id
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Magister Teknik
DISUSUN OLEH :
TRI GUNAWAN
S940809021
ABSTRAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmad dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Sistem
Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam Pencegahan Bahaya Kebakaran”. Tesis ini
sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Pascasarjana pada
bidang keahlian Teknik dengan konsentrasi Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan tesis tersebut.
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR NOTASI
Simbol Keterangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui dan menilai tingkat keandalan suatu bangunan terhadap
bahaya kebakaran, maka tujuan dari penelitian tesis ini adalah :
1. Mendesain sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung.
2. Mengetahui penerapan/aplikasi sistem tersebut pada bangunan gedung.
1. Pembuatan desain dan penerapan pada bangunan gedung ditinjau dari aspek
pencegahan kebakaran, meliputi kelengkapan tapak, sarana penyelamatan,
sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif dan manajemen pencegahan
kebakaran/Fire mangement system.
2. Hasil rekomendasi dari pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan
gedung hanya diberikan secara global dan belum mendetail.
3. Komponen biaya tidak diperhitungkan.
4. Objek studi penelitian adalah bangunan pusat perbelanjaan Solo Square di
Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pelepasan panas yang tinggi, disamping itu penataan interior ruang/lay out tempat duduk
dan jalur keluar yang tidak memenuhi persyaratan jalur keluar akan mengganggu dalam
proses evakuasi. Untuk memberikan keamanan dan keselamatan jiwa dari bahaya
kebakaran pada fasilitas bioskop, maka perlu adanya pemenuhan standar desain sistem
evakuasi kebakaran berupa pintu kebakaran, tangga kebakaran, ruang penyelamatan
sementara dan jalur keluar. Disamping itu perlu adanya pemenuhan sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari sistem proteksi aktif, pasif dan fire safety management.
Penilaian keamanan bangunan terhadap bahaya kebakaran berdasarkan standar SNI dan
Kepmen PU menggunakan metode AHP dengan membandingkan bagian-bagian dari
sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, sarana evakuasi dan akses pemadam
kebakaran serta fire safety management. Masing-masing sistem dilakukan pembobotan,
Sedangkan penilaian tingkat resiko penghuni terhadap bahaya kebakaran dibagi dalam
tiga kelompok penilaian, yaitu: kelompok kematian dan terluka, kelompok kehilangan
isi bangunan, dan kelompok potensi kebakaran. (Ornam,2004).
Tri Endangsih (2008) meneliti tentang bangunan pusat perbelanjaan yang
merupakan fasilitas umum (komersial). Desain penataan fungsi kegiatan di dalam
bangunan pusat perbelanjaan seringkali terlalu menekankan tuntutan bisnis. Akibatnya
kepentingan keselamatan keamanan dan kenyamanan pengunjung terabaikan. Untuk
memberikan keamanan dan keselamatan jiwa dari bahaya kebakaran pada bangunan
pusat perbelanjaan, maka perlu adanya pemenuhan standar desain sistem evakuasi
kebakaran berupa pintu kebakaran, tangga kebakaran, ruang penyelamatan sementara
dan jalur keluar. Disamping itu perlu adanya pemenuhan sistem proteksi kebakaran yang
terdiri dari sistem proteksi aktif, pasif dan fire safety management. Tujuan penelitian
adalah mengukur tingkat keandalan dan keamanan bangunan serta tingkat risiko
penghuni terhadap bahaya kebakaran. Parameter keandalan bangunan digunakan standar
National Fire Protection Association (NFPA) 101 life safety code (evaluation for
business occupancy), penilaian keamanan bangunan menggunakan Standar National
Indonesia (SNI) dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Kepmen PU) sedangkan
penilaian tingkat risiko penghuni bangunan digunakan rancangan model kebakaran dan
standar American Society for Testing and Materials (ASTM) Fire Test Standard E 931
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penggunaan data internal dan eksternal. Sistem ini tidak hanya menjadi alat bantu
pengambil keputusan dengan menyediakan semua informasi yang tersedia, tapi juga
menyediakan transparansi kepada proses pengambilan keputusan dan peraturan
pembangunan.
Mekanisme sertifikasi dan labelisasi keandalan bangunan gedung terhadap
kebakaran. Mekanisme ini mengatur tentang penilaian bangunan yang ditinjau dari 4
aspek komponen pencegahan kebakaran yaitu sistem tapak bangunan, sistem sarana
penyelamatan, sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif, kemudian dari setiap
sistem tersebut dijabarkan dalam kriteria lagi, dan kemudian diberi penilaian, serta
petunjuk penilaian beserta tingkat keandalanya terhadap kebakaran, sehingga bangunan
dapat dilakukan penilaian beserta tingkat keandalan dan rekomendasi yang harus
dilakukan. Metode yang digunakan adalah AHP dalam pengambilan keputusannya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Bangunan Gedung
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.(UU No: 28 Tahun 2002). Untuk melaksanakan fungsi
dan kegunaanya bangunan mempunyai kelengkapan yang saling menunjang baik secara
langsung maupun tidak langsung, kelengkapan tersebut terbagi menjadi sistem-sistem
yang saling mendukung guna kelancaran dan kenyamanan pada bangunan. Bangunan
merupakan suatu sistem, “Sistem didefinisikan sebagai suatu susunan bagian-bagian
yang saling berhubungan atau saling tergantung satu sama lain yang membentuk
sebuah kesatuan kompleks dan berlaku untuk satu fungsi”. (Ching: 2002).
Sistem yang terbentuk dalam bangunan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
sistem transportasi
dalam gedung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
Gambar 2.1
Sistem yang bekerja pada bangunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Api timbul ketika terjadi reaksi proses rantai antara bahan mudah terbakar (fuel),
oksigen dan panas (heat)) yang sering disebut segitiga api ((fire triangle).. Ketika proses
tersebut terjadi dalam suatu ruangan unit hunian, panas akan terus meningkat
meningkat, jika bahan
bakar cukup tersedia dan oksigen terus mengalir hingga suhu mencapai titik bakar
(flasover),
), yaitu ketika suhu lapisan gas panas dalam ruang melebihi 500°C dan flu
fluks
KW/m2. Selanjutnya proses kebakaran semakin menjadi
kalor ke lantai melebihi 20 K
dengan terbakarnya perabotan rumah tangga serta bahan unsur
unsur-unsurr bangunan pada
unit hunian baik secara konveksi, induksi maupun radiasi. (Asmaningprodjo, 2008).
Ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu :
penghuni (manusia), isi bangunan (harta), struktur bangunan dan bangunan yang
letaknya berdekatan dengan bangunan yang terbakar. Sedangkan bahaya api meliputi
dua hal yaitu : thermal (suhu
suhu dan nyala api) dan non thermal (asap dan gas beracun).
Bahaya utama pada manusia adalah keracunan asap
asap, sekitar 75% kematian pada
kebakaran gedung (bangunan tinggi) dikarenakan hal tersebut, sedangkan 25% kematian
disebabkan oleh suhu tinggi dalam ggedung.(Tundono, 2008). Kepanikan
epanikan yang timbul
mengakibatkan penghuni seringkali kehilangan orientasi sehingga mengakibatkan
kecelakaan seperti terbentur/terjatuh ataupun terjebak dalam ruangan yang
mengakibatkan luka/cedera yang serius.
serius.(Wahadamaputera, 2008).
Penanda awal adanya api adalah asap, asap merupakan hasil pembakaran yang
dapat menghalangi penglihatan dan mengakibatkan berkurangnya kecepatan penghuni
bangunan dalam mencari jalan keluar, asap mempunyai kecepatan rambat sebesar 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
m/dt, sementara kecepatan orang normal adalah 1,2 m/dt sedangkan orang hamil adalah
0,8 m/dt, sifat asap sebagai hasil pembakaran yang berbahaya yaitu :
1. Kandungan gas bersifat narkotik yang mempengaruhi sistem kerja syaraf dan
jantung dapat mengakibatkan sesak nafas, kehilangan kesadaran dan kematian.
2. Kandungan gas bersifat iritasi yang merupakan gas beracun yang mampu
mempengaruhi sensor iritasi manusia.
3. Efek panas yang mengakibatkan heat stroke, terbakarnya kulit dan terbakarnya
alat pernafasan.
Asap sebagai hasil pembakaran mempunyai jalur perjalananya sendiri, dengan cara
mengisi ruang demi ruang yang tidak tersekat melalui void, atrium bahkan koridor,
ruang tangga dan ruang lift yang justru merupakan jalur sirkulasi evakuasi penghuni
bangunan. (Wahadamaputra, 2008)
Penyebab terjadinya kebakaran, menurut Kristiawan, (1989) secara umum terdiri dari
tiga faktor antara lain :
1. Faktor manusia, penyebab kebakaran karena faktor manusia secara garis besar
disebabkan oleh :
a. Keawaman seperti awam dalam pengetahuan sifat bahan bakar, barang-barang
berbahaya, suatu tempat yang diisi dengan banyak barang akan berpengaruh
terhadap peningkatan suhu udara sehingga rawan kebakaran.
b. Kelalaian dan kukurang-waspadaan seperti : puntung rokok yang masih berapi
yang dibuang disuatu tempat, lupa mematikan kompor dll.
2. Faktor alam dan lingkungan, faktor ini diakibatkan oleh :
a. Bencana yang timbul akibat faktor alam seperti petir, loncatan muatan listrik
bertegangan tinggi ke suatu benda yang berada di tanah.
b. Bencana yang timbul akibat faktor lingkungan antara lain: lingkungan tanpa
pepohonan/penghijauan, lingkungan tanpa sungai atau selokan, adanya instalasi
minyak dan gas alam, adanya tempat-tempat penyimpanan zat kimia atau
benda-benda mudah terbakar, bangunan yang terlalu berdekatan sering
membuat kendaraan pemadam kebakaran sukar memasuki lokasi kebakaran dll.
3. Faktor mesin, penyebab kebakaran karena faktor mesin antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
15
Sarana jalan keluar bangunan merupakan bagian dari bangunan yang digunakan
untuk penyelamatan manusia maupun kegiatan lain, agar terhindar dari ancaman
kebakaran. Fungsi sarana penyelamatan agar penghuni bangunan memiliki waktu
yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman, dalam keadaan darurat.
“Sarana penyelamatan adalah akses yang diberikan pada bangunan untuk
mempermudah penyelamatan manusia keluar dari bangunan apabila terjadi
kebakaran”, (Frick dkk. 2008. 163-164) Beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam sarana evakuasi ini adalah :
a. Jalan keluar berupa tangga kebakaran dan jenisnya yang berhubungan dengan
kemudahan pencapaian, tanda/penunjuk arah ke tangga darurat, lebar tangga
darurat dan pintu kebakaran.
b. Konstruksi jalur keluar harus tahan api dan memberi kemudahan dalam
evakuasi untuk memberikan rasa aman kepada penghuni
c. Landasan helikopter untuk penyelamatan, khusunya pada bangunan tinggi
diatas 60 m, karena jangkauan penyelamatan sangat tinggi.
16
bangunan dan bentuk penataan ruang serta bukaan. Ada tiga hal yang berkaitan
dengan ketahanan bahan bangunan terhadap api yang harus dipenuhi sebagai bahan
konstruksi yaitu :
· ketahanan memikul beban (kelayakan struktur) yaitu kemampuan untuk
memelihara stabilitas dan kelayakan kapasitas beban sesuai dengan standar
yang dibutuhkan.
· Ketahanan terhadap penjalaran api (integritas) yaitu kemampuan untuk
menahan penjalaran api dan udara panas sebagaimana ditentukan oleh standar.
· Ketahanan terhadap penjalaran panas yaitu kemampuan untuk memelihara
temperatur pada permukaan yang tidak terkena panas langsung dari tungku
kebakaran pada temperatur dibawah 1400 c sesuai dengan standar uji ketahanan
api.
Dikaitkan dengan ketahanan terhadap api, struktur bangunan mempunyai 3 (tiga)
tipe konstruksi, yaitu:
a. Tipe A: Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini terdapat
komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah penjalaran api ke
dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu mencegah penjalaran
panas pada dinding bangunan yang bersebelahan.
b. Tipe B: Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api
mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di dalam
bangunan, dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari luar
bangunan.
c. Tipe C: Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan
yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara
struktural terhadap kebakaran.
Jumlah lantai dan tipe konstruksi yang dipersyaratkan pada bangunan dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Gambar 2.5. Beberapa contoh sistem proteksi aktif pada bangunan gedung
Sumber : Dokumentasi Pribadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
peralatan proteksi kebakaran merupakan salah satu segi manajemen gedung (Fire
protection Management) karena manajemen yang salah mengakibatkan pengelolaan dan
pemeliharaan gedung menjadi buruk.
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Rekapitulasi pembobotan sistem pencegahan kebakaran dapat dilihat pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Rekapitulasi Pembobotan sistem pencegahan kebakaran
No Parameter KSKB BOBOT TOTAL
I Kelengkapan Tapak 25
1 Sumber Air 27
2 Jalan lingkungan 25
3 Jarak antar bangunan 23
4 Hidran halaman 25
II Sarana Penyelamatan 25
1 Jalan Keluar Bangunan 38
2 Konstruksi jalan keluar 35
3 Landasan helikopter 27
III Sistem Proteksi Pasif 26
1 Ketahanan api struktur bangunan 36
2 Kompartemenisasi ruang 32
3 perlindungan bukaan 32
IV Sistem Proteksi Aktif 24
1 Deteksi dan alarm 8
2 Siamens connection 8
3 Pemadam api ringan 8
4 Hidran gedung 8
5 Sprinkler 8
6 Sistem pemadam luapan 7
7 Pengendalian asap 8
8 Deteksi asap 8
9 Pembuangan asap 7
10 Lift kebakaran 7
11 Cahaya darurat 8
12 Listrik darurat 8
13 Ruang pengendali operasi 7
Sumber “Mekanisme Sertifikasi dan Labelisasi Keandalan Bangunan
Gedung terhadap Bahaya Kebakaran” 2004.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
5 § Batasan Penilaian § Belum ada batasan yang pasti § Pada Level terbawah harus
dalam menentukan tingkat memberikan penilaian untuk
keandalan memberikan penilaian yang pasti.
25
sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahan kebakaran didasarkan pada ketiga
aspek tersebut diatas.
2.2.7. Perhitungan Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan
Bobot Sistem
Pencegahan Kebakaran
pada Bangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
kriteria. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan skala perbandingan atau pembobotan
dengan perbandingan pasangan yang diskret maupun kontinyu. AHP memiliki perhatian
khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di
dalam dan di antara kelompok elemen struktur (Saaty, 1991).
Model pengambilan keputusan dengan metoda AHP pada prinsipnya menutupi
semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Kelebihan AHP dibandingkan dengan
yang lainnya :
1. Memiliki hirarki struktur, dar hirarki yang dipilih, sampai pada subkriteria yang
paling bawah.
2. Validitas dihitung sampai dengan toleransi inkonsistensi.
3. Memperhitungkan ketahanan analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
AHP mempunyai kemampuan untuk memecah masalah yang multiobjektif dan
multikreteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam
hirarki. Langkah dalam AHP sebagai berikut :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi.
2. Membuat struktur hirarki, dilanjutkan dengan sub kriteria dan kemungkinan
alternatif-alternatif.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi
relative atau pengaruh setiap elemen terhadap tiap-tiap tujuan berdasarkan “
judgement “ dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu
elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya
sebanyak : n x ((n-1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang
diperbandingkan.
5. Menghitung nilai eigen untuk menguji konsistensinya , jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
level 1 Tujuan
Tujuan
level 2
Kriteria
Saaty, (1980) telah menetapkan suatu skala untuk penilaian, penilaian dengan
angka dari 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen terhadap elemen lain, sebagaimana dalam Tabel 2.7 :
Tabel 2.7 Nilai Perbandingan Tingkat Kepentingan Elemen
Intensitas Keterangan Penjumlahan
Kepentingan
Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang
1
sama besar terhadap tujuan
Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan penilaian sedikit
3 penting daripada elemen yang menyokong satu elemen dibandingkan
lainnya elemen yang lainnya
Elemen yang satu lebih penting Pengalaman dan penilaian sedikit
5 daripada elemen yang lainnya menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya.
Satu elemen lebih mutlak Satu elemen yang kuat disokong dan
7 penting daripada elemen yang dominan terlihat dalam praktek
lainnya
Satu elemen mutlak penting Bukti yang mendukung elemen yang satu
daripada elemen yang lainnya terhadap elemen yang lain memiliki
9
tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan
Nilai-nilai antara dua nilai Nilai ini diberikan bila ada kompromi
2,4,6,8
pertimbangan yang berdekatan diantara dua nilai pilihan
Kebalikan Jika untuk satu aktivitas I mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j,
maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
Sumber : (Saaty, 1980)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
A1 A2 A …. An
(Ůw)
= a ( i,j ) ; i.j = 1,2,……..n. (2.3)
(Ů )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak,
perlu diketahui rasio yang cukup baik, yaitu apabila CR < 0,1
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
= (2.8)
Dalam perhitungan model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai
Rasio Konsistensi ≤ 0,1. Apabila nilai Nilai Rasio Konsistensi ≥ 0,1 maka penilaian
perbandingan harus dilakukan kembali. Dalam penilaian sistem pencegahan kebakaran
metode yang digunakan adalah metode AHP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
· Mengerjakan perhitungan secara cepat dan tepat tanpa jemu mencari kembali
data yang tersimpan dengan kecepatan tinggi.
2. Kelemahan Sistem Pakar, diantaranya adalah:
· Masalah dalam mendapatkan pengetahuan, dimana pengetahuan tidak selalu bisa
didapatkan dengan mudah, karena terkadang pakar dari masalah yang kita buat
tidak ada, kalaupun ada pendekatan yang dimiliki pakar berbeda-beda.
· Untuk membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas yang tinggi
sangatlah sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengembangan
dan pemeliharaannya.
· Boleh jadi sistem tak dapat membuat keputusan.
· Sistem pakar tidaklah 100% menguntungkan, walaupun seorang tetap tidak
sempurna atau tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti
sebelum digunakan. Dalam hal ini peran manusia tetap merupakan faktor
dominan.
Dalam proses pegambilan keputusan diperlukan beberapa langkah dari sebuah informasi
yang ada diantaranya yakni :
1. Langkah Pertama, mendefinisikan masalah, Expert Systems (ES) dapat membantu
dalam mendesain alur informasi pada eksekutif (misalnya, bagaimana utuk
memonitor, kapan waktu untuk memonitor) dan dalam penginterpreasian
informasi.
2. Langkah Kedua, menganalisis masalah. Analisis bisa bersifat kualitatif, kuantitatif
ataupun kombinasinya.
3. Langkah Ketiga, memilih solusi, keputusan dibuat dengan memperhatikan
masalahnya berdasarkan hasil dari analisis.
4. Langkah Kempat, pelaksanaan solusi, keputusan untuk mengimplementasikan
solusi tertentu dilakukan.
Sistem pakar digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan desain sistem
pencegahan kebakaran dalam pembobotan pencegahan kebakaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2.1.Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Data primer untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan
dalam pencegahan kebakaran. Menggunakan sistem kuisioner kepada responden
yang memahami masalah kebakaran. Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka
dan terbatas, untuk memperoleh data yang menggambarkan kecenderungan
persepsi dari pengisi kuesioner. Data digunakan untuk menentukan pembobotan
pada sistem pencegahan kebakaran yaitu : kelengkapan tapak, sarana
penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif dan manajemen
pencegahan kebakaran. Sistem manajemen pencegahan kebakaran menggunakan
responden yang sama dalam penentuan pembobotannya.
4. Data primer untuk pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada
objek studi dilakukan dengan kuisioner kepada pihak manajemen
pemilik/pengelola bangunan dan pengamatan langsung.
3.2.2.2.Data Sekunder
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
MULAI
PEMERIKSAAN KEANDALAN
BANGUNAN DALAM
PENCEGAHAN KEBAKARAN
PENGUMPULAN DATA
QUESIONER
STUDI PUSTAKA
PERATURAN
PERUNDANGAN
PENYUSUNAN FORMAT
PEMERIKSAAN
SISTEM PEMERIKSAAN
DALAM PENCEGAHAN
KEBAKARAN
NILAI KONDISI
KEANDALAN BANGUNAN
TIDAK REKOMENDASI
DALAM PENCEGAHAN
KEBAKARAN
AMAN PERBAIKAN
SELESAI
Gambar 3.2.
Pembuatan Desain Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan
dalam Pencegahan Kebakaran
Gambar 3.3
Alur Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung
Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
11
BAB IV
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
bakaran.
· Pembobotan pada level 3 yaitu penilaian komponen yang merupakan penjabaran
dari sub sistem pencegahan kebakaran
Gambar 4.1 Penentuan Level pada sistem pencegahan kebakaran bangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Bangunan gedung tersusun dari sistem-sistem yang bekerja dan berfungsi pada
suatu bangunan. Setiap sistem diuraikan menjadi sub sistem, misalnya pada manajemen
pencegahan kebakaran yang dikembangkan menjadi 4 sub sistem. Untuk perhitungan
pembobotan pada masing-masing sistem pencegahan kebakaran, terlebih dahulu harus
diketahui kondisi dan bobot masing-masing sistem pada sebuah bangunan. Perhitungan
bobot pada penelitian ini menggunakan metode AHP, dengan langkah perhitungan bobot
sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Pencegahan Kebakaran
pada Bangunan Gedung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
,
żƅ = = = 0,000
,
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi
hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,000 < 0,1 ( Ok ).
3) Perhitungan bobot total adalah dengan memasukan nilai xi kedalam matrik
dikalikan dengan nilai bobot kriteria
Pencegahan Pembatasan Pemadaman Bb Krt Bb. Total
Dari bobot total maka akan diketemukan tingkat konsistensi tiap-tiap responden
dapat diketahui bobot sistem pencegahan kebakaran.
4) Uji konsistensi pada responden dengan melakukan penilaian pada jawaban yang
masuk. Perhitungan uji konsistensi dapat dilihat pada lampiran 6. Hasil uji
konsistensi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Konsistensi pada Responden
UJI KONSISTENSI
No RESPONDEN JUMLAH
KONSISTEN TIDAK
1 Responden 1 Konsisten
2 Responden 2 Konsisten
3 Responden 3 Konsisten
4 Responden 4 Konsisten
5 Responden 5 TIdak
6 Responden 6 Konsisten
7 Responden 7 Konsisten
8 Responden 8 TIdak
9 Responden 9 Konsisten
10 Responden 10 Konsisten
11 Responden 11 TIdak
12 Responden 12 TIdak
13 Responden 13 Konsisten
JUMLAH 9.00 4.00 13.00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Setelah melakukan uji konsistensi pada tiap-tiap responden maka data responden
yang memenuhi uji konsistensi, digunakan sebagai pembobotan pada sistem
pencegahan kebakaran seperti pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Rata-rata Bobot Sistem Pencegahan Kebakaran
RESPONDEN RATA-
RATA-
No Sistem Pencegahan Kebakaran JML RATA X PEMBULATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 RATA
100
1 Kelengkapan Tapak 0.25 0.22 0.25 0.18 0.16 0.20 0.21 0.19 0.26 1.92 0.21 21.31 21
2 Sarana Penyelamatan 0.17 0.24 0.15 0.18 0.22 0.28 0.17 0.20 0.18 1.80 0.20 19.95 20
3 Proteksi Pasif 0.16 0.17 0.19 0.22 0.19 0.18 0.19 0.24 0.16 1.71 0.19 19.05 19
4 Proteksi Aktif 0.28 0.23 0.29 0.28 0.24 0.19 0.20 0.18 0.27 2.16 0.24 23.99 24
5 Manajemen 0.14 0.15 0.11 0.13 0.20 0.15 0.22 0.19 0.13 1.41 0.16 15.70 16
JUMLAH 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 100.00 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
Dari bobot total maka akan diketemukan tingkat konsistensi tiap-tiap responden
dapat diketahui bobot sistem pencegahan kebakaran.
e. Perhitungan rata-rata dari tiap-tiap responden
Tabel 4.3. Hasil Rata-rata Pembobotan Sub Sistem Manajemen Pencegahan Kebakaran
RESPONDEN RATA-
Manajemen Pencegahan RATA-
No JML RATA X PEMBULATAN
Kebakaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RATA
100
1 Pemeriksaan dan pemeliharaan 0.33 0.32 0.30 0.33 0.35 0.35 0.29 0.28 0.36 2.91 0.32 32.33 32
2 Pembinaan dan pelatihan 0.19 0.16 0.23 0.22 0.27 0.23 0.23 0.32 0.27 2.13 0.24 23.69 24
3 Rencana keadaan darurat 0.25 0.29 0.12 0.26 0.17 0.24 0.17 0.21 0.18 1.89 0.21 20.96 21
4 Pekerjaan kerumahtanggaan 0.23 0.24 0.35 0.19 0.21 0.17 0.31 0.19 0.19 2.07 0.23 23.02 23
JUMLAH 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 100.00 100
Berdasarkan data diatas maka didapat nilai prosentase dari sistem manajemen
pencegahan kebakaran adalah :
· Pemeriksaan dan pemeliharaan : 32 %
· Pembinaan dan pelatihan : 24 %
· Rencana keadaan darurat : 21 %
· Pekerjaan kerumahtanggaan : 23 %
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
Sistem, Sub Sistem dan Komponen Pencegahan Sistem, Sub Sistem dan Komponen Pencegahan
No No
Kebakaran Kebakaran
7 Pengendalian asap V Sistem Manajeman
a Fungsi 1 Pemeriksaan dan pemeliharaan
b detektor asap a Peralatan
c Kondisi pengendali asap b perlindungna pasif
8 Deteksi asap c waktu
a Fungsi d Pengujian
b sistem e Dokumentasi
9 Pembuangan asap 2 Pembinaan dan pelatihan
a Fungsi a Personil
b Arah b Struktur organisasi
10 Lift kebakaran b Pelatihan
a Jumlah 3 Rencana keadaan darurat/Fire emergency plan (FEP)
b Pengoprasian a Standar
c Peringatan b Sosialisasi
d Penempatan c Tanda Peringatan
e Sumber daya 4 Pekerjaan kerumahtanggaan (Fire safe housekeeping)
11 Cahaya darurat a Peralatan
a Lokasi pemasangan b Sarana
b Sistem cahaya darurat c Penataan
c Pemasangan tanda ekxit d Tanda bahaya
12 Listrik darurat e Sampah
a Sumber daya f Pekerjaan
b kabel listrik
13 Ruang pengendali operasi
a Ketersediaan
b Peralatan
c Konstruksi
63
dari tingkat keandalan bangunan berdasarkan hasil perhitungan simulasi nilai dapat
dilihat pada lampiran 7.
2 75 % - < 95 % Kurang Andal ada sebagian kecil yang tidak sesuai persyaratan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
4.1.5.1. Interpretasi
Untuk menentukan interpretasi suatu bangunan, maka semua nilai pada komponen
dimasukan, hasil penilaian dapat dilihat pada bagian rekapitulasi dan total dari sistem
pencegahan kebakaran. Penilaian tingkat keandalan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Penilaian tingkat keandalan pencegahan kebakaran
Kategori Penilaian Bobot Nilai Keandalan
No Parameter KSKB Andal % Nilai Kurang % Nilai Tidak Andal % Nilai Penilaian Total
Keandalan Andal Keandalan Keandalan (%) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah 500
" ANDAL"
Interpretasi :
Tingkat Keandalan terhadap Pencegahan kebakaran dianggap :
a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 95% atau (95%<=NKA<=100%)
b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 75%<=NKA<=95%
c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 75 %
4.1.5.2. Rekomendasi
Rekomendasi bertujuan untuk mengembalikan keandalan bangunan pada setiap
sistem pencegahan kebakaran, agar dapat bekerja dan berfungsi secara optimal dalam
melaksanakan pencegahan kebakaran. Hasil rekomendasi meliputi :
· Pemeriksaan secara berkala,
· Perawatan/pemeliharaan berkala,
· Perawatan dan perbaikan berkala,
· Penyetelan/perbaikan /penggantian baru,
· Melengkapi komponen yang kurang.
Pokok-pokok dalam rekomendasi diatas dapat dijabarkan dalam tabel 4.8 :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Tabel 4.8. Uraian Rekomendasi dari nilai dan tingkat keandalan pencegahan kebakaran
Tingkat
No Nilai Keterangan Rekomendasi
Keandalan
Semua sistem proteksi kebakaran (sistem Kelengkapan Tapak,
1 95 % - 100 % Andal sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif (1), (2), (3)
dan manajemen pencegahan kebakaran) dalam kondisi baik,
berfungsi sempurna secara optimum, dimana kondisi gedung
dalam keadaan terlindungi dari kebakaran secara sempurna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Gambar 4.4.
Bangunan pusat perbelanjaan Solo Square
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
d. Pada sisi barat (samping) terdapat jalan sirkulasi dan pagar dibuat sekeliling
untuk memisahkan dengan pemukiman penduduk, jarak antar bangunan lebih
dari 8 m.
4.2.1.4. Hidran Luar Bangunan
Terdapat 6 (enam) titik hidran luar bangunan yang tersebar pada sisi depan,
samping kanan (timur dari bangunan), samping kiri (barat dari bangunan) dan sisi
belakang (selatan bangunan). Identifikasi masing-masing kondisi hidran luar pada
bangunan kemudian hasil dimasukan pada tabel 4.13 yaitu :
1. Hidran halaman dan kotak hidran mudah dijangkau karena terletak di sepanjang
jalan keliling bangunan.
2. Kondisi hidran halaman dan kotak hidran relatif terawat dengan baik dan dilapisi
dengan cat anti karat untuk melindungi hidran dari korosi.
3. Pompa air sebagai penggerak selalu dalam keadaan siap dioperasikan bila sewaktu-
waktu digunakan ditunjukan dengan parameter pada pompa pembagi di ruang
utilitas bangunan yang terletak di basement.
4. Pipa instalasi dalam kondisi baik dan tidak ada kebocoran/korosi karena dilapisi
dengan cat anti karat.
5. Tangki penekan atas menyatu dalam satu ruang dengan pompa air pada ruang
utilitas dan berfungsi dengan baik yang ditunjukan dengan sistem distribusi air yang
terbagi dalam beberapa zone sistem tekanan air.
6. Tersedia sambungan slang dengan diameter 35 mm dengan panjang minimal 15 m,
yang tersimpan rapi pada kotak hidran disamping hidran halaman.
Penilaian hidran halaman merupakan rata-rata dari penilaian masing-masing kondisi
hidran.
Tabel 4.11 Penilaian Hidran Halaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
Pernyataan
Tangki
No HIDRAN HALAMAN Mudah
Hidran dan
Pipa Sambungan Jumlah
Penekan
Kotak Pompa Air
dijangkau Instalasi Atas/Alat slang
hidran
Kontrol
1 Hidran halaman 1 100 100 100 100 100 100 100.00
2 Hidran halaman 2 100 100 100 100 100 100 100.00
3 Hidran halaman 3 100 100 100 100 100 100 100.00
4 Hidran halaman 4 100 100 100 100 100 100 100.00
5 Hidran halaman 5 100 100 100 100 100 100 100.00
6 Hidran halaman 6 100 100 100 100 100 100 100.00
Setelah penilaian parameter kelengkapan tapak pada komponen selesai, kemudian nilai
dimasukan pada rekapitulasi sub sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada
bangunan/gedung, nilai seperti pada Tabel 4.12.
Tabel 4. 12 Rekapitulasi Sub Sistem Pencegahan kebakaran pada Kelengkapan Tapak
REKAPITULASI SUB SISTEM SISTEM PEMERIKSAAN PENCEGAHAN KEBAKARAN
PADA BANGUNAN/GEDUNG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
1. Eksit memiliki kondisi terpisah dan terlindungi, ditandai dengan konstruksi beton
dan pasangan bata yang tertutup dari lantai teratas sampai dengan pintu keluar
bangunan dan dilengkapi dengan pintu tahan api.
2. Jumlah sarana jalan keluar pada bangunan dihitung dengan beban penghuni
(pengelola, pengunjung, pekerja dan semua yang terlibat) pada bangunan, jumlah
hunian rata-rata adalah diatas 1000 tiap harinya, jadi pintu yang di sediakan minimal
4, jalan keluar yang tersedian yaitu 6 jalan keluar yaitu berupa tangga darurat yang
tersebar pada bangunan.
3. Pintu standar kebakaran dipasang pada semua bagian jalan keluar pada setiap lantai
dan diberi tanda warna merah untuk memudahkan penandaan sesuai dengan standar
untuk jalur evakuasi.
4. Ketinggian jalan keluar/pintu darurat adalah 2.1 m dan dipasang pada setiap jalan
keluar di tiap-tiap lantai.
5. Ketinggian anak tangga pada sarana jalan keluar adalah kurang dari 30 cm, yang
berarti dalam kondisi yang standar.
6. Lebar tangga mempunyai lebar yang standar yaitu 110 cm yang terpasang pada
setiap tangga darurat diberi pengaman yaitu pagar railing dan terdapat bordes
sebagai tempat istirahat sementara.
7. Jarak pintu darurat/eksit satu dengan yang lain adalah kurang dari 45 m, setelah
dihitung rata-rata jarak yang ada adalah 35 m.(dibaca dari gambar denah)
8. Penanda jalan keluar terpasang diatas pintu darurat dan terlihat jelas, akan tetapi
pada beberapa tangga darurat tidak ada penunjuk arah dan tidak terlihat jelas.
Setelah dilakukan pemeriksaan pada tiap-tiap sarana penyelamatan kemudian masukan
nilai seperti pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Penilaian Jalan Keluar pada Bangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
JALAN KELUAR
Pernyataan
pintu penandaan
konstruksi Jumlah ketinggian
standar ketinggian lebar jalan
No JALAN KELUAR dan TKA jalan
kebakaran
sarana
anak bersih
jarak eksit
keluar Jumlah
minimal 1 keluar jalan tidak lebih
dalam tangga <= tangga 110 jelas dan
jam dan sesuai keluar >= dari 45 m
kondisi 30 cm cm mudah
terpisah standar 2m
baik dibaca
1 Jalan Keluar 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00
2 Jalan Keluar 2 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00
3 Jalan Keluar 3 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00
4 Jalan Keluar 4 100 100 100 100 100 100 100 80 97.50
5 Jalan Keluar 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00
6 Jalan Keluar 6 100 100 100 100 100 100 100 80 97.50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
Struktur yang digunakan pada kolom, balok dan plat lantai memberikan gambaran
mengenai struktur kategori A, yaitu konstruksi beton tahan api. Untuk bahan finishing
plafond pada ruang usaha menggunakan gipsum yang dapat memberikan barier pada plat
lantai bila terjadi kebakaran sehingga tidak terekspose secara langsung.
4.2.3.2. Kompartemenisasi
Hasil pengamatan kompartemen adalah :
1. Luas lantai adalah 61.885 m2, ukuran volume bangunan adalah 195.300 m3. (dengan
pendekatan luas lantai dasar x tinggi bangunan), luas kompartemen adalah
mencukupi dari standar yang ditetapkan untuk luas lantai diatas 5.000 m2 untuk
30.000 m3.
2. Kompartemenisasi pada bangunan terdiri dari 2 bagian yaitu vertikal dan horisontal,
secara vertikal terdapat pada plat lantai dan secara horisontal terdapat di lantai 2
yaitu antara ruang parkir dengan ruang perbelanjaan menggunakan kompartemen
berupa dinding pasangan bata, pada tangga darurat dan pada saluran utilitas untuk
menjaga ketahanan dari penyebaran kebakaran. Luas kompartemen secara
horisontal sama dengan jumlah luas dasar sampai lantai 4 yaitu 50.725 m2, tanpa
luas basement. Dengan kondisi tersebut maka kompartemen memenuhi persyaratan.
3. Saft lif dan peralatan bangunan (sistem pasokan listrik, generator darurat dan
pengendalian asap) dalam bangunan terpisah dengan TKA sesuai yaitu konstruksi
beton dan pasangan bata sebagai pembatas, pada pintu menggunakan pintu tahan
api.
4.2.3.3. Perlindungan Bukaan
Kondisi perlindungan bukaan adalah :
1. Bukaan vertikal pada bangunan yang digunakan untuk saft pipa, ventilasi dan listrik
dalam keadaan tertutup dengan konstruksi beton dan pasangan bata dari bawah
sampai atas, dan pada setiap lantai dalam kondisi tertutup dan dilengkapi pintu
tahan api untuk akses masuknya.
2. Sarana proteksi pada bukaan yang ada (pintu kebakaran, jendela kebakaran, pintu
penahan asap dan penutup api) sesuai dengan persyaratan dan dalam kondisi yang
baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
76
2. Katub sambungan pada masing-masing alat berfungsi dengan baik dan tidak
terdapat kerusakan/korosi/kebocoran.
4.2.4.3 Pemadam Api Ringan/Portabel (APAR)
Jenis pemadam api ringan yang digunakan adalah :
Pemadam api portabel : Powder 450
Pemadam api portabel : FR 250 khusus pada ruang utilitas
Jumlah pemadam api portabel jenis powder 450 ada 48 buah yang tersebar di setiap
lantai dan seluruh bangunan. Penilaian alat pemadam api ringan yaitu : hitung jumlah
alat yang ada pada setiap lantainya kemudian diidentifikasi, penilaian dilakukan tiap titik
APAR diteruskan pada tiap lantainya. Jumlah APAR yang teridentifikasi adalah :
· Lower Ground Floor : 10 titik
· Ground Floor : 10 titik
· 1st Floor : 10 titik
· 2nd Floor : 10 titik
· 2nd Mezanine Floor : 4 titik
· 3nd Floor : 4 titik
Tabel 4. 16 Penilaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pernyataan
LANTAI 1
1 Pemadam api ringan 1 100 100 100 100
2 Pemadam api ringan 2 100 100 100 100
3 Pemadam api ringan 3 100 100 100 100
4 Pemadam api ringan 4 100 100 100 100
5 Pemadam api ringan 5 100 100 100 100
6 Pemadam api ringan 6 100 100 100 100
7 Pemadam api ringan 7 100 100 100 100
8 Pemadam api ringan 8 100 100 100 100
9 Pemadam api ringan 9 100 100 100 100
10 Pemadam api ringan 10 100 100 100 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
5. Tangki penekan atas menyatu dalam satu ruang dengan pompa air pada ruang
utilitas dan berfungsi dengan baik yang ditunjukan dengan sistem distribusi air yang
terbagi dalam beberapa zone sistem tekanan air.
6. Tersedia sambungan slang dengan diameter 35 mm dengan panjang minimal 15 m,
yang tersimpan rapi pada kotak hidran.
Hasil rata-rata dari keseluruhan hidran gedung merupakan nilai kondisi hidran dapat
dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4. 17 Penilaian Hidran Gedung
HIDRAN GEDUNG
Pernyataan
Tangki
No HIDRAN GEDUNG Mudah
Hidran dan
Pipa Sambungan Jumlah
Penekan
Kotak Pompa Air
dijangkau Instalasi Atas/Alat slang
hidran
Kontrol
LANTAI 1
1 Hidran gedung 1 100 100 100 100 100 100 100.00
2 Hidran gedung 2 100 100 100 100 100 100 100.00
3 Hidran gedung 3 100 100 100 100 100 100 100.00
4 Hidran gedung 4 100 100 100 100 100 100 100.00
5 Hidran gedung 5 100 100 100 100 100 100 100.00
6 Hidran gedung 6 100 100 100 100 100 100 100.00
7 Hidran gedung 7 100 100 100 100 100 100 100.00
8 Hidran gedung 8 100 100 100 100 100 100 100.00
9 Hidran gedung 9 100 100 100 100 100 100 100.00
10 Hidran gedung 10 100 100 100 100 100 100 100.00
11 Hidran gedung 11 100 100 100 100 100 100 100.00
12 Hidran gedung 12 100 100 100 100 100 100 100.00
4.2.4.5 Sprinkler
Alat ini dipasang pada bagian atap/plafond gedung pada setiap lantai bangunan
pada seluruh bangunan, kecuali lantai yang paling atas, kondisi sprinkler pada bangunan
Solo Square adalah:
1. Kondisi sprinkler baik dan tidak terhalang pada tiap-tiap lantai dan jelas terlihat.
2. Jarak pemasangan sprinkler 3 m satu sama yang lain dan dalam batas radius aman,
dengan jarak sesuai dengan standar yaitu jarak maksimal 4.6 m. Pipa induk yang
digunakan adalah pipa dengan diameter ± 4 inch, kemudian didistribusikan
menggunakan pipa yang lebih kecil yaitu ± 1 inch.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
3. Pipa sprinkler dalam kondisi baik dan tidak mengalami kerusakan/ korosi, hal ini
ditunjukan dengan tidak adanya kebocoran pada pipa karena menggunakan sistem
pipa basah.
· Sprinkler yang terpasang pada pusat perbelanjaan dipasang dengan posisi kepala
berada dibawah pipa.
· Sprinkler yang terpasang pada area parkir dipasang dengan posisi kepala berada
diatas, ketinggian lantai sampai dengan kepala sprinkler/pipa kebakaran tidak
menggangu arus lalu-lintas dibawahnya.
4. Kondisi kompressor dan pengukur tekanan berfungsi dengan baik, terdapat panel
yang digunakan untuk tanda/petunjuk arah distribusi air, sehingga bila terjadi
kebakaran sistem induk ini akan menunjukkan lokasi kebakaran.
4.2.4.6 Sistem Pemadam Luapan
Sistem ini digunakan pada ruangan khusus yaitu pada daerah utilitas, karena
bahan bakar dari genset adalah bahan yang mudah terbakar, sehingga perlu diberi
pencegahan yang ekstra.
4.2.4.7 Pengendali asap
Pengendali asap dipasang pada plafond, daerah dapur, tangga darurat, untuk
mengatisipasi kebakaran, kondisi pengendalai asap adalah :
1. Berfungsi dengan baik dan tidak rusak, terpasang pada plafond pada tiap lantai,
tangga darurat, ruang atrium dan daerah dapur.
2. Pengendali/detektor asap dalam keadaan bersih dan tidak terhalang oleh benda lain
disekitarnya yang dapat mengganggu kinerja sistem.
3. Pengendali asap dipasang pada daerah yang rawan kebakaran seperi pada
dapur/ruang masak lainya.
4.2.4.8 Sistem pendeteksi asap (Smoke detektor)
Pendeteksi asap dipasang pada plafond yang tersebar di setiap lantai, dalam
kondisi :
1. Deteksi asap berfungsi dengan baik dan tidak dalam keadaan rusak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
2. Detektor asap yang terpasang dapat mengaktifkan system pengolahan udara secara
otomatis, system pembuangan asap, ventilasi asap dan panas yang langsung dapat
dideteksi melalui ruang pengendali.
4.2.4.9 Sistem Pembuangan Asap
Pembuangan asap dilakukan dengan sistem fan yang terpasang pada tiap-tiap
tangga darurat, dapur serta pada bangunan di tiap-tiap lantai yang terhubung dengan
cerobong yang berada di atap, untuk menghisap asap bila terjadi kebakaran pada titik
tertentu di bangunan. Kondisi pembuangan asap adalah :
1. Berfungsi dengan baik dan tidak rusak.
2. Arah pembuangan asap langsung disalurkan melalui pipa menuju ke atap bangunan,
dan tidak menimbulkan gangguan pada ruang lain.
4.2.4.10 Lift kebakaran
Kondisi Lift kebakaran adalah :
1. Lift untuk penanggulangan saat terjadi kebakaran tidak dikondisikan secara khusus,
terdapat 2 buah lift, tetapi yang digunakan untuk kebakaran maupun barang dan
manusia hanya 1 unit, sedangkan lainya digunakan secara khusus pada tenant yang
besar dan tidak digunakan untuk fasilitas umum.
2. Lift kebakaran dalam saft yang tahan api, struktur beton dan pasangan bata.
· Dilengkapi dengan sarana komunikasi yang terhubung dengan pengatur
pusat/ruang pengendali yang terletak pada ruang utilitas.
· Bila terjadi kerusakan pada lift maka ruang pengendali dapat mendeteksi
dengan cepat kemudian dilakukan tindakan untuk perbaikanya.
3. Peringatan terhadap pengguna lift pada saat kebakaran, dipasang di tempat yang
mudah terlihat dan terbaca dengan tulisan tinggi huruf 30 mm yaitu pada tempat
masuk pada lobby penunggu ruang lift.
4. Penempatan lift kebakaran pada lokasi yang mudah dijangkau oleh penghuni karena
terletak pada salah satu pintu keluar yaitu pada bagian barat dari bangunan.
5. Sumber tenaga menggunakan 2 sistem yatiu dari PLN sebagai sumber utama dam
genset sebagai sumber cadangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
Pernyataan
sistem pencahayaan
cahayaan darurat darurat beroperasi
No CAHAYA DARURAT dipasang disetiap Jumlah
otomatis dan tanda exit jelas terlihat
tangga yang dilindungi memberikan
terhadap kebakaran pencahayaan yang
cukup
LANTAI 1
1 Cahaya darurat 1 100 100 100 100.00
2 Cahaya darurat 2 100 100 100 100.00
3 Cahaya darurat 3 100 100 80 93.33
4 Cahaya darurat 4 100 100 100 100.00
5 Cahaya darurat 5 100 100 80 93.33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
darurat dan dilengkapi panel penunjuk pada ruang pengendali sehingga setiap
penggunaan listrik ataupun kerusaka lainya dapat diketahui dan terdeteksi.
2. Instalasi kabel yang melayani sumber daya listrik dari PLN dan listrik darurat
memenuhi kabel tahan api, dalam tahap perbaikan/renovasi terdapat beberapa kabel
yang belum terbungkus secara aman.
4.2.4.13 Ruang Pengendali
Kondisi ruang pengendali adalah :
1. Diletakkan bersebelahan dengan ruang mesin/genset, ruangan ini desebut degan
ruang mekanikal elektrikal (ME) yang terletak pada basement.
2. Dilengkapi dengan alat komunikasi dan panel yang dapat menginformasikan tentang
sistem yang bekerja pada bangunan.
3. Konstruksi dinding terbuat dari pasangan bata dan konstruksi beton bertulang, yang
mampu menahan api bila terjadi kebakaran.
Tabel 4.19 Rekapitulasi Penilaian Sistem Proteksi Aktif
Bobot Kategori Penilaian Bobot Nilai
No Parameter Pencegahan Kebakaran Sub Andal Kurang Andal Tidak Andal Penilaian Keandalan
Total
Sistem 95% - 100% 75 % - < 95 % < 75 % (%) Total (%)
1 2 4 5 6 7 8 9 10
83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
2. Sarana keselamatan terutama pada jalur evakuasi yang ada bebas dari hambatan dan
tidak ada penghalang yang dapat mengganggu proses evakuasi.
3. Penataan bahan bakar sudah sesui dengan standar keselamatan yaitu diletakan
dengan aman dalam tempat yang sesuai serta terdapat petugas pengaman dan
pemantau kondisi bahan bakar. Pada salah satu tangga darurat ditemukan
penempatan bahan bakar cair (LPG) yang diletakkan pada bordes tangga yang dapat
membahayakan evakuasi.
4. Daerah merokok ditandai dengan jelas dan diberi zona tersendiri, dilengkapi dengan
asbak,tempat sampah dari logam.
5. Sampah dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering, dan selalu rutin
dibuang dalam tampungan sementara yang terletak secara terpisah di bagian
belakang bangunan.
6. Setiap ada pekerjaan renovasi/pemeliharaan bangunan selalu diawasi dan dikerjakan
oleh tenaga ahli baik dari pihak manajemen maupun dari pihak ketiga.
Tabel 4.20 Penilaian Sub Sistem Manajemen
Bobot Kategori Penilaian Bobot Nilai
No Parameter Pencegahan Kebakaran Sub Andal Kurang Andal Tidak Andal Penilaian Keandalan
Total
Sistem 95% - 100% 75 % - < 95 % < 75 % (%) Total (%)
1 2 4 5 6 7 8 9 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
86
32
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai desain sistem pemeriksaan
pencegahan kebakaran dan penerapannya adalah sebagai berikut :
1. Desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan
kebakaran merupakan salah satu alat bantu dalam menilai dan memeriksa
bangunan untuk tindakan pencegahan terhadap kebakaran pada bangunan
gedung.
2. Pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran harus
dilakukan pada level terkecil atau pada komponen bangunan, untuk dapat
memberikan penilaian/pemeriksaan yang lebih detail pada sistem pencegahan
kebakaran.
5.2. SARAN
1. Desain pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran
masih sangat terbuka untuk dikembangkan, untuk mendapatkan hasil yang
optimal pada sistem pemeriksaan terhadap bahaya kebakaran.
2. Pembobotan sistem pencegahan kebakaran pada bangunan gedung dapat
dilakukan pembobotan ulang demi kesempurnaan sistem ini.
3. Untuk menggunakan sistem pemeriksaan keandalan dalam pencegahan
kebakaran maka diperlukan tenaga ahli yang mengetahui bidang kebakaran
atau pencegahan kebakaran pada bangunan.
86
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
commit to user