Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingginya konsumsi ikan budidaya terhadap pakan membuat para


pembudidaya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada
umumnya. Para pembudidaya pada saat ini telah menambahkan protein,sumber
energi,mineral,dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan yang ada
disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan
limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian
meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi tenak ruminansia sebagai
salah satu sumber protein hewani (Mahi et al., 2001).
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam menunjang usaha peternakan. Mutu bahan pakan yang diberikan kepada
ternak secara langsung akan dapat mempengaruhi tingkat produksi dan
produktivitas ternak yang dipelihara. Pakan berkualitas tinggi adalah pakan
dengan kandungan zat-zat nutrisi yang lengkap yang sangat diperlukan oleh tubuh
ternak seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan air. Berbagai masalah yang
timbul tentang hijauan pakan di Indonesia, diantaranya adalah kesulitan dalam
memanfaatkan dan mempertahankan kualitas produksi hijauan yang meningkat
pada musim hujan, hal tersebut dapat diatasi dengan upaya mengolah dan
mengawetkan bahan pakan, terutama hijauan menjadi pakan yang mempunyai
kualitas lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu perlakuan
fermentasi (Romimoharto, 2000).
Berbagai sumber nutrisi pakan telah banyak ditemukan, mulai dari umbi-
umbian, biji-bijian hingga bahan yang berasal dari ikan itu sendiri. Salah satu
jenis bahan yang dimanfaatkan dalam pembuatan pakan ikan maupun pakan
ternak adalah silase ikan. Silase ikan merupakan salah satu jenis bahan baku yang
digunakan untuk membuat pakan ikan. Silase ini dapat berasal dari ikan utuh yang
kemudian dicincang dan difermentasikan dengan penambahan asam atau berasal
dari limbah pengolahan ikan yang difermentasikan. Silase ini dapat berfungsi
sebagai bahan pengganti tepung ikan dalam proses pembuatan pakan ikan. Oleh
sebab itu, dilakukanlah praktikum pembuatan silase ini untuk mengetahui lebih

1
2

jauh mengenai metode pembuatan silase dan manfaat silase dalam sektor
perikanan (Ward et al., 2002).
Fermentasi berasal dari bahasa Latin asal suku kata ferverve yang
mempunyai arti mendidih. Hal ini diambil dari pengalaman pertama pada waktu
proses pembuatan minuman anggur yang dilakukan oleh Gay Lussac. Berdasarkan
jenis substrat yang digunakan, proses fermentasi dibedakan atas dua golongan
yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi cair. Fermentasi medium padat
adalah proses fermentasi dengan menggunakan medium yang tidak larut, tetapi
cukup mengandung air untuk keperluan mikroba. Fermentasi medium cair adalah
proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi dalam fase cair
(Juana,2002).
Proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroorganisme, mampu
menghidrolisis atau biodegradasi enzim sehingga substansi polimer menjadi lebih
sederhana dan mudah dicerna. Proses fermentasi dengan menggunakan
penambahan mikroorganisme dapat berfungsi untuk meningkatkan zat-zat
makanan dan nilai energi, mengurangi atau menghilangkan pengaruh negatif dari
bahan pakan tertentu. Prinsip kerja fermentasi itu sendiri adalah memecah bahan
yang tidak mudah dicerna seperti selulosa menjadi gula sederhana yang mudah
dicerna dengan bantuan mikroorganisme. Enzim yang dihasilkan dalam proses
fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi, pertumbuhan,serta meningkatkan daya
cerna serat kasar, protein dan nutrisi pakan lainnya. Fermentasi pakan terbukti
dapat menekan nilai FCR hingga 0,997 pada pemeliharaan ikan lele dumbo yang
diberi pakan komersil yang difermentasikan dengan probiofish (Giri, 2003).

1.2.Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan mikroba dalam proses fermentasi bahan


pakan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor yang diperlukan dalam budidaya perikanan adalah


ketersediaan pakan ikan yang melimpah dengan kandungan protein yang tinggi
untuk mendukung pertumbuhan ikan. Pakan buatan adalah salah satu faktor
penting dalam usaha budidaya ikan intensif karena merupakan biaya variabel
terbesar dalam proses produksi yakni 40%‒60% (Webster & Liem, 2002).
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya
ikan. Pakan merupakan sumber materi dan energi untuk menunjang pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan, disisi lain pakan juga merupakan komponen
terbesar 50 ‒ 70% dari biaya produksi (Babo et al., 2013). Meningkatnya harga
pakan ikan tanpa di ikuti dengan kenaikan harga jual ikan membuat para
pembudidaya berpikir untuk mencari pakan alternatif yang mudah didapat serta
harganya terjangkau. Pakan alternatif dari sumber nabati dan hewani yaitu daun
sente, daun eceng gondok, tanaman air azolla, tepung ikan dan Tubifex bahan
tersebut belum dimanfaatkan oleh peternak ikan gurami (Nofyan, 2005).
Pakan ikan terdiri dari dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan.
Pakan alami biasanya digunakan dalam bentuk hidup dan agak sulit untuk
mengembangkannya, sedangkan pakan buatan dapat diartikan secara umum
sebagai pakan yang berasal dari olahan beberapa bahan pakan yang memenuhi
nutrisi yang diperlukan oleh ikan. Salah satu pakan buatan yang paling banyak
dijumpai adalah pelet. Pakan memegang peran penting dala kegiatan budidaya
ikan. Kebutuhan pakan selama budidaya mencapai sekitar 60-70% dari biaya
operasional budidaya (Hadadi dkk., 2009).
Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara
fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kobinasinya. Perlakuan secara fisik
dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan, penggiling,
penghancuran serta pembuatan pelet. Perlakuan secara kimiawi dilakukan dengan
cara menanbahkan bahan kimia seperti amoiasi. Perlakuan secara biologis dapat
dilakukan dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba starter.
Sementara perlakuan secara kombinasi dapat dilakukan dengan cara gabungan
dari fisik-kimia, fisik-biologi dan atau biologi-kimia (Ridho, 2014).

3
4

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan


anaerob (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik tanpa
ekspektor electron (Deliani, 2008). Sabrina dkk., (2001) menambahkan, Prinsip
fermentasi adalah mengaktifkan pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan,
sehingga membentuk produk baru yang berbeda dari bahan asal.
Proses fermentasi membatu memecah protein menjadi lebih sederhana
sehingga bisa diserap secara maksimal oleh tubuh ikan. Menurut Widyanti (2009),
semakin kecil nilai efisiensi maka jumlah pakan yang di makan banyak atau dapat
dikatakan boros maka ikan tidak efisien dalam memanfaatkan pakan tersebut. Ikan
tidak mampu memanfaatkan pakan secara optimal meskipun nilai kecernaan
pakan sangat tinggi.
Teknologi fermentasi adalah suatu teknik penyimpanan substrat dengan
penanaman mikroorganisme dan penambahan mineral dalam substrat, dimana
diinkubasi dalam waktu dan suhu tertentu. Penggunaan teknologi fermentasi pada
umumnya dilakukan dengan menggunakan substrat padat dalam wadah yang
disebut fermentor. Pada proses teknologi fermentasi, mikroorganisme dibutuhkan
sebagai penghasil enzim untuk memecah serat kasar dan meningkatkan kadar
protein (Pasaribu, 2007).
Banyak dikembangkan metode lain yang mungkin lebih aman dan efektif
yaitu salah satunya adalah dengan penggunaan bakteri probiotik. Bakteri probiotik
tidak terakumulasi dalam tubuh ikan dan tidak menyebabkan resistensi organisme
patogen seperti pada antibiotik (Guo et al. 2009). Bakteri probiotik mampu
melakukan pengawasan kondisi pemeliharaan secara biologis tanpa menimbulkan
dampak buruk terhadap sistem keseimbangan ekologis mikroba baik dalam
pencernaan dan dalam sistem pemeliharaan ikan.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Nutrisi Ikan tentang penentuan kadar air dilaksanakan pada 6


April 2018. Bertempat di Laboratorium Iktiologi Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan yang digunakan pada pengoleksian bahan pakan


sebagai berikut.
Tabel 1. Alat Pada Fermentasi Bahan Pakan
No Alat Kegunaan
1. Gelas ukur Untuk mengukur aquades
2. Plastik tahan panas Untuk menyimpan bahan
3. Karet getah Untuk mengikat plastic tahan panas
4. Kompor Untuk memanaskan bahan
5. Panci Untuk tempat/wadah saat pengukusan bahan
6. Alat tulis Untuk mencatat
7. Sendok Untuk mengaduk probiotik
8. Baskom kecil Untuk wadah pembuatan inokulum
9. Krusibel Untuk wadah bahan

Tabel 2. Bahan Pada Fermentasi Bahan Pakan


No Nama Keterangan
Limbah pasar kol Bahan baku utama fermentasi pakan
1.
(Brassica oleracea var.capitata) nabati.
2. Kulit udang Bahan baku utama fermentasi pakan
(Caridea) hewani.
3. EM4 Mikroba fermentasi
4. Raja Grammeh Mikroba fermantasi
5. Aquades Pencampur bahan ferentasi

3.3 Prosedur Kerja

1. Pembuatan Inokulum

Probiotik menggunakan raja grammeh sebanyak 1 tutup botol yang


ditambahkan kedalam 1 liter aquades kemudian tambahkan gula sebanyak 1

5
6

sendok makan dan larutkan sehingga diperoleh suspense, tunggu selama 15 menit
untuk menumbuhkan bakteri. Suspensi digunakan untuk proses fermentasi
medium bahan pakan yang sudah menjadi tepung.

2. Fermentasi Bahan Pakan

Bahan pakan sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan


panas, ditambah aquades dengan perbandingan (1:1 volume/berat atau sesuai
tingkat kekompakan) dikukus selama 30 menit sejak air kukusan mendidih,
didinginkan dan diinokulasi dengan dosis inokulum sebanyak 7,5% ,kemudian
dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik yang telah dilubangi di beberapa
tempat untuk mendapatkan kondisi aerob, dan diinkubasi sampai 7 hari. Inkubasi
untuk bakteri dilakukan pada suhu 370C dan jamur pada suhu ruangan 250C-27oC.
Selama masa inkubasi dilakukan pengamatan tekstur bahan, bau, jumlah mikroba.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pada praktikum penentuan kadar air seperti yang ditunjukkan pada
tabel sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Fermentasi Bahan Pakan
No. Nama Bahan Nama Keterangan
Limbah Kol Warna : Coklat
Afrinda Nur Octa
1. (Brassica oleracea Bau : Tengik
Pradana
var.capitata) Tekstur : Lembek (lembab)
Daun Ketapang Warna : Coklat
Gibran Nazary
2. (Terminalia Bau : Tengik
Yusuf
catappa) Tekstur : Kenyal
Ganggang Warna : Kehitaman
Syuhada Mandala
3. (Hydrilla Bau : Tidak menyengat
Putra
verticillata) Tekstur : Seperti bubur
Daun Bandotan Warna : Hijau kehitaman
4. (Ageratum Salihin Bau : Teh
conyzoides) Tekstur : Gembur
Warna : Hitam
Gulma itik Al-Awwal Afdhal
5. Bau : Busuk
(Lemnoideae) Ar
Tekstur : Gembur
Limbah Bayam Warna : Hijau kehitaman
Ziskia Mahrani
6. (Amaranthus tricolor Bau : Busuk
Aulika
L.) Tekstur : Lembek

4.2. Pembahasan

Praktikum fermentasi bahan pakan yaitu mengamati perubahan yang


terjadi pada bahan baku tepung pembuatan pakan berupa warna, bau dan testur.
Macam-macam perubahan yang terjadi pada pakan pasca hari ke tiga diberikan
probiotik berupa raja grammeh yaitu limbah kol, limbah bayam, ganggang, daun
ketapang, bandotan dan gulma itik untuk jenis nabati, sedangkan untuk jenis
hewani yaitu kulit udang. Tahapan-tahapaan dalam fermentasi bahan pakan
tersebut yaitu sebagai berikut:
Tahapan dalam fermentasi bahan pakan limbah kol yaitu menimbang
tepung limbah kol sebanyak 50 gram kemudian memasukkannya ke dalam plastik

7
8

tahan panas, plastik tersebut kemudian dikukus dalam panci selama 30 menit.
Tahapan berikutnya yaitu memasukkan sebanyak 7,5 ml probiotik sesuai dengan
dosis 5% dari 50 gram tepung kol. Plastik yang sudah dimasukkan probiotik
selanjutnya ditusuk-tusuk dengan jarum untuk memberi lubang karena fermentasi
akan berlangsung dalam kondisi aerob dan dimasukkan ke dalam wadah inkubasi
dengan suhu ±370C untuk pertumbuhan bakteri. Pengamatan terhadap hasil
fermentasi dilakukan pada hari ketiga setelah perlakuan.
Tabel 3 hasil fermentasi bahan pakan diatas menunjukkan adanya
perubahan warna, tekstur serta bau. Bahan berupa limbah kol mengalami
perubahan warna menjadi kecoklatan, bau menjadi tengik dan memiliki tekstur
lembek dan lembab. Perubahan yang terjadi pada ganggang berupa warna yang
kehitaman, bau yang tidak terlalu menyengat dan tekstur yang seperti bubur.
Perubahan pada limbah bayam berupa warna yang mulanya hijau menjadi
kehitaman, memiliki aroma bau busuk serta tekstur yang lembek. Perubahan pada
daun ketapang berupa perubahan warna menjadi lebih coklat, berbau tengik dan
bertekstur kenyal. Perubahan pada bandotan yaitu berwarna hijau kehitaman dan
meiliki bau seperti teh serta bertekstur gembur. Gulma itik terjadi perubahan
berupa warna menjadi hitam, memiliki bau yang busuk dan bertekstur gembur.
Kandungan ekstrak limbah pasar sayur mengandung bakteri aktif seperti
Lactobacillus sp dan sacaromyces dan juga mengandung 2,L x 1010 CFU bakteri
asam laktat, 0,0244% asam asetat, 0,0017% asam butirat, 0,7997% asam laktat
dengan l,104% total asam, dengan kata lain ekstrak limbah pasar sayur mempu
digunakan sebagai pengawetan maupun pengolahan bahan pakan (Utama, 2009.)
BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
Mikroba yang digunakan pada praktikum fermentasi bahan pakan berupa raja
grameh yang dapat memecah bahan yang tidak mudah dicerna seperti selulosa
menjadi gula sederhana yang mudah dicerna. Enzim yang dihasilkan dalam proses
fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi, pertumbuhan, serta meningkatkan
daya cerna serat kasar, protein dan nutrisi pakan lainnya. Proses fermentasi
dengan menggunakan mikroorganisme berfungsi meningkatkan zat-zat makanan
dan nilai energi, mengurangi atau menghilangkan pengaruh negatif dari bahan
pakan tertentu.

5.2. Saran

Praktikan harus benar-benar memahami langkah-langkah dalam proses


ferentasi bahan pakan sebagai bahan dasar pembuatan pakan nabati maupun pakan
hewani.

9
DAFTAR PUSTAKA

Deliani. 2008. Pengaruh Lama Fermetasi Terhadap Kadar Protein, Lemak,


Komposisi Asam Lemak Dan Asam Fitat Pada Pembuatan Tempe.
Giri N.A, Suwiryo K, Rusdi I, Marzuqi M. 2003. Kandungan lemak pakan
optimal untuk pertumbuhan benih kepiting bakau (Scylla paramamosain).
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Volume 9. Nomor 4.
Guo, J.J., K.F. Liu, S.H. Cheng, C.Chang, J.J. Lay, Y.O. Hsu, J.Y Yang and T.Y.
Chen. 2009. Selection of Probiotic Bacteria For Use In Shrimp
Larviculture Aquaculture Research. Blackwell Publishing. 40, 609- 618.
Juwana S. 2002. Crab culture technique at RDCO-LIPI, Jakarta Indonesia 1994 to
2001. Proceedings workshop on mariculture in Indonesia Mataram,
Lombok Island. Research centre for Oseanography-LIPI, Institute of
Marine Research Norwegian Bergen – Norway. P.144
Novyan. 2005. Hidrolisis Pakan Buatan oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin untuk
Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy). [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 80 hlm.
Mahi I.I, Affandi R, Mokoginta I, Jusadi D. 2001. Pengaruh kadar protein dan
imbangan energi protein pakan berbeda terhadap retensi proterin dan
pertumbuhan benih ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, 8 (2): 19-28.
Pasaribu, T. 2007. Produk Fermentasi Limbah Pertanian Sebagai Bahan Pakan
Unggas Di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Ridho, M. F. 2014. Makalah Teknologi Pengolahan Pakan. Gadjah Mada
University Press. Jogjakarta.
Sabrina, Y., Yellita, dan E. Syahfrudin. 2001.Pengaruh Pemberian Ubi Kayu
Fermentasi (KUKF) Terhadap Bobot Organ Fisiologis Ayam
Broiler. Jurnal Peternakan dan Lingkungan 6 (2): 20-25.
Utama C. S.,2009. Komponen Proksimat Bekatul Fermentasi dengan Starter
Limbah Pasar Sayur. Laporan Penelitian. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Ward L. R, Carter C.G, Crear B.J, Smith D.M. 2003. Optimal dietary protein level
for juvenile southern rock lobster, Jasus edwardsii, at two levels.
Aquaculture, 217: 483-500.
Webster, C. D., Liem. 2002. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish for
Aquaculture. Aquaculture Research Center, Kentucky State University.
CABI. New York. 418 p.
Widyanti, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Oreocromis niliticus yang
Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen pada Pakan Berbasis Daun
Lamtoro. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 68 hlm.

10

Anda mungkin juga menyukai