Anda di halaman 1dari 14

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Ekstremitas Inferior

Jessica Prissilya Wattimena (102013005)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

e-mail: Jessica_wattimena@yahoo.co.id

Abstrak
Otot dan tulang merupakan bagian besar yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh dan yang
menjaga posisi tubuh kita. Terdapat tiga jenis otot yang terdapat dalam tubuh kita yaitu otot
polos, otot jantung, dan otot skelet. Sedangkan terdapat dua jenis tulang dalam tubuh kita yaitu
tulang spongiosa dan tulang kompakta. Bagian tubuh bawah tersusun tungkai atas dan tungkai
bawah. Tungkai atas terdiri dari os femur. Os femur ini akan bersendi dengan bagian
acetabulum os coxae (panggul) yang dinamakan dengan articulation coxae dan diperkuat oleh
ligamentum illiofemorale. Otot-otot tungkai atas terdiri atas otot-otot ekstensor sendi lutut, otot-
otot adductor femoris dan otot-otot flexor sendi lutut. Otot tungkai bawah dengan dua otot
utamanya adalah otot gastrocnemius dan otot soleus. Otot tungkai bawah terbagi atas otot
fleksor, ekstensor dan otot peronei. Dimana otot fleksor terbagi atas lapisan superfisialis (lapisan
luar) dan lapisan profundus (lapisan dalam).
Kata kunci : otot polos, otot skelet, otot jantung, dan tulang

Abstract
Muscle and bone is a large part responsible for the movement of the body and which maintain
the position of our body. There are three types of muscles in our body, namely smooth muscle,
cardiac muscle, and skeletal muscle. While there are two types of bone in our body is spongy
bone and kompakta bone . Lower body composed of the upper limbs and lower limbs. Os the
upper leg consists of the femur. Os femur will be jointed with part os coxae acetabulum (hip),
called the articulation coxae and strengthened by ligament illiofemorale. The muscles of the
upper limbs consist of the extensor muscles of the knee joint, adductor femoris muscles and
flexor muscles of the knee joint. Lower leg muscles with two main muscles are muscles
gastrocnemius and soleus muscles. Lower leg muscles are divided into flexors, extensors and
muscles peronei. Where the flexor muscles are divided into the superficial layer (outer layer)
and profundus layer (the inner layer).
Keywords : smooth muscle, skeletal muscle, heart muscle, and bone
Pendahuluan
Manusia dapat bergerak berpindah tempat atau hanya menggerakkan bagian tubuhnya saja
sesuai dengan keinginananya. Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya kerjasama anatar
tulang dan otot. Otot merupakan 40-45 % dari berat badan tubuh seseorang. Untuk dapat
mempelajari fungsi otot dengan jelas maka perlu kita ketahui struktur otot itu sendiri, otot terdiri
dari empat macam komponen yaitu jaringan otot yang terdiri dari sel-sel otot, jaringan ikat, saraf
dan epitel. Jenis-jenis dari otot sendiri ada tiga yaitu otot skelet, otot polos, dan otot jantung.
Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan dirinya, oleh karena itu tulang
disebut sebagai alat gerak pasif. Sedangkan otot mempunyai kemampuan untuk berkontraksi dan
berelaksasi sehingga dapat menggerakkan tulang, oleh karena itu otot disebut sebagai alat gerak
aktif.1

Anatomi extremitas inferior


Anatomi ekstremitas inferior terdiri atas tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal,
dan phalang.1

Pelvis ( os. Coxae )


Pelvis terdiri dari sepasang tulang panggul atau yang disebut juga dengan hip bone yang
merupakan tulang pipih. Tulang pinggul terdiri atas tiga bagian utama yaitu ilium, pubis dan
ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum,
ischium terletak di bagian inferior dan posterior, sedangkan pubis terletak di bagian inferior,
anterior, dan medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac atau iliac crest. Pertemuan
antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan
di bagian pertemuan antara ilium, ischium, dan pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah
untuk artikulasi dengan tulang femur.1

Gambar 1. Pelvis ( os.coxae )


Femur
Pada bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan
tibia melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, yang dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior
terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk
tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.1

Gambar 2. Femur
Otot tungkai atas atau otot pada paha mempunyai selaput pembungkus yang sangat kuat yang
disebut dengan fasia lata yang dibagi menjadi 3 golongan yaitu, otot abduktor, otot muskulus
ekstensor, dan otot fleksor femoris. Otot abduktor terdiri atas muskulus abduktor maldanus yang
terdapat pada bagian dalam, muskulus adduktor brevis yang terdapat pada bagian tengah, dan
muskulus abduktor longus yang terdapat pada bagian luar. Ketiga otot ini menjadi satu yang
disebut muskulus abduktor femoralis. Fungsi dari otot ini adalah untuk menyelenggarkan
gerakan abduksi dari femur. Otot muskulus ekstensor disebut juga dengan quadriseps femoris
atau otot berkepala empat, otot ini merupakan otot yang terbesar yang terdiri dari muskulus
rektus femoris, muskulus vastus lateralis eksternal, muskulus vastus medialis internal, dan
muskulus vastus intermedial. Otot fleksor femoris yang terdapat pada bagian belakang paha
terdiri atas biseps femoris atau otot berkepala dua yang berfungsi untuk fleksi paha dan ekstensi
tungkai bawah, muskulus semi membranosus berfungsi untuk fleksi tungkai bawah, muskulus
semi tendinosus dan muskulus sartorius otot yang memiliki bentuk panjang seperti pita dan
terdapat pada bagian paha.2

Gambar 3. Otot tungkai atas


Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan fibula.
Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan
facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan
kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di
daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.1

Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di
bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula
membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.1

Gambar 4. Tibia dan fibula

Otot yang terletak pada tungkai bawah dibedakan menjadi otot fleksor (musculi flexor), otot
ekstensor (musculi extensor), dan musculi peronaei.2
Musculi flexor terbagi menjadi dua yaitu pertama musculi flexor superfisialis yang tersusun dari
gastrocnemius yang merupakan otot betis superfisial berkepala dua, terletak antara bagian bawah
paha dan tumit, menyilang pada dua persendian, dan membentuk tonjolan besar pada betis atas.
Fungsinya adalah untuk plantar fleksi, fleksi tungkai pada lutut. Otot ini juga penting untuk daya
penggerak. Soleus yang merupakan otot betis yang besar dan lebar terletak di bawah
gastrocnemius, antara tungkai superior dan tumit, dan bersilangan hanya pada persendian di
pergelangan kaki. Fungsinya adalah untuk plantar fleksi dan membentuk postur. Plantaris yang
merupakan otot betis dengan badan otot kecil di dekat dua kepala gastroknemius, tendon
ramping panjang yang merentang sampai tumit, namun mungkin tidak selalu ada. Fungsinya
adalah untuk membantu gastroknemius dalam plantar fleksi dan fleksi tungkai.2
Kedua musculi flexor profundus yang tersusun dari Musculus popliteus yang merupakan otot
segitiga tipis dan pipih pada belakang lutut, terletak lebih ke dalam dari kepala gastroknemius.
Fungsinya adalah untuk rotasi tibia ke medial pada femur dengan kaki tidak menginjak ke tanah,
dan rotasi femur ke lateral dengan kedua kaki tegak. Musculus tibialis posterior yang merupakan
otot panjang lebih di dalam dari soleus, terletak di sepanjang permukaan lateral tibia di belakang
tibialis anterior. Fungsinya adalah untuk inversi kaki dan membantu plantar fleksi pada kaki.
Musculus flexor hallucis longus yang merupakan otot lateral dalam di sepanjang fibula bawah,
tendon melintang di belakang pergelangan kaki, berkelok-kelok di balik malleolus medial dan
memanjang ke dasar telapak kaki sampai ujung ibu jari kaki. Fungsinya adalah untuk fleksi ibu
jari kaki, plantar fleksi kaki, dan berperan aktif dalam gerakan berjinjit. Musculus flexor
digitorium longus yang merupakan otot medial tipis di sepanjang tibia, tendon insersi
membentang di balik malleolus medial, melewati telapak kaki secara melintang, dan terbagi
menjadi empat bagian yang masing-masing ke setiap sisi lateral dari empat jari kaki. Fungsinya
untuk fleksi keempat jari kaki lateral dan plantar fleksi pada kaki.3
Pada Musculi extensor tersusun atas Musculus tibialis anterior yang merupakan otot superfisial
tebal dan besar yang terletak di sisi lateral dari tepi superfisial tibia. Fungsinya adalah untuk
dorsifleksi kaki dan inversi kaki. Musculus extensor hallucis longus yang merupakan otot pada
sisi anterior tungkai di antara bagian tengah tungkai dan ibu jari kaki. Fungsinya adalah untuk
ekstensi ibu jari kaki, dorsifleksi kaki dan membantu inversi kaki. Musculus extensor digitorium
longus yang merupakan otot pada bagian anterior lateral tungkai, terletak di sisi lateral tibialis
anterior. Fungsinya adalah untuk ekstensi lateral empat jari kaki dan dorsifleksi kaki.3
Pada Musculi peronaei tersusun atas Musculus peroneus longus yang merupakan otot superfisial
pada tungkai lateral antara tungkai superior dan kaki. Fungsinya adalah untuk eversi dan plantar
fleksi kaki. Musculus peroneus brevis yang merupakan otot pendek pada bagian inferior tungkai
lateral yang terletak lebih dalam dari peroneus longus, tendon insersinya melapisi malleolus
lateral menuju kaki. Fungsinya adalah untuk eversi dan plantar fleksi kaki. Musculus peroneus
tertius yang merupakan otot kecil terletak antara sisi inferior fibula lateral dan kaki, yaitu bagian
lateral ekstensor ibu jari kaki longus. Fungsinya adalah untuk eversi dan plantar fleksi kaki.3
Triceps surae merupakan musculi flexor superfisialis terdiri dari tiga otot yang dibentuk dari dua
kepala gastrocnemius dan soleus. Untuk lebih jelasnya, otot tungkai bawah pada tampak
posterior dapat dilihat pada gambar dibawah.3

Gambar 5. Otot tungkai bawah

Tarsal
Tarsal merupakan tujuh tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan di proksimal
dan dengan metatarsal di distal. Tujuh tulang tarsal yaitu calcaneus yang berperan sebagai tulang
penyanggah disaat berdiri, talus, cuboid, navicular, lateral cuneiform, medial cuneiform dan
intermediete cuneiform.1

Metatarsal
Metatarsal merupakan lima tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan
tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal satu atau ibu jari terdapat dua tulang
sesamoid.1

Phalang
Phalang merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat dua tulang phalang di ibu jari dan tiga
phalang di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana pada ibu jari kaki,
menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari pada tangan.1

Gambar 6. Tarsal, metatarsal dan phalang

Jenis-Jenis Jaringan Otot

Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.
Setiap jenis jaringan otot memiliki struktur yang disesuaikan dengan peran fisiologisnya. Ada
tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologi dan fungsional, yaitu:

1. Otot polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati
di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara
refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot
polos terdapat pada saluran pencernaaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.4 Otot
polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding
organ berongga seperti kantung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem
respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. serabut otot berbentuk
spindel dengan nukleus sentral yang terelongasi. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20
mikron sampai 0.5 mikron pada uterus orang hamil. Kontraksinya kuat dan lamban.5
Miofilamen otot polos memiliki perbedaan dengan miofilamen otot rangka. Filamen miosin
tebal lebih panjnag dibandingkan filamen miosin tebal dalam otot rangka. Filamen miosin tebal
lebih panjang dibandingkan filamen miosin tebal dalam otot rangka. Miofilamen aktin tipis tidak
memiliki troponin dasn tropomiosin. Dapat ditemukan miofilamen berukuran sedang.
Miofilamen ini tidak terlibat dalam proses kontraktil, tetapi dipercaya berfungsi sebagai
kerangka kerja sitoskeletal untuk menopang sel.5

Gambar 6. Otot polos

2. Otot Lurik
Nama lainnya adalah jaringan otot rangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada
kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf
sadar.Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap
dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari
otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai
dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan
tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.4Otot rangka adalah otot lurik, voluntir, dan
melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan
lebar berkisar 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun
di bagian perifer. Kontraksinya cepat dan kuat.

Gambar 7. Otot lurik

Di sarkoplasmanya dipenuhi berkas-berkas filamen silindris panjang yang disebut miofibril.


Miofibril adalah unit kontraktif yang mengalami spesialisasi, volumenya mencapai 80% volume
serabut. Setiap miofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal dan miofilamen tipis. Miofilamen
tebal terdiri terutama dari protein miosin. Miofilamen tipis tersusun dari protein aktin. Dua
protein tambahan pada filamen tipis adalah tropomiosin dan troponin, melekat pada aktin.
Pemitaan ditentukan berdasarkan susunan miofilamen. Pita A yang lebih gelap, terdiri dari
susunan vertical miofilamen tebal yang berselang-seling dengan miofilamen tipis. Pita I yang
lebih terang, terbentuk dari miofilamen aktin tipis, yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke
dalam susunan filamen tebal. Garis Z terbentuk dari protein penunjang lain yang menahan
miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan. Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z
lainnya.5

Gambar 8. Sarkomer

3. Otot Jantung
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya menyerupai
otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang
lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.4Otot jantung adalah
otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung, serabut terelongasi dan membentuk
cabang dengan satu nukleus sentral. Panjangnya berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron
dan diameternya 15 mikron. Diskus terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung
yang bersentuhan dengan sel-sel otot tetangga. Kontraksi otot jantung kuat dan
berirama.Miofilamen disusun dalam pola pemitaan reguler sehingga otot jantung berlurik.
Filamen aktin tipis mengandung troponin dan tropomiosin. Mekanisme aksi ion kalsiumnya
serupa dengan yang terjadinya di otot rangka. Otot jantung memiliki tubulus-T dan reticuluk
sarkoplasma yang terbentuk dengan baik. Otot ini berkontraksi sesuai dengan mekanisme sliding
filamen.
Tidak seperti otot rangka, sebagian ion kalsium yang dilepas untuk memicu kontraksi berasal
dari cairan ekstraseluler. Akibatnya, otot jantung menjadi sangat sensitif terhadap
ketidakseimbangan kalsium dalam cairan tubuh. Otot jantung adalah otot miogenik dan dapat
memicu potensial aksinya sendiri tanpa memerlukan stimulasi saraf. Gap junction yang terletak
pada diskus terinterkalasi saling menghubungkan sel-sel otot jantung dan meningkatkan
penyebaran depolarisasi ke seluruh jantung.5
Gambar 9. Otot jantung

a. Otot Merah
Otot merah disebut juga serabut merah kedut lambat. Mengandung konsentrasi pigmen merah
pernapasan yang sangat banyak, mioglobin yang mengikat molekul oksigen untuk memfasilitasi
pernafasan aerob. Serabut ini berdiameter kecil, dikelilingi banyak kapiler yang menyediakan
oksigen dan nutrisi, kontraksinya lambat, dan resisten terhadap keletihan.4

b. Otot Putih
Otot putih disebut juga serabut putih kedut cepat. Tidak memiliki mioglobin, mitokondria, dan
kapilernya juga lebih sedikit tetapi simpanan glikogen dan enzimnya lebih banyak. Simpanan ini
meningkatkan kapasitasnya untuk melakukan glikolisis anaerob. Serabutnya lebih tebal, mampu
menghasilkan ATP dengan kecepatan tinggi, tetapi cepat letih jika simpanan glikogennya
menipis.

Jenis Jenis Jaringan ikat

Jaringan ikat terdiri atas: serat, sel, dan substansi dasar, meskipun cukup bervariasi di
struktur histologis. Hal itu berujung pada penggunaan nama atau klasifikasi untuk berbagai jenis
jaringan ikat.6
1. Jaringan Ikat Umum
Terdapat 2 golongan jaringan ikat umum: longgar dan padat.
a. Jaringan Ikat Longgar
Jaringan ikat ini biasanya menunjang jaringan epitel, membentuk lapisan yang membungkus
pembuluh darah dan limfe, serta mengisi ruang antara serabut otot dan saraf. Jaringan ikat
longgar juga ditemukan pada stratum papilare di dermis, hipodermis, lapisan rongga peritonium,
dan rongga pleura, di kelenjar dan di membran mukosa (membran basah yang melapisi organ
berongga) yang menyokong sel-sel epitel. Jaringan ikat longgar yang terkadang disebut jaringan
areolar, memiliki semua komponen utama jaringan ikat (sel, serat, dan substansi dasar) dalam
proporsi yang kira-kira setara. Sel yang terbanyak ditemukan adalah fibroblas dan makrofag,
tetapi jenis lain sel jaringan ikat juga dijumpai. Serat kolagen, elastin, dan retikular juga terdapat
di jaringan ini. Dengan substansi dasar dalam jumlah sedang, jaringan ikat longgar memiliki
konsistensi halus, bersifat fleksibel, dipendarahi dengan baik, dan tidak terlalu resistan terhadap
stres.
b. Jaringan Ikat Padat
Teradaptasi untuk memberikan ketahanan dan proteksi. Jaringan ini memiliki komponen yang
sama seperti komponen jaringan ikat longgar, tetapi selnya lebih sedikit dan serat kolagennya
lebih banyak di substansi dasar. Jaringan ikat padat kurang fleksibel dan jauh lebih tahan
terhadap stres ketimbang jaringan ikat longgar. Jaringan tersebut dikenal sebagai jaringan ikat
padat ireguler bila serat-serat kolagennya tersusun berupa berkas-berkas tanpa adanya orientasi
tertentu. Serat kolagen membentuk anyaman 3-dimensi di jaringan ikat yang tidak teratur dan
tahan terhadap stres dari segala arah. Jaringan ikat padat ireguler sering ditemukan berdekatan
dengan jaringan ikat longgar. Kedua tipe jaringan ikat tersebut sering tumpah tindih satu sama
lain dan pembedaan antara keduanya sering kali acak. Berkas kolagen jaringan ikat padat regular
tersusun menurut pola tertentu dengan serat kolagen yang tersusun dengan orientasi linear
fibroblas sebagai respons terhadap stres berkepanjangan dalam arah yang sama. Susunan ini
tahan sekali terhadap daya tarikan. Tendon dan ligamen adalah contoh yang paling umum untuk
jaringan ikat padat regular. Struktur silindris panjang ini melekatkan komponen sistem
muskuloskeletal; karena banyaknya serat kolagen, tendon tampak berwarna putih dan tidak dapat
diregangkan. Jaringan ini terdiri atas himpitan berkas-berkas kolagen yang sejajar, dan
dipisahkan oleh sedikit substansi dasar antarsel. Fibrositnya mengandung inti panjang yang
sejajar terhadap serat dan sedikit lipatan sitoplasma yang meliputi bagian berkas kolagen.
Sitoplasma fibrosit ini jarang terlihat dengan pulasan H&E tidak hanya karena jumlahnya yang
sedikit, tetapi juga karena terpulas dengan warna yang sama seperti seratnya. Sejumlah ligamen,
seperti ligamenta flava columna vertebrae, juga mengandung sejumlah besar berkas serat elastin
yang sejajar.
Berkas kolagen tendon memiliki ukuran yang bervariasi dan diselubungi oleh jaringan ikat
longgar yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Namun, secara keseluruhan tendon kurang
mendapat pendarahan dan perbaikan tendon yang rusak berjalan sangat lambat. Di luar, tendon
dikelilingi oleh selubung jaringan ikat padat iregular. Pada tendon tertentu, selubung ini terdiri
atas dua lapisan, dan keduanya dilapisi sel-sel sinovial gepeng yang berasal dari mesenkim. Satu
lapisannya melekat pada tendon, dan lapisan lain melapisi struktur di dekatnya. Rongga di antara
kedua lapisan ini mengandung cairan kental (mirip dengan cairan sendi sinovial) yang terdiri atas
air, protein, hialuronat, dan GAG lainnya. Sekresi sinovial ini bekerja sebagai pelumas yang
memungkinkan mulusnya pergeseran tendon di dalam selubungnya.
2. Jaringan Retikular
Setiap jaringan retikular membentuk jejaring 3-dimensi halus yang menopang sel di jaringan
retikular. Jaringan ikat khusus ini terdiri atas serat retikular dari kolagen tipe III yang dihasilkan
oleh fibroblas khusus yang disebut sel retikular. Serat retikular yang mengalami glikosilasi
membentuk kerangka arsitektural yang menciptakan lingkungan mikro khusus bagi organ
hematopoietik dan organ limfoid (sumsum tulang belakang, kelenjar getah being, dan limpa).
Sel-sel retikulum tersebar di sepanjang kerangka ini dan menutupi sebagian serat-serat retikular
dan substansi dasar dengan cabang sitoplasmanya. Sistem trabekular yang berlapiskan sel
membentuk struktur mirip spons, tempat sel dan cairan gerak bebas.
Selain sel retikular, sel-sel sistem fagosit mononuklear tersebar secara strategis di sepanjang
trabekula. Sel-sel tersebut memantau zat yang mengalir lambat melalui celah-celah mirip sinus
dan menyingkirkan benda-benda asing melalui fagositosis.
3. Jaringan Mukosa
Jaringan mukosa terutama ditemukan di tali pusat (korda umbilikalis) dan jaringan janin.
Jaringan mukosa memiliki banyak substansi dasar yang terutama terdiri dari atas asam
hialuronat, yang membuatnya menjadi jaringan mirip jeli yang mengandung sedikit serat kolagen
dengan sebaran fibroblas. Jaringan mukosa merupakan komponen utama tali pusat, yang disebut
Wharton’s jelly. Bentuk jaringan ikat serupa juga ditemukan di dalam pulpa gigi yang masih
muda.6

Mekanisme Terjadinya Pembengkakan

Edema dapat terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya yaitu terjadinya
peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula menimbulkan perembesan cairan plasma darah
keluar dan masuk ke dalam ruang interstisium. Edema merupakan resiko pasca terjadinya
kongesti yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik. Secara umum terdapat empat
mekanisme terjadinya edema diantaranya yaitu:
1. Peningkatan permeabilitas mikrovaskuler

Peningkatan permeabilitas mikrovaskuler biasanya berkaitan dengan reaksi awal dari


mikrovaskuler terhadap peradangan (inflamasi) atau rangsangan immunologis. Rangsangan ini
menginduksi pelepasan mediator lokal menginduksi pelepasan mediator lokal yang
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas mikrovaskuler. Peningkatan
permeabilitas secara langsung disebabkan oleh mediator seperti histamin, bradikinin, leukotrien,
dan substansi P yang menyebabkan kontraksi sel endotel dan pelebaran gap (celah)
interendothelial. Selanjutnya, pelepasan sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), tumor necrosis factor
(INF), dan y-interferon menginduksi penyusunan ulang sitoskeletal dalam sel endotel yang
mengakibatkan retraksi (penarikan kembali) sel endotel dan pelebaran celah interendothelial
yang lebih persisten. Pergerakan cairan intravaskular melalui celah-celah ini ke interstitium
menyebabkan terjadinya edema lokal yang dapat mencairkan agen inflamasi akut. Reaksi ini
berakhir dengan terjadinya edema lokal dan akan kembali normal apabila rangsangan yang
terjadi mulai berkurang. Namun, sebahagian besar kasus dapat berlajut mengakibatkan
kebocoran protein plasma dan emigrasi leukosit sebagai awal dari pembentukan eksudat
inflamasi akut.7

2. Peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler


Peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler dapat disebabkan oleh peningkatan volume
darah di mikrovaskuler yang mengakibatkan peningkatan aliran aktif darah ke mikrovaskuler
(hiperemia), seperti yang terjadi pada peradangan akut. Peningkatan tekanan hidrostatik
intravaskuler juga dapat terjadi akibat dari akumulasi pasif darah (kongesti), hal ini sering
disebabkan oleh kegagalan jantung atau kompresi dari vena lokal atau terjadi obstruksi.. Edema
umum dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi plasma yang dapat mengaktifkan
berbagai pengaturan volume respon dari kompensasi. Volume plasma meningkat melalui retensi
natrium disebabkan oleh aktivasi jalur renin-angiotensin-aldosteron dan retensi air dimediasi
oleh pelepasan hormon antidiuretik (ADH) diikuti dengan aktivasi volume intravaskuler dan
reseptor tekanan. Hasil dari volume intravaskuler yang berlebihan semakin mempersulit
pergerakan distribusi cairan yang diikuti dengan terjadinya gagal jantung.7

3. Penurunan tekanan osmotik intravaskuler


Penurunan tekanan osmotik intravaskuler biasanya terjadi karena penurunan penurunan
konsentrasi plasma protein terutama albumin (hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia dapat
mengurangi tekanan osmotik koloid intravaskuler yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
filtrasi cairan dan penurunan absorbsi (penyerapan) yang puncaknya mengakibatkan terjadinya
edema. Hipoalbuminemia dapat terjadi karena penurunan produksi albumin oleh hati atau terjadi
kehilangan plasma yang berlebihan. Penurunan produksi hepatik paling sering terjadi karena
kekurangan protein yang memadai untuk jalur sintesis sebagai akibat dari kekurangan gizi atau
malabsorbsi usus terhadap protein serta penyakit pada hati yang berat dengan terjadinya
penurunan massa hepatosit atau gangguan fungsi hepatosit yang dapat menyebabkan kekurangan
produksi albumin. Kehilangan albumin dari plasma dapat terjadi pada penyakit gastrointestinal
yang ditandai dengan kehilangan darah yang parah seperti pada infeksi yang disebabkan oleh
parasit. Pada penyakit ginjal, dimana glomerulus dan/atau fungsi tubular terganggu dapat
mengakibatkan hilangnya albumin bersama urin. Eksudasi plasma yang menyertai luka bakar
merupakan penyebab yang jarang menyebabkan kehilangan albumin.7

4. Penurunan aliran limfatik


Penurunan aliran limfatik dapat mengurangi kemampuan sistem limfatik untuk meneliminasi
kelebihan cairan yang biasanya terakumulasi dalam interstitium selama pertukaran cairan antar
plasma dan interstitium. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada pembuluh limfe oleh tumor
atau pembengkakan inflamasi, penyempitan pembuluh limfe akibat fibrosis atau penyumbatan
internal pembuluh limfe oleh trombus. Edema terjadi akibat dari kerusakan kemampuan limfatik
dan terlokalisir pada daerah yang terkena dampak akibat gangguan pada pembuluh limfe.7

Kesimpulan :

Otot dan tulang merupakan bagian besar yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh dan yang
menjaga posisi tubuh . Ekstremitas inferior tersusun dari tungkai atas dan tungkai bawah .
Pembengkakakan yang terjadi di ekstremitas inferior dextra karena peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskula menimbulkan perembesan cairan plasma darah keluar dan masuk ke
dalam ruang interstisium.
Daftar pustaka

1. Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2009.
2. Wibowo D. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grafindo, 2005.
3. Slonane E. Anatomi dan fisiologi bagi pemula. Jakarta: EGC; 2008. h. 106- 8.
4. Junquiera LC, Tambayong J, Dany F. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC;
2007. h. 181-200.
5. Martini LH. Fundamentals of anatomy & physiology. 7th ed. San Francisco: Pearson
Education. Inc; 2006. pg. 180-5.
6. Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks & atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2006. h. 100-5.
7. Price SA, Wilson L M. Patofisiologi. Edisi VI. Volume I. Jakarta: EGC. 2006.

Anda mungkin juga menyukai