Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS Juli, 2018

HIPERTENSI

NAMA : Yuliana Litha

STAMBUK : N 111 16 089

PEMBIMBING : dr.I NjomanWidajandja, M. Kes

dr. Benny Siyulan, M. Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di
Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat
umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan. Pedoman praktis klinis ini
disusun untuk memudahkan para tenaga kesehatan diIndonesia dalam menangani
hipertensi terutama yang berkaitan dengankelainan jantung dan pembuluh
darah.[1]
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telahmenyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampirsama besar di negara berkembang maupun di negara maju.
Hipertensi merupakansalah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain
mengakibatkan gagaljantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal
maupun penyakitserebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap
tingginya biayapengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke
dokter, perawatan di rumah sakit dan/atau penggunaan obat jangka panjang.[1]

Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik


karena alasanpenyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”.
Tanpa disadaripenderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otakataupun ginjal.[1]

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial


(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial
merupakan95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi initelah diidentifikasi, namun belum
satupun teori yang tegas menyatakanpatogenesis hipertensi primer tersebut.
Hipertensi sering turun temurun dalamsuatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis
hipertensi primer.[2]

2
Hipertensi sekunder, kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan
sekunder dari penyakitkomorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal
kronis ataupenyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obattertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan
hipertensi ataumemperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.[2]

Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey


(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi
mereka, danhanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang
diinginkandibawah 140/90 mmHg.1Di Indonesia masalah hipertensi cenderung
meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012,
prevalensi Indonesia mencapai 31,7%.3Di Puskesmas Talise prevalensi hipertensi
bulan Desember tahun 2017 berjumlah 36 pasien dan januari 2018 meningkat
menajdi 63 pasien.4

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei


Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensidan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.[2]

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan kasus ini meliputi:

1. Sebagai pemenuhan syarat menyelesaikan tugas di bagian Ilmu Kesehatan


Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyakit Hipertensi dilingkungan wilayah kerja Puskesmas
Talise

3
BAB II

PERMASALAHAN

1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. O
Umur : 59 tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD

2. Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh nyeri pada kepala tiba-tiba, Keluhan kadang muncul
sesaat setelah pasien sehabis bekerja. Keluhan tersebut dirasakan sangat
menganggu terutama dalam aktivitasnya sehari-hari, keluhan kadang disertai
dengan adanya pusing, sesak napas terkadang, tangan dan kaki yang kram, serta
rasa tidak nyaman saat tidur malam hari ketika nyeri itu timbul. Pasien juga biasa
mengeluhkan nyeri pada sendi kaki, namun hal ini tidak begitu mengganggu.
Tidak ada demam yang dirasakan, pola makan suka makan makanan yang asin
dan bersantan serta goreng-gorengan. Pasien mengaku mereka memoliki
kebiasaan memasak nasi yang dicampurkan dengan garam karena rasanya lebih
enak. BAB dan BAK lancar. Pasien mengeluh sudah sering merasakan keluhan
tersebut.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+) sudah ± 2 tahun semenjak
pemeriksaan, asma (-), DM (-), riwayat operasi (-), Alergi (-), riwayat minum obat
anti hipertensi (+).

4
Riwayat Penyakit Keluarga :
Saudara pasien yang sempat dijumpai dirumah pasien juga memiliki
riwayat hipertensi.

kakak Pasien

Meninggal
Hipertensi

Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku sudah pernah berobat sebelumnya dari 2 tahun yang lalu,
namun saat keluhan hilang pasien tidak kontrol kembali.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:


1. Pasien memiliki 3 orang anak. Anak pertama perempuan, kedua laki-laki dan
ketiga anak perempuan. Anak pertamanya telah menikah dan memiliki 1 anak
namun sudah 4 tahun ditingal oleh suaminya. Anak keduanya belum menikah
dan masih tinggal bersama pasien. Anak ketiganya telah menikah tinggal di
rumah mertuanya, namun tidak jauh dari rumah pasien.
2. Pasien tinggal dirumah bersama anak pertamanya, anak keduan dan cucunya.
3. Pasien mengaku sering merasa sedih ketika memikirkan nasib anak pertamnya
yang ditinggal pergi oleh suaminya dan kasihan terhadap cucunya.
4. Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah kebawa. Perkiraan pendapatan
per bulan tidak menentu. Pasien bekerja sebagai petani.
5. Untuk air minum, pasien mendapatkan air dari sumber air PAM dan kadang
juga dari air sungai. Pasien mengaku selalu memasak air hingga mendidih
menggunakan kayu api sederhana untuk keperluan konsumsi rumah tangga.

5
6. Pasien tinggal di rumah permanen, berdinding tembok berukuran 10x15
meter, atap seng, lantai terbuat dari semen kasar pada bagian kamar dan ruang
keluarga dan pada ruang makan terbuat dari semen halus, serta lantai dapur
terbuat dari bambu, mempunyai 2 kamar tidur, 2 pintu masuk dan keluar dan
2 jendela serta ventilasi di setiap jendela dan pintu dengan ukuran yang
memadai, MCK berada diluar rumah dan dinilai lumayan layak digunakan.

Pemeriksaan Fisik

Keadaaan umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 210/110 mmHg
Frek. Nadi : 96 x/menit
Frek. Nafas : 22 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Berat Badan : 49 kg
Tinggi Badan : 156 cm
BMI : 20,01
Status Gizi : Normal

Pemeriksaan Penunjang
GDS: 130 AU: 5,5

Diagnosis Kerja
Hipertensi Grade II

Penatalaksanaan
Amlodipin tablet 10 mg 0-0-1
Vit b compleks 1x1

Prognosis
Dubia ad bonam

6
Analisis

Pasien adalah seorang perempuan berusia 59 tahun yang mengeluhkan


adanya nyeri pada kepala pasien yang telah dirasakan sejak beberapa waktu
belakangan ini. Keluhan tersebut kadang disertai rasa tidak nyaman terutama pada
bagian tubuh lain seperti pada kepala yang pusing dan kadang terasa sesak. Nyeri
pada sendi dan tulang-tulang yang terkadang juga dirasakan namun tidak
mengganggu aktivitas. Pola makan yang tidak teratur seperti sering makan
makanan yang asin, bersantan serta berminyak. Pasien juga memiliki kebiasaan
memasak nasi yang dicampurkan dengan garam.

Pasien memliki riwayat hipertensi dan keluarga pasien juga sempat


menderita penyakit yang sama. Pasien mengaku telah konsumsi obat
antihipertensi namun saat keluhan hilang pasien sudah berhenti minum obat dan
tidak melakukan kontrol kembali ke puskesmas.

7
BAB III

PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor


utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan hipertensi, yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, saudara kandung pasien juga
mengalami penyakit serupa, ayah dan ibu tidak diketahui menderita hipertensi
atau tidak semasa hidupnya, Faktor genetik dalam kasus tersebut belum dapat
dipastikan dengan benar karena data yang tidak mendukung pada keluarga
dekat pasien. Tetapi kemungkinan adanya faktor genetik dapat
dipertimbangkan mengingat saudara pasien juga menderita penyakit yang
sama.
Pada pasien ini berusia 59 tahun, dimana risiko hipertensi meningkat
seiring dengan pertambahan umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding
pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya adalah meningkatnya
tekanan darah sistolik.
Kedua faktor ini merupakan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan tidak dapat dihindari, sehingga pasien hanya dapat
memodifikasi faktor risiko lain seperti gaya hidup yang mendukung
pencegahan peningkatan tekanan darah.

2. Faktor perilaku
 Pengetahuan
Pada pasien tingkat pendidikan terakhir adalah SD. Hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya kasus hipertensi karena dengan tingkat

8
pendidikan yang lebih tinggi seharusnya pengetahuan atau informasi yang
dimiliki tentang hipertensi dan faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi menjadi lebih baik. Masalah hipertensi pada
umumnya sering timbul karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi
yang memadai tentang penyakit ini. Pasien tidak mengetahui banyak
tentang penyakitnya, hanya berobat jika merasakan keluhan saja sehingga
hipertensinya tidak terkontrol.
 Sikap
Dari hasil anamnesis didapatkan salah satu faktor perilaku yang
mempengaruhi pada kasus ini yang mendukung terjadinya hipertensi
adalah kebiasaan diet tinggi garam, makanan tinggi lemak, dan jarang
berolahraga. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah dan
bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran
dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Pola makan pada
pasien dan keluarga yang sering makan makanan yang digoreng dan
bersantan merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Makanan
yang digoreng dan bersantan yang mengandung kadar lemak yang tinggi
yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah dan
memudahkan terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan aliran darah. Selain itu, pasien dan keluarganya
juga memiliki kebiasaan makan nasi yang dimasak dengan campuran
garam.

3. Faktor lingkungan
 Lingkungan fisik
Dalam kasus ini, lingkungan tempat tinggal pasien yang mendukung
terjadinya penyakit hipertensi yang dialaminya adalah:
 Stress
Pasien ini memiliki faktor stres karena selalu sedih memikirkan nasib
anak pertamanya yang ditinggal pergi oleh suaminya dan merasa
kasihan terhadap cucunya.

9
 Lingkungan ekonomi
Pasien merupakan seorang petani yang tinggal bersama anak dan
cucunya. Keluarga pasien berada pada status ekonomi menengah kebawah
dengan penghasilan yang tidak menentu. Rendahnya status ekonomi akan
menyulitkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
mendapatkan pengobatan.
 Lingkungan sosial-budaya
Pada pasien ini faktor sosial budaya yang mempengaruhi adalah
kebiasaan warga sekitar yang sering memasak masakan yang asin dan
bersantan saat membuat acara dan kebiasaan budaya yang sering memasak
masakan yang tinggi natrium seperti ikan asin dan dua juga makanan
bersantan lainnya. Pasien memiliki kebiasaan memasak nasi yang
dicampurkan dengan garam.
Selain itu stigma di masyarakat yang menganggap bahwa ketika
keluhan yang dirasakan sudah terasa membaik, obat-obatan yang
dikonsumsi sudah dapat dihentikan. Banyak anggapan seperti itu pada
beberapa anggota keluarga pasien yang diwawancarai.

4. Faktor pelayanan kesehatan


Alur pelayanan pasien hipertensi di Puskesmas Talise sama seperti pasien
dengan penyakit lain yaitu :
a. Pasien mendaftar ke loket puskesmas
b. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan anamnesis
singkat
c. Diarahkan ke poli umum untuk mendapatkan pengobatan
d. Setelah dilakukan pemeriksaan dan memperoleh resep pasien
diarahkan ke apotek

Usaha kesehatan perorangan (UKP) di Puskesmas Talise untuk


menangani pasien hipertensi, pasien akan masuk ke poli umum dan
ditangani oleh dokter umum. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien

10
diberikan resep yang kemudian diambil di apotek. Di Puskesmas Talise
banyak hal yang telah dilakukan dalam menunjang UKP seperti:
- Pasien dengan diagnosis hipertensi diberikan konseling gizi untuk
mengatur asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari
- Puskesmas Talise memiliki 3 dokter umum yang terbagi dalam 3
poli yaitu poli anak, poli umum dan poli lansia.

Usaha kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Talise untuk


menangani pasien hipertensi dilakukan di posbindu setiap bulannya. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan UKM antara lain:

- Dilakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi secara


kelompok maupun individu pada pasien yang menderita hipertensi.
- Dilakukan pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, lingkar perut,
dan Tanda-tanda vital
- Dilakukan Pemeriksaan kolesterol, gula darah dan asam urat oleh
petugas kesehatan.
Dalam melakukan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di
Puskesmas Talise terlebih tentang pelaksanaan posbindu, masih ada
beberapa hal yang belum terlaksana secara sempurna dikarenakan
beberapa kendala, antara lain :

- Tidak adanya dokter yang mendampingi pelaksanaan posbindu,


sehingga pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh pemegang
program posbindu. Sehingga terapi yang diberikan mungkin saja
tidak sesuai untuk penanganan pasien yang bersangkutan.
- Pasien yang tidak seluruhnya dapat berkunjung rutin setiap bulan
ke posbindu karena alasan aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan
ataupun karena letak rumah yang jauh sehingga penjaringan pasien-
pasien sakit masih kurang.
Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi seringkali
terabaikan padahal melihat kejadian yang terjadi dalam beberapa tahun
belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi
justru semakin meningkat.
11
Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk
menanggulangi penyakit hipertensi mulai dari pelayanan di poli lansia,
posyandu lansia, posbindu serta pelayanan dalam memberikan obat telah
dianggap cukup dalam penanggulangan penyakit hipertensi.

Five Level of Preventions sebagai berikut:

1. Promosi Kesehatan (health promotion)


Promosi kesehatan (health promotion) merupakan tindakan atau upaya
kesehatan yang dilakukan pada saat masyarakat atau individu masih dalam
keadaan sehat. Seseorang tersebut diberi penjelasan tentang kesehatan dan
pencegahan penyakit agar seseorang atau individu tersebut tidak terserang
penyakit. Tujuan dari promosi kesehatan (health promotion) ini adalah
Memberikan pembinaan atau penyuluhan kepada masyarakat untuk
menciptakan lingkungan yang sehat dari penyakit. Dalam kasus ini dapat
dilakukan:
 Lebih sering melakukan promosi kesehatan tentang penyakit
hipertensi serta dampak atau komplikasi yang ditimbulkan dari
penyakit hipertensi, hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan
posbindu ataupun dipuskesmas.
 Melakukan promosi kesehatan tentang faktor-faktor apa saja yang
dapat memicu penyakit hipertensi, terutama yang berhubungan
dengan perilaku masyarakat daerah kerja puskesmas Talise seperti
kebiasaan makan yang tinggi kadar garam, kolesterol serta
kebiasaan merokok agar kedepanya pola hidup masyarakat menjadi
lebih sehat.
 Perlunya dilakukan promosi kesehatan yang dapat mengubah pola
pikir masyarakat bahwa obat hipertensi harus diminum seumur
hidup walaupun tidak merasakan gejala, hal ini dapat dilakukan
diposbindu, poli puskesmas ataupun dapat juga dilakukan seminar
awam tentang penyakit hipertensi.

12
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit tertentu. Tujuan
dari specific protection ini adalah sebagai perlindungan khusus terhadap
ancaman seperti penyakit. Tindakan yang dapat dilakukan adalah:
 Memberikan informasi pada masyarakat tentang makanan apa saja
yang dapat memicu naiknya tekanan darah seperti makanan yang
mengandung kadar garam tinggi sebaiknya dihindari, kopi, dan
kebiasaan merokok yang harus dihentikan.
 Memberikan informasi pada masyarakat bahwa salah satu pemicu
naiknya tekanan darah adalah stres, sehingga pasien dapat
menghindari hal-hal yang dapat membuat stres baik di rumah, di
tempat kerja ataupun dilingkungan masyarakat lain.
 Olahraga ringan teratur dapat merupakan salah satu solusi untuk
mencegah ataupun mengontrol tekan darah.
 Untuk masyarakat dengan obesitas, mengurangi berat badan adalah
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah ataupun
mengontrol hipertensi.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment) Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Hal yang
dapat dilakukan adalah:

 Melakukan skrining dengan memeriksa tekanan darah tidak hanya


pasien dengan factor resiko seperti lansia tetapi semua pasien
sebaiknya diukur tekanan darahnya secera rutin.
 Memberikan pengobatan yang tepat untuk mencapai target tekanan
darah tertentu sesuai dengan guideline hipertensi.
 Memberikan kemudahan untuk akses obat hipertensi, seperti
pemberian obat hipertensi untuk satu bulan untuk meningkatkan
kepatuhan pasien untuk minum obat.

13
4. Membatasi kecacatan (disability limitation)

Usaha ini merupakan lanjutan dari usah early diagnosis and


promotif treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat (tidak terjadi
komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan
tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin. Hal yang dapat dilakukan adalah:
 Untuk penyakit hipertensi penyebab kecacatan terbesar adalah
stroke, untuk itu, cara yag dilakukan adalah sekali lagi dengan
merubah pola hidup dan pengobatan yang teratur untuk mencapai
tekanan darah yang terkontrol.
 Untuk pasien yang sudah mengalami stroke, perlu selain pola
hidup sehat dan pengobatan teratur, perlu juga dilakukan latihan
fisik untuk mengembalikan fungsi tubuh.
5. Pemulihan (rehabilitation)
Pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial. Hal yang dapat dilakukan adalah:
 Untuk pasien yang sudah mengalami stroke, diberikan motivasi
bahwa dengan latihan fisik yang teratur dapat mengembalikan
fungsi tubuh yang terkena stroke walaupun tidak sempurna.
 Untuk keluarga pasien, diberikan pemahaman bahwa pasien pasca
stroke membutuhkan perhatian khusus dari keluarga.
 Dimasyarakat, dapat dibentuk suatu kegiatan khusus sebulan sekali
misalnya yang ditujukan bagi penderita stroke, misalnya senam
bersama, sekaligus dapat memotivasi para penderita stroke untuk
dapat pulih. Tentunya hal ini dibutuhkan dukungan dari msyrakat
itu sendiri.

14
15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:

1. Penyakit hipertensi pada kasus ini berkaitan dengan empat determinan


kesehatan, yaitu faktor faktor biologis/genetik, lingkungan, perilaku,
dan faktor pelayanan kesehatan masyarakat. Namun faktor yang paling
berperan dalam kasus ini adalah faktor genetik dan faktor perilaku.

4.2 Saran
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut, dapat
diberikan saran berdasarkan Five Level Prevention

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Muchid et al, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina


Farmasi Kemenkes. Jakarta. 2006.

2. Soenarta et al, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit


Kardiovaskular. Pedoman PERKI. Jakarta. 2015.

3. Puskesmas Talise. 2016. Profil Puskesmas kinavaro Tahun 2016.


Puskesmas Talise: Palu.

4. Repositori Terbitan Ilmiah USU. Penilaian Kesehatan Masyarakat.


Universitas Sumatera Utara. 2012

17
LAMPIRAN

Gambar 1. Tampak dapur

Gambar 2. Tampak tempat cuci piring

18
Gambar 3. Tampak ruang makan sekaligus ruangan nonton

Gambar 4. Foto bersama pasien

19

Anda mungkin juga menyukai