Anda di halaman 1dari 3

TINEA KAPITIS (B35.

0)
No. Dokumen : /PUSK.RL/ /2019
No. Revisi : 00
SOP TanggalTerbit :
Halaman : 1/2
Puskesmas Nining Julie Astuty
Rukun Lima NIP : 19690702 200502 2 002

1. Pengertian Tinea Kapitis merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit dan rambut kepala
yang memiliki sifat mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam dalam penatalaksanaan Tinea Kapitis
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Rukun Lima No. Dokumen : /PUSK.RL/
/2019 tentang Pelayanan Klinis.
4. Referensi Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin:
Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik.


Jakarta.

5. Prosedur/ 1. Petugas melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur
langkah- pasien serta mencatatnya dalam status
langkah 2. Petugas menganamnesa pasien: dengan gejala bercak merah bersisik yang gatal.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
a. Mengukur tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh)
b. Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang
lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi dapat
dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan
kuku.
Gambaran Tinea dengan Tepi Lesi Aktif

4. Petugas memberikan terapi dan penyuluhan perorangan pada pasien

Penatalaksanaan
1. Higiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara bersamaan harus
dihindari.

2. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:


Antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin yang
diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah
rekurensi.

3. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal, dilakukan
pengobatan sistemik dengan:
a. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa
dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam
2 dosis.
b. Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100 mg/hari atau
Terbinafin: 250 mg/hari

Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan.

5. Bagan Alur
6. Unit Terkait Poli Umum, Pustu, Poskesdes.

Anda mungkin juga menyukai