Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus
generasi di masa mendatang. Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini adalah merupakan
peluang dan bukan menjadi masalah bagi pemerintah. Masa remaja adalah merupakan masa
peralihan baik secara fisik, psikis maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Pada masa ini adalah perpaduan antara perkembangan usia psikologis dan usia biologis
sehingga sangat dipengaruhi multifaktor yang terjadi di berbagai bidang dalam masyarakat.
Perubahan yang terjadi tersebut, baik karena faktor ekonomi, politik,budaya dan terlebih lagi
faktor perubahan sosial yang sangat mempengaruhi perilaku remaja.

Masalah yang berkaitan dengan perilaku dan reproduksi remaja seperti bertambahnya
kasus penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS, kematian ibu muda yang masih sangat
tinggi, merebaknya praktek aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan dan
kecenderungan remaja masa kini untuk melakukan hubungan seksual sebelum nikah.
Masalah ini tidak dapat didekati hanya dari aspek klinis oleh para ahli kedokteran. Inti
persoalan sesungguhnya terletak pada konteks sosial yang sangat kompleks karena kesehatan
reproduksi dipengaruhi dan mempengaruhi sistem politik, sosial dan ekonomi dan
berhubungan erat dengan nilai, etika, agama dan kebudayaan. Untuk itu diperlukan upaya
dari berbagai pihak untuk menghadapi masalah perilaku sesual remaja yang berisiko ini.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, orang tua
dan Lembaga Swadaya Masyrakat untuk memanfaatkan potensi remaja tersebut.

Upaya dalam mendidik para kaum muda menjadi sangat penting karena pada intinya,
memberdayakan generasi muda untuk melindungi diri mereka adalah langkah pertama untuk
mengendalikan masalah mereka. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan
remaja dapat diperoleh dari pengetahuan lokal yang secara tradisional diperoleh dari generasi
terdahulu khususnya orang tua, pengetahuan yang diperoleh dari teman-teman remaja (peer
group) dan pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran formal di sekolah.

1
Remaja terkadang tidak memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai, informasi yang benar, bahkan keterampilan hidup untuk menghindari penyakit
menular seksual khususnya kejadian HIV/AIDS. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan kurangnya informasi yang membahas khusus tentang kesehatan reproduksi
remaja menjadi masalah yang sampai saat ini mendukung tingginya angka kejadian penyakit
ini.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Seksualitas dan Bagaimanakah Pengetahuan


Remaja tentang Seksualitas?
2. Bagaimana proses perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat mempengaruhi
perilaku seks remaja?

3. Bagaimana dampak perilaku seks remaja yang berisiko?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui seksualitas serta pengatahuan remaja tentang seksualitas.

2.Untuk mengetahui proses perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat


mempengaruhi perilaku seks remaja yang terjadi di sekitar mendalo sampai telanai

3. Untuk mengetahui dampak perilaku seks remaja yang berisiko.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Seksualitas

Seksualitas atau jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku
sejak dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya. Ada berbagai pendapat mengenai definisi
dari seksualitas, diantaranya yaitu:

1). Seksualitas atau jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya sistem
reproduksi dan hormonal), diikuti dengan karakteristik fisiologi tubuh, yang menentukan
seseorang adalah laki-laki atau perempuan (DepKes RI, 2002:2)

2). Seksualitas/ jenis kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis, yang mudah dilihat
melalui ciri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan
(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)

3). Seksualitas/jenis kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis
melekat pada jenis kelamin tertentu (Handayani,2002:4)

4). Seks adalah karakteristik genetik/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan
apakah dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998).

Pengetahuan remaja mengenai seksualitas, remaja cenderung mengkaitkan seksualitas


dengan nafsu birahi atau pada umumnya hubungan seksual. Pengetahuan remaja tentang
seksualitas pada umumnya terbatas pada hubungan seksual untuk mendapatkan keturunan.
Remaja memahami apapun yang berkaitan dengan seksualitas pasti mengarah pada hubungan
seksual. Padahal seksualitas cakupanya lebih luas dari sekedar hubungan seksual.

Menurut Definisi Seksualitas versi WHO Seksualitas merupakan aspek pusat dalam
menjadi manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, peran dan identitas jender,
orientasi seksual, eroticism (nafsu birahi), pleasure (kenikmatan/kesenangan), keintiman dan
reproduksi. Seksualitas dialami dan diekspresikan dalam pikiran, fantasi, hasrat, keyakinan,
sikap, nilai, perilaku, praktek, peran dan hubungan. Meski seksualitas dapat mencakup
kesemua dimensi tersebut, tidak semua dimensi selalu dialami dan diekspresikan. Seksualitas
dipengaruhi oleh interaksi antara faktor-faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik,

3
budaya, etika, hukum, sejarah serta agama dan spiritual. (WHO draft working definition
2002)

Adapun mitos-mitos yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan seksualitas,


antara lain:

1). Dorongan seksual laki-laki lebih besar dari pada perempuan.

Faktanya, dorongan seksual merupakan hal yang alamiah muncul pada setiap individu
pada umumnya dimulai saat ia menginjak masa pubertas (karena mulai berfungsinya hormon
seksual). Dan ini sangat wajar dan seimbang baik pada laki-laki maupun perempuan. Faktor
yang mempengaruhi dorongan seksual antara lain kepribadian, pola sosialisasi, dan
pengalaman seksual. Dorongan seksual perempuan sering disebut-sebut lebih kecil dari laki-
laki kerena lingkungan menganggap perempuan yang mengekspresikan dorongan seksualnya
adalah perempuan yang “nakal atau kurang baik”, sementara laki-laki tidak pernah
dipermasalahkan.

2). Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar.

Faktanya tidak seperti itu. Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara ukuran
payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual itu ditentukan oleh
kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual (melihat, mendengar, atau merasakan
suatu rangsangan seksual).

3). Minuman bersoda akan dapat mempercepat selesainya menstruasi.

Faktanya, menstruasi adalah proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding


rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Sakit tidaknya atau lancar tidaknya menstruasi
seseorang selain dipengaruhi oleh hormon juga dipengaruhi faktor psikis, bukan karena
minum minuman bersoda.

4). Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta.

Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukan kasih sayang pada saat
masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol
dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang kita dengan pacar bisa ditunjukkan dengan
cara lain.

4
5). Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina.

Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu keliahatan berdarah.
Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan seksual dilakukan dalam
keadaan siap dan disertai foreplay yang cukup bisa tidak memunculkan adanya perdarahan.

6). Keperawanan bisa ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul.

Faktanya, keperawanan tidak bisa dilihat dari cara berjalan ataupun bentuk pinggul
seseorang. Keperawanan seseorang terkadang dipandang dari dua sisi yakni fisik dan
psikososial. Dari sisi fisik dengan melakukan pemeriksaan khusus yang hanya bisa dilakukan
tenaga kesehatan terhadap kondisi selaput dara. Dari sisi psikososial yang didasarkan apakah
seseorang sudah pernah melakukan hubungan sosial atau belum.

7). Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan.

Faktanya, ketika spermatozoa sudah memasuki vagina, maka spermatozoa akan


mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan
spermatozoa. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk terjadinya pembuahan atau kehamilan.

8). Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual , atau tidak
perawan lagi.

Faktanya tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang
dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks,
selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda dan
berkuda. Karena itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks, malah ada
juga perempuan yang sudah menikah dan berhubungan seks berkali-kali tapi selaput daranya
masih utuh dan tidak koyak karena selaput daranya elastis.

2.2 Proses Perubahan Sosial yang Terjadi di Masyarakat Mempengaruhi Perilaku Seks
Remaja

Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun sosial
dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja adalah aset sumber daya manusia yang
merupakan tulang punggung penerus generasi di masa mendatang. Bila dilihat dari komposisi
penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, jumlah remaja menempati posisi yang

5
lebih besar dibanding dengan komposisi umur lainnya.Besarnya jumlah penduduk usia
remaja ini adalah merupakan peluang dan bukan menjadi masalah bagi pemerintah.

Secara ekologis, perilaku seksual manusia merupakan bagian dari perilaku reproduksi.
Pada manusia, perilaku seksual dapat didefenisikan sebagai interaksi antara perilaku
prokreatif dengan situasi fisik serta sosial yang melingkunginya. Perilaku seksual manusia
bukan hanya cerminan rangsangan hormon semata, melainkan menggambarkan juga hasil
saling pengaruh antara hormon dan pikiran (mind). Pikiran itu sendiri dipengaruhi oleh
pengalaman, pendidikan dan budaya. Sehingga meskipun dorongan birahi itu sendiri bersifat
biologis, pola perilaku seksual seseorang akan sangatndipengaruhi oleh tata nilai dan adat
istiadat yang berbeda-beda sesuai dengan etnis, agama dan status sosial ekonominya. Semua
itu kemudian akan menentukan peran seksual seseorang dalam masyarakat.

Perubahan sosial adalah gejala yang wajar terjadi di manapun. Sepanjang sejarah
masyarakat, perubahan dan kestabilan pada hampir seluruh kehidupan sosial merupakan dua
kontras yang saling silih berganti. Perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh faktor
tunggal, melainkan oleh multifaktor Kendati demikian, dalam perjalanan waktu, beberapa
faktor penyebab perubahan terbukti berperan lebih berperan lebih signifikan secara khusus
(Spooner, 1972).

Salah satu diantaranya adalah perubahan lingkungan, baik yang disebabkan oleh
perubahan kependudukan maupun iklim atau topografi. Perubahan kependudukan, baik
dengan maupun tanpa perubahan iklim, cepat atau lambat mendorong terjadinya migrasi,
teknik-teknik produksi baru, kepadatan penduduk yang tidak merata, dan kombinasi semua
itu. Tampaknya pertumbuhan penduduk di daerah-daerah yang sangat produktif
mengakibatkan perubahan organsisasi sosial terbesar dalam sejarah sosial manusia (Corneiro,
1970).

Selain perubahan lingkungan, faktor penyebab perubahan sosial lainnya, yang sejak
dulu dipandang paling penting, adalah perubahan teknologi dan perubahan politik. Perubahan
teknologi tersebut, khususnya berupa arus informasi dan komunikasi hasil terknologi baru,
telah masuk hingga ke pelosok desa. Tanpa terasa, arus tersebut telah masuk dalam berbagai
janji dan impian, dan berdampak sangat besar terhadap tatanan masyarakat dan kebudayaan
setempat. Politik kependudukan pemerintah, terutama berupa program keluarga berencana
nasional, hadir dalam masyarakat kota maupun desa dalam wujud materi yang jarang disadari
dan diukur dampaknya.

6
Materi tersebut berwujud dalam bentuk kondom, spiral, pil anti hamil, buku-buku
panduan singkat mencegah kehamilan dan lain-lain yang tersedia, di toko-toko buku, apotik-
apotik, toko -toko obat di pinggir jalan hingga di Puskesmas-Puskesmas dan kedai-kedai di
pedesaan. Tujuan mengejar target program keluarga berencana yaitu menekan kenaikan
jumlah penduduk, tampaknya lebih penting daripada proses sosial dan kebudayaan yang
terjadi dalam keluarga dan masyarakat.

Keluarga sebagai bagian dari sistem masyarakat yang lebih luas, terkait secara
harmonis dan fungsional dengan unsur-unsur lain dalam sistem tersebut. Keluarga dalam
perspektif ini dilihat sebagai satu kesatuan sosial dimana para anggotanya termasuk remaja
merupakan bagian integral yang solid secara analitik. Remaja akan merespons perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungannya dengan cepat karena rasa ingin tahu yang dimiliki.
Kemajuan pembangunan di bidang ekonomi serta meningkatnya industrialisasi juga akan
disertai dengan meningkatnya kesempatan bagi remaja untuk hidup konsumtif, hedonistik
atau kesempatan untuk tinggal di luar pengawasan orang tua. Keadaan ini dapat diikuti
dengan meningkatnya aktifitas seksual mereka yang sulit untuk dihentikan hanya dengan
melarang atau mengajari mereka tentang moralitas, karena di sisi lain, para produsen akan
merayu remaja dengan memanfaatkan perkembangan biologi dan seksualitas mereka.

Gejala perilaku seksual remaja merupakan cerminan dari terjadinya perubahan-


perubahan penting dalam tatanan masyarakat dan kebudayaan. Hipotesa yang popular adalah
merosotnya nilai-nilai budaya keluarga, atau semakin longgarnya ikatan dan kontrol keluarga
luas muncul karena keluarga semakin cenderung menjadi keluarga inti.

Contoh kasus di SMP TELANAI

Dari pengakuan narasumber yang kami temui Kasus tentang seorang siswa melakukan
lesbian atau perempuan sesama perempuan yang lagi berciuman dan melakukan hal yang lain
yang tidak layak untuk dilakukan di dalam toilet. Sehingga pihak sekolah memperoses siswa
tersebut agar tidak terulangi lagi kejadian tersebut dan, perubahan yang terjadi bisa saja dari
faktor lingkungan sehingga mengubah pola pokir siswa tersebut. Dan berita ini baru-baru ini
dan baru bulan-bulan ini kejadian tersebut.

7
Contoh kasus di VALENCIA

Kasus tentang seorang mahasiswa melakukan hubungan seksual yang digerebek oleh
masyarakat setempat. Sehingga mahasiswa tersebut harus dinikahkan atau pun membayar
denda. sehingga faktor lingkungan yang mempengaruhi perubahan sosial dan lingkungan
tersebut. Berita tersebut sering terjadi,dari pengakuan warga dan satpam perumahan yang
letaknya dekat dengan kampus ini mulai sekarang sudah diperketat keamanan nya dengan
dilakukannya patroli keliling oleh petugas keamanan dimana jam kunjungan ke kost harus
sebelum jam 10 malam agar tidak terjadi kejadian yang sudah pernah terjadi dimana
hubungan seksual yang dilakukan mahasiswa

2.3 Dampak Perilaku Seks Remaja yang Berisiko.

Perilaku seks remaja yang tidak sehat akan menimbulkan beberapa

manifestasi khususnya di kalangan remaja sendiri. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan
yang tidak diinginkan yang meliputi:

1). Pembunuhan bayi karena faktor malu.

2). Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman.

3). Dampak kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja putri baik terhadap
kesehatan.

4). Dampak sosial ekonomi dari kehamilan yang tidak diinginkan.

Selain masalah di atas, masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan


seksual yang meliputi:

a). Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti siphilis dan gonorheae.

b. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamidya dan herpes.

c).Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/AcquiredImmunodeficiency


Syndrome).

8
d). Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual.

Menurut Ayke SK, Lembaga Demogrfi UI, Tahun 2002-2003 yang meneliti tentang
kesehatan reproduksi,jumlah remaja yang berusia 15-24 tahun dan mencakup 20% penduduk
Indonesia. Dari waktu ke waktu, mobilitas remaja Indonesia yang meningkat pesat, arus
informasi yang sangat kuat, dan semakin bertambahnya remaja yang berperilaku berisiko ikut
meningkatkan kasus penularan HIV/AIDS.

Menurut laporan Sekretaris Jenderl pada sesi khusus majelis umum PBB mengenai
HIV/AIDS bahwa tiap hari ada 6000 remaja yang terinfeksi HIV. Sebagian besar dari mereka
tidak memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, informasi yang
benar, bahkan keterampilan hidup.

Berbagai upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan infeksi seksual menular


lainnya seringkali tidak tersedia bagi para remaja. Pelayanan kesehatan reproduksi pada
umumnya hanya membatasi bagi oreng dewasa yang sudah menikah dan tidak menyediakan
sarana khusus bagi remaja yang hadir tampa wali. Bila tersedia pelayanan kesehatan, banyak
faktor yang membuat remaja tidak menggunakannya termasuk kurangnya pelayanan yang
bersifat pribadi serta menjaga kerahasiaan, petugas yang kurang peka, lingkungan yang tidak
aman dan ketidakmampuan membayar. Karena jumlah orang yang terinfeksi HIV meningkat
dengan pesat di kalangan usia 15-24 tahun, maka perlu dilakukan upaya-upaya khusus bagi
kelompok tersebut. Agar menurunkan dampak secara keseluruhan, upaya dalam mendidik
para kaum muda menjadi sangat penting karena pada intinya, memberdayakan generasi muda
untuk melindungi diri mereka adalah langkah pertama untuk mengendalikan HIV/AIDS.
Salah satu upaya konkrit adalah kesadaran untuk berperilaku seks yang sehat dalam menjaga
kesehatan reproduksi mereka sendiri.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seksualitas atau jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku
sejak dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya.

Remaja cenderung mengkaitkan seksualitas dengan nafsu birahi atau pada umumnya
hubungan seksual. Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan
seksualitas, antara lain:

Dorongan seksual laki-laki lebih besar dari pada perempuan, minuman bersoda akan
dapat mempercepat selesainya menstruasi, berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti
cinta, hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina,
hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina, selaput dara
yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi, dan
lain sebagainya.

Perubahan sosial adalah gejala yang wajar terjadi di manapun. Sepanjang sejarah
masyarakat, perubahan dan kestabilan pada hampir seluruh kehidupan sosial merupakan dua
kontras yang saling silih berganti. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh multifaktor.
Pembangunan di bidang ekonomi serta meningkatnya industrialisasi juga akan disertai
dengan meningkatnya kesempatan bagi remaja untuk hidup konsumtif, hedonistik atau
kesempatan untuk tinggal di luar pengawasan orang tua.

Kebijakan politik pemerintah di bidang kependudukan yang berhubungan dengan alat


kontrasepsi. Keadaan ini dapat diikuti dengan meningkatnya aktifitas seksual sehingga dapat
mengarahkan remaja kepada perilaku seks yang berisiko yang bermanifestasi kerugian moril
dan materil pada remaja maupun masyarakat sekitar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari. Intan, Andhyantoro. Iwan. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa


Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta Selatan. Salemba Medika.

Lestari.Tri wiji, Ulfiana. Elisa, Suparmi.2011.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi: Berbasis


Kompetensi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Maryanti.Dwi, Septikasari. Majestika. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori Dan
Praktikum. Yogyakarta. Nuha Medika.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai