Anda di halaman 1dari 14

Makalah Al-Quran dan Hadist

Proses Penciptaan Manusia Menurut Quran,


Hadist, dan Sains

OLEH:

Achmad Guntur Hermawan S. A 16910032


Cholis Nur Aini 16910033
Tiara Yudha Puspita 16910034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2018
a. Penjelasan Mufassir tentang surat Al-Mukminun ayat 12-14
a. Tafsir al-Marāgī
Ahmad Mustafa al-Maragi dalam Tafsir al-Marāgī, ia mengatakan bahwa jika
diperhatikan tanah, kemudian menguraikan zatnya, maka akan didapatkan
mengandung unsur yang sama dengan unsur yang ada dalam tubuh manusia yakni
oksigen, hidrogen, karbon, gas, belerang, pospor, kalsium, sodium, klor, besi, tembaga
dan lain-lain. Tidak ada yang dapat lebih membuktikan bahwa ungkapan al-Qur‟an itu
bersifat majazi daripada kenyataan bahwa tubuh manusia atau hewan atau tumbuh-
tumbuhan setelah mati berubah menjadi debu atau tanah dengan membawa unsur yang
sama (Asis, 2012).
Nuṭfah adalah air mani laki-laki dan sel telur wanita. Apabila terjadi perkawinan
antara air mani dan telur itu serta telur mulai terbagi, maka mulailah perkembangan
darah beku, yaitu sel-sel hidup yang kepadanya telur terbagi setelah perkawinannya.
Dinamakannya perkembangan ini dengan „alaqah (darah beku) karena adanya
keserupaan yang besar antara darah dengan lintah air. Masa perkembangan darah beku
dalam kehidupan janin mencapai 4 minggu, kemudian berkembang menjadi muḍgah
(sepotong daging) karena serupa benar dengan sepotong daging yang bisa dimamah
dan masa perkembangannya mencapai tiga sampai sepuluh minggu. Sesudah itu,
mulai tampak sel-sel tulang, lalu daging, yakni otot yang membungkus tulang (Asis,
2012).
Allah menyambung firman-Nya al-qarār al-makīn berarti tempat menetap yang
kokoh yakni rahim. Orang yang mempelajari anatomi rahim dan tempatnya yang
kokoh di bagian bawah perut wanita, dan melihat tempat itu mempunyai dinding yang
lebar dan dalam, kemudian melihat jaringan yang lebar dan jaringan yang bundar,
serta bagian-bagian dari priton yang mengikat rahim dengan gelembung kencing dan
otot yang lurus, semuanya memelihara keseimbangan dan menguatkan rahim serta
menjaganya dari miring atau jatuh, lalu memanjang bersamanya apabila rahim naik
sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan dan bertahap memendek secara alami
setelah bersalin, demikian pula orang yang mempelajari bagaimana kolam membentuk
tulangnya, niscaya dia akan mengetahui dengan jelas kebenaran firman Allah

(Asis, 2012).
Demikian pula pada rahim terdapat cairan aminos di dalam kantung air, tempat
janin berenang. Cairan itu melindungi janin dari berbagai benturan dan guncangan
keras yang diterima ibu yang kadang sampai padanya lalu menyakitinya, jikalau cairan
ini tidak menenangkan dan tidak melemahkan kekuatan benturan tersebut. Di samping
itu, cairan aminos memelihara janin dengan panas yang cocok baginya, sehingga ia
menjadi penghantar panas. Demikian pula ia mengerjakan proses pembatasan leher
rahim dan perluasannya waktu bersalin (serupa tanduk), sebagaimana melakukan
proses pembersihan di depan janin dengan materi-materi bersih yang ada padanya.
Semua itu menambah rahim semakin kokoh dan aman (Asis, 2012).
b. Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm
Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, menuliskan bahwa Allah
berfirman dengan mengabarkan awal proses penciptaan manusia berasal dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Manusia pertama, yaitu nabi Adam as, Allah ciptakan dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (Asis, 2012).
Firman Allah, “kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).” Ḍamir yang tercantum di dalam lafazh kembali
kepada jenis manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah (Q.S. al-Sajadah/ 32: 7-8)
dan firman Allah (Q.S. al-Mursalāt/ 77: 20-23). Yang dimaksud dengan, “sampai
waktu yang ditentukan,” adalah sampai masa tertentu dan batas waktu tertentu, hingga
air mani itru menjadi kokoh dan berproses dari satu keadaan kepada keadaan lain atau
dari satu sifat kepada sifat yang lain (Asis, 2012).
Oleh sebab itu, di sini Allah berfirman, “kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah.” Air mani yaitu air memancar yang keluar dari tulang punggung laki-
laki dan tulang dada perempuan yang terletak di antara tulang selangka dan tulang di
bawah payudara. Kemudian Kami buat menjadi segumpal darah yang berwarna merah
dengan bentuk yang memanjang. „Ikrimah berkata, “sesuatu yang melekat berwarna
merah itu adalah darah.” (Asis, 2012).
Firman Allah, “lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.” Yang
dimaksud dengan “muḍgah” adalah sepotong daging yang tidak memiliki bentuk dan
belum memiliki ukuran. Adapun firman Allah, “dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang-belulang,” maksudnya, lalu segumpal daging itu kami bentuk menjadi
sosok yang memiliki kepala, kedua belah tangan, mempunyai dua buah kaki, lengkap
dengan tulang-tulangnya, urat-urat syarafnya berikut urat-urat lainnya (Asis, 2012).
Firman Allah, “lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging,”
maksudnya, kemudian Kami jadikan pada tulang-belulang itu sesuatu yang menutupi,
membungkus dan menguatkannya. Firman Allah, “kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain,” maksudnya adalah, kemudian Kami meniupkan ruh
ke dalam tulang yang dibungkus daging itu, maka ia pun dapat bergerak dan menjadi
makhluk yang memiliki pendengaran, penglihatan, perasaan dan pergerakan (Asis,
2012).
Firman Allah “maka Mahasuci-lah Allah, pencipta yang paling baik,” maksudnya
adalah, ketika Allah menjelaskan ke-Mahakuasaan-Nya dan kasih sayangnya dalam
proses penciptaan manusia dari air mani, kemudian air mani itu berubah dari satu
proses yang satu kepada proses yang lain, dan dari satu bentuk ke bentuk yang lain,
hingga dari proses itu, terbentuklah sesosok manusia yang sempurna, maka Allah

berfirman (Asis, 2012).


c. Tafsir al-Mishbāh
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbāh mengemukakan perbedaan pendapat
ulama tentang siapa yang dimaksud al-insān (manusia) pada Q.S. al-Mu‟minūn/ 23
ayat 12. Banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Adam. Bagi yang
tidak menerima pendapat tersebut, ada yang menyatakan bahwa kata al-insān

dimaksud adalah jenis manusia. Al-Biqā‟i misalnya menulis bahwa


merupakan tanah yang menjadi bahan penciptaan Adam. Sedangkan Thabāthabā‟i
juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-insān tidak mungkin Adam (Asis,
2012).
Adapun kata sulālah terambil dari kata salla yang antara lain berarti mengambil,
mencabut. Patron kata ini mengandung makna sedikit, sehingga kata sulālah berarti
mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya. Kata nuṭfah
dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Ada juga yang memahami
kata ini dalam arti hasil pertemuan sperma dan ovum. Penggunaan kata ini
menyangkut proses kejadian manusia sejalan dengan penemuan ilmiah yang
menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria
mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedang yang berhasil bertemu
dengan indung telur wanita hanya satu saja (Asis, 2012).
Kata ‘alaqah terambil dari kata ‘alaq. Dalam kamus-kamus bahasa, kata ini
diartikan dengan segumpal darah yang membeku, sesuatu yang seperti cacing,
berwarna hitam, terdapat dalam air, yang bila air itu diminum, cacing tersebut
menyangkut di kerongkongan dan sesuatu yang berdempet. Dahulu kata tersebut
dipahami dalam arti segumpal darah, tetapi setelah kemajuan ilmu pengetahuan serta
maraknya penelitian, para embriolog enggan menafsirkannya dalam arti tersebut.
Mereka lebih cenderung memahaminya dalam arti sesuatu yang bergantung atau
berdempet di dinding rahim (Asis, 2012).
Menurut mereka, setelah terjadi pembuahan (nutfah yang berada dalam rahim
itu), maka terjadi proses dimana hasil pembuahan itu menghasilkan zat baru, yang
kemudian terbelah menjadi dua, lalu yang dua menjadi empat, empat menjadi delapan,
demikian seterusnya berkelipatan dua dan dalam proses itu ia bergerak menuju ke
dinding rahim dan akhirnya bergantung atau berdempet di sana. Inilah yang dinamai
‘alaqah oleh alQur‟an. Dalam periode ini menurut para pakar embriologi sama sekali
belum ditemukan unsur-unsur darah dan karena itu tidak tepat menurut mereka
mengartikan ‘alaqah atau ‘alaq dalam arti segumpal darah (Asis, 2012).
Kata muḍgah terambil dari kata maḍaga yang berarti mengunyah. Muḍgah adalah
sesuatu yang kadarnya kecil sehingga dapat dikunyah. Sedangkan kata kasauna
terambil dari kata kasā yang berarti membungkus. Daging diibaratkan pakaian yang
membungkus tulang. Adapun kata ansya’a mengandung makna mewujudkan sesuatu
serta memelihara dan mendidiknya. Penggunaan kata tersebut dalam menjelaskan
proses terakhir dari kejadian manusia mengisyaratkan bahwa proses terakhir itu benar-
benar berbeda sepenuhnya dengan sifat, ciri dan keadaannya dengan apa yang
ditemukan dalam proses sebelumnya (Asis, 2012).
Firman Allah (makhluk lain) mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang
dianugerahkan kepada makhluk yang dibicarakan ini yang menjadikan ia berbeda
dengan makhluk-makhluk lain. Ayat ini ditutup dengan kata al-khāliqīn yang
merupakan bentuk jamak dari kata khāliq. Bentuk jamak tersebut mengisyaratkan
bahwa ada khāliq selain Allah, tetapi Allah adalah yang terbaik (Asis, 2012).
d. al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qurān al-Karīm
Ṭanṭawi Jauhāri dalam kitabnya al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qurān al-Karīm
mengatakan bahwa manusia (Adam) diciptakan dari saripati yang keruh. Kemudian
dijelaskan bahwa manusia makan buah-buahan , biji-bijian dan daging dan dari itulah
yang menjadi darah dan diantaranya menjadi air mani yang kemudian melahirkan
keturunan manusia (Asis, 2012).
Allah kemudian menjadikan keturunan Adam dari nuṭfah yakni air mani yang
disimpan pada tempat yang kokoh yakni kandungan pada rahim dan dari situlah
tempat menetapnya air mani sampai waktu kelahiran pada derajat panas yang stabil
sehingga mampu bertahan dan menetap. Allah kemudian membentuk air mani itu
sepotong darah yang beku dan dijadikan darah beku itu menjadi sepotong daging kecil
seukuran apa yang bisa dikunyah. Sepotong daging itu Allah jadikan tulang-belulang
dengan keistimewaan diantaranya, adanya unsur-unsur yang masuk pada materi tulang
yang dijadikan tulang-belulang dan adanya unsur daging yang dijadikan daging dan
unsur kelahiran yang sempurna seluruhnya dimana bahannya berasal dari darah (Asis,
2012).
Allah kemudian menjadikannya makhluk (berbentuk) lain. Allah
menghembuskan ruh dan menjadikannya hewan setelah diserupakan benda mati yang
berfikir, tidak bisu, mendengar dan melihat. Allah menjadikannya sesuatu yang aneh,
nyata, sembunyi terhadap apa yang tidak terhitung dan seluruh ototototnya dibagi
dengan bagian yang bagus lagi terukur dengan ukurannya. Panjangnya mencapai 8
ukuran dan ketika membentangkan tangannya ke atas mencapai 10 ukuran dan ketika
kedua tangannya dibentangkan ke kedua sisi, panjangnya seperti panjang sisi
keduanya (Asis, 2012).
Pada penafsiran ini mengutamakan pesona penciptaannya pada bentuk yang
bermacam-macam dan di dalamnya muncul keindahan dalam bentuk ukurannya.
Ukuran adalah dasar yang Allah letakkan pada ukuran badan manusia. Untuk itu para
pemuka Mesir mengajarkan ilmu-ilmu yang berkaitan kejadian manusia dan mereka
menjadikan asal ukuran dengan asysyibr (jengkal) (Asis, 2012).

b. Penjelasan Ulama tentang Hadist


1. Hadist:

‫س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َوه َُو‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َر‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ُ ‫ي هللا‬َ ‫ض‬
ِ ‫بن َم ْسعُ ْو ٍد َر‬ ِ ِ‫ع ْب ِد هللا‬ َ ‫الرحْ َم ِن‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
‫ ث ُ َّم‬، َ‫ع َل َقةً مِ ثْ َل ذَلِك‬
َ ُ‫ ث ُ َّم يَ ُك ْون‬،ً‫ط َفة‬ ُ
ْ ُ‫ط ِن أ ِم ِه أ َ ْربَ ِعيْنَ يَ ْوما ً ن‬ْ َ‫ ِإ َّن أ َ َحدَ ُك ْم يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب‬: ‫صد ُْو ُق‬ْ ‫ِق ْال َم‬
ُ ‫صاد‬ َّ ‫ال‬
‫ب ِر ْزقِ ِه َوأ َ َج ِل ِه‬
ِ ْ‫ بِ َكت‬:ٍ‫ َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَ ِع َك ِل َمات‬،‫الر ْو َح‬ ُّ ‫س ُل إِلَ ْي ِه ْال َملَكُ فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬
َ ‫ ث ُ َّم ي ُْر‬، َ‫ضغَةً مِ ثْ َل ذَلِك‬
ْ ‫يَ ُك ْونُ ُم‬
ُ‫غي ُْرهُ إِ َّن أ َ َحدَ ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل ْال َجنَّ ِة َحتَّى َما يَ ُك ْونُ بَ ْينَه‬
َ َ‫ فَ َو هللاِ الَّذِي الَ إِلَه‬.ٌ‫س ِع ْيد‬ َ ‫أ َ ْو‬ ‫شقِي‬
َ ‫ع َم ِل ِه َو‬
َ ‫َو‬
‫ار َحتَّى‬ ِ َّ‫علَ ْي ِه ْال ِكتَابُ فَ َي ْع َم ُل ِب َع َم ِل أ َ ْه ِل الن‬
ِ َّ‫ َو ِإ َّن أ َ َحدَ ُك ْم لَ َي ْع َم ُل ِب َع َم ِل أ َ ْه ِل الن‬،‫ار فَ َي ْد ُخلُ َها‬ ٌ ‫َو َب ْينَ َها ِإالَّ ذ َِرا‬
َ ‫ع فَ َي ْس ِب ُق‬
‫علَ ْي ِه ْال ِكتَابُ فَيَ ْع َم ُل ِب َع َم ِل أ َ ْه ِل ْال َجنَّ ِة فَيَ ْد ُخلُ َها‬َ ‫ع فَيَ ْس ِب ُق‬ ٌ ‫َما يَ ُك ْونُ بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ َها ِإالَّ ذ َِرا‬
]‫[رواه البخاري ومسلم‬
Terjemah Hadist: Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud
radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam
menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan:
Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai
setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat
puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya
ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan
rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tidak
ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan
perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan
tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka
maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal
sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan
ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Status Hadits dan Takhrijnya
Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3208, 3332, 6594, 7454) Ahmad (I/382, 430), Abu
Dawud (no. 4708), At-Tirmidzi (no. 2137) dan Ibnu Majah (no. 76).
3. Kandungan Hadist:
Menurut buku Hadist Arba’in Nawawiyah halaman 18 disampaikan bahwa
kandungan hadist diatas adalah sebagai berikut:
1. Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluk- Nya sebelum mereka
diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah bahagia dan
celaka.
2. Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya
masuk syurga atau neraka, akan tetapi amal perbuatan merupakan sebab
untuk memasuki keduanya.
3. Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya
dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar
diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
4. Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara
dalam jiwa.
5. Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil
sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hati
karenanya.
6. Kehidupan ada di Tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah
menyempurnakan umurnya.
7. Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan
janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa
belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu
menciptakannya sekaligus.
4. Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan pangkal dalam bab taqdir, yaitu tatkala hadits
tersebut menyebutkan bahwa taqdir janin meliputi 4 hal: rizqinya, ajalnya,
amalnya, dan bahagia atau celakanya (Syaikh Sholeh,2017).
5. Perkembangan Janin
Menurut Buku “Ringkasan Syarah Hadist Arbain Nabawi” Karya Syaikh
Sholeh Alu Syaikh Halaman 23,Janin sebelum sempurna menjadi janin melalui 3
fase, yaitu: air mani, segumpal darah, kemudian segumpal daging. Masing-
masing lamanya 40 hari. Janin sebelum berbentuk manusia sempurna juga
mengalami 3 fase, yaitu:
1. Taswir, yaitu digambar dalam bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari.
2. Al-Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya.
3. Al-Barú, yaitu penyempurnaan.
Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr: 24, mengisyaratkan ketiga proses tersebut
6. Hubungan Ruh dengan Jasad
Menurut Buku “Ringkasan Syarah Hadist Arbain Nabawi” Karya Syaikh
Sholeh Alu Syaikh Halaman 23-24, Ruh dengan jasad memiliki keterkaitan yang
berbeda sesuai dengan keadaan dan waktunya dalam 4 bentuk hubungan:
1. Tatkala di rahim. Hubungan keduanya lemah. Kehidupan ketika itu
dominasinya ada pada jasad.
2. Tatkala di alam dunia. Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada jasad.
Sementara hubungan keduanya sesuai dengan kebutuhan kehidupan jasad.
3. Tatkala di alam barzah. Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada ruh.
4. Tatkala di alam akhirat. Kehidupan ketika itu sempurna pada keduanya. Pada
masa inilah hubungan keduanya sangat kuat.
5. Penjelasan Teori Reproduksi Modern
Berbagai cabang dalam ilmu sains seperti kimia, biologi, fisika, geografi, geologi
dan sebagainya merupakan ilmu yang memang menghasilkan teori yang berubah ubah
ketika teori tersebut berkembang seiring berjalannya waktu. Begitu pula dengan salah
satu cabang dari ilmu biologi yakni ilmu tentang reproduksi manusia yang menjadi tema
yang menarik untuk dikaji seiring majunya zaman serta membuahkan banyak sekali teori
dari para ilmuwan ternama di dunia (Huesein, 1983).
Berbicara tentang asal-usul manusia mengharuskanya untuk berbicara tentang asal-
usul hidup dan kehidupan. Teori pertama yang dikenal adalah dari Aristoteles (384-322
sM) yang disebut teori Abiogenesis atau teori Generatio Spontanea. Menurut teori ini
semua yang hidup (organisme) muncul secara terus menerus dari yang mati
(anorganisme) atau materi. Penemuan mikroskop oleh Leeuwenhoek pada pertengahan
abad XVII pada mulanya tampak memperkuat teori tersebut. Namun belakangan orang
mulai meragukan kebenarannya (Husein, 1983).
Muncul teori evolusi dari Charles Darwin (1809-1882) pada hakikatnya merupakan
kelanjutan saja dari teori omne vivum ex vivo. Ia menyatakan bahwa semua makhluk
hidup (organisme) mengalami evolusi menuju kesempurnaan, dari makhluk bersel satu
atau (amoeba) sampai kepada manusia melalui fase-fase tertentu. Di luar dugaan ternyata
Darwin sendiri juga meragukan kebenaran teori yang diciptakannya itu (Husein, 1983).
Teori evolusi tersebut sangat diragukan kebenarannya oleh ahli Biology, termasuk
Charles Darwin sendiri. Al-Qur’an bukan saja meragukan kebenarannya, bahkan
menolaknya sama sekali. Manusia adalah manusia dan bukan jelmaan atau hasil evolusi
dari makhluk hidup lain yang telah ada sebelumnya (Husein, 1983).
Proses penciptaan itu, sebagaimana tersurat di dalam al-Qur’an mulai dari asal-usul
diciptakan manusia, hingga perkembangan manusia di dalam Rahim yang melibatkan tiga
proses, yaitu nuthfah, organogenesis (meliputi pembentukan ‘alaqah, mudhghah, dan
pembentukan tulang dan otot), serta tahap perkembangan (Kiptiyah, ).
Semua makhluk bersel banyak dan membiak secara seksual tergantung dari
pembelahan sel. Pembelahan sel yang lengkap dibedakan atas dua proses, yaitu
pembelahan inti sel (disebut karyokinesis) dan pembelahan sitoplasma (disebut
sitokinesis). Makhluk yang membiak secara seksual mengenal dua macam pembelahan
inti, yaitu pembelahan biasa (disebut mitosis) dan pembelahan reduksi (disebut meiosis)
(Suryo, ).
Di dalam al-Qur’an Allah swt menjelaskan bahwasanya manusia berasal dari air hina
yang disebut dengan nuthfah. Dalam al-Qur’an surat al-Insan ayat 2, kemudian surat al-
Mu’minun ayat 13 serta 14 dan pada al-Qur’an surat al-Waqiah ayat 58 penjelasan
tentang manusia diciptakan dari setetes air hina disebut dengan nuthfah. Berikut redaksi
ayat-ayat dari penjelasan mengenai nuthfah.
Al-Insan ayat 2

Al-Mu’minun ayat 13 dan 14


Al-Waqiah ayat 58

َ‫اَفَ َر َء ْيت ُ ْم َّما ت ُ ْمنُ ْون‬


Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai nuthfah yang Allah swt gunakan untuk
penciptaan manusia dalam al-Qur’an dilihat dari penjelasan sains kontemporer. Nuthfah
merupakan proses pencampuran antara setetes mani laki-laki dan wanita. Setetes mani
(dalam ilmu reproduksi disebut sperma) mengandung jutaan sel spermatozoa yang
bercampur dengan sel telur (dalam ilmu reproduksi disebut ovum). Gamet jantan
dibentuk di dalam testis pada sktroum. Di dalam sebagian al-Qur’an dhamir tersebut
diartikan dengan nuthfah, sedangkan gamet betina dibentuk di dalam ovarium.
Pembentukan gamet jantan disebut spermatogenesis dan pembentukan gamet betina
disebut oogenesis (Pratiwi, 2006).
Spermatogenesis terjadi setelah seorang laki-laki mengalami masa puber (dewasa
secara biologis). Spermatogenesis kemudian akan terjadi secara teratur dan terus-menerus
seumur hidup laki-laki. Di dalam testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.
Pada dinding tubulus seminiferous telah tersedia calon sperma (spermatogenesis) yang
berjumlah ribuan. Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis membentuk
spermatosit primer dan kemudian membentuk spermatosis sekunder yang kemudian
berkembang menjadi sperma matang (Pratiwi, 2006).
Oogenesis terjadi di ovarium. Di ovarium ini telah tersedia calon-calon sel telur
(oosit primer) yang terbentuk sejak bayi lahir. Saat pubertas, oosit primer melakukan
pembelahan meiosis menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosit
primer). Pada wanita meiosis pada sel telur yang berkembang berhenti selama profase.
Sel telur akan tetap tinggal dalam keadaan ini sebagai oosit primer sampai gadis itu
mencapai akil balig (pubertas) kira-kira 12-16 tahun kemudian (Suryo, 2008).
Jadi dalam oogenesis ini dihasilkan oosist sekunder yang akan dibuahi oleh
sperma. Setelah pembuahan, oosit sekunder membelah lagi secara meiosis hingga
dihasilakan ovum.
Alat reproduksi pada wanita antara lain terdiri dari:
1. Pukas (vulva), ialah bagian dari alat kelamin luar tempat bermuaranya liang sanggama.
2. Liang Sanggama (vagina) adalah alat penghubung rahim dengan dunia luar, juga alat
penerima zakar (penis) waktu sanggama dan jalan kelahiran anak.
3. Clitoris adalah alat yang mudah menerima rangsang apabila penis menyinggungnya
diwaktu senggama.
4. Rahim (uterus), ialah tempat berkembangnya anak di dalam kandungan.
5. Indung telur (ovarium) adalah kelenjar wanita yang menghasilkan hormone
kandungan.
6. Saluran telur (tuba fallopii) adalah alat penghubung antara indung telur dan rongga
rahim.
(Suryo, )
Begitu terjadi ovulasi pada wanita dan laki-laki telah menghasilkan sperma cukup
banyak, maka persetubuhan atau inseminasi buatan dapat mengusahakan agar supaya
sperma bersatu dengan sel telur, peristiwa mana disebut pembuahan (fertilisasi). Setelah
pembuahan terjadi, perubahan yang cepat berlangsung pada membran sel telur yang
mencegah penetrasi dari spermatozoa lainnya. Apabila sel telur telah dimasuki sperma,
maka sel telur itu dipacu untuk menyelesaikan proses meiosis yang menghasilkan sebuah
sel telur dengan nukleus haploid. Nukleus dari sperma bersatu dengan nukleus sel telur
dan menghasilkan sebuah sel tunggal zigot yang diploid (Suryo, 2008).
Selama fertilisasi sperma dan ovum masing-masing memberikan bahan genetik
yang sama banyaknya, yaitu masing-masing memberikan 23 kromosom kepada zigot.
Salah satu dari kromosom ini menentukan jenis kelamin dari janin, apakah X atau Y.
Untuk sel telur, kromosom seks yang dibawanya selalu X. Jika kromosom Y yang dibawa
oleh jantan bertemu dengan kromosom X dari betina, maka janinnya akan menjadi laki-
laki, tetapi jika kromosom yang dibawa oleh jantan adalah X dan bertemu dengan X dari
betina, maka janinnya akan menjadi perempuan(Suryo, 2008).
Dengan demikian ulasan mengenai kata nuthfah dalam al-Qur’an telah dijelaskan
bahwa ntufah dalam ilmu sains modern disebut sperma. Sperma tersebut akan bertemu
dengan sel telur pada rahim wanita yang kemudian akan terjadi pembuahan pada rahim
wanita. Di dalam al-Qur’an Allah menjelaskan dalam ayatnya bahwa manusia diciptakan
dari nuthfah (air mani) namun Allah tidak banyak menjelaskan bagaimana nuthfah itu
dapat menjadi cikal bakal manusia yang mana tidak hanya melibatkan laki-laki saja tetapi
juga melibatkan peran penting seorang wanita. Dengan ilmu sains inilah (ilmu
embriologi) dapat memecahkan kemukjizatan al-Qur’an yang memang belum rinci al-
Qur’an menjelaskan mengenai proses penciptaan manusia tersebut (Ahmad, 2010).
Tahap selanjutnya dari fase nuthfah yakni merupakan fase al’alaqah
sebagaimana terdapat dalam surat al-Mu’minun ayat 14. Dalam ilmu embriologi modern,
memang episode awal pembentukan janin tidak pernah mengalami fase menjadi
segumpal darah. Namun menjadi berbentuk seperti lintah yang menempel. Tahapan
alaqah dimulai dari hari ke 15 setelah pembuatan dan berakhir pada hari ke 23 atau 24.
Darah terbentuk di dalam pembuluhnya dalam bentuk seperti pulau-pulau kecil. Ini
menyebabkan darah tidak bergerak di dalam pembuluh, sehingga terlihat seperti
gumpalan darah. Pembentukan ini terjadi setelah proses peleburan antara sel spermatozoa
dengan sel telur kemudian terbentuklah zigot (merupakan cikal bakal manusia). Zigot
akan membelah membentuk embrio dan mengalami beberapa kali pembelahan (Kiptiyah,
2010).
Segera setelah inti sperma dan sel telur melebur saat pembuahan membentuk
zigot, maka selanjutnya hasil zigot tersebut membelah diri menjadi 2 sel. Kemudian sel-
sel tersebut akan terus membelah hingga menghasilkan banyak sel dengan ukuran yang
semakin kecil. Perlu disebutkan bahwa primitive steak (garis primitif) ini adalah bentuk
pertama pada janin di hari ke 14 atau 15 setelah pembuahan. Di akhir minggu ke 3
kehamilan, garis pertama itu menghilang dan yang tersisa darinya mengendap di daerah
tulang ekor (tulang sulbi), bagian ujung dari tulang punggung yang bertahan dari sisa-sisa
sel utama di daerah itu (Ahmad, 2010).
Fase Mudgah yang terdapat dalam surat al-Mu’minun ayat 14 di atas, yaitu
merupakan semacam sesuatu yang dikunyah. Daging kunyahan tidak lain gambaran
pencitraan dari tulang belakang (vertebrata). Bentukan yang menyerupai segumpal daging
ini terjadi pada minggu ke 3 hingga ke 8. Hal ini merupakan periode yang singkat
dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk berubah dari tetesan menjadi
gumpalan darah. Perlu disebutkan bahwa tahapan segumpal daging ini dimulai dengan
fase yang dicirikan dengan berkembang dan bertambahnya ukuran sel dalam jumlah
besar. Hal ini berarti, janin akan terbentuk seperti sebongkah daging tanpa bentuk yang
jelas (Ahmad, 2010).
Kemudian proses pembentukan tulang yang juga terdapat dalam surat al-
Mu’minun ayat 14 menjelaskan bahwa dalam 6 minggu pertama kehamilan, rangka
tulang rawan mulai tersebar ke seluruh tubuh, meskipun garis besar wujud manusia belum
tampak pada janin hingga minggu ke 7. Fase ini dicirikan dengan perwujudan rangka
tulang yang memberikan janin tampilan manusia. Pembentukan tulang dan daging (dalam
biologi disebut otot). Pada tahap ini rangka manusia mulai dibentuk. Rangka ini terdiri
dari tulang-tulang yang kemudian dibungkus dengan daging (otot). Tahapan
pembentukan otot dimulai pada akhir minggu ke 7 dan berlanjut hingga minggu ke 8.
Tahapan ini terjadi tidak lama setelah pembentukan tulang (Ahmad, 2010).
Manusia diciptakan oleh Allah dengan melalui prosedur yang sempurna. Yang
mana manusia tercipta dengan berbagai tahapan sampai dengan diberikan bentuk yang
sempurna. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah surat al-Mursalat ayat 21 sampai
dengan ayat 23. Pada akhir minggu ke 8 janin berubah menjadi makhluk yang berbentuk
lain. Ukuran kepala, tubuh, dan anggota gerak semakin seimbang antara minggu ke 9
hingga minggu ke 12. Selain itu juga terbentuk wajah, telinga, hidung, dan mata. Dalam
ilmu embriologi bahwa pembentukan indra pendengaran jauh sebelum keberadaan indra
penglihatan. Sebagaimana terdapat dalam surat as-Sajdah ayat 9.
Pada minggu ke 10, alat kelamin luar mulai muncul. Pada bulan ke 3 kelamin
luar berkembang baik sehingga jenis kelamin mulai dapat ditentukan. Pada minggu ke 12
tulang rangka mulai berkembang dari tulang rawan yang halus menjadi tulang berkapur
yang keras. Pada minggu yang sama, anggota gerak jemari tangan dan kaki, mulai lebih
terlihat. Pada bulan ke 5 rambut kepala dan rambut-rambut halus pada janin sudah dapat
dilihat. Pada bulan ke 5 ini pula gerakan janin sudah dapat dilihat. Janin telah
menunjukan aktivitas semenjak jantung berfungsi secara maksimal. Bayi terus tumbuh
dan berkembang serta mengadakan gerakan. Ketika janin sudah berusia matang di dalam
rahim, janin akan semakin kuat, sehingga gerakannya juga semakin kuat. Dengan
matematika sederhana dapat disimpulkan bahwa penjelasan al-Qur’an menegaskan
periode kehamilan minimal adalah 6 bulan. Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik
(Kiptiyah, 2010).
Daftar pustaka
1. Asis, Syahrudin Ahmad. 2012. Proses Penciptaan Manusia dalam Q.S. Al-
Mu’minun/ 23:12-14 (Kajian Tahlili dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran).
Makassar: UIN Alauddin Makassar
2. D. A. Pratiwi. dkk, Biologi Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta : Erlangga, 2006)
3. Kiptiyah, 2010. Embriologi dalam al-Qur’an.
4. Machnun Husein, “Kejadian Manusia Menurut Sains dan Al-Qur’an” dalam Asal
Usul
5. Manusia Dalam Polemik, (Yogyakarta : Yogyakarta Offset, 1983)
6. Muhyidin Yahya.2010.Hadits Arba'in Nawawiyah.Jakarta:Maktab Dakwah dan
Bimbingan Jaliy
7. Suryo, Genetika Manusia, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1997).
8. Syaikh Sholeh.2017. Ringkasan Syarah Hadits Arba'in.Jakarta:IbnuMajjah.com

Anda mungkin juga menyukai