Sistem Operasional Bank Syariah
Sistem Operasional Bank Syariah
PEMBAHASAN
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH
Pembicara mengenai sistem operasional lembaga keuangan syariah pada intinya
adalah membicarakan tentang bagaimana kerja dan optimalisasi masing-masing
bagian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Berkaitan dengan hal itu, maka
adanya job description dan job specification merupakan hal yang sangat
penting.1
Job Description
Berikut akan dijelaskan bagian yang terkait dalam sistem operasional bank syariah.
1. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah terdiri dari 3 orang atau lebih dengan profesi
hukum islam, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas Syariah, berfungsi
memberikan Fatwa Agama terutama dalam produk-produk bamk syariah.
Kemudian bersama dengan Dewan Komisaris mengawasi pelaksanaanya. Fatwa
Agama dari hasil keputusan musyawarah DPS disampaikan secara tertulis kepada
Direksi dengan tindakan Dewan Komisaris. Ide baru terutama tentang
produk-produk bank syariah, baik yang timbul dariDPS sendiri, dari Komisaris,
dari Direksi maupun dari umat islam pada umumnya, harus melalui musyawarah
DPS untuk dijadikan fatwa agama yang juga disampaikan kepa direksi secara
tertulis dengan tindakan kepada Dewan Komisaris.2
Dewan Komisaris
Apabila pelaksanaan produk-produk bank syariah kurang ataupun tidak
sesuai dengan fatwa agama dari DPS, maka Komisaris mengadakan musyawarah
bersama antara Direksi, DPS, Komisaris. Keputusan atau hasil musyawarah
1
http://sitiajadeh.blogspot.com/2011/11/organisasi-dan-mekanisme-kerja.html di
akses 16 april 2012
2
Muhamad, manajemen bank syariah.(yogyakarta:UPP APM YKPN,)2005
tersebut dijadikan fatwa agama baru, yang disampaikan kepada Direksi secara
tertulis dengan tindasan kepada Dewan Komisaris.
2. Direksi
Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan seorang atau lebih
Direktur, bertugas dalam memimpin dan mengawasi kegiatan bank syariah
sehari-hari, sesuia dengan kebijaksanaan umum yang telah disetujui Dewan
Komisaris dalam RUPS.
3. Bidang Marketing
Fungsinya sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu
Direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang
marketing dan pembiayaan (kredit). Disamping itu juga berfungsi sebagai
supervisi dan pekerjaan lain sesuai dengan ketentuan/policy manajemen.
4. Bidang operasional
Fungsi bidang operasional sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk
membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas dibidang operasional bank.
Fungsi tersebut meliputi aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif secara efisien dan
efektif dalam rangka pelaksanaan dan pengamatan pelayanan jasa-jasa perbankan
berdasarkan sistem dan prosedur operasional perusahaan yang telah ditetapkan
serta sesuai dengan policy/kebijakan manajemen serta peraturan-peraturan
pemerintah.
5. Bidang umum
Fungsi bidang umum adalah sebagai staf/karyawan bank yang bertugas untuk
membantu penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Disamping itu juga berfungsi sebagai
sekretariat. Demikian pula tugas-tugas terkait dengan urusan
personalia/kepegawaian.
6. Bidang pengawasan
Bidang pengawasan disini ialah penegasan manajerial yang ditangani oleh
Direksi (Direktur Utama), agar perusahaaan dapat berjalan sesuai dengan
ketentuan serta dapat mencapai keberhasilan yang optimal. Diluar bidang
pengawasan masih juga terdapat pengawasan pembiayaan yang merupakan
pengawasan fungsional.
Tugas pokok bidang pengawasantersebut ialah mengawasi seluruh kegiatan
bank syariah agar dapat berjalan lancar sehingga dapat mencapai keberhasilan
secara baik.
Job Specification
Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada
operasional bank syariah meliputi :
a. Mobilisasi dana/ funding
Dalam [proses pembiayaan terdapat administrasi yang di tangani a/o atau pun
pembagian support pembiayaan. Disamping itu setelah permohonan menjadi
debitur mulai dari pencairan dananya sampai pelunasan atau pun
pembayaran-pembayaran debitur akan ditangani oleh bagian administrasi
pembiayaan.
e. Bagian pengawasan pembiayaan .
S/A member informasi dalam hal operasianal kantor bank syariah. disamping
itu S/A mengadministrasikan jaminan nasabah funding yang baru.
g. Kas dan teller.
Kas dan teller selaku kuasa bank untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan penerimaan dan penarikan pembayaran uang. Tugas kas/teller juga
mengatur dan memelihara saildo/posisi yang ada dalam tempat khasanah
bank.dapat pula melakukan pekerjaan lain sesuai dengan ketentuan/police
pekarjaan.
h. Bagian jasa dan nasabah (janas)
k. Personalia.
3
Ibid,Muhammad hal 151-159
POKOK-POKOK OPERASIONAL BANK SYARIAH
Landasan hukum dalam operasional4
1. Dewan Pengawas Syariah, setelah menerima laporan dari direksi terutama yang
menyangkut produk-produk bank syariah, segera mengadakan musyawarah dengan
pimpinan ketuanya. hasil atau keputusan-keputusannya dituangkan dalam fatwa
agama yang disampaikan kepada direksi dengan tindandasan kepada komisaris.
2. Operasional Bank Syariah yang dipimpin oleh direksi berlandaskan fatwa agama
tersebut.
3. Produk-produk baru baik yang timbul dari Direksi, Komisaris, DPS maupun
masyarakat pada umumnya harus melalui Fatwa Agama dari DPS yang
disampaikan kepada Direksi dengan tindasan kepada Komisaris.
4. Kebijakan Direksi yang tidak sesuai dengan Fatwa Agama, karena tidak mampu
berlandaskan Fatwa Agama tersebut atau pun dengan alasan lain, segera diambil
oleh Komisaris ubtuk diadakan musyawarah bersama antara Direksi, DPS dan
Komisaris. Hasil keputusan dijadikan Fatwa Agama dari DPS yang segera
disampaikan kepada direksi dengan tindasan kepada komisaris, DPS dan komisaris
mengawasipelaksanaan fatwa tersebut.
Untuk pertama kali, Direksi membuat rencana kerja atau operasional dan
membuat anggaran yang disampaikan kepada gubernur bank indonesia di dalam
permohonan izin operasional. setelah mendapat izin operasional dari departemen
keuangan, barulah bank syariah boleh melaukan kegiatan atauoperasional.sebagai
kelanjutan dari operasional tahun berikutnya, direksi membat rencana kerja
operasional dan anggaran yang disetujui oleh komisaris.
KEGIATAN OPERASIONAL BANK SYARIAH
A. Bidang Marketing
1. Sebagai langkah awal bidang marketing membuat rencana target, baik untuk
4
muhammad, manajemen bank syariah, (yogyakarta; sekolah tinggi ilmu manajemen
YKPN, 2011) HAL 161.
produk funding maupun produk financing. dalam membuat target tersebut haruslah
disesuaikan dengan rencana kerja operasional bank syariah yang dibuat oleh direksi.
2. kegiatan operasionalnya
a. pemasaran produk dengan melalui beramacam-macam media pemasaran, baik
media elektronik,cetak, pertemuan-pertemuan, khutbah jumat dan sebagainya.
b. kegiatan funding officer dan anggotanya terutama dalam mobilisasi
dana,hasinya;
Funding; Saham, Deposito Mudhorobah, tabungan Mudhoobah, titipan
(wadi'ah dhomanah) atau zakat,infaq, dan shadaqah (ZIS).
setelah diadministrasikan oleh FO, funding yangbaru diserahkan kepasa SA
( service assistent) dan bagian jasa nasabah ( Janas ), sedangkan funding
kelanjutan langsung diserahkan kepada teller atau kasir.
Hasil pembiayaan diserahkan kepada A/O untuk diperoses selanjutnya.
5
Tim Pengembang Perbankan Syariah, Konsep Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syariah,( Jakarta; Djambatan, 2003) hal 57-74.
sistem penghimpunan dana bank syariah meliputi :
1. Prinsip wadi’ah
Prinsip wadi’ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah
bertindak sebagai yang meminjamkan uang sedangkan bank sebagai
peminjam. Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan
memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu intensif.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya
mencangkup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan
lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan biaya
pengganti administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang
benar-benar terjadi.
Prinsip wadi’ah dalam produk bank syariah dapat dikembangkan
menjadi dua jenis, yaitu : Wadi’ah yad Amanah dan Wadi’ah yad
Dhomanah.
2. Prinsip mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan bertindak
sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana ini digunakan
bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Jika
terjadi kerugian maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.
Sistem penyaluran dana bank syariah
Didalam bank islam metode penyaluran dana jauh berbeda dengan bank
konvensional, karena bank islam tidak mengenal kredit dengan segala
macam derivatifnya. Karena kredit akan sangat berhubungan erat dengan
uang dan bunga (riba).
Sistem penyaluran dana bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga
model, yaitu :
1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli.
2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakuakn dengan prinsip sewa.
3. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip
bagi hasil.
a. Sitem jual beli (tijaroh)
Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola :
Dilakukan untuk transfer of property
Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi
harga jual barang.
Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk
pembiayaan sebagai berikut :
1. Pembiayaan Murabahah (dari kata ribhu=keuntungan) ;
bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang
diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara
tangguh.
2. Salam (jual beli barang belum ada). Pembayaran tunai,
barang diserahkan tangguh. Bank sebagai pembeli dan
nasabah sebagai penjual. Dalam transsaksi ini ada kepastian
tentang kualitas, kuantitas, harga dan waktu penyerahan.
3. Isthisna’, jual beli seperti akad salam namun pembayaranya
dilakukan oleh bank dalam bebrapa kali pembayaran.
Isthisna’ diterapkan paada pembiayaan manufaktir dan
kontruksi.
b. Sistem bagi hasil
Bagi hasil adalah konsep yang paling lazim dan tidak ada keraguan
didalamnya, dan hampir seluruh ulama sepakat dengan transaksi
bagi hasil. Transaksi bagi hasil yang dapat diterapkan dalam
perbankan islam pada umumnya dibagi dalam 2 nnjenbis transaksi
yaitu :
1. Mudharabah
Mudharabah adalah salah satu konsep bagi hasil antara pemilik
modal (shahibul mal) dengan pengelola/pengusaha (mudharib).
Bank islam untuk menjalankan fungsinya menyalurkan dana
masyarakat adalah dengan teknik mudharabah. Dalam hal ini
bank sebagai pemilik dana (shahibul mal) yang
menginvestasikan dananya kepada suatu proyek atau pekerjaan
yang dikelola oleh pengusaha (mudharib).
Pengusaha mengajukan proposal untuk mengerjakan suatu
proyek atau pekerjaan kepada bank dengan pola bagi hasil.
Dalam hal ini bank akan memberikan modal 100% untuk
dikelola oleh mitra kerjanya yaitu pengusaha tadi, dengan
perjanjian bahwa jika proyek tersebut menghasilkan
keuntungan atau pendapatan dari proyek tersebut akan dibagi
menurut porsi yang ditentukan (nisbah) misal, 67% untuk
pemilik modal dan 33% untuk pengusaha.
2. Musyarakah
Cara lain untuk menyalurkan dana masyarakat bank islam
melakukan teknik musyarakah (syirkah). Yaitu percampuran
dana untuk tujuan pembagian keuntungan. Musyarakah
sepintas hampir mirip mudharabah. Perbedaanya yang paling
mencolok adalah kalau mudharabah modalnya 100% dari
pemilik dana dan pengelola hanya menyediakan keahlian dan
tenaga kerja untuk menjalankan usahanya. Sedangkan
musyarakah, jika bank islam melakukan transaksi musyarakah
dengan mitranya (nasabah), maka nasabah harus memiliki dana
sebagian selain keahlian dan tenaga kerja untuk mengelola
usaha tersebut.
3. Pembiayaan
Ada dua jenis transaksi yang dibolehkan dalam syariat islam
pembiayaan. Yaitu transaksi pengalihan piutang (hawalah) dan
gadai (rahn). Alasan penulis memasukan kedua transaksi ini
dalam pembiayaan adalah bahwa dua kelompok transaksi diatas
yaitu jual-beli dan bagi hasil berhhubungan erat dengan
barang/objek yang diperjualbelikan atau proyek yang
keuntunganya dibagi hasilkan. Pada pembiayaan, tidak ada
barang maupun proyek yang ditransaksikan, tetapi
murni pinjam-meminjam uang. Sekalipun dalam gadai ada
barang yang disyaratkan, barang tersebut bukan merupakan
objek transaksi, tetapi barang tersebut hanya merupakan
jaminan bagi sipemberi pembiayaan.
a. Hawalah
Hawalah adalah perpindahan piutang nasabah (muhal)
kebank (muhalaih). Nasabah meminta bank membayarkan
terlebih dahulu piutang yang timbul baik dari jual beli
maupun transaksi lainya yang halal. Atas bantuan bank
untuk melunaskan piutang nasabah terlebih dahulu bank
dapat meminta jasa pada nasabah, yang besarnya dengan
mempertimbangkan faktor resiko bila piutang tidak
tertagih.
b. Rahn
Rahn adalah menahan sesuatu dengan hak yang
memungkinkan pengambilan manfaat darinya atau
menjadikan sesuatu yang bernilai ekonomis pada
pandangan syariah sebagai kepercayaan atas hutang yang
memungkinkan pengambilan hutang secara keseluruhan
atau sebagian dari barang itu.
4. Pinjaman
a. Qard
Qard adalah apa yang diberikan dari harta yang terukur
yang dapat ditagih/dituntut, atau akad yang dikhususkan
yang dikembalikan pada membayar harta yang terukur
kepada orang lain agar dikembalikan.
Salah satu fungsi bank islam adalah memberikan kegiatan
sosial. Dalam hal untuk dapat mengaplikasikan fungsi ini,
bank islam menyalurkan dana dalam bentuk qard dari dana
yang dihimpundari hasil kegiatan sosial juga seperti zakat,
infak, shodaqah.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin. Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non
Devisa di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol. 7 No. 4,
2003.
http://sitiajadeh.blogspot.com/2011/11/organisasi-dan-mekanisme-kerja.html di akses
16 april 2012
Tim Pengembang Perbankan Syariah, Konsep Produk dan Implementasi Operasional
Bank Syariah, Jakarta; Djambatan, 2003.
http://mylittlefairy.blogspot.com/2011/11/sistem-operasional-bank-syariah.html