14 06 07921
YOGYAKARTA
2017
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-
Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kerja Praktek di PT Perkebunan
Nusantara VII unit Tulung Buyut. Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Akhir
Kerja Praktek ini adalah untuk membantu memahami dan memperdalam
pemahaman teori dan proses tentang proses produksi pengolahan karet di PTPN
VII unit Tulung Buyut.
Kerja Praktek ini merupakan syarat wajib yang harus ditempuh dalam
Program Studi Teknik Industri. Selain untuk menuntaskan program studi yang
penyusun tempuh, kerja praktek ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada
penyusun baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat
penyusun temukan saat berada di bangku kuliah. Dalam penyusunan laporan hasil
kerja praktek ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh sebab itu penyusun ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada Bapak
Wiyoso, Sp selaku manager, Bapak Setyo Budiono selaku asisten pengolahan
RSS, Bapak Dwi Siswanta selaku asisten pengolahan SIR, Bapak Lomuk Harianja,
S.T selaku asisten teknik, Bapak Aji Adhi Kusumo, STP selaku asisiten
pengolahan SIR
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa Laporan Akhir kerja praktek ini
masih memiliki banyak kekurangan, meski demikian penyusun berharap laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
1.2. Tujuan........................................................................................................ 1
LAMPIRAN ........................................................................................................ 30
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan
kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang
kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali
suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan
etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan,
supervisor atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
6. Melaksanakan ujian kerja praktek
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
5
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 03 Juli 2017 sampai dengan
05 Agustus 2017 di PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terletak di desa
Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung.
Areal tersebut terbentuk Unit Usaha yang terdiri dari beberapa Afdeling yaitu
Afdeling 1 sampai Afdeling 7. Jarak perkebunan ke kantor direksi ± 160 km, ke
kabupaten ± 60 km, dan jarak perkebunan ke kecamatan ± 20 km. semua dapat
ditempuh dengan jalan darat sedangkan lokasi emplasemen berada di dalam areal
PT Perkebunan Nusantara VII.
6
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Tulungbuyut merupakan salah satu diantara
Unit dalam lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII yang mengelola Budidaya
Tanaman Karet. Letak Unit ini ± 60 km arah Timur Ibu kota Kabupaten Way Kanan,
dan ± 175 km dari Ibu kota Propinsi Lampung, dengan ketinggian tempat ± 82 m
diatas permukaan laut. Jenis tanahnya adalah podsolik merah kuning dengan
bahan induk Tufa asam, latosol dan sebagian kecil alluvial. Type iklim B dengan
rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 200 mm sepanjang tahun, sehingga
keadaan musim normal daerah ini tidak mengalami kering yang berkepanjangan.
Perkebunan ini dibangun pada tahun 1930 oleh PT. Internatio Belanda. Tahun
1957 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka Nasionalisasi
dengan budidaya tanaman karet dan hasil olah karet konvensional berupa RSS
(Ribbed Smoked Sheet). Setelah pengambilan alihan (Nasionalisasi) pada tanggal
10 Desember 1957, terjadi perubahan status dari Perusahaan Negara (PN)
menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan X (Persero) pada tanggal 30 Juni
1980. Sejalan dengan perkembangan areal dan meningkatnya produksi, maka
pada tahun 1988 dan 1994 dibangun pabrik pengolahan karet remah (CRF)
dengan kapasitas masing-masing 20 ton kk/hari. Dan dilengkapi dengan unit
pengolahan Limbah yang telah memenuhi standar Bapedal. Dengan dibangunnya
pabrik CRF, maka mulai tahun 1989 sudah dapat diproduksi karet remah (SIR) di
samping produksi RSS yang telah ada. Sehingga dengan adanya Restrukturisasi
PT. Perkebunan pada tanggal 11 maret 1996 dengan akte Notaris Harum
Kamil,S.H. No. 40 berubah menjadi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero).
7
Gambar 2.1. Stuktur Organisasi PTPN VII Unit Tulung Buyut
8
2.3. Manajemen Perusahaan
9
f. Environment Care
Peduli Lingkungan = Senantiasa berusaha untuk selalu menjaga dan peduli
terhadap keberlansungan lingkungan hidup.
2.3.3 Ketenagakerjaan
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan tenaga kerja. Ketenagakerjaan yang ada pada PT. Perkebunan
Nusantara VII Tulungbuyut berkaitan dengan hal-hal berikut ini:
10
c. Pembagian Jam Kerja
Sistem pembagian jam kerja yang ada di PT. Perkebunan Nusantara VII
Tulungbuyut adalah menggunakan pembagian berdasarkan pekerja shift .
Pembagian jam kerja shift ditujukan untuk pekerja yang berada di area
produksi, operator mesin, analis dibagian quality management, dan bagian
security. Pembagian waktunya sendiri dibagi ke dalam 2 shift yang tiap shift
bekerja selama 8 jam kerja, berikut ini pembagian waktu untuk setiap shift :
i. Shift 1
Senin - Kamis : 04.00 - 12.00 WIB
Jumat, Sabtu : 04.00 - 11.00 WIB
ii. Shift 2
Senin - Sabtu : 14.00 - 23.00 WIB
iii. Istirahat
Senin – Sabtu : 12.00 – 14.00 WIB
Kebijakan untuk meratakan beban kerja pada pekerja shift, para pekerja
dibagi-bagi dalam grup. Terdapat 4 grup terdiri dari 10 sampai 15 pekerja yang
nantinya tiap grup akan bergantian shift setiap minggunya.
d. Sistem Pengupahan
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memiliki sistem pengupahan
yang akan dibayarkan pada setiap bulan tepatnya di pertengahan bulan.
Pembayaran untuk karyawan tetap dibayarkan melalui rekening masing-
masing karyawan, sedangkan untuk karyawan outsourcing untuk gaji
dibagikan melalui kantor administrasi. Besaran nilai upah yang diterima
tentunya disesuaikan dengan tingkat jabatan yang ditambahkan dengan
tunjangan-tunjangan lain. Untuk jabatan atau tingkatan pekerja di PT
Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut ini, mengikuti sistem golongan
seperti pegawai negeri.
11
Pada PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut selain mendapatkan gaji
pokok para karyawan atau pekerjanya juga mendapatkan tunjangan-
tunjangan lain. Tunjangan yang didapatkan oleh para karyawan dan pekerja
di PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut adalah sebagai berikut:
i. Tunjangan Hari Raya (Idul Fitri)
ii. Bonus Akhir Tahun
iii. Bonus Pencapaian Target Produksi
d. Klinik kesehatan
Fasilitas klinik juga diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara VII
Tulungbuyut yang merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap
kesehatan para karyawannya. Fasilitas ini selain dapat digunakan untuk
pengobatan, Klinik juga menyediakan obat-obatan yang mendukung untuk
mengobati keluhan-keluhan penyakit ringan yang dialami karyawan.
Terdapat tim khusus di klinik ini yang selalu siap siaga dalam
menanggulangi jika adanya kecelakaan kerja yang dialami pekerja.
g. Safety Tools
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut dalam upayanya meningkatkan
keamanan dan keselamatan kerja dari para karyawan terutama pada area
pengolahan. PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memberikan
fasilitas alat-alat pelindungan diri terhadap kecelakaan. Fasilitas utama
yang diterima semua karyawan adalah berupa sepatu boot dan Masker.
Namun bagi pekerja-pekerja khusus seperti di area produksi mendapatkan
tambahan perlindungan. Tambahan perlindungan tersebut berupa sarung
tangan, masker, dan earplug. PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut
juga memberikan alat-alat perlindungan dari kecelakaan yang diberikan
melalui bagian divisi K3, supaya para pekerja selalu ingat dalam bekerja
selalu mengutamakan kesehatan, dan keselamatan kerja.
h. Internet
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut dalam usahanya meningkatkan
produktivitas dari karyawan, memberikan fasilitas berupa layanan internet.
Fasilitas ini tentunya hanya digunakan untuk kegiatan- kegiatan yang
memiliki kepentingan bagi perusahaan.
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
Pada bagian bab 3 ini akan dijelaskan mengenai proses bisnis system perusahaan
produk yang dihasilkan beserta proses-proses produksinya.
Proses bisnis pada PT. Perkebunan Nusantara VII memiliki beberapa departement
yaitu BOKAR, gudang bahan baku, pengolahan, sortasi, quality control dan
gudang, alur proses bisnis dijelaskan pada gambar 3.1
Menyimpan bahan Mengolah lateks Diantar ke bagian Mengecek kualitas Menyusun karet di
Menerima Lateks
baku lateks menjadi remahan penimbangan produk gudang
Dimasukkan ke
dalam penggilingan
sebanyak 5 menjadi
lembaran karet
Lembaran lateks
ditimbang
Dijemur selama 12
hari
Produksi dan Produktivitas Komoditas tanaman yang dihasilkan oleh PTPN VII
(Persero) antara lain:
Bahan olah karet dari masyarakat berupa cup lump/slab yang tiba di pabrik
ditentukan beratnya dengan menggunakan jembatan timbang atau timbangan
duduk. Setelah itu dilakukan sortasi mutu bokar yang terutama diterima dari
plasma/pembelian, mutu bokar yang tidak sesuai dengan standard SNI tidak
diterima. Bokar dari kebun inti, plasma dan pembelian ditempatkan di lantai semen
dan terlindungi dari sinar matahari, dan dikelompokkan sesuai jenis mutunya untuk
memudahkan mengatur komposisi, blending agar mutu produk yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi teknis.
b. Pencacahan dan Blending Karet
Sebelum digiling bahan olah karet terutama slab yang tebal harus
dibelah/dipotong dengan slab cutter untuk memeriksa kontaminan dan
memudahkan pengolahan selanjutnya . Kotoran pada permukaan bokar dicuci
sebelum ke slab cutter. Kemudian bokar dipecah dalam pre breaker menjadi
ukuran ± 3 – 5 cm, setelah keluar dari pre breaker cacahan karet masuk dalam bak
blending 1 supaya homogen (Gambar 37). Cacahan karet dipecah lagi menjadi
ukuran kecil ± 2 – 4 cm menggunakan hammermill 1. Cacahan yang diperoleh
kemudian dicampur lagi dalam bak blending II kemudian cacahan dipecah lagi
menjadi ukuran lebih kecil ukuran ± 1 – 2 cm menggunakan hammermill II.
Cacahan yang keluar dicampur lagi dalam bak blending III yang berfungsi supaya
cacahan karet tercampur dengan baik.
c. Pembuatan Crep
Cacahan dari bak blending III masuk ke macerator untuk membuat lembaran awal.
Lembaran yang keluar dari macerator digiling dengan creper I dan II sambil
melakukan pengepakan yang bertujuan agar lembaran crep menjadi homogen,
kemudian masuk ke creper III dan akhirnya masuk ke creper finisher ketebalan
crep 8 – 10 mm. Selama penggilingan selalu dibarengi pencucian disetiap creper.
Crep hasil gilingan ditimbang dan dikeringkan dalam ruangan penggantung pre
drying minimal 12 hari.
Kemasan pallet yang sudah selesai ditutup diberi nomor, Tanda Pengenal
Produsen (TPP) dibuat pada sisi pallet, sementara kemasan SW diberi nomor,
TPP pada label kemasan, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan
(Gambar 43 dan Gambar 44). Penyusunan dan penumpukan pallet/SW
dikelompokkan menurut jenis mutunya untuk memudahkan dalam pelayanan
export/pengiriman. Tumpukan pallet maksimum 3 tingkat dan SW ditumpuk
menggunakan rak besi maksimum 3 tingkat.
Lateks diencerkan menjadi 12 – 14% KK di dalam bak – bak penggumpal, air yang
digunakan harus bersih dan jernih. Lateks dialirkan dari bulking tank ke bak – bak
penggumpal lateks yang telah berisi air pengencer, kemudian lateks tersebut
diaduk ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur ). Setelah pengadukan cukup rata
kemudian dilakukan pembuangan busa dengan menggunakan saringan tangan 60
mesh. Selanjutnya menambahkan larutan asam semut (formic acid) kepekatan 2,5
secukupnya, kemudian diaduk sebanyak ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur )
agar tercampur merata. Selanjutnya dilakukan pembuangan busa kedua hingga
tidak terlihat lagi busa dipermukaan lateks. Pemasangan alat plat penyekat
dilakukan setelah pembuangan busa kedua. Sebelum dipasang plat penyekat
disiram dengan air lebih dahulu agar koagulum tidak lengket pada plat – plat
penyekat. Lateks didiamkan selama ± 4 jam sebelum digiling.
c. Penggilingan
Pada bab 4 ini dibahas mengenai tinjauan pekerjaan yang dilakukan selama
melaksanakan kerja praktek. Tinjauan pekerjaan yang dilakukan meliputi lingkup
pekerjaan, tanggung jawab dan wewenang , metodologi pelaksanaan pekerjaan
dan hasil pekerjaan
Dalam proses pengambilan data , dilakukan dengan cara turun langsung ke proses
pengolahan produksi SIR 20. Untuk kemudian melakukan observasi dengan
mengamati mengenai potensi bahaya yang dapat terjadi pada tiap-tiap stasiun
kerja. Hal-hal yang diamati antara lain yaitu mengenai tindakan kerja setiap
karyawan yang berpatokan pada SOP yang telah perusahaan buat, alat-alat
pelindung diri yang telah menjadi standar, serta keadaan lingkungan saat proses
produksi berlangsung. Untuk nantinya didapatkan analisis mengenai resiko
bahaya yang mungkin terjadi serta dampak atau efek samping dari resiko bahaya
tersebut bagi karyawan yang bekerja pada bagian pengolahan SIR 20.
Mempelajari alur
proses produksi
pada pengolahan
SIR 20
Mengamati
mengenai potensi
bahaya pada
setiap stasiun kerja
Melakukan analisis
dan pengumpulan
data
Melakukan konsultasi
mengenai pekerjaan
dengan pembimbing
lapangan
Membuat laporan
Selesai
Pada pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek ini, analisis difokuskan pada resiko atau
potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi pada area produksi SIR 20 serta faktor-
faktor penyebabnya.
4.4.1. Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja PTPN VII
a. Alat Pelindung Diri
Keselamatan karyawan perlu diperhatikan, untuk itu perlu adanya perlindungan
terhadap faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan kerja. Adapun sistem
keselamatan kerja di PTPN VII telah menyediakan:
1. Ear Plug (sumbat telinga)
Berfungsi melindungi tenaga kerja dari paparan kebisingan yang melebihi
ambang batas. Ear plug ini diberikan kepada operator yang bekerja pada
mesin Macerator, Creeper, dan Finisher. Selain operator mesin-mesin tersebut
, ear plug ini juga berlaku bagi karyawan yang berhubungan langsung dengan
area tersebut.
4. Ear Muff
Ear muff diberikan kepada operator mesin Shreeder, fungsinya sama dengan
ear plug, hanya saja pada mesin shreeder ini kebisingan yang dihasilkan tinggi
sehingga peredaman yang dibutuhkan lebih tinggi.
5. Sarung Tangan
Sarung tangan yang disediakan merupakan sarung tangan yang tahan
terhadap api. Sarung tangan ini diberikan kepada karyawan yang bekerja di
gudang yang bertugas melapisi bal-bal karet yang sudah dipress dan
ditumpuk, sarung tangan pada proses pelapisan ini penting karena, plastik
yang digunakan untuk melapisi harus dipanaskan menggunakan api menyala
yang berasal dari tabung. Sarung tangan ini diberikan pada pekerja yang
bekerja di bagian maintenance (bengkel).
b. Pengaman Mesin
Pada mesin produksi terdapat pengaman mesin yaitu emergency stop. Emergency
stop ini berfungsi untuk menghentikan mesin secara tiba-tiba ketika terjadi suatu
kejadian kecelakaan kerja, atau keadaan darurat lainnya.
f. Sanitasi
Sanitasi adalah kebersihan semua tempat untuk menciptakan kesehatan bagi
lingkungan dan bagi tenaga kerja itu sendiri. Sanitasi yang menjadi perhatian di
PTPN VII ini yaitu kebersihan lingkungan kerja baik di dalam maupun di luar ruang
produksi dibersihkan dan dipel. Selain kebersihan di area produksi kebersihan got
juga diperhatikan agar tidak mengganggu aliran air. Serta juga adanya
pengontrolan dalam pembuangan sampah sehingga sangat membantu
kelancaran proses produksi.
e. Shreder
f. Alat Angkat-angkut
Bahaya lain yang timbul yaitu resiko terjadinya kecelakaan akibat tertabrak fork lift
yang bergerak memindahkan bal-bal karet dari packaging departement menuju
gudang.
Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran kebisingan pada tiap stasiun kerja
No Stasiun Kerja Hasil Pengukuran Waktu NAB
dB (A) Pemaparan
(Jam)
1 Slab Cutter dan 84,26 dB 7 jam 85
Sizer
2 Hammer Mill 87,34 dB 7 jam 85
(pencuci karet)
3 Macerator, 86,72 dB 7 jam 85
Creeper, Finisher
(Penggilingan)
4 Shreder 89,23 dB 7 jam 85
Lantai licin dapat berpotensi bahaya pada terjadinya kecelakaan kerja berupa
terpleset dan terjatuh. Hal ini juga dapat berdampak pada cideranya pekerja jika
terjatuh atau terpleset pada posisi yang berbahaya.
Potensi bahaya terjatuh dari ketinggian terjadi pada proses penjemuran di pre
drying yang dapat menyebabkan resiko pekerja terjatuh dari ketinggian. Ini dapat
menimbulkan bahaya resiko cidera yang cukup parah jika terjatuh dari ketinggian,
resiko tersebut dapat berupa patah tulang, cacat permanen, bahkan kematian