OLEH:
(Asis, 2012).
Demikian pula pada rahim terdapat cairan aminos di dalam kantung air, tempat
janin berenang. Cairan itu melindungi janin dari berbagai benturan dan guncangan
keras yang diterima ibu yang kadang sampai padanya lalu menyakitinya, jikalau cairan
ini tidak menenangkan dan tidak melemahkan kekuatan benturan tersebut. Di samping
itu, cairan aminos memelihara janin dengan panas yang cocok baginya, sehingga ia
menjadi penghantar panas. Demikian pula ia mengerjakan proses pembatasan leher
rahim dan perluasannya waktu bersalin (serupa tanduk), sebagaimana melakukan
proses pembersihan di depan janin dengan materi-materi bersih yang ada padanya.
Semua itu menambah rahim semakin kokoh dan aman (Asis, 2012).
b. Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm
Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, menuliskan bahwa Allah
berfirman dengan mengabarkan awal proses penciptaan manusia berasal dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Manusia pertama, yaitu nabi Adam as, Allah ciptakan dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (Asis, 2012).
Firman Allah, “kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).” Ḍamir yang tercantum di dalam lafazh kembali
kepada jenis manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah (Q.S. al-Sajadah/ 32: 7-8)
dan firman Allah (Q.S. al-Mursalāt/ 77: 20-23). Yang dimaksud dengan, “sampai
waktu yang ditentukan,” adalah sampai masa tertentu dan batas waktu tertentu, hingga
air mani itru menjadi kokoh dan berproses dari satu keadaan kepada keadaan lain atau
dari satu sifat kepada sifat yang lain (Asis, 2012).
Oleh sebab itu, di sini Allah berfirman, “kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah.” Air mani yaitu air memancar yang keluar dari tulang punggung laki-
laki dan tulang dada perempuan yang terletak di antara tulang selangka dan tulang di
bawah payudara. Kemudian Kami buat menjadi segumpal darah yang berwarna merah
dengan bentuk yang memanjang. „Ikrimah berkata, “sesuatu yang melekat berwarna
merah itu adalah darah.” (Asis, 2012).
Firman Allah, “lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.” Yang
dimaksud dengan “muḍgah” adalah sepotong daging yang tidak memiliki bentuk dan
belum memiliki ukuran. Adapun firman Allah, “dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang-belulang,” maksudnya, lalu segumpal daging itu kami bentuk menjadi
sosok yang memiliki kepala, kedua belah tangan, mempunyai dua buah kaki, lengkap
dengan tulang-tulangnya, urat-urat syarafnya berikut urat-urat lainnya (Asis, 2012).
Firman Allah, “lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging,”
maksudnya, kemudian Kami jadikan pada tulang-belulang itu sesuatu yang menutupi,
membungkus dan menguatkannya. Firman Allah, “kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain,” maksudnya adalah, kemudian Kami meniupkan ruh
ke dalam tulang yang dibungkus daging itu, maka ia pun dapat bergerak dan menjadi
makhluk yang memiliki pendengaran, penglihatan, perasaan dan pergerakan (Asis,
2012).
Firman Allah “maka Mahasuci-lah Allah, pencipta yang paling baik,” maksudnya
adalah, ketika Allah menjelaskan ke-Mahakuasaan-Nya dan kasih sayangnya dalam
proses penciptaan manusia dari air mani, kemudian air mani itu berubah dari satu
proses yang satu kepada proses yang lain, dan dari satu bentuk ke bentuk yang lain,
hingga dari proses itu, terbentuklah sesosok manusia yang sempurna, maka Allah
س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َوه َُو ُ َحدَّثَنَا َر: ع ْنهُ قَا َل َ ُ ي هللاَ ض
ِ بن َم ْسعُ ْو ٍد َر ِ ِع ْب ِد هللا َ الرحْ َم ِن َ ع ْن أ َ ِبي
َّ ع ْب ِد َ
ث ُ َّم، َع َل َقةً مِ ثْ َل ذَلِك
َ ُ ث ُ َّم يَ ُك ْون،ًط َفة ُ
ْ ُط ِن أ ِم ِه أ َ ْربَ ِعيْنَ يَ ْوما ً نْ َ ِإ َّن أ َ َحدَ ُك ْم يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب: صد ُْو ُقْ ِق ْال َم
ُ صاد َّ ال
ب ِر ْزقِ ِه َوأ َ َج ِل ِه
ِ ْ بِ َكت:ٍ َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَ ِع َك ِل َمات،الر ْو َح ُّ س ُل إِلَ ْي ِه ْال َملَكُ فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه
َ ث ُ َّم ي ُْر، َضغَةً مِ ثْ َل ذَلِك
ْ يَ ُك ْونُ ُم
ُغي ُْرهُ إِ َّن أ َ َحدَ ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل ْال َجنَّ ِة َحتَّى َما يَ ُك ْونُ بَ ْينَه
َ َ فَ َو هللاِ الَّذِي الَ إِلَه.ٌس ِع ْيد َ أ َ ْو شقِي
َ ع َم ِل ِه َو
َ َو
ار َحتَّى ِ َّعلَ ْي ِه ْال ِكتَابُ فَ َي ْع َم ُل ِب َع َم ِل أ َ ْه ِل الن
ِ َّ َو ِإ َّن أ َ َحدَ ُك ْم لَ َي ْع َم ُل ِب َع َم ِل أ َ ْه ِل الن،ار فَ َي ْد ُخلُ َها ٌ َو َب ْينَ َها ِإالَّ ذ َِرا
َ ع فَ َي ْس ِب ُق
علَ ْي ِه ْال ِكتَابُ فَيَ ْع َم ُل ِب َع َم ِل أ َ ْه ِل ْال َجنَّ ِة فَيَ ْد ُخلُ َهاَ ع فَيَ ْس ِب ُق ٌ َما يَ ُك ْونُ بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ َها ِإالَّ ذ َِرا
][رواه البخاري ومسلم
Terjemah Hadist: Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud
radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam
menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan:
Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai
setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat
puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya
ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan
rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tidak
ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan
perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan
tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka
maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal
sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan
ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Status Hadits dan Takhrijnya
Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3208, 3332, 6594, 7454) Ahmad (I/382, 430), Abu
Dawud (no. 4708), At-Tirmidzi (no. 2137) dan Ibnu Majah (no. 76).
3. Kandungan Hadist:
Menurut buku Hadist Arba’in Nawawiyah halaman 18 disampaikan bahwa
kandungan hadist diatas adalah sebagai berikut:
1. Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluk- Nya sebelum mereka
diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah bahagia dan
celaka.
2. Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya
masuk syurga atau neraka, akan tetapi amal perbuatan merupakan sebab
untuk memasuki keduanya.
3. Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya
dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar
diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
4. Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara
dalam jiwa.
5. Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil
sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hati
karenanya.
6. Kehidupan ada di Tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah
menyempurnakan umurnya.
7. Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan
janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa
belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu
menciptakannya sekaligus.
4. Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan pangkal dalam bab taqdir, yaitu tatkala hadits
tersebut menyebutkan bahwa taqdir janin meliputi 4 hal: rizqinya, ajalnya,
amalnya, dan bahagia atau celakanya (Syaikh Sholeh,2017).
5. Perkembangan Janin
Menurut Buku “Ringkasan Syarah Hadist Arbain Nabawi” Karya Syaikh
Sholeh Alu Syaikh Halaman 23,Janin sebelum sempurna menjadi janin melalui 3
fase, yaitu: air mani, segumpal darah, kemudian segumpal daging. Masing-
masing lamanya 40 hari. Janin sebelum berbentuk manusia sempurna juga
mengalami 3 fase, yaitu:
1. Taswir, yaitu digambar dalam bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari.
2. Al-Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya.
3. Al-Barú, yaitu penyempurnaan.
Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr: 24, mengisyaratkan ketiga proses tersebut
6. Hubungan Ruh dengan Jasad
Menurut Buku “Ringkasan Syarah Hadist Arbain Nabawi” Karya Syaikh
Sholeh Alu Syaikh Halaman 23-24, Ruh dengan jasad memiliki keterkaitan yang
berbeda sesuai dengan keadaan dan waktunya dalam 4 bentuk hubungan:
1. Tatkala di rahim. Hubungan keduanya lemah. Kehidupan ketika itu
dominasinya ada pada jasad.
2. Tatkala di alam dunia. Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada jasad.
Sementara hubungan keduanya sesuai dengan kebutuhan kehidupan jasad.
3. Tatkala di alam barzah. Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada ruh.
4. Tatkala di alam akhirat. Kehidupan ketika itu sempurna pada keduanya. Pada
masa inilah hubungan keduanya sangat kuat.
5. Penjelasan Teori Reproduksi Modern
Berbagai cabang dalam ilmu sains seperti kimia, biologi, fisika, geografi, geologi
dan sebagainya merupakan ilmu yang memang menghasilkan teori yang berubah ubah
ketika teori tersebut berkembang seiring berjalannya waktu. Begitu pula dengan salah
satu cabang dari ilmu biologi yakni ilmu tentang reproduksi manusia yang menjadi tema
yang menarik untuk dikaji seiring majunya zaman serta membuahkan banyak sekali teori
dari para ilmuwan ternama di dunia (Huesein, 1983).
Berbicara tentang asal-usul manusia mengharuskanya untuk berbicara tentang asal-
usul hidup dan kehidupan. Teori pertama yang dikenal adalah dari Aristoteles (384-322
sM) yang disebut teori Abiogenesis atau teori Generatio Spontanea. Menurut teori ini
semua yang hidup (organisme) muncul secara terus menerus dari yang mati
(anorganisme) atau materi. Penemuan mikroskop oleh Leeuwenhoek pada pertengahan
abad XVII pada mulanya tampak memperkuat teori tersebut. Namun belakangan orang
mulai meragukan kebenarannya (Husein, 1983).
Muncul teori evolusi dari Charles Darwin (1809-1882) pada hakikatnya merupakan
kelanjutan saja dari teori omne vivum ex vivo. Ia menyatakan bahwa semua makhluk
hidup (organisme) mengalami evolusi menuju kesempurnaan, dari makhluk bersel satu
atau (amoeba) sampai kepada manusia melalui fase-fase tertentu. Di luar dugaan ternyata
Darwin sendiri juga meragukan kebenaran teori yang diciptakannya itu (Husein, 1983).
Teori evolusi tersebut sangat diragukan kebenarannya oleh ahli Biology, termasuk
Charles Darwin sendiri. Al-Qur’an bukan saja meragukan kebenarannya, bahkan
menolaknya sama sekali. Manusia adalah manusia dan bukan jelmaan atau hasil evolusi
dari makhluk hidup lain yang telah ada sebelumnya (Husein, 1983).
Proses penciptaan itu, sebagaimana tersurat di dalam al-Qur’an mulai dari asal-usul
diciptakan manusia, hingga perkembangan manusia di dalam Rahim yang melibatkan tiga
proses, yaitu nuthfah, organogenesis (meliputi pembentukan ‘alaqah, mudhghah, dan
pembentukan tulang dan otot), serta tahap perkembangan (Kiptiyah, ).
Semua makhluk bersel banyak dan membiak secara seksual tergantung dari
pembelahan sel. Pembelahan sel yang lengkap dibedakan atas dua proses, yaitu
pembelahan inti sel (disebut karyokinesis) dan pembelahan sitoplasma (disebut
sitokinesis). Makhluk yang membiak secara seksual mengenal dua macam pembelahan
inti, yaitu pembelahan biasa (disebut mitosis) dan pembelahan reduksi (disebut meiosis)
(Suryo, ).
Di dalam al-Qur’an Allah swt menjelaskan bahwasanya manusia berasal dari air hina
yang disebut dengan nuthfah. Dalam al-Qur’an surat al-Insan ayat 2, kemudian surat al-
Mu’minun ayat 13 serta 14 dan pada al-Qur’an surat al-Waqiah ayat 58 penjelasan
tentang manusia diciptakan dari setetes air hina disebut dengan nuthfah. Berikut redaksi
ayat-ayat dari penjelasan mengenai nuthfah.
Al-Insan ayat 2