa responden yang
berpengetahuan kurang dapat memengaruhi seseorang terhadap kejadian anemia
dan sebaliknya seseorang yang berpengetahuan baik maka tidak akan berdampak
terhadap kejadian anemia. Salah satu faktor penyebab terjadinya anemia pada ibu
hamil adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mengkonsumsi makanan
37

bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya selama kehamilan. Zat
gizi yang sangat penting bagi ibu hamil adalah zat besi jika asupan ibu kurang
maka akan menyebabkan ibu hamil mengalami anemia yang berakibat pada
gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Untuk itu pengetahuan ibu
hamil tentang zat besi sangat diperlukan untuk mencegah ibu mengalami anemia.
Pengetahuan ibu hamil yang cukup mengenai anemia dan faktor yang
mempengaruhinya tidak akan berarti jika ibu hamil tidak mengaplikasikan
pengetahuannya tersebut sehingga konsumsi makanan yang mengandung zat besi
tetap kurang (Samosir, 2014).

4.4.5 Hubungan Frekuensi ANC dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel
frekuensi ANC dengan variabel anemia pada ibu hamil, didapat nilai p >0,131,
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian
anemia gizi besi di wilayah Praktek Sumiariani Tahun 2016.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Amiruddin dkk (2004) bahwa frekuensi ANC tidak berhubungan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil.Hasil yang tidak signifikan dikarenakan pelayanan
antenatal care di Posyandu maupun di praktek bidan masih dapat dikategorikan
kurang baik, di Posyandu hanya dilakukan pengukuran tekanan darah dan
pemberian imunisasi TT sementara di praktek bidan juga hampir sama dengan
pelayanan di posyandu hanya saja di sini ibu dapat memperoleh tablet Fe. Hal ini
disebabkan kurangnya peralatan di posyandu seperti timbangan dan pengukur
tinggi badan.Selain itu, pelayanan antenatal yang tidak baik ini disebabkan karena
keterbatasan alat misalnya alat ukur Hb sehingga tidak dapat dilakukan skrining
anemia pada ibu hamil.Hal ini berbeda dengan penelitian Asyirah (2012) dimana
terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian anemia pada
ibu hamil dengan nilai p = 0, 000.Pemeriksaan kehamilan dianjurkan 4 kali dalam
kondisi kehamilan normal. Standar ANC dikenal dengan 7T yaitu Timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, ukur Tekanan darah, periksa Tinggi fundus uteri,
berikan Tetanus toxoid, Tablet tambah darah, Tes penyakit kelamin dan Temu
38

wicara dalam rangka persiapan rujukan. Pemeriksaan kehamilan secara teratur


merupakan upaya untuk mendeteksi dini bahaya atau komplikasi yang bisa terjadi
dalam kehamilan seperti anemia defisiensi besi pada ibu hamil.

4.4.6 Hubungan Konsumsi Fe dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil


Berdarkan uji statistik di peroleh p =0,546 artinya tidak ada hubungan
perolehan tablet zat besi (Fe) yang diterima dan yang dikonsumsi yang sesaui
dengan kehamilan dengan anemia pada ibu hamil.
Jumlah tablet besi (Fe) yang dikonsumsi ibu hamil menurut standart yang
diberikan oleh Depkes dan WHO adalah minimal 90 tablet dan dianjurkan kepada
ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet tambahan darah dengan dosis satu kali
sehari selama kehamilan (Depkes, 2009).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pane (2015) dimana tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kejadian anemia ibu hamil dengan konsumsi Fe
dengan nilai p = 0, 3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu hamil
yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung sebagian
besar menerima tetapi tidak mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). Hal ini disebabkan
karena sarana kesehatan terdekat kurang aktif untuk memberikan pelayanan
terutama bagi ibu hamil. Ibu hamil hanya memperoleh tablet zat besi (Fe) dan
ketidaktahuannya tentang manfaat tablet zat besi (Fe) buat janin yang
dikandungnya. Namun, penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Zebua
(2011) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi tablet besi
dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Tuhemberua tahun 2011 dengan p=0,007 (p < 0,05).Selama kehamilan, terjadi
peningkatan kebutuhan zat besi.Jumlah zat besi yang dibutuhkan sekitar 1000 mg
selama hamil. Kebutuhan zat besi pada trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg
sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,8 mg
sehari.Untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang cukup tinggi, ibu hamil
membutuhkan suplemen zat besi.Konsumsi zat besi sangat diperlukan oleh ibu
hamil yang ditujukan untuk mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor risiko
lainnya. Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet besi minimal 90 tablet
39

selama kehamilan. Tablet besi dapat diperoleh ibu hamil secara gratis di
puskesmas dan pemberian tablet besi merupakan salah satu standar minimal
pelayanan antenatal. Cakupan pemberian tablet besi di Puskesmas Tuhemberua
tahun 2009 masih cukup rendah yaitu 44,66%. Banyak faktor yang mendukung
rendahnya tingkat konsumsi tablet besi. Misalnya, wanita hamil sulit mengingat
aturan minum tiap hari, minimnya dana untuk membeli suplemen secara teratur
dan efek samping yang tidak nyaman dari tablet besi.
40

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperolehdari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa:
A. Kejadian anemia pada ibu hamil di Praktek Sumiariani tahun 2016
berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar 66 (88%) dari 75 ibu hamil.
B. Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada
ibu hamil.
C. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
D. Tidak ada hubungan antara status gizi (LILA) dengan kejadian anaemia
pada ibu hamil.
E. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia pada
ibu hamil.
F. Tidak ada hubungan antara frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan
kejadian anemia pda ibu hamil.

5.3 Saran
A. Untuk tenaga pelaksana lapangan agar lebih digiatkan dalam pemberian
KIE ( Komunikasi, Informasi, dan Edukasi ) pada ibu hamil mengenai
hubungan antara anemia pada kehamilan dengan paritas ibu yang beresiko.
B. Mengingat keterbatasan peneliti, maka kepada peneliti selanjutnya supaya
melakukan penelitian dengan menggunakan variabel atau faktor lain yang
belum tercakup dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai