Anda di halaman 1dari 29

I.

Konsep Keluarga
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Y
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Komposisi keluarga

K
Status Imunisasi
Hub.dengan et
No Nama Jk Umur Pendidikan
KK BC Polio DPT Hepatitis Ca
G 1 2 3 4 1 2 31 2 3
1. Bpk.S Y Suami Tamat SMP  

2. Ibu.Y S Istri Tamat SD 

3. An.R A Anak SD 

4. An. A A Anak – 

b. Genogram

c. Tipe Keluarga
Keluarga Bapak S adalah Tipe keluarga Inti yaitu terdiri dari ayah, ibu dan ke
dua anaknya.
d. Suku Bangsa
Semua anggota keluarga Bapak S berasal dari suku bugis, bahasa sehari-hari
menggunakan bahasa Indonesia.
e. Agama
Keluarga Bapak S menganut agama islam dan selalu menjalankan sholat 5
waktu, tetapi jarang mengikuti acara kegamaan di sekitar rumahnya.

f. Status Sosial Ekonomi


Menurut Bapak S penghasilannya tidak menetap, penghasilan keluarga ± Rp.
500.000/ bulan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak S
bergantung pada penghasilan sawah yang di percaya untuk Bapak S kelola
dengan sistim setiap kali panen di bagi dua dengan pemilik sawah, namun Ibu
Y mengatakan belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya
di tambah dengan kebutuhan anak sekolah.
g. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Bapak S mengatakan bahwa mereka tidak pernah rekreasi, namun berkumpul
bersama keluarga, bapak S dan ibu Y sering ngobrol tetapi tidak pernah setiap
hari karena Bapak S bekerja dari pagi sampai sore hari.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Bapak S saat ini adalah Anak pertama
berumur 7 tahun yang sudah duduk di bangku sekolah dasar dan anak ke
dua berumur 4 tahun dan belum sekolah. Jadi tahap perkembangan
keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak usia sekolah.
b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga saat ini belum terpenuhi adalah anak
pertama berumur 7 tahun duduk di bangku sekolah Dasar dan anak ke dua
berumur 4 tahun yang sebentar lagi akan sekolah. Sementara Ibu Y dalam
keadaan kurang sehat.
c. Riwayat Keluarga Inti
Bapak S mengatakan bahwa tidak mempunyai penyakit menurun seperti
DM, Asma. Dalam satu keluarga hanya Ibu Y yang terkena penyakit yaitu
Kusta. Hampir tidak pernah pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan seperti saat kedua anaknya berusia 0-9 bulan tidak
mendapatkan imunisasi wajib lengkap. Ketika bapak S dan keluarganya
menderita sakit seperti batuk, flu, demam, mereka hanya minum obat yang
dibeli di pasaran. Begitupun saat istri bapak S menderita penyakit kusta
hanya dua kali ke puskesmas setelah terdiagnosa penyakit kusta.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Bapak S mengatakan tidak pernah sakit ataupun menderita penyakit yang
menular. Namun sebelumnya keluarga Bapak S dan Ibu Y mengatakan
awalnya hanya gatal-gatal biasa diduga di sebabkan karna alergi makanan.
Ibu Y juga mengatakan sebelum mereka pindah rumah pernah bertetangga
dengan penderita penyakit kusta.
Riwayat Kesehatan Masing-Masing Anggota Keluarganya Adalah Sebagai
Berikut.
1) Ayah
Bapak S saat ini dalam keadaan sehat dan tidak pernah menderita penyakit
yang serius atau menular.
2) Anak pertama dan kedua Ibu S dalam keadaan sehat.
3) Ibu Y saat ini dalam keadaan kurang sehat sejak 1 tahun yang lalu. Ibu Y
mengeluh penyakitnya menimbulkan bintik-bintik kemerahan dan
berwarna putih abu-abu, bengkak disertai gatal-gatal dibagian wajah,
lengan, paha dan punggung. Keluhan ini sudah lama dirasakan namun Ibu
Y membiarkan saja tanpa diobati karna keluarga menganggap itu hanya
alergi. Hal ini semakin bertambah parah atas anjuran keluarga maka Ibu Y
memutuskan untuk berobat Kepuskesmas dan Diagnose Dokter bahwa Ibu
Y menderita kusta Basah dan diberikan obat sesuai dengan program.
Riwayat Pengobatan
Saat pengkajian di lakukan Ibu Y mengatakan minum obat selama 9 bulan
namun saat ini Ibu Y sudah tidak lagi dan berhenti minum obat tanpa
sepengatahuan petugas kesehatan yang memberikan pengobatan.
3. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1. Rumah Bapak S adalah rumah kayu dan milik sendiri. Luas rumah yang
di tempati kurang lebih 6 x 5 m2 terdiri dari 2 kamar tidur yang tidak
memiliki sekat, 1 ruang tamu, 1 dapur dan WC yang menyatu dengan
rumah dan memiliki WC tipe leher angsa dan pijakan WC leher angsa
terbuat semen yang licin sudah berlumut, bangunan rumah segi empat
lantai rumah terbuat dari tanah, serta keadaan lingkungan yang agak kotor
dan penataan perabot rumah tangga tidak tertata dengan rapi, penerangan
dan ventilasi <10% luas rumah, khususnya penerangan ventilasi dalam
kamar tidak ada yang masuk, tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
Pembuangan sampah di belakang rumah dan di biarkan berserakan.
Disamping rumahnya ada Sumur yang digunakan sebagai air minum
bapak S atau kebutuhan sehari-hari yang berada jarak 2m dan septic tank
berada jarak 5m.
Gambar Denah Rumah Bapak S

Tempat
5m sampah 6 m2

Kamar mandi + wc
Septic
tank 5 Dapur
m2 Ruang Kamar
tamu tidur
Kamar
tidur
sumur

Keterangan :

1. Pintu depan :1

2. Jendela depan :1
3. Kamar tidur :2

4. Ruang tamu :1

5. Kamar mandi+WC :1

6. Dapur :1

7. Pintu belakang :1

8. Tempat sampah :1

9. Sumur :1

10. Septictank :1

b. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Tempat Tinggal


Keluarga Bapak S hidup di lingkungan tempat tinggal tidak begitu ramai
tinggal di perkampungan tersebut. Tetangga Bapak S selalu
memperhatikan kesehatan ibu Y, keluarga Bapak S adalah bukan
penduduk asli akan tetapi sudah lama tinggal di kampung tersebut. Ibu Y
sering berinteraksi dengan tetangga yang dekat maupun jauh. Hal ini di
lakukan pagi dan sore hari bila tidak ada pekerjaan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak menikah ibu Y dan Bapak S sering berpindah
rumah namun Bapak S tinggal berdampingan dengan tetangga yang
cukup baik yang sudah di anggap sebagai saudara di karenakan selalu
membantu keluarga Bapak S Sewaktu dalam masalah.
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Masyarakat
Hubungan interaksi keluarga ibu Y dengan masyarakat cukup baik,
namun sebelum sakit keluarga ibu Y selalu aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan keagamaan seperti pengajian yang ada di laksanakan di sekitar
tempat tinggalnya, setelah ibu Y sakit, ibu Y sudah tidak pernah
mengikuti kegiatan- kegiatan keagamaan yang dilakukan di kampungnya.
e. System Pendukung Keluarga
Keluarga Bapak S semuanya sehat kecuali Ibu Y yang terkena penyakit
Kusta. Yang merawat ibu Y adalah suami dan tetangga yang di anggap
sebagai keluarga. Bapak S tidak tahu bagaimana cara merawat ibu Y dan
hanya di rawat apa adanya saja. ibu Y tidak menpunyai tabungan yang
dapat di gunakan pada sewaktu-waktu dan biasanya keluarga
menggunakan kartu SKTM pada saat berobat ke puskesmas.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Bapak S menggunakan komunikasi terbuka dan bahasa yang di
gunakan adalah kadang-kadang bahasa bugis serta bahasa Indonesia dan
komunikasi juga di lakukan dengan cara musyawarah untuk
menyelesaikan masalah. Bapak S sering memarahi atau menegur bila
anaknya melakukan kesalahan.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam pengambilan keputusan keluarga yang paling dominan adalah
Bapak S dan pengaturan keuangan di atur oleh ibu Y.
c. Struktur Peran
Peran Bapak S adalah mencari nafkah dan tugas dari ibu Y adalah
merawat dan menjaga ke dua anaknya, model peran lebih dominan oleh
bapak S dan tidak pernah terjadi konflik peran dalam keluarga.
d. Nilai atau Norma Keluarga
Nilai dan norma keluarga yang berlaku pada keluarga Bapak S di
sesuaikan dengan nilai agama yang di anut dan norma yang berlaku di
lingkungannya, melihat keadaan penyakit ibu Y, keluarga tetap percaya
bahwa penyakit yang di derita ibu Y akan sembuh.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Ibu Y mengatakan dirinya mulai sakit-sakitan, sehingga tidak mampu
mengerjakan pekerjaan yang berat dan merawat suami serta anak-
anaknya. Bapak S dapat menghargai ketidakmampuan pekerjaan yang
dilakukan oleh Ibu Y sehingga Bapak S selalu memberikan dukungan
yang positif kepada Ibu Y bahwa penyakitnya tidak akan membatasi apa
yang Ibu Y lakukan. Ibu Y selalu mengajarkan kepada anak-anaknya
untuk saling berbuat baik kepada sesama.
b. Fungsi Sosialisasi
Kehidupan keluarga Bapak S tetap berinteraksi dengan baik dari
sebelum Ibu Y terkena penyakit maupun sudah terkena penyakit tersebut.
Bapak S selalu mengajarkan kapada anggota keluarga tentang ajaran
agama islam dalam kehidupan sehari-hari.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Mengenal masalah
Kemampuan keluarga Bapak S dalam mengenal masalah kesehatan
masih kurang tentang penyakit Kusta hal ini di sebabkan karena
tingkat pendidikan yang rendah hanya sebatas SMP dan pemahaman
keluarga terhadap masalah yang di derita oleh ibu Y tidak begitu
banyak.
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
 Keluarga Bapak S tidak mengerti tentang penyakit kusta,
mereka mengira bahwa penyakit kusta itu tidak berbahaya dan
tidak menular, padahal sesuai dengan keterangan medis bahwa
kusta dapat menular dengan cara kontak langsung.
 Bapak S menganggap bahwa penyakit yang di derita ibu Y
hanya penyakit biasa.
 Ibu Y selalu berfikir positif bahwa penyakitnya dapat sembuh
walaupun dalam hatinya sedih tetapi dengan adanya suami dan
anak-anaknya ia selalu tersenyum dan bersabar.
 Keluarga bapak S tidak merasa takut dengan penyakit kusta,
anggapannya penyakit tersebut bukanlah suatu penyakit yang
membahayakan.
 Saat ini Ibu Y sudah berhenti minum ia hanya minum obat
selama 9 bulan karena puskesmas yang jauh dari rumahnya.
 Keluarga Bapak S percaya terhadap apa yang dianjurkan
pengobatan oleh tenaga medis namun dikarenakan jangkauan
puskesmas dan perekonomian keluarga membuat keluarga
Bapak S kurang memperhatikan kesehatan Ibu Y
 Tenaga medis sudah menjelaskan kepada keluarga Bapak S, dari
pihak puskesmas juga sudah meringakan biaya pengobatan tetap
saja keluarga Bapak S tidak menjalankan anjuran tenaga medis
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
 Tenaga kesehatan sudah menjelaskan kepada keluarga bapak S
tentang penyakit yang diderita oleh ibu Y yaitu sesuai dengan
pemeriksaan dokter telah mendiagnosa penyakit Kusta Basah,
penyebaran lewat kontak langsung dengan cara bersentuhan ,
bila tidak segera ditangani maka terjadi komplikasi yaitu
kehilangan sensori, kesrusakan saraf permanen, kelemahan otot,
cacat progresif, prognosa penyakit kusta dapat disembuhkan
namun kelianan dan kerusakan saraf sering irrefersibel, pronosis
tergantung pada akses klien terhadap terapi, kepatuhan klien dan
inisiasi pengobatan. Keluarga Bapak S tidak tahu cara merawat
anggota keluarganya yang sakit. Yang membantu merawat ibu Y
adalah tetangga di samping rumah dan Ibu Y hanya di rawat apa
adanya.
 Keluarga bapak S sudah mengetahui tentang sifat dari penyakit
ibu Y tetapi keluarga bapak S tidak mengetahui cara perawatan
penyakitnya
 Keluarga Bapak S hanya dapat mengandalkan perawatan yang
diberikan oleh tetangganya yang hanya dirawat sedaanya
 Bapak S merupakan anggota keluarga yang bertanggungjawab,
perekonomian hasil kerja dari bapak S,
 Keluarga Bapak S menerima keadaan dari Ibu Y. Keluarga
bapak S selalu memberikan pengertian yang positif terhadap ibu
Y
4) Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
 Keluarga Bapak S belum memahami kebersihan lingkungan
dibuktikan saat kunjungan rumah lingkungan rumah dalam
keadaan agak kotor serta lantai WC yang licin.
 Keluarga dapat mengetahui tentang manfaat pemeliharaan
lingkungan tetapi tidak diterapkan dalam rumahnya
 Keluarga tidak mengetahui bahwa keadaan tersebut dapat
mengancam kesehatan keluarga.
 Keluarga mengetahui tentang pencegahan penyekit ibu Y namun
dengan keterbatasan perekonomian dan jangkauan puskesmas
yang jauh dari rumahnya
 Keluarga tidak menjaga lingkungan rumahnya dengan baik
 Keluarga bapak S saling berinteraksi satu sama lain
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat
 Keluarga mengetahui ada tempat pelayanan kesehatan namun
jauh dari rumahnya. Sehingga Bila ada anggota keluarga yang
sakit akan membeli obat di warung terdekat
 Keluarga dapat merasakan keuntungan yang diperoleh dari
fasilitas kesehatan
 Keluarga Bapak S percaya terhadap apa yang dianjurkan
pengobatan oleh tenaga medis dan fasilitas kesehatan
 Keluarga bapak S tidak mempunyai pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas kesehatan
 Rumah bapak S jauh dari fasilitas kesehatan

II. Konsep Teori


A. Trauma
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat buruk
seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam.
Trauma adalah reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat
suatu
peristiwa, kejadian atau pengalaman spontanitas atau secara mendadak
(tiba
tiba), yang membuat individu kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan
diri yang
tidak mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia. Sebagaimana yang
disebutkan The American Psychological Association (2010), trauma as an
emotional response to a terrible event like an accident, rape or natural
disaster.
B. Jenis-jenis trauma
Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini dan
Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma yang dilihat
dari sifat dan sebab terjadinya trauma yaitu sebagai berikut :
a. Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang
luar biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu
tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss
helpness) dan merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum.
Akibat dari jenis trauma ini dapat menyerang individu secara
menyeluruh (fisik dan psikis).
b. Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat
(otak) individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan
di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan,
iritasi, dan sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak
sadarkan diri, hilang kesadaran, yang sifatnya sementara.
c. Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari
kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi
salah satu anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan
emosi. Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi
akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman atau peristiwa
yang pernah dialaminya, yang memicu timbulnya histeris atau fobia.
d. Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis
dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-
stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau berulang-
ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman.

C. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)


Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang
dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang
menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat
penganiayaan fisik atau perasaan terancam (American Psychological
Association, 2004).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan yang
dapat terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan
anda atau membuat anda merasa tidak berdaya (Smith & Segal, 2008).
D. Fase-fase PTSD
Fase-fase keadaan mental pasca bencana:
a. Fase Kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana
terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap
bencana. Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-
gejala depresi seperti keinginan bunuh diri, perasaan sedih mendalam,
susah tidur,dan dapat juga menimbulkan berbagai gejala psikotik.
b. Fase setelah kritis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan
penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan
setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang
menjadi suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD)
sehingga bila bencana tersebut terulang lagi, orang akan memasuki
fase ini dengan cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya.
c. Fase stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan
(dapat berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana
terdapat dogma “semua telah berubah”.
E. Peristiwa traumatik yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD
termasuk:
1. Perang (War)
2. Pemerkosaan (Rape)
3. Bencana alam (Natural disasters)
4. Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash)
5. Penculikan (Kidnapping)
6. Penyerangan fisik (Violent assault)
7. Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse)
8. Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical procedures -
especially in kids).

F. Tiga kategori utama gejala yang terjadi pada PTSD


Pertama, mengalami kembali kejadian traumatic (re-eksperience).
Seseorang kerap teringat akan kejadian tersebut dan mengalami mimpi
buruk tentang hal itu. Gejala flashback (merasa seolah-olah peristiwa
tersebut terulang kembali), nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-
kejadian yang membuatnya sedih), reaksi emosional dan fisik yang
berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan peristiwa yang
menyedihkan.
Kedua, penghindaran (avoidance) stimulus yang diasosiasikan dengan
kejadian terkait atau mati rasa dalam responsivitas. Orang yang
bersangkutan berusaha menghindari untuk berpikir tentang trauma atau
menghadapi stimulus yang akan mengingatkan akan kejadian tersebut,
dapat terjadi amnesia terhadap kejadian tersebut. Mati rasa adalah
menurunnya ketertarikan pada orang lain, suatu rasa keterpisahan dan
ketidak mampuan untuk merasakan berbagai emosi positif. Gejala ini
menunjukkan adanya penghindaran aktivitas, tempat, berpikir, merasakan,
atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. Selain itu, juga
kehilangan minat terhadaps emua hal, perasaan terasing dari orang lain,
dan emosi yang dangkal.
Ketiga, gejala ketegangan (hyperarousal). Gejala ini meliputi sulit tidur
atau mempertahankannya, sulit berkonsentrasi, wasapada berlebihan,
respon terkejut yang berlebihan, termasuk meningkatnya reaktivitas
fisiologis.

G. Dampak PTSD
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah
gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
Gejala gangguan fisik:pusing,
gangguan pencernaan,
sesak napas,
tidak bisa tidur,
kehilangan selera makan,
impotensi, dan sejenisnya.
Gangguan kognitif:
gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung,
melamun berkepanjangan,
lupa,
terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
tidak fokus dan tidak konsentrasi.
tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang
sederhana,
tidak mampu mengambil keputusan.
Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan,
berbahaya, dan memerlukan perawatan aktif yang dini),
mimpi buruk,
marah,
merasa bersalah,
malu,
kesedihan yang berlarut-larut,
kecemasan dan ketakutan.
Gangguan perilaku :
menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang
minimal. Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif
(berulang-ulang).
Gangguan sosial:
memisahkan diri dari lingkungan,
menyepi,
agresif,
prasangka,
konflik dengan lingkungan,
merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.
III. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan
bereaksi terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu :
a. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Yang dikaji adalah:

1. Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku


agresif yang berlebihan.
2. Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali
trauma yang dirasakan.
3. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas
yang akan mengingatkan klien terhadap trauma.
4. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.
5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan
semenjak kejadian traumatis.
b. Pengkajian Afektif (Affective Assessment)
1. Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan
ketegangan dan perasaan ingin cepat marah.
2. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.
3. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang
berkaitan dengan trauma.
4. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.
5. Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.
6. Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan
orang lain
c. Pengkajian Intelektual (Intellectual Assessment)
1. Kesulitan dalam hal konsentrasi.
2. Kesulitan dalam hal memori.
3. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang
berulang yang berkaitan dengan trauma.
4. Apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang
tersebut
5. Mimpi buruk yang dialami klien.
6. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak
disukai klien terhadap dirinya.
d. Pengkajian Sosiokultural (Sociocultural Assessment)
1. Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan
tentang perilaku klien yang menjauh dari mereka.
2. Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman.
3. Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa
marahnya.
4. Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem
keluarganya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d Krisis situasiona
2. Koping Defensif b/d Kurangnya system dukungan
3. Ketakutan b/d berasal dari dlaam (neurotransmitter)
4. Duka cita b/d kematian orang terdekat
5. Resiko sindrom pasca trauma b/d bencana
6. Sindrom stress akibat perpindahan b/d pindah dari satu
lingkungan ke lingkungan lain
C. Intervensi keperawatan
1. Ansietas (00146)
Domain 9 : Koping/toleransi stress
Kelas 2 : Respons koping
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik
Perilaku
 Penurunan produktivitas
 Gerakan yang irelevan
 Gelisah
 Melihat sepinyas
 Insomnia
 Kontak mata yang buruk
 Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup
 Agitasi
 Mengintai
 Tampak waspada
Afektif  Wajah tegang
 Gelisah  Tremor tangan
 Kesedihan yang  Peningkatan keringat
mendalam  Peningkatan ketegangan
 Distress  Suara bergetar
 Ketakutan Simpatik
 Perasaan yang tidak  Anorexio
adekuat  Diare
 Berfokus pada diri sendiri  Mulut kering
 Gugup  Wajah merah
 Senang berlebihan  Jantung berdebar-debar
 Menyesal  Pupil melebar
 Bingung  Lemah
 Khawatir Parasimpatik
Fisiologis  Nyeri abdomen
 Penurunan denyut nadi  Bloking pikiran
 Vertigo  Konfusi
 Letih  Lupa
 Mual  Melamun
 Gangguan tidur  Gangguan perhatian
Kognitif  Cenderung menyalahkan
 Menyadari gejala kognitif orang lain
Faktor yang berhubungan
 Perubahan dalam:
 Status ekonomi
 Lingkungan
 Status kesehatan
 Pola interaksi
 Fungsi peran
 Status peran
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi
 Penularan penyakit interpersonal
 Krisis maturasi
 Krisis situasional
 Stress
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman kematian
 Ancaman pada:
 Satatus ekonomi
 Lingkungan
 Status kesehatan
 Pola interaksi
 Fungsi peran
 Status peran
 Konsep diri
 Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting
 Kebutuhanyangtidakdipenuhi.

NOC: Anxiety Self – Control (1402)


Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat
teratasi dengan indikator:
 (140201) monitor intensitas dari ansietas
 (140206) gunakan strategi koping efektif
 (140207) menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan
ansietas
NIC: Anxiety Reduction (5820)
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
 Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti cemas

2. Ketakutan (00148)
Domain 9 : koping/ toleransi stress
kelas 2 : respons koping
Defenisi : respons terhadap persepsi ancaman yang secara sadar
dikenali sebagai sebuah bahaya.
Batasan karakteristik:
 Melaporkan isyarat/ peringatan
 Melaporkan kegelisahan
 Melaporkan rasa takut
 Melaporkan penurunan kepercayaan diri
 Melaporkan ansietas
 Melapokan kegembiraan
 Melaporkan peningkatan ketegangan
 Melaporkan kepanikan
 Melaporkan terror
Fakor yang berhubungan:
 Berasal dari luar (mis: kebisingan tiba-tiba, ketinggian, nyeri,
penurunan dukungan fisik)
 Berasal dari dalam (neurotransmiter)
 Kendala bahasa
 Stimulus fobik
 Gangguan sensorik
 Berpisah dari system pendukung dalam situasi yang berpotensi
menimbulkan stress
 Tidak familier dengan pengalaman lingkungan.

NOC : Anxiety control, Fear control


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......takut klien teratasi
dengan kriteria hasil :
 Memiliki informasi untuk mengurangi takut
 Menggunakan tehnik relaksasi
 Mempertahankan hubungan sosial dan fungsi peran
 Mengontrol respon takut
NIC: Coping Enhancement
 Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit
 Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga
 Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan perilaku
untuk mengurangi takut
 Sediakan perawatan yang berkesinambungan
 Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan
misinterprestasi
 Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa
takutnya
 Perkenalkan dengan orang yang mengalami penyakit yang sama
 Dorong klien untuk mempraktekan tehnik relaksasi

3. Koping Defensif (00071)


Domain 9 : Koping/ Toleransi Stres
Kelas 2 : Respons Koping
Defenisi : Proyeksi evaluasi- diri positif yang salah dan berulang
yang didasarkan pada pola perlindungan-diri untuk bertahan terhadap
ancaman yang dirasakan terhadap ancaman yang dirasakan terhadap harga
diri yang positif
Batasan Karakteristik:
 Penyangkalan masalah yang jelas terjadi
 Penyangkalan kelemahan yang jelas terjadi
 Kesulitan membina hubungan
 Kesulitan memelihara hubungan
 Kesulitan dalam persepsi pengujian realita
 Waham kebesaran
 Tertawa menghina
 Hipersensitif terhadap kritik
 Hipersensitif terhadap ejekan/ penghinaan
 Tidak komplet menjalani terapi
 Tidak adekuat menjalani pengobatan
 Kurang partisipasi dalam terapi
 Sedikit partisipasi dalam menjalani pengobatan
 Proyeksi menyalahkan diri
 Proyeksi tanggung jawab
 Rasionalisasi kegagalan
 Distorsi realitas
 Menghina orang lain
 Sikap superior terhadap orang lain.

Faktor yang berhubungan:


 Konflik antara persepsi diri dan sistem nilai
 Kurangnya system dukungan
 Takut gagal
 Takut akan penghinaan
 Takut akan karma
 Kurangnya penyesuaian
 Tingkat kepercayaan yang rendah pada orang lain
 Tingkat kepercayaan diri rendah
 Ragu/ tidak percaya
 Harapan diri yang tidak realistic
NOC:
Kriteria hasil:
 Mengungkapkan kemampuan untuk menaggulangi dan meminta
bantuan jika perlu
 Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan ikut serta
bermasyarakat
 Mempertahankan bebas dari perilaku yang destruktif pada diri sendiri
maupun orang lain
 Mengkomunikasikan kebutuhan dan berunding dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan
 Mendiskusikan bagaimana tekanan kehidupan yang ada melebihi
strategi penanggulangan yang normal
 Menemukan kecepatan penyakit dan kecelakaan tidak melebihi
tingkat perkembangan dan usia
NIC: Nursing Therapeutic Intervention (Intervensi Terapeutik
Perawat)
 Amati penyebab tidak efektifnya penaggulanagn seperti konsep diri
yang buruk, kesedihan, kurangnya ketrampilan dalam memecahkan
masalah, kurangnya dukungan, atau perubahan yang ada dalam hidup.
 Amati kekuatan seperti kemampuan untuk menceritakan kenyataan
dan mengenali sumber tekanan
 Monitor risiko membahayakan diri atau orang lain dan tangani secara
tepat
 Bantu pasien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali
ketrampilan dan pengetahuan pribadi
 Gunakan komunikasi empatik, dan dorong pasien/keluarga untuk
mengungkapkan ketakutan, mengekspresikan emosi, dan menetapkan
tujuan
 Anjurkan pasien untuk membuat pilihan dan ikut serta dalam
perencanaan perawatan dan aktivitas yang terjadwal
 Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuan
pasien (misal bacaan, televisi, radio, ukiran, tamasya, bioskop, makan
keluar, perkumpulan sosial, latihan, olahraga, permainan)
 Jika memiliki kemampuan fisik, anjurkan latihan aerobik yang sedang
 Gunakan sentuhan dengan izin. Berikan pasien pijatan punggung
berupa usapan perlahan dan berirama dengan tangan. Gunakan 60 kali
usapan dalam semenit selama 3 menit pada luasan 2 inchi pada kedua
sisi mulai dari daerah atas ke bawah
 Berikan informasi perihal perawatan sebelum perawatan diberikan

4. Duka Cita (00136)


Domain 9 : Koping/Toleransi Stres
Kelas 2 : Respons Koping
Defenisi : Proses kompleks normal yang meliputi respons dan
perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu,
keluarga, dan komunitas memasukan kehilangan yang actual, adaptif, atau
dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Batasan Karakteristik:
 Perubahn tingkat aktivitas
 Perubahan pola mimpi
 Perubahan fungsi imun
 Gangguan fungsi neuroendokrin
 Marah
 Menyalahkan
 Berpisah/ menarik diri
 Putus asa
 Disorganisasi/kacau
 Gagngguan pola tidur
 Mengalami kelegaan
 Memelihara hubungan dengan almarhum/ah
 Membuat makna kehilangan
 Kepedihan
 Perilaku panic
 Pertumbuhan personal
 Distress psikologis
 Menderita
Faktor yang Berhubungan
 Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna
 Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
 Kematian orang terdekat
 Kehilangan objek penting
NOC: Resolusi dukacita (1304)
 Mampu mengespresikan kepercayaaan dengan kematian
 Menggambarkan tentang kehilangan
 Partisipasi dalam perencanaan
NIC: Fasilitasi Pendampingan dukacita (5290)
 Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan
penyangkalan yang adaptif.
 Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima
dukungan.
 Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan
masa lalu saat ini.
 Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
 Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
 Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk
makan.
 Gunakan komunikasi yang efektif.
 Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
 Gunakan refleksi
 Berikan informasi
 Nyatakan keraguan
 Gunakan teknik menfokuskan
 Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau
menyatakan hal yang tersirat
 Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal
 Kehadiran yang penuh perhatian
 Menghormati proses berduka klien yang unik
 Menghormati keyakinan personal klien
5. Risiko Sindrom Pasca Trauma (00145)
Domain 9 :Koping/Toleransi Stress
Kelas 1 :Respon Pascatrauma
Definisi :Berisiko Mengalami respon maladaftif yang terus menerus
terhadap peristiwa traumatitis dan memilukan
faktor resiko:
 Penurunan kekuatan ego unit gawat darurat,
 Pindah rumah. petugas kesehatan jiwa,
 Durasi peristiwa. tenaga reparasi).

 Rasa tanggung jawab  Persepsi peristiwa.


yang berlebihan.  Parah sebagai orang
 Dukungan sosial yang yang selamat dalam
tidak adekuat. peristiwa.

 Pekerjaan (Mis.,Polisi  Lingkungan yang tidak


pemadam kebakaran, mendukung
petugas penyelamat, staf
NOC: Spiritual Health (2001)
 Quality Of Faith (200101)
 Quality Of Hope (200102)
 Makna dan Tujuan Hidup (200103)
NIC : Dukungan Rohani (5420)
 Menggunakan komunikasi untuk membangun kepercayaan dan terapi
empatik peduli
 Mengobati individu dengan martabat dan menghormati
 Mendorong melalui meninjau kehidupan melalui kenang-kenangan
 Memberikan privasi dan tenang kali untuk activitas rohani
 Mendorong partisipasi dalam kelompok pendukung
 Mengajari metode relaksasi , meditasi , citra dan memberinya
petunjuk
 Berdoa dengan sendiri
 Selalu terbuka untuk individu ekspresi perhatian
 Mengungkapkan perasaan empati secara pribadi
 Tersedia untuk mendengarkan individu perasaan

6. Sindrom Stress Akibat Perpindahan 00114


Domain 9 : Koping / Toleransi stress
Kelas : Respon pascatrauma.
Defenisi : Gangguan fisiologis dan atau psikososial setelah pindah
dari satu lingkungan ke lingkungan lain.
Batasan karakteristik
 Perasaan asing  Peningkatan verbalisasi
 Merasa sendirian kebutuhan
 Marah  Ketidakpercayaan diri
 Ansietas (mis.,  Kesepian
perpisahan)  Kehilangan identitas
 Harga diri rendah kronik  Kehilangan harga diri
 Khawatir terhadap  Kehilangan penghargaan
perpindahan terhadap diri
 Perasaan ketergantungan  Pesimisme
 Depresi  Gangguan tidur
 Takut  Mengatkan tidak bersedia
 Frustasi pindah
 Perburukan penyakit  Menarik diri
 Peningkatan gejala fisik  Khawatir.
Faktor yang berhubungan
 Penerunan status kesehatan
 Gangguan kesehatan psikososial
 Isolasi
 Kurang sistem dukungan yang adekuat
 Kurangnya konseling pra keberangkatan
 Kendala bahasa
 Tersesat
 Pindah dari satu lingkungan ke lingkungan lain.
 Koping pasif
 Menyatakan perasaaan tidak berdaya
NOC: Stress level (1212)

 Depresi (121221)
 Kegelisahan (121222)

NIC: Pengurangan Kecemasan Stres (Stress Anxiety Reduction)


(5820)

 Menggunakan pendekatan meyakinkan membuat pasien tenang


 Tetap bersama pasien untuk keamanan dan mengurangi rasa takut
 berusaha untuk memahami pasien dari situasi stres
 Memberikan informasi berdasarkan fakta
 Mendengarkan dengan perhatian
 Memberi dukungan untuk mekanisme koping pasien
 Membantu pasien mengenali situasi yang memicu kecemasan
 Mengidentifikasi pasien ketika mengalami perubahan tingkat
kecemasan
 Mendorong verbalisasi perasaan persepsi dan ketakutan
 Mendorong keluarga untuk tetap berada di dekat pasien

Anda mungkin juga menyukai