Agoraphobia”
Disusun Oleh :
Fakultas : Psikologi
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman
bagi pembaca dalam Gangguan Panik dengan dan tanpa Agoraphobia
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini baik berupa bahan fisik maupun ilmu pengentahuan. Harapan kami semoga makalah ini
menambah wawasan, pengalaman, dan pemahaman bagi para pembaca, makalaah ini kami akui
banyak kekurangan karena pengalaman kami yang kurang. Kami harap maklum
Tim Penyusun
BAB I
DESKRIPSI DAN PENGERTIAN
A. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan yang berkaitan dengan masalah atau
gangguan yang tidak realistik dan irrasional, dan tidak dapat meningkatkan intensif dalam cara-
cara yang jelas. Untuk menerangkan hal ini, ada baiknya- nya dikemukakan terlebih dahulu
mengenai gaya neurotik (gaya neurotik). Ada dua hal yang penting dalam gaya neurotik ini, yaitu
inti neurotik (inti neurotik yang terdiri dari persepsi penuh lingkungan dan pertentangan neurotik
(paradoks neurotik) yang melibatkan perasaan yang terkait dengan masalah yang tergantung
pada masalah yang terjadi.
Seperti dalam contoh ibu muda yang sangat khawatir terhadap anak perempuan yang
pertama kali dilepas berangkat sekolah. Dalam pikran dan sebagian besar perasaan sang
ibu, lingkungan penuh tantangan, misalnya dalam bentuk ketidakteraturan penggunaan
jalan oleh masyarakat atau seba- liknya, sangat rendahnya dukungan yang didukung dan
mengendalikan atas ketidakmampuan masyarakat pengguna jalan oleh polisi lalu lintas.
Akibat dari keberadaan pikiran dan perasaan itu, maka dilakukanlah tindakan-tindakan
yang mendorong itu tidak mengenainya, misalnya, tetap mengantar anak ke sekolah,
sampai anak itu takut diri sendiri hanya bisa diantarkan orang tua ke sekolah. Adanya
tindakan-tindakan darurat untuk masalah-masalah yang sebenarnya wajar saja. Tindakan
neurotik ini antara lain dengan menggunakan pertahanan yang makin lama makin banyak,
sampai berlebihan
Adanya tindakan-tindakan yang sebaliknya akan menambah besar gangguan tersebut.
Jadi, seorang neurotik akan melakukan tindakan yang berlawanan atau berkebalikan
dengan tindakan-tindakan yang dilakukan, jika ia meminta kesembuhan.
Orang-orang tertentu dapat mengalami serangan panik yang dipicu oleh situasi atau peristiwa-
peristiwa khusus. Contoh : Orang dengan fobia sosial mendapatkan serangan panik, mereka
dihadapkan pada situasi sosial, membuat kerusuhan. Umumnya serangan panik cenderung
bersifat situasional : seseorang dapat lebih mudah menguasai din mereka dalam situasi itu, tetapi
tidak seialu. Dalam panik melibatkan pengalaman yang sangar buruk, yang menyebabkan
seseorang sangat takut atau tidak mendapatkan kenyamanan psikologis, Menunjukkan
kecemasan dan rasa kehilangan kendali, bahkan menjadi gila.
Berikut ini adalah simtom serangan panik yang lazim. Bila sekali-sekali mengalami simtom-
simtom ini merupakan hai wajar namun, bila empat atau lebih simtom muncul sering dan
mengganggu kehidupan sehari-hari, individu dapat didiagnosis gangguan panik, yaitu jantung
berdebar-debar, mati rasa atau kehilangan sensasi geli, mengalami panas atau dingin ,
berkeringat, gemetaran atau berguncang, sensasi nafas yang pendek, perasaan cekikan, dada
nyaman, mual atau perut terasa tidak enak, mendorong-mendorong limbung, mata berkunang-
kunang, merasa diri terasing, takut kehilangan kontrol atau menjadi gila. Takut akan mati.
Beberapa orang dengan Gangguan Panik mengalami beberapa serangan dalam satu periode
waktu yang singkat, seperti setiap hari dalam seminggu dan kemudian berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Namun selanjutnya tidak mengalami serangan sama sekali. Orang lain
mengalami serangan dengan frekuensi yang lebih sedikit tetapi tetap, seperti sekali dalam satu
minggu di setiap minggu dalam setiap bulannya.
Agoraphobia
Bersamaan dengan Gangguan panik ini adalah Agoraphobia, yaitu suatu ketakutan berada di
dalam suatu tempat atau situasi di mana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik
secara fisik maupun psikologis untuk melepaskan diri
Istilah Agoraphobia berasal dan bahasa Yunani yang dimaksudkan "takut terhadap tempat-
tempat belanja (pasar)" Orang-orang yang memiliki kesulitan agoraphobia takut kerumunan
(ramai), tempat-tempat ramai, seperti tempat-tempat belanja atau pusat perbelanjaan. Mereka
juga takut di ruang sempit, seperti bus, gang-gang, atau lift. Akhirnya, mereka takut akan tempat
terbuka yang luas, seperti lapangan terbuka, khusus jika mereka bebas. Oleh karna itu ketika
pergi ke gereja atau ke bioskop, orang ornag yang menderita agoraphobia selalu berencana untuk
bisa secepatnya meninggalkan tempat itu
Secara umum, seorang yang mengidap agoraphobia takut segala tempat dimana mereka mungkin
akan mendapatkan masalah dalam menyelamatkan diri atau meminta pertolongan dalam keadaan
genting (darurat). Penderita agoraphobia berpikir "Jika saya mendapat serangan panik di mal,
pesawat terbang, teater, dll, akan sulit bagi saya untuk mencari jalan keluar dengan cepat atau
untuk mendapatkan pertolongan "Orang dengan agorafobia juga sering khawatir tentang mereka
akan mempermalukan diri mereka sendiri jika orang lain melihat gejala panik mereka atau usaha
mereka menyelamatkan diri dalam serangan panik secara aktual orang-orang jarang sekali
mengatakan mereka mengalami serangan panic.
Agoraphobia juga dapat muncul pada orang-orang yang tidak mengalami serangan panik tetapi
beberapa orang yang melihat pengobatan untuk agoraphobia mengalami ledakan penuh serangan
panik lebih banyak serangan panik yang berada dalam taraf sedang atau fobia sosial yang hebat
di mana mereka mengalami simtom seperti panik dalam situasi sosial kehidupan orang-orang
dengan agoraphobia dapat menjadi sangat terganggu bahkan hancur dan benar-benar berhenti
secara total.
Meskipun perilaku agorafobik pada awalnya terkait dengan kejadian panic, tetapi perilaku
tersebut juga dapat relative independen dari serangan panik (Craske dan Barlow,1988: Craske,
Rapee, dan Barlow,1988).
C. Perspektif Psikologis
Setiap gangguan fisiologis pada gangguan panik berinteraksi dengan proses psikologis satu
pendekatan psikologis yang berfokus pada reaksi kondisi ketakutan berkontribusi pada
pengembangan serangan panik hal ini mengindikasikan bahwa hubungan sensasi tubuh individu
dengan memori pada serangan panik sebelumnya menyebabkan serangan panik berkembang
bahkan sebelum perubahan biologis yang jadi dapat diukur sepanjang waktu individu mulai
mengantisipasi serangan panik sebelum terjadi serangan tersebut mengarah pada perilaku
menghindar yang terlibat di agoraphobia dalam model kognitif perilaku pada gangguan
kecemasan seorang psikolog David barlow dan koleganya menyampaikan bahwa kecemasan
akan menjadi masalah yang tidak dapat dikendalikan bagi individu melalui perkembangan
lingkaran setan siklus ini dimulai dengan pengalaman individu terhadap sensasi perasaan negatif
yang menjadi penyebab orang merasa bahwa ada yang terjadi tidak dapat ter prediksikan atau
terkontrol saat perasaan ini meningkat dengan kuat mereka menggambarkan perhatian individu seperti
sebuah magnet saat ini individu terombang-ambing dalam sensasi yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat melakukan apapun kecuali berfikir mengenai hal tersebut kegagalan kognitif dan
kesalahan persepsi mengenai hal tersebut keduanya terjadi dalam tubuh dan lingkungan lebih
berkontribusi pada sensasi kecemasan seperti pada kasus fobia faktor kognitif juga memainkan
peran seperti halnya berkembangnya kepercayaan individu yang mengganggu yang
menambahkan kecemasan pada terjadinya serangan panik dalam cara yang tidak terkontrol di
waktu yang akan datang. Seperti halnya efektifitas pengobatan dalam mengurangi gejala gejala
panik mereka melihat bahwa hal tersebut tidak cukup kuat dalam treatment gangguan panik para
ahli saat ini sangat cenderung untuk merekomendasikan saat obat-obatan telah dianjurkan
intervensi psikoterapi sebaiknya juga disertakan ke dalam treatment latihan relaksasi merupakan
suatu teknik perilaku yang digunakan dalam treatment gangguan panik dan agorafobia dalam
pendekatan ini seorang klien belajar secara sistematis untuk mengubah ketegangan dan relaksasi
otot-otot pada seluruh tubuh yang seringkali di mulai pada bagian kening dan terus-menerus
tetapi setelah pelatihan client sebaiknya mampu untuk melakukan relaksasi tubuh saat
berhadapan dengan situasi yang mencemaskan hiperventilasi merupakan gejala umum dalam
serangan panik terkadang ditangani dengan sebuah bentuk counter conditioning dalam
pendekatan ini klien dengan hiperventilasi yang kuat selanjutnya dimulai dengan bernafas
dengan lambat sebuah Respon yang tidak sesuai dengan hiperventilasi berdasarkan pelatihan ini
klien dapat memulainya dengan bernafas dengan lambat pada gejala pertama terjadinya
hiperventilasi.
Oleh karena itu klien belajar bahwa bisa saja melatih kontrol pada hiperventilasi walaupun
pelatihan relaksasi dan kontraksi kondisioning memiliki pengaruh yang sama para ahli saat ini
menyadari bahwa intervensi yang lebih komprehensif mencakup teknik kognitif merupakan hal
yang penting fokus pada tahun-tahun sebelumnya tertuju pada peralatan treatment yang
memberikan individu perasaan mampu untuk mengontrol serangan umumnya para ahli
merekomendasikan pengenalan invivo saat mengenai menangani individu-individu dengan
gangguan panik khususnya agorafobia asumsinya treatment sangat efektif ketika klien dapat
melawan situasi yang mengancam.
D. Statistik
Gangguan panic dengan dan tanpa agoraphobia cukup lazim dijumpai kira kira 3,5 % dari
populasi suatu saat pernah memenuhi kriteria gangguan panic dua pertiganya adalah perempuan
dan, 5,3% memenuhi kriteria untuk agoraphobia. Gangguan panic biasanya terjadi pada masa
dewasa awal dari pertengahan umur belasan sampai 40 tahunan. Meskipun jarang, sebagian
anak-anak pubertas diketahui mengalami serangan panic tak terduga dan terkadang ada jug yang
mengalami gangguan panik. Ternyata pubertas tampaknya merupakan predictor yang lebih baik
untuk serangan panic tak terduga.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, 75% atau lebih diantara mereka yang menderita agoraphobia
adalah perempuan dikarenakan penyebab yang bersifat kultural. Lebih mudah dimaklumi jiak
perempuan melaporkan bahwa dirinya mengalami ketakutan dan menghindari sejumlah situasi.
Laki-laki diharapkan lebih kuat dan lebih berani, lebih tangguh. Faktanya semakin berat perilaku
menghindar agoraphobic semaki tinggi pula proporsi wanita mengalaminya. Lalu bagaimana
dengan laki-laki yang mengalami gangguan panic berat? Apakah sikap kultural dapat membuat
mereka mau tidak mau hraus mampi mengatasi kepanikannya? Jawabannya “tidak”. Cukup besar
sebenarnya bagi laki-laki mengalami serangan panic tak terduga dan mengatasinya secara
kultural, mereka mengkonsumsi alcohol cukup besar namun, hal ini justru membawa mereka
menjadi ketergantungan dan mengarah kepada adiksi yang lebih serius.
E. Penyebab
Faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial yang mungkin memberikan kontribusi pada
perkembangan dan dipertahankannya kecemasan serta pada terjadinya serangan panik yang tak
terduga yang pertama. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semua orang mewarisi kerentanan
tertentu terhadap stres, sebuah kecenderungan untuk secara umum terjadi terlalu relatif secara
neurobiologis terhadap berbagai kejadian sehari-hari. Jadi, sebagian orang lebih cenderung
memiliki reaksi emergensi (serangan panik yang tak terduga) dibandingkan orang lain ketika
menghadapi kejadian-kejadian yang menimbulkan stres. Ini mungkin meliputi stres di tempat
kerja atau di sekolah, kematian orang yang dicintai, perceraian, dan peristiwa-peristiwa positif
yang dapat menimbulkan stres, misalnya lulus kuliah dan memulai karier baru, menikah atau
beralih pekerjaan (kebanyakan orang mengalami sakit kepala atau tekanan darah tinggi dalam
merespons jenis stres yang sama). Ketika pada saat detak jantung seseorang meningkat, misalnya
karena berolahraga, ia mungkin berasumsi bahwa dirinya sedang mengalami serangan panik
(pengkondisian).
Kita tahu bahwa kira-kira 8% sampai 12% dari seluruh populasi sesekali mengalami serangan
panik, sering kali selama periode stres yang intens (Mattis dan Ollendick, 2001; Norton,
Harrison, Haunch dan Rhodes, 1985; Sagle, Beck dan Logan, 1998; M.J. Telch, Lucas dan
Nelson, 1989). Kebanyakan di antara mereka tidak mengembangkan kecemasan, hanya sekitar
3% yang terus mengembangkan kecemasan akan mengalami serangan panik lagi di masa
mendatang sehingga memenuhi kriteria untuk gangguan panik.
Intervensi psikologis
Penanganan psikologis cukup efektif untuk gangguan panik, penanganan tersebut
berkonsentrasi pada pengurangan perilaku menghindar dengan strategi memberikan
situasi-situasi yang ditakuti, dilakukan dengan cara menata kondisi sedemikian
rupa yg mana pasien sedikit demi sedikit mampu menghadapi situasi yg
ditakutinya dan pada akhirnya tahu bahwa sebenarnya tak ada yg perlu ditakuti.
DAFTAR PUSTAKA
Wiramihardja, duration A. 2005. PENGANTAR PSIKOLOGi
ABNORMAL.bandung ; refika aditama
Halgin, richard P. Dan susan kesusu whitbourne. 2010. Psikologi
abnormal: Perspektif klinis pada gangguan psikologi. Jakarta; selembar
humanika