Anda di halaman 1dari 13

“Gangguan Panik Dengan dan Tanpa

Agoraphobia”

Disusun Oleh :

Alvi Liani 17.11.1001.3510.004


Lindiani Syafira 17.11.1001.3510.010
Deka Andi Gunawan 17.11.1001.3510.008
Fristia Widiastuti 16.11.1001.3510.078
Khalifatur Rachman 17.11.1001.3510.020

Fakultas : Psikologi

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman
bagi pembaca dalam Gangguan Panik dengan dan tanpa Agoraphobia

Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini baik berupa bahan fisik maupun ilmu pengentahuan. Harapan kami semoga makalah ini
menambah wawasan, pengalaman, dan pemahaman bagi para pembaca, makalaah ini kami akui
banyak kekurangan karena pengalaman kami yang kurang. Kami harap maklum

Samarinda, 16 April 2019

Tim Penyusun
BAB I
DESKRIPSI DAN PENGERTIAN

A. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan yang berkaitan dengan masalah atau
gangguan yang tidak realistik dan irrasional, dan tidak dapat meningkatkan intensif dalam cara-
cara yang jelas. Untuk menerangkan hal ini, ada baiknya- nya dikemukakan terlebih dahulu
mengenai gaya neurotik (gaya neurotik). Ada dua hal yang penting dalam gaya neurotik ini, yaitu
inti neurotik (inti neurotik yang terdiri dari persepsi penuh lingkungan dan pertentangan neurotik
(paradoks neurotik) yang melibatkan perasaan yang terkait dengan masalah yang tergantung
pada masalah yang terjadi.
 Seperti dalam contoh ibu muda yang sangat khawatir terhadap anak perempuan yang
pertama kali dilepas berangkat sekolah. Dalam pikran dan sebagian besar perasaan sang
ibu, lingkungan penuh tantangan, misalnya dalam bentuk ketidakteraturan penggunaan
jalan oleh masyarakat atau seba- liknya, sangat rendahnya dukungan yang didukung dan
mengendalikan atas ketidakmampuan masyarakat pengguna jalan oleh polisi lalu lintas.
Akibat dari keberadaan pikiran dan perasaan itu, maka dilakukanlah tindakan-tindakan
yang mendorong itu tidak mengenainya, misalnya, tetap mengantar anak ke sekolah,
sampai anak itu takut diri sendiri hanya bisa diantarkan orang tua ke sekolah. Adanya
tindakan-tindakan darurat untuk masalah-masalah yang sebenarnya wajar saja. Tindakan
neurotik ini antara lain dengan menggunakan pertahanan yang makin lama makin banyak,
sampai berlebihan
 Adanya tindakan-tindakan yang sebaliknya akan menambah besar gangguan tersebut.
Jadi, seorang neurotik akan melakukan tindakan yang berlawanan atau berkebalikan
dengan tindakan-tindakan yang dilakukan, jika ia meminta kesembuhan.

Jenis-jenis tantangan (penghambatan) dalam gaya neurotik di antara yang lain


 Agresi atau asersi: Seorang dengan neurotic style memperlihatkan diri sebagai seseorang
yang selalu gelisah (terhitung) dalam setiap situasi. Ada orang-orang yang ketika
menghadapi suatu situasi, akan bertindak rugi. Jadi kalaupun terjadi yang sesuai, hal itu
akan dianggap terpaksa
 Tanggung-jawab dan kemandirian: Ada individu yang mengembangkan pola perilaku
yang didasari sikap aversif yang didukung oleh kecemasan dalam kerangka kerja
membangun independensi atau untuk mendukung otonomi (pengurus) untuk penguasaan
atau pengarahan orang lain, maka akan menyebabkan stres dan kegelisahan yang
berkaitan dengan kejiwaan (menimbulkan rasa sakit, sakit, secara psikologis). Situasi-
Situasi atau peristiwa-peristiwa ya mengundang asersi-asersi adalah keberanian bertindak
independen atau memiliki otoritas, akan dianggap tidak menyenangkan. Ada sebagian
kecil orang yang kurang memiliki tergantung, sehingga melakukan tindakan tergantung
(tergantung), seperti seorang anak. Namun, bagi sebagian besar orang, hal itu merupakan
bagian dari kehidupan yang tidak memuaskan. Perkembangan simtom-simtom tidak
berdaya merupakan komplikasi dari gaya neurotik
 Submisi: yaitu sikap dan perilaku yang mengalihkan rasa takut atau cemas dan
menghadapinya dengan melakukan tindakan- tindakan mengambil kulturnya. Tingkah
laku sesuai, dan ketergantungan merupakan tingkah laku yang sesuai untuk tatanan
kehidupan Akan tetapi, respon-respons ini mengundang respon yang melibatkan
kecemasan, karena sebenarnya ia tidak menghendakiNya.
 Kedekatan (keintiman) dan kepercayaan (kepercayaan): Orang-orang yang ingin
mengatasi kecemasan yang kuat, berusaha untuk mendekat pada pihak-pihak yang lebih
kuat. Dia tidak dapat mengembangkan dirinya sebagai makhluk yang hidup dalam cara
yang tidak disukai atau ia sendiri yang tidak disukai. Ini adalah sikap yang Memelihara
kecemasan yang sedang berkembang.

B. Panic Disorder dan Agoraphobia


Panic Disorder
Panic Disorder ditandai oleh perpindahan satu atau dua serangan panik yang tidak diharapkan,
yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Yang
dimaksud di sini adalah bahwa umum- nya orang melihat keadaan-keadaan itu sebagai situasi
yang menakutkan. Panik berasal dari kata Pan yaitu nama Dewa Yunani yang tinggal dipegunungan dan
hutan serta mempunyai tingkahlaku yang sulit diramalkan. Riwayat Gangguan Panik ini berasal dari
konsep yang dikemukakan oleh Jacob Mendes DaCosta (1833-1900) gejala-gejala seperti serangan
jantung yang ditemukan pada tentara-prajurit Perang Saudara Amerika. Gejala DaCosta meliputi gejala
psikologik dan somatik. Serangan Panik ditandai dengan gejala anxietas yang berat seperti: berdebar-
debar, nyeri dada, sesak nafas, tremor, pusing, merasa dingin atau panas, ada depersonalisasi atau
derealisasi, gejala mencapai puncaknya dalam 10 menit .Gangguan Panik merupakan serangan panik yang
berulang-ulang dengan onset cepat dan durasi sangat singkat. Gangguan Panik bisa disebabkan faktor
biologik,genetik atau psikososial.

Orang-orang tertentu dapat mengalami serangan panik yang dipicu oleh situasi atau peristiwa-
peristiwa khusus. Contoh : Orang dengan fobia sosial mendapatkan serangan panik, mereka
dihadapkan pada situasi sosial, membuat kerusuhan. Umumnya serangan panik cenderung
bersifat situasional : seseorang dapat lebih mudah menguasai din mereka dalam situasi itu, tetapi
tidak seialu. Dalam panik melibatkan pengalaman yang sangar buruk, yang menyebabkan
seseorang sangat takut atau tidak mendapatkan kenyamanan psikologis, Menunjukkan
kecemasan dan rasa kehilangan kendali, bahkan menjadi gila.
Berikut ini adalah simtom serangan panik yang lazim. Bila sekali-sekali mengalami simtom-
simtom ini merupakan hai wajar namun, bila empat atau lebih simtom muncul sering dan
mengganggu kehidupan sehari-hari, individu dapat didiagnosis gangguan panik, yaitu jantung
berdebar-debar, mati rasa atau kehilangan sensasi geli, mengalami panas atau dingin ,
berkeringat, gemetaran atau berguncang, sensasi nafas yang pendek, perasaan cekikan, dada
nyaman, mual atau perut terasa tidak enak, mendorong-mendorong limbung, mata berkunang-
kunang, merasa diri terasing, takut kehilangan kontrol atau menjadi gila. Takut akan mati.

Beberapa orang dengan Gangguan Panik mengalami beberapa serangan dalam satu periode
waktu yang singkat, seperti setiap hari dalam seminggu dan kemudian berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Namun selanjutnya tidak mengalami serangan sama sekali. Orang lain
mengalami serangan dengan frekuensi yang lebih sedikit tetapi tetap, seperti sekali dalam satu
minggu di setiap minggu dalam setiap bulannya.

Agoraphobia
Bersamaan dengan Gangguan panik ini adalah Agoraphobia, yaitu suatu ketakutan berada di
dalam suatu tempat atau situasi di mana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik
secara fisik maupun psikologis untuk melepaskan diri
Istilah Agoraphobia berasal dan bahasa Yunani yang dimaksudkan "takut terhadap tempat-
tempat belanja (pasar)" Orang-orang yang memiliki kesulitan agoraphobia takut kerumunan
(ramai), tempat-tempat ramai, seperti tempat-tempat belanja atau pusat perbelanjaan. Mereka
juga takut di ruang sempit, seperti bus, gang-gang, atau lift. Akhirnya, mereka takut akan tempat
terbuka yang luas, seperti lapangan terbuka, khusus jika mereka bebas. Oleh karna itu ketika
pergi ke gereja atau ke bioskop, orang ornag yang menderita agoraphobia selalu berencana untuk
bisa secepatnya meninggalkan tempat itu
Secara umum, seorang yang mengidap agoraphobia takut segala tempat dimana mereka mungkin
akan mendapatkan masalah dalam menyelamatkan diri atau meminta pertolongan dalam keadaan
genting (darurat). Penderita agoraphobia berpikir "Jika saya mendapat serangan panik di mal,
pesawat terbang, teater, dll, akan sulit bagi saya untuk mencari jalan keluar dengan cepat atau
untuk mendapatkan pertolongan "Orang dengan agorafobia juga sering khawatir tentang mereka
akan mempermalukan diri mereka sendiri jika orang lain melihat gejala panik mereka atau usaha
mereka menyelamatkan diri dalam serangan panik secara aktual orang-orang jarang sekali
mengatakan mereka mengalami serangan panic.
Agoraphobia juga dapat muncul pada orang-orang yang tidak mengalami serangan panik tetapi
beberapa orang yang melihat pengobatan untuk agoraphobia mengalami ledakan penuh serangan
panik lebih banyak serangan panik yang berada dalam taraf sedang atau fobia sosial yang hebat
di mana mereka mengalami simtom seperti panik dalam situasi sosial kehidupan orang-orang
dengan agoraphobia dapat menjadi sangat terganggu bahkan hancur dan benar-benar berhenti
secara total.
Meskipun perilaku agorafobik pada awalnya terkait dengan kejadian panic, tetapi perilaku
tersebut juga dapat relative independen dari serangan panik (Craske dan Barlow,1988: Craske,
Rapee, dan Barlow,1988).

Teori dan treatment gangguan panik dan agoraphobia


Dalam mencoba memahami gangguan panik dan agoraphobia, peneliti mengarahkan pada
diskusi mengenai kedua fenomena ini secara bersamaan walaupun beberapa lebih merupakan
dasar bagi hal yang lainnya teori-teori yang tersedia mendukung bahwa kedua gangguan ini
memiliki komponen Psikologi dan fisiologis namun tidak jelas apakah faktor psikologis yang
menyebabkan perubahan fisiologis atau bersifat timbal balik antara keduanya kita akan berfokus
baik perspektif biologis maupun psikologis karena keduanya sangat relevan untuk memahami
dan treatment gangguan panik dan agoraphobia.
Perspektif biologis dengan mempertimbangkan kontribusi perspektif biologis dalam
memperkembangkan gangguan panik para peneliti telah menemukan fakta bahwa kerabat yang
memiliki hubungan biologis pada seseorang dengan gangguan panik 8 tali lebih besar tali
mengembangkan kondisi tersebut, selain itu orang yang mengalami gangguan panik sebelum
usia 20 tahun memiliki hubungan kekerabatan pada tingkat pertama 20 kali lebih banyak
daripada orang lain. Dengan kondisi ini hal ini mengindikasikan adanya sebuah kemungkinan
bahwa terdapat beberapa komponen genetik pada gangguan panik sebuah kumpulan teori
biologis berfokus pada abnormalitas dalam tingkatan khusus neurotransmitter berdasarkan
sebuah sudut pandang orang dengan gangguan panik memiliki tambahan norepinefrin dalam
sebuah struktur dalam sistem limbik yang mencakup rasa takut teori proporsi neurotransmitter
gangguan ini diderita karena penurunan Gamma aminobutyric acid atau Gaba sebuah
neurotransmitter dengan fokus penghambat pengaruh neuron.
Teori ini didukung dengan bukti bahwa terjadi pengurangan respon reseptor Gaba dalam korteks
pada individu yang mengalami gangguan panik berdasarkan teori ini kecemasan yang dialami
orang dengan gangguan panik terjadi karena aktivitas yang rendah dari sistem neurotransmitter
neuron dalam bagian subkortikal otak yang mencakup serangan panik menjadi lebih aktif dengan
sedikitnya Gaba yang menghambat mereka para peneliti juga berfokus pada sistem otak yang
memberi tanda saat kurangnya ketersediaan udara untuk bernafas berdasarkan teori sensitifitas
kecemasan orang dengan gangguan panik cenderung menginterpretasikan manifestasi kognitif
dan somatis pada stres dan kecemasan dalam cara yang sangat buruk mereka memiliki sebuah
mekanisme kekurangan nafas yang hipersensitif sehingga mereka berpikir tidak dapat bernafas
walaupun orang lain merasa tidak ada hal yang aneh dalam situasi tersebut kesalahan mekanisme
tanda bahaya ini menyebabkan orang menjadi tercekik dan orang akan terlempar dalam kondisi
panik sistem pernafasan yang tidak teratur dapat membuat orang mudah diserang sensitif
kekurangan nafas dan tercekik dalam penelitian yang mencakup sensitifitas kecemasan individu
dengan gangguan panik ditunjukkan pada kondisi ketika mereka bernafas dengan dibantu alat
yang memaksa mereka untuk menahan nafas lebih dari 5 menit setelah waktu tersebut tingkat
karbondioksida meningkat kondisi yang akan memacu ketakutan mereka dalam kesulitan
bernafas bagi kecemasan maupun ketakutan tidak dapat bernafas memprediksikan respon
kekuatiran pada kondisi tersebut namun, ketakutan tidak dapat bernafas lebih kuat berhubungan
dengan perasaan panik yang responden alami penemuan ini menunjukkan bahwa baik faktor fisik
maupun psikologis merupakan faktor yang penting untuk memahami penyebab gangguan panic,
mungkin terdapat komponen genetik pada fenomena anti sifat kecemasan dengan kata lain anak-
anak dapat mengarah pada sebuah kecenderungan reaksi yang berlebihan pada ancaman ketika
mereka bisa mendapatkan sedikit oksigen. Mengingat bahwa faktor biologis memainkan peran
yang sama dengan penyebab gangguan panik banyak klinisi merekomendasikan treatment
dengan menggunakan obat-obat yang yang efektif untuk menangani hal ini adalah benzodiazepin
obat-obatan ini berhubungan dengan reseptor neuron yang kemudian menjadi aktif oleh stimulasi
ini mengarah pada penghambatan bagian otak yang mencakup serangan panik beberapa
benzodiazepinea yang umumnya dicantumkan dalam resep adalah oksida diazepam dan
Alprazolam untuk penanganan gangguan panik yang efektif obat-obat tersebut harus digunakan,
paling sedikit selama 6 bulan dan kemungkinan sampai 1 tahun karena obat-obat tersebut sering
kehilangan efektivitas terapi serta mengarahkan pada ketergantungan fisik dan psikologis klinis
mencari jalan lain yang mencakup anti depresi dan menghambat penyerapan kembali serotonin
seperti flu dan fluvoxamine sertraline juga dapat bermanfaat dengan individu yang memiliki
gejala-gejala kronis dan berulang.

C. Perspektif Psikologis
Setiap gangguan fisiologis pada gangguan panik berinteraksi dengan proses psikologis satu
pendekatan psikologis yang berfokus pada reaksi kondisi ketakutan berkontribusi pada
pengembangan serangan panik hal ini mengindikasikan bahwa hubungan sensasi tubuh individu
dengan memori pada serangan panik sebelumnya menyebabkan serangan panik berkembang
bahkan sebelum perubahan biologis yang jadi dapat diukur sepanjang waktu individu mulai
mengantisipasi serangan panik sebelum terjadi serangan tersebut mengarah pada perilaku
menghindar yang terlibat di agoraphobia dalam model kognitif perilaku pada gangguan
kecemasan seorang psikolog David barlow dan koleganya menyampaikan bahwa kecemasan
akan menjadi masalah yang tidak dapat dikendalikan bagi individu melalui perkembangan
lingkaran setan siklus ini dimulai dengan pengalaman individu terhadap sensasi perasaan negatif
yang menjadi penyebab orang merasa bahwa ada yang terjadi tidak dapat ter prediksikan atau
terkontrol saat perasaan ini meningkat dengan kuat mereka menggambarkan perhatian individu seperti
sebuah magnet saat ini individu terombang-ambing dalam sensasi yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat melakukan apapun kecuali berfikir mengenai hal tersebut kegagalan kognitif dan
kesalahan persepsi mengenai hal tersebut keduanya terjadi dalam tubuh dan lingkungan lebih
berkontribusi pada sensasi kecemasan seperti pada kasus fobia faktor kognitif juga memainkan
peran seperti halnya berkembangnya kepercayaan individu yang mengganggu yang
menambahkan kecemasan pada terjadinya serangan panik dalam cara yang tidak terkontrol di
waktu yang akan datang. Seperti halnya efektifitas pengobatan dalam mengurangi gejala gejala
panik mereka melihat bahwa hal tersebut tidak cukup kuat dalam treatment gangguan panik para
ahli saat ini sangat cenderung untuk merekomendasikan saat obat-obatan telah dianjurkan
intervensi psikoterapi sebaiknya juga disertakan ke dalam treatment latihan relaksasi merupakan
suatu teknik perilaku yang digunakan dalam treatment gangguan panik dan agorafobia dalam
pendekatan ini seorang klien belajar secara sistematis untuk mengubah ketegangan dan relaksasi
otot-otot pada seluruh tubuh yang seringkali di mulai pada bagian kening dan terus-menerus
tetapi setelah pelatihan client sebaiknya mampu untuk melakukan relaksasi tubuh saat
berhadapan dengan situasi yang mencemaskan hiperventilasi merupakan gejala umum dalam
serangan panik terkadang ditangani dengan sebuah bentuk counter conditioning dalam
pendekatan ini klien dengan hiperventilasi yang kuat selanjutnya dimulai dengan bernafas
dengan lambat sebuah Respon yang tidak sesuai dengan hiperventilasi berdasarkan pelatihan ini
klien dapat memulainya dengan bernafas dengan lambat pada gejala pertama terjadinya
hiperventilasi.

Oleh karena itu klien belajar bahwa bisa saja melatih kontrol pada hiperventilasi walaupun
pelatihan relaksasi dan kontraksi kondisioning memiliki pengaruh yang sama para ahli saat ini
menyadari bahwa intervensi yang lebih komprehensif mencakup teknik kognitif merupakan hal
yang penting fokus pada tahun-tahun sebelumnya tertuju pada peralatan treatment yang
memberikan individu perasaan mampu untuk mengontrol serangan umumnya para ahli
merekomendasikan pengenalan invivo saat mengenai menangani individu-individu dengan
gangguan panik khususnya agorafobia asumsinya treatment sangat efektif ketika klien dapat
melawan situasi yang mengancam.

D. Statistik
Gangguan panic dengan dan tanpa agoraphobia cukup lazim dijumpai kira kira 3,5 % dari
populasi suatu saat pernah memenuhi kriteria gangguan panic dua pertiganya adalah perempuan
dan, 5,3% memenuhi kriteria untuk agoraphobia. Gangguan panic biasanya terjadi pada masa
dewasa awal dari pertengahan umur belasan sampai 40 tahunan. Meskipun jarang, sebagian
anak-anak pubertas diketahui mengalami serangan panic tak terduga dan terkadang ada jug yang
mengalami gangguan panik. Ternyata pubertas tampaknya merupakan predictor yang lebih baik
untuk serangan panic tak terduga.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, 75% atau lebih diantara mereka yang menderita agoraphobia
adalah perempuan dikarenakan penyebab yang bersifat kultural. Lebih mudah dimaklumi jiak
perempuan melaporkan bahwa dirinya mengalami ketakutan dan menghindari sejumlah situasi.
Laki-laki diharapkan lebih kuat dan lebih berani, lebih tangguh. Faktanya semakin berat perilaku
menghindar agoraphobic semaki tinggi pula proporsi wanita mengalaminya. Lalu bagaimana
dengan laki-laki yang mengalami gangguan panic berat? Apakah sikap kultural dapat membuat
mereka mau tidak mau hraus mampi mengatasi kepanikannya? Jawabannya “tidak”. Cukup besar
sebenarnya bagi laki-laki mengalami serangan panic tak terduga dan mengatasinya secara
kultural, mereka mengkonsumsi alcohol cukup besar namun, hal ini justru membawa mereka
menjadi ketergantungan dan mengarah kepada adiksi yang lebih serius.

E. Penyebab
Faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial yang mungkin memberikan kontribusi pada
perkembangan dan dipertahankannya kecemasan serta pada terjadinya serangan panik yang tak
terduga yang pertama. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semua orang mewarisi kerentanan
tertentu terhadap stres, sebuah kecenderungan untuk secara umum terjadi terlalu relatif secara
neurobiologis terhadap berbagai kejadian sehari-hari. Jadi, sebagian orang lebih cenderung
memiliki reaksi emergensi (serangan panik yang tak terduga) dibandingkan orang lain ketika
menghadapi kejadian-kejadian yang menimbulkan stres. Ini mungkin meliputi stres di tempat
kerja atau di sekolah, kematian orang yang dicintai, perceraian, dan peristiwa-peristiwa positif
yang dapat menimbulkan stres, misalnya lulus kuliah dan memulai karier baru, menikah atau
beralih pekerjaan (kebanyakan orang mengalami sakit kepala atau tekanan darah tinggi dalam
merespons jenis stres yang sama). Ketika pada saat detak jantung seseorang meningkat, misalnya
karena berolahraga, ia mungkin berasumsi bahwa dirinya sedang mengalami serangan panik
(pengkondisian).
Kita tahu bahwa kira-kira 8% sampai 12% dari seluruh populasi sesekali mengalami serangan
panik, sering kali selama periode stres yang intens (Mattis dan Ollendick, 2001; Norton,
Harrison, Haunch dan Rhodes, 1985; Sagle, Beck dan Logan, 1998; M.J. Telch, Lucas dan
Nelson, 1989). Kebanyakan di antara mereka tidak mengembangkan kecemasan, hanya sekitar
3% yang terus mengembangkan kecemasan akan mengalami serangan panik lagi di masa
mendatang sehingga memenuhi kriteria untuk gangguan panik.

F. Penanganan dan Pengobatan


Respon terhadap penangan spesifik tertentu, baik berupa obat/penanganan
psikologis dapat menunjukkan penyebab gangguan tersebut.
Ada kelebihan dan kekurangan untuk masing-masing kelompok obat, salah satunya
imipramin salah antidepresan trisiklik, efek samping yg cukup kuat, seperti:
 Sakit kepala
 Mulut kering
 Terkadang disfungsi seksual sehingga banyak pasien tidak mau
menggunakannya dalam jangka waktu yg lama

Dari pihak benzodiazepin obat lainnya seperti alprazolam (xanax) yg biasa


digunakan pada gangguan panik bekerja dengan sangat cepat tetapi sulit
dihentiakn pemakaiannya karena terjadinya dependensi dan adiksi baik secara
psikologis maupun fisik.
Semua benzodiazepin sampai tingkat tertentu memberikan efek yang kurang baik
bagi pada fungsi-fungsi kognitif dan motorik, pada dasarnya orang yg
memakainya dengan dosis tinggi sering merasa penurunan kemampuan contohnya
mengemudi dan belajar.
Sekitar 60% pasien yg mengalami gangguan panik terbebas dari panik selama
mereka patuh menggunakan obat sesuai anjuran dokter ahli (ballenger dan kawan-
kawan 1988)
Tetapi angka kambuhnya tinggi ketika pemakaiannya dihentikan, 20% - 50%
pasien kambuh kembali pada pemakai antidepresan trisiklik (spiegel, 2000)
Angka kambuh 90% untuk mereka yang berhenti memakai benzodiazepin (fyer,1987)

Intervensi psikologis
Penanganan psikologis cukup efektif untuk gangguan panik, penanganan tersebut
berkonsentrasi pada pengurangan perilaku menghindar dengan strategi memberikan
situasi-situasi yang ditakuti, dilakukan dengan cara menata kondisi sedemikian
rupa yg mana pasien sedikit demi sedikit mampu menghadapi situasi yg
ditakutinya dan pada akhirnya tahu bahwa sebenarnya tak ada yg perlu ditakuti.
DAFTAR PUSTAKA
Wiramihardja, duration A. 2005. PENGANTAR PSIKOLOGi
ABNORMAL.bandung ; refika aditama
Halgin, richard P. Dan susan kesusu whitbourne. 2010. Psikologi
abnormal: Perspektif klinis pada gangguan psikologi. Jakarta; selembar
humanika

Anda mungkin juga menyukai