Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN ALQURAN DAN HADITS

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Sains

Dosen Pengampu : Muh. Thariq Aziz, M. Pd.I.

Oleh :

Dewi Citra 1731321009

Siti Maemunah 1731321008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini.
Shalawat serta salam mudah-mudahan tercurah limpah pada junjunan kita, Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini berjudul “Pendidikan Islam”. Makalah ini berisi ulasan tentang
pengertian pendidikan islam, konsep dasar dari Ta’dib, konsep dasar dari Ta’lim,
konsep dasar dari Tarbiyah dan perbandingan antara konsep Ta’dib, Ta’lim dan
Tarbiyah.

Terima kasih kepada semua yang telah membantu atas penyusunan makalah ini,
baik secara moril maupun materil.

Saran dan kritik yang konstruktif untuk penulisan makalah yang lebih baik
selanjutnya sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.
Aamiin.

Sukabumi, 21 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………….………………...…..i

KATA PENGANTAR…..……………………….……..…………..…………………ii

DAFTAR ISI.………………...………………………...……………….……………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………...………………………......……..…...……………1

B. Rumusan Masalah………………………………...……….….…...…………..3

C. Tujuan dan Manfaat……….………………………...…………….....………..3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan islam…………………………………………………….4


B. Konsep dasar dari Ta’dib………………………………………………………..5
C. Konsep dasar dari Ta’lim………………………………………………………..8
D. Konsep dasar dari Tarbiyah……………………………………………………11
E. Perbandingan antara konsep Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah……………………..12

BAB IV KESIMPULAN

A. Simpulan……….….……………………...…….……...…..……..……….....15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..………………17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun sebuah


peradaban, khususnya peradaban yang Islami , sebagaimana yang dijelaskan dalam QS.
Al-Alaq ayat 1yang berbunyi : “Iqra” ayat ini diturunkan oleh Allah sangat
berhubungan dengan pendidikan. Proses dakwah Rasulullah pun dalam menyebarkan
Islam dan membangun peradaban tidak lepas dari pendidikan Rasul terhadap para
sahabat. Dimulai dari sebuah rumah kecil “Darul Arqom” sampai membentang ke
seberang benua. Diawali beberapa sahabat sampai tersebar ke jutaan umat manusia di
penjuru dunia.

Sebuah proses yang pernah menorehkan sejarah peradaban yang membanggakan


bagi umat Islam, Madinah Al Munawarah. Sejarahpun mencatat banyak Negara yang
memperkokoh bangsanya ataupun bisa segera bangkit dari keterpurukan dengan upaya
membangun pendidikan. Wajar, karena dari pendidikanlah lahir sebuah generasi yang
diharapkan mampu membangun peradaban tersebut. Hal tersebut mengisyaratkan
bahwa kemajuan pendidikan akan menjadi salah satu pengaruh kuat terhadap kemajuan
atau kegemilangan sebuah peradaban.

Namun, konsep atau teori pendidikan mengalami sebuah perdebatan hangat bagi
para pakar atau ilmuwan. Peran pendidikan yang semakin disadari pentingnya dalam
melahirkan sebuah generasi tidaklah cukup tanpa disertai oleh konsep yang benar.
Apabila kita menerima teori ilmiah empiris sebagai sebuah paradigma dalam teori
pendidikan, maka disadari atau tidak berarti kita telah meninggalkan hal-hal yang
bersifat metafisis dalam Al Qur’an dan Sunnah.

1
2

Metode ilmiah dalam membangun sebuah teori harus dapat diamati oleh panca
indera. Sebuah teori yang belum bisa dibuktikan secara empiris tidak bisa dijadikan
dasar dalam menyusun sebuah teori termasuk didalamnya teori pendidikan. Padahal,
Al Qur’an yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad SAW, dari masa ke masa selalu
berkembang pembuktian terhadap mukjizat Ilmiahnya, mulai dari masa lampau sampai
masa yang akan datang.

Menyesuaikan dengan kemampuan manusia dalam membaca mukjizat tersebut.


Dalam Surat Al-An’am ayat 38 yang artinya : Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam
Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.

Untuk itu menjadi hal yang sangat penting dan mendasar bagi para muslim untuk
memahami konsep pendidikan menurut Al Qur’an dan Sunnah. Konsep dasar yang
perlu untuk dikaji berawal dari definisi atau pengertian pendidikan yang disandarkan
pada Al Qur’an dan As Sunnah.

Pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Hal itu bisa
dimengerti karena tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting.
Karena didasarkan pada Al Qur’an dan Sunnah. berangkat dari pengertian inilah akan
menjadikan pondasi yang akan menyangkut konsep bangunan pendidikan itu sendiri.
Istilahpun akan memberikan pemahaman yang utuh, mengingat istilah tidaklah bebas
nilai akan tetapi sarat akan nilai-nilai yang mengikutinya Dalam hal pendidikan,
bersandar pada Al Qur’an dan Hadits dikenal beberapa istilah yang dianggap mewakili
pengertian tersebut. Hal ini disebabkan istilah pendidikan tidak disebutkan secara
langsung dalam Al Qur’an dan Hadits. Sebenarnya, banyak istilah yang dianggap
mendekati makna pendidikan, diantaranya Al Tansyi’ah, al Islah, Al Ta’dib atau al
Adab, Al Tahzib, Al Tahir, Al Tazkiyyah, Al Ta’lim, Al Siyasah, Al Nash wa Al Irsyad
dan al Akhlaq. bahkan sumber lain menambahkan dengan istilah at Tarbiyin dan at
Tadris. Namun, dalam persidangan dunia pertama mengenai pendidikan islam pada
3

tahun 1977, menegaskan bahwa pendidikan didefinisikan sebagai Al Tarbiyah, Al


Ta’lim dan Al Ta’dib secara bersama-sama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pendidikan islam?
2. Bagaimana konsep dasar dari Ta’dib?
3. Bagaimana konsep dasar dari Ta’lim?
4. Bagaimana konsep dasar dari Tarbiyah?
5. Bagaimanakah perbandingan antara konsep Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Memahami pengertian pendidikan islam
2. Memahami konsep dasar dari Ta’dib
3. Memahami konsep dasar dari Ta’lim
4. Memahami konsep dasar dari Tarbiyah
5. Memahami perbandingan antara konsep Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan suatu proses pembetulan individu berdasarkan


ajaran-ajaran Islam. Melalui proses mana individu dibentuk agar dapat mencapai
derajat yang tinggi setinggi ia mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah, yang
dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Menurut konsep Islam, manusia adalah makhluk yang memiliki unsur jasmani
dan rohani, fisik dan jiwa yang memungkinkan ia dapat diberikan pendidikan.
Selanjutnya manusia ditugaskan untuk menjadi khalifah dimuka bumi sebagai
pengamalan ibadah kepada Tuhan, dalam arti yang seluas-luasnya. Menurut Ahmad
D.Marimba, “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.” Dalam definisi ini terlihat jelas bahwa secara umum yang
dituju oleh kegiatan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut Mohammad Athiyah al-Abrasy, “pendidikan budi pekerti adalah jiwa


dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan baahwa pendidikan budi pekerti
dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam. Pada definisi ini Nampak bahwa
gambaran manusia yang ideal yang harus dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah
manusia yang sempurna akhlaknya, hal ini Nampak sejalan dengan missi kerasulan
nabi Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia.”

4
5

B. Konsep Ta’dib

Menurut Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam
adalah al-ta’dib. Ta’dib berasal dari kata addaba (‫)أدّب‬, yuaddibu (‫ )يأدّب‬dan ta’dib
(‫)تأديب‬. Ta’dib sebagai istilah yang paling mewakili dari makna pendidikan berdasarkan
Al Qur’an dan Hadits dikemukakan oleh Syed Naquib Al Attas. Al Attas memaknai
pendidikan dari hadits berikut:

َ ْ‫ت َأْد ِِِيْـبِى اَح‬


‫سنَ َربِّى أَدَّبَنِى‬

“Tuhanku (Allah) telah mendidikku dengan pendidikan yang terbaik”

Addaba (‫ ) أدّب‬diterjemahkan oleh Al Attas sebagai mendidik, Selanjutnya ia


mengemukakan, bahwa hadits tersebut bisa dimaknai kepada Tuhanku telah
membuatku mengenali dan mengakui dengan azab yang dilakukan secara berangsur-
angsur ditanamkannya kedalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu
didalam penciptaan, sehingga hal itu membimbingku ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat-Nya yang tepat didalam tatanan wujud dan kepribadian, serta
sebagai akibatnya, ia telah membuat pendidikanku yang paling baik.” Yang menurut
Ibnu Manzhur merupakan padanan kata allama dan oleh Azzat dikatakan sebagai cara
Tuhan mengajar Nabi-Nya sehingga Al Attas mengatakan bahwa mashdar addaba
(yakni ta’dib) mendapatkan rekanan konseptualnya di dalam istilah ta’lim.

Selanjutnya Al Attas menyampaikan ”Dalam pendefinisian kita tentang


’makna’, kita katakan bahwa ’makna’ adalah pengenalan tempat segala sesuatu dalam
sebuat sistem. Karena pengetahuan terdiri dari sampainya, baik dalam arti hushul dan
wushul, makna di dalam dan oleh jiwa, maka kita definisikan ’pengetahuan’ sebagai
pengenalan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam penciptaan
sedemikian rupa, sehingga hal ini membawa kepada pengenalan tentang tempat yang
tepat dari Tuhan dalam tatanan wujud dan keperiadaan. Agar pengetahuan bisa
dijadikan ’pengetahuan’, kita masukkan unsur dasar pengakuan di dalam pengenalan,
dan kita definisikan kandungan pendidikan ini sebagai pengenalan dan pengakuan
6

tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam keteraturan penciptaan


sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
tempat-tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepriadaan. Kemudian kita
definisikan pendidikan, termasuk pula proses pendidikan, sebagai pengenalan dan
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan dalam manusia tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, ini
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam
tatanan wujud dan keperiadaan.”

Hadits tersebut memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah.


Sehingga pendidikan yang beliau peroleh adalah sebaik-baik pendidikan. Dengan
demikian dalam pendangan filsafat pendidikan Islam. Rasulullah merupakan pendidik
utama yang harus dijadikan teladan. Dalam haditsh lain, Prof. Abdullah Nasih Ulwan,”
mengambil hadith yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali r.a. untuk menjadi dasar
penting terhadap pendidikan Al Qur’an untuk anak, bahwa Rasulullah bersabda:

‫ث َعـلَى أَ ْوالَدَ ُك ْم أ َ ِدّب ُْـوا‬


ِ َ‫صـال ثَال‬ ِ ِ ّ‫ َبيْـتِ ِه آ ِل َوحُبّ ِ نَ ِبـ ِيّ ُك ْم حُب‬, ‫ت‬
َ ‫ح‬: ِ ‫آن َوتِـالَ َو‬ ْ ُ‫اْلق‬. ‫آن َح َمـالَةَ فَإ ِ َّن‬
ِ ‫ـر‬ ْ ُ‫ِظـ ِّل فِى ْالق‬
ِ ‫ـر‬
ْ ‫ص ِفـيَآئِـ ِه أ َ ْن ِبـيَآئِـ ِه َم َع ِظلُّـهُ ِإالَّ ِظـ َّل الَ يَ ْـو َم للاِ َع‬
‫ـر ِش‬ ْ َ ‫َوأ‬

“Didiklah anak-anakmu dalam tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarga


nabi, dan membaca Al Qur’an. Maka sesungguhnya yang membaca Al Qur’an berada
dalam naungan Nya, bersama para Nabi dan orang-orang Suci”

Sebenarnya istilah ta’dib sudah sering digunakan oleh masyarakat arab pada
jaman dahulu dalam hal pelaksanaan proses pendidikan. Perkataan adab dalam tradisi
arab dikaitkan dengan kemuliaan dan ketinggian pribadi seseorang.

Dalam hadit lain Rasulullah bersabda:

ّ
‫يعـق الغالم اداب احسنوا و اوالدكم أدّبوا‬ ‫السـابع يوم عنه‬, ‫أدّب سنـين ستّ بلـغ فاذا األذى عنه يـماط و يس ّمى و‬,
‫ فـراشه عن عـزل سنـين تسع بلغ اذا و‬, ‫الصوم و الصالة على ضرب سنة عشرة بلـغ فاذا‬, ‫عشرة ستّ بلغ فاذا‬
7

ّ ‫ابوه‬, ‫أنكحتك و علّمتك و أدّبتك قد قال و بيده أخذ ث ّم‬, ‫فـى عذابـها و الـدنيـا فى فـتـنـتك من باهلل اعوذ‬
‫زوجه سنة‬
‫االخرة‬

“Seorang anak diselamati pada hari ketujuh dari kelahirannya, diberi nama dan
dihilangkan penyakitnya (dicukur rambutnya). Jika sudah menginjak usia enam tahun,
maka ia diberi pendidikan. Jika sudah menginjak usia sembilan tahun, maka ia
dipisahkan tempat tidurnya. Jika sudah menginjak usia tigabelas tahun maka ia harus
dipukul bila tidak mau mengerjakan sholat dan puasa. Dan jika telah menginjak
enambelas tahun, maka ayahnya boleh mengawinkan, lalu memegang anaknya itu
dengan tangannya dan berkata padanya:’Aku telah mendidikmu, mengajarmu dan
mengawinkanmu’. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah (yang disebabkan ulah)mu
di dunia dan dari adzab yang (disebabkan) fitnah itu di akhirat”

Hal tersebut untuk memberikan penekanan terhadap konsep yang telah


ditetapkan pada sidang sebelumnya yang menyatakan bahwa adanya kesatuan antara
ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Padahal menurut pendapat beliau bahwa ta’dib sudah
meliputi tarbiyyah dan ta’lim. Sehingga tidak dibutuhkan penyatuan atau penggunaan
konsep ketiganya secara bersamaan.

Konsep ta’dib dalam pendidikan menjadi sangat penting diketengahkan,


mengingat semakin terlihatnya gejala keruntuhan akhlak di kalangan umat Islam bukan
dikarenakan mereka tidak mempunyai ilmu pengetahuan , tetapi karena mereka telah
kehilangan adab. Tindak kejahatan, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, pembunuhan
dan hal lain justru banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang mengenyam proses
pendidikan. Proses bertambahnya ilmu pengetahuan seakan-akan tidak berbanding
lurus bahkan tidak berhubungan dengan peningkatan akhlak yang mulia atau keimanan
para mudarist.

Dari hadist tersebut juga ditekankan akan kewajiban dan hal yang utama bagi
orangtua untuk memberikan pendidikan yang baik dan menjadi hak setiap anak untuk
8

mendapatkannya. Disebutkan pula bahwa hak untuk mendapatkan pendidikan


diperoleh sejak usia dini sampai menikahkannya.

C. Konsep Ta’lim

Menurut para ahli, kata ta’lim lebih bersifat universal dibanding dengan al-
tarbiyah maupun al-ta’dib. Rasyid Ridha misalnya mengartikan al-ta’lim sebagai
proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu.

Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada QS. AL-Baqarah ayat 151.

َ ‫سوال فِي ُك ْم أ َ ْر‬


‫س ْلنَا َك َما‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم يَتْلُو مِ ْن ُك ْم َر‬ َ ‫ت َ ْعلَ ُمون تَكُونُوا لَ ْم َما َويُعَ ِِّل ُم ُك ْم َوا ْلحِ ْك َمةَ ا ْل ِكت‬
َ ‫َاب َويُعَ ِِّل ُم ُك ُم َويُ َز ِكِّي ُك ْم آيَاتِنَا‬

Artinya : Sebagaimana Kami telah menyempurnakan ni’mat Kami kepadamu,


Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-kitab dan
Al-hikmah (As-sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.” (QS. AL-Baqarah/2 : 151).

Dari ayat tersebut didapatkan penggunaan yu’allimu yang diartikan mengajarkan


dan membentuk kata ta’lim yang berarti bisa diartikan sebagai pengajaran. Menurut
Abdul Fattah Jalal, apa yang dilakukan Rasul bukan hanya sekedar membuat umat
Islam bisa membaca, melainkan membawa sekedar umat Islam bisa membaca,
melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs
(pensucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinnya menerima al-hikmah
serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui.

Selanjutnya Thalib mengatakan bahwa Ta’lim memiliki arti memberitahukan


sesuatu kepada seseorang yang belum tahu. Allah SWT. Berfirman : “ Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan
kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka AlKitab (Al Quran)
dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
9

yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang
mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang mengamalkannya.”

Ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif
semata-mata. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lim hanya mengedepankan
proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim) dan yang diajar
(muta’alim). Misalnya pada surat Yusuf, ayat 6, berarti ilmu pengetahuan yang
dimaksud, diajarkan atau dialihkan kepada Nabi adalah tabir mimpi. Sedangkan pada
surat Al Maidah ayat 4, ilmu yang dimaksud adalah ilmu berburu.

D. Konsep Tarbiyah

Istilah tarbiyah berasal dari kata rabb, walaupun kata ini memiliki banyak arti,
akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestariannya atau eksistensinya.

Konsep tarbiyyah merupakan salah satu konsep pendidikan Islam yang penting.
Perkataan “tarbiyyah” berasal dari bahasa Arab yang dipetik dari fi’il (kata kerja)
seperti berikut.

1. Rabba, yarbu yang berarti tumbuh, bertambah, berkembang.


2. Rabbi, yarba yang berarti tumbuh menjadi lebih besar, menjadi lebih dewasa
3. Rabba, yarubbu yang berarti memperbaiki, mengatur, mengurus dan mendidik,
menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.

Melalui pengertian tersebut, konsep tarbiyyah merupakan proses mendidik


manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia ke arah yang lebih
sempurna. Ia bukan saja dilihat proses mendidik saja tetapi merangkumi proses
mengurus dan mengatur supaya perjalanan kehidupan berjalan dengan lancar

Berdasarkan penafsiran pada surat Al Fatihah ayat 2, “Segala puji bagi Allah,
Rabb semesta alam” . Terdapat penafsiran terhadap ayat tersebut yaitu Allah itu
Pendidik semesta alam tak ada suatu juga dari makhluk Allah itu terjauh dari didikan-
10

Nya. Allah mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia
menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu
guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.

Selain daripada Allah sebagai Pendidik, manusia juga boleh menjadi pendidik
berdasarkan firman Allah : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil”.Walaupun ayat ini
dalam beberapa tafsir banyak menitik beratkan pembahasan pada kewajiban anak
terhadap orang tua, namun kata “Rabba” yang diartikan mendidik memberikan
pembentukan istilah darinya yaitu tarbiyyah yang diartikan sebagai pendidikan.

Tarbiyah islamiyah atau pendidikan islam dapat dibedakan dari pendidikan


lainnya dengan melihat segi pengertian umum dan khusus. Dari segi pengertian umum,
ia tidak jauh berbeda dengan pengertian umum pendidikan manapun, kecuali hanya
beberapa segi saja yang dapat membedakannya dari model lainnya. Sedangkan dari
segi pengertian khusus sudah jelas, ia mempunyai perbedaan dengan pendidikan non
islam.

Definisi tarbiyah Islamiyah memiliki perbedaan juga dengan definisi umum yang
disampaikan. Tarbiyah islamiyah berorientasi kepada kehidupan dunia dan akhirat.
Dari perbedaan tersebut, dapatlah dikatakan bahwa tarbiyah islamiyah adalah sebuah
system social yang dibawa oleh kaum islam untuk membatasi pengaruh efektifitas
keluarga yang dalam pengertian sempit meliputi kedua orang tua dan saudara terdekat.
Sedangkan dalam pemahaman luas, termasuk didalamnya tetangga, para sahabat dan
komunitas sosial seluruhnya.

Menurut Al Attas, secara semantik istilah tarbiyah tidak tepat dan tidak memadai
untuk membawakan konsep pendidikan dalam pengertian Islam, sebagaimana
dipaparkan sebagai berikut.
11

1. Istilah tarbiyah yang dipahami dalam pengertian pendidikan sebagaimana


dipergunakan di masa kini tidak bisa ditemukan dalam leksikon-leksikon bahasa
Arab besar.
2. Tarbiyah dipandang sebagai pendidikan, dikembangkan dari penggunaan Al
Qur’an dengan istilah raba dan rabba yang berarti sama, tidak secara alami
mengandung unsur-unsur esensial pengetahuan, intelegensi dan kebajikan yang
pada hakikatnya merupakan unsur-unsur pendidikan yang sebenarnya.
3. Jika sekiranya dikatakan bahwa suatu makna yang berhubungan dengan
pengetahuan disusupkan ke dalam konsep rabba, maka makna tersebut mengacu
pada pemilikan pengetahuan dan bukan penanamannya.

Dari beberapa penjelasan tersebut proses tarbiyah tidak mencakup langsung


keterlibatan ilmu sebagai aspek penting dalam pendidikan. Tarbiyah lebih menekankan
pada proses memberikan kasih sayang. Walaupun tentu saja proses pengasuhan dan
kasih sayang merupakan bagian yang sangat penting dalam pendidikan.

Tarbiyah sebagai proses pengembangan (penumbuhan) diri sebagai


pengembangan potensipun sangat diperlukan dalam proses pendidikan meskipun
bersifat materi. Keahlian dan ketangkasan fisik sangat diperlukan disesuaikan untuk
mengoptimalkan potensi masing-masing yang dididik, apalagi untuk menghadapi
kondisi kehidupan modern yang semakin kompleks, namun setidaknya hal tersebut
tidak mempersempit atau mengaburkan dari proses atau konsep utama pendidikan
dalam islam itu sendiri.

Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang


mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam
raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta
menjaga sebab-sebab eksistensinya.

Tujuan Tarbiyah Islamiyah adalah sebagai berikut.

1. Pembentukan akidah yang benar bagi manusia


12

2. Pengajaran ibadah yang benar


3. Menumbuhkan keinginan saling mengenal sesama manusia
4. Menyebarkan ruuh at-ta’awun (spirit kerja sama) di antara manusia
5. Bekerja untuk memakmurkan bumi
6. Mengajari manusia bagaimana berkomitmen
7. Mengajari manusia bagaimana membangun rumah tangga muslim
8. Membentuk manusia sosial
9. Membentuk manusia berdedikasikan arab
10. Membentuk manusia yang berdedikasikan Islam
11. Membentuk muslim yang menyeru pada Allah
12. Membentuk pribadi muslim agar memiliki kemampuan untuk ikut serta dalam
kerja islami.

E. Perbandingan antara Konsep Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah

Istilah Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah, dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau
dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun
apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat
satu sama lain, yakni dalam hal memelihara.

Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah. Oleh karena itu
ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang di butuhkan
seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik. Sedangkan pada tarbiyah,
titik tekannya difokuskan pada bimbingan seseorang supaya berdaya (punya potensi)
dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu
pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman
ilmu yang benar dalam mendidik pribadi. Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada
penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal
dan tingkah laku yang baik. Dengan pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik
13

kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu
menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu
mengarungi kehidupan ini dengan baik.

Dewasa ini, karena memang manusia sedang menghadapi perubahan yang begitu
cepat yang timbul sebagai ekses atau dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dikursus-diskursus dan kajian-kajian mengenai konsep pendidikan menjadi
tetap menarik dan bahkan, tidak dapat dihindarkan. Apalagi jika hal tersebut didasarkan
pada asumsi bahwa segala problem itu berpangkal dari suatu penerapan konsep
pendidikan yang merangsang serta mendorong progresivitas ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak terkendali.

Di kalangan dunia Islam juga muncul berbagai isu tentang krisis pendidikan serta
problem lainnya yang dengan sangat mendesak menuntut suatu pemecahan berupa
terwujudnya suatu sistem pendidikan yang didasarkan atas konsep Islam. Dalam hal
ini banyak tokoh-tokoh pendidikan Muslim telah berusaha menyusun suatu konsep
pendidikan yang menurut keyakinan mereka sudah dapat dikatakan relevan dengan
tuntutan umat manusia dan perkembangan masa kini. Syed M. Naquib al-Attas seorang
pemikir pendidikan yang concern terhadap pendidikan. Dalam karya monumentalnya
“The Concept of Education In Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of
Education”, dan dalam Konferensi Dunia Pertama dan Kedua tentang Pendidikan Islam
di Mekkah dan Islamabad, al-Attas mencetuskan dan menawarkan bahwa konsep atau
istilah yang tepat, benar, dan relevan untuk pendidikan adalah konsep ta’dib, bukan
ta’lim, tarbiyah, ataupun konsep yang lainnya. Karena, menurut al-Attas, konsep
tarbiyah hanya menekankan atau menyinggung aspek fisikal dan emosional manusia
(karena proses tarbiyah ini berlaku tidak hanya untuk manusia an sich, tetapi berlaku
untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan, oleh karena itu konsep tarbiyah kurang tepat
untuk istilah pendidikan bagi manusia). Sedangkan konsep ta’lim secara umum hanya
menekankan pada transfer of knowledge (aspek kognitif) dan pengajaran. Agar proses
14

pendidikan berjalan secara komprehensif yakni mencakup ranah kognitif, psikomotorik


dan ranah afektif, maka al-Attas menawarkan konsep ta’dib.
BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan

Pendidikan Islam merupakan suatu proses pembetulan individu berdasarkan ajaran-


ajaran Islam. Melalui proses mana individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang
tinggi setinggi ia mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah, yang dalam kerangka
lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Ta’dib berasal dari kata addaba (‫)أدّب‬, yuaddibu (‫ )يأدّب‬dan ta’dib (‫)تأديب‬. Addaba
(‫ )أدّب‬diterjemahkan oleh Al Attas sebagai mendidik. Sebenarnya istilah ta’dib sudah
sering digunakan oleh masyarakat arab pada jaman dahulu dalam hal pelaksanaan
proses pendidikan. Perkataan adab dalam tradisi arab dikaitkan dengan kemuliaan dan
ketinggian pribadi seseorang.

Menurut para ahli, kata ta’lim lebih bersifat universal dibanding dengan al-
tarbiyah maupun al-ta’dib. Rasyid Ridha misalnya mengartikan al-ta’lim sebagai
proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu. Ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan
pendidikan kognitif semata-mata. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lim
hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim)
dan yang diajar (muta’alim).

Istilah tarbiyah berasal dari kata rabb, walaupun kata ini memiliki banyak arti,
akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestariannya atau eksistensinya.
Tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani,
sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti

15
16

pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab


eksistensinya.

Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan
lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang
saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara. Dalam ta’lim, titik
tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian,
tanggung jawab dan penanaman amanah. Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya
difokuskan pada bimbingan seseorang supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh
kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Adapun ta’dib, titik
tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar
menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Al-quran dan Terjemahannya

Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Rosidin, Dedeng. 2003. Akar-akar Pendidikan dalam Al-Quran dan Al-


Hadits.Bandung: Pustaka Umat.

Samsul Nizar, Ramayulis. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

17

Anda mungkin juga menyukai