Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG

BAGUS KARTIKO WICAKSONO

14 06 07921

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek Yng dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara VII mulai


tanggal 3 Juli sampai dengan 5 Agustus 2017 yang disusun oleh:

Nama : Bagus Kartiko Wicaksono


NPM : 140607921
Program Studi : Teknologi Industri
Universitas : Atma Jaya Yogyakarta

Telah diperiksa dan disetujui,

Yogyakarta, 5 Desember 2017


Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Lomuk Harianja Dr. A. Teguh Siswantoro

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-
Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kerja Praktek di PT Perkebunan
Nusantara VII unit Tulung Buyut. Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Akhir
Kerja Praktek ini adalah untuk membantu memahami dan memperdalam
pemahaman teori dan proses tentang proses produksi pengolahan karet di PTPN
VII unit Tulung Buyut.

Kerja Praktek ini merupakan syarat wajib yang harus ditempuh dalam
Program Studi Teknik Industri. Selain untuk menuntaskan program studi yang
penyusun tempuh, kerja praktek ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada
penyusun baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat
penyusun temukan saat berada di bangku kuliah. Dalam penyusunan laporan hasil
kerja praktek ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh sebab itu penyusun ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada Bapak
Wiyoso, Sp selaku manager, Bapak Setyo Budiono selaku asisten pengolahan
RSS, Bapak Dwi Siswanta selaku asisten pengolahan SIR, Bapak Lomuk Harianja,
S.T selaku asisten teknik, Bapak Aji Adhi Kusumo, STP selaku asisiten
pengolahan SIR

Akhir kata, penyusun menyadari bahwa Laporan Akhir kerja praktek ini
masih memiliki banyak kekurangan, meski demikian penyusun berharap laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 20 September 2017

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 : PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Tujuan........................................................................................................ 1

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ......................................... 2

BAB 2 : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................... 3

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan...................................................................... 3

2.2. Struktur Organisasi .................................................................................... 4

2.3. Manajemen Perusahaan ............................................................................ 5

BAB 3 : TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN ................................................. 11

3.1. Proses Bisnis Departemen ....................................................................... 11

3.2. Produk yang Dihasilkan ........................................................................... 12

3.3. Proses Produksi ....................................................................................... 12

BAB 4 : TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA ............................................ 17

4.1. Lingkup Pekerjaan ................................................................................... 17

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam...................................................17

4.3. Metode Pengambilan Data ..... ..................................................................18

4.4. Hasil Pekerjaan ........................................................................................ 19

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................29

LAMPIRAN ........................................................................................................ 30

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan
kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang
kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali
suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan
etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan,
supervisor atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
6. Melaksanakan ujian kerja praktek

1.2. Tujuan

Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.

5
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 03 Juli 2017 sampai dengan
05 Agustus 2017 di PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terletak di desa
Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung.
Areal tersebut terbentuk Unit Usaha yang terdiri dari beberapa Afdeling yaitu
Afdeling 1 sampai Afdeling 7. Jarak perkebunan ke kantor direksi ± 160 km, ke
kabupaten ± 60 km, dan jarak perkebunan ke kecamatan ± 20 km. semua dapat
ditempuh dengan jalan darat sedangkan lokasi emplasemen berada di dalam areal
PT Perkebunan Nusantara VII.

6
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan


2.1.1. Sejarah Perusahaan (sekaligus perkembangannya)

PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Tulungbuyut merupakan salah satu diantara
Unit dalam lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII yang mengelola Budidaya
Tanaman Karet. Letak Unit ini ± 60 km arah Timur Ibu kota Kabupaten Way Kanan,
dan ± 175 km dari Ibu kota Propinsi Lampung, dengan ketinggian tempat ± 82 m
diatas permukaan laut. Jenis tanahnya adalah podsolik merah kuning dengan
bahan induk Tufa asam, latosol dan sebagian kecil alluvial. Type iklim B dengan
rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 200 mm sepanjang tahun, sehingga
keadaan musim normal daerah ini tidak mengalami kering yang berkepanjangan.
Perkebunan ini dibangun pada tahun 1930 oleh PT. Internatio Belanda. Tahun
1957 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka Nasionalisasi
dengan budidaya tanaman karet dan hasil olah karet konvensional berupa RSS
(Ribbed Smoked Sheet). Setelah pengambilan alihan (Nasionalisasi) pada tanggal
10 Desember 1957, terjadi perubahan status dari Perusahaan Negara (PN)
menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan X (Persero) pada tanggal 30 Juni
1980. Sejalan dengan perkembangan areal dan meningkatnya produksi, maka
pada tahun 1988 dan 1994 dibangun pabrik pengolahan karet remah (CRF)
dengan kapasitas masing-masing 20 ton kk/hari. Dan dilengkapi dengan unit
pengolahan Limbah yang telah memenuhi standar Bapedal. Dengan dibangunnya
pabrik CRF, maka mulai tahun 1989 sudah dapat diproduksi karet remah (SIR) di
samping produksi RSS yang telah ada. Sehingga dengan adanya Restrukturisasi
PT. Perkebunan pada tanggal 11 maret 1996 dengan akte Notaris Harum
Kamil,S.H. No. 40 berubah menjadi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero).

2.2. Struktur Organisasi


Struktur Organisasi merupakan susunan dan hubungan antara komponen bagian-
bagian dan posisi dalam suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Struktur organisasi memiliki fungsi sebagai berikut :

7
Gambar 2.1. Stuktur Organisasi PTPN VII Unit Tulung Buyut

8
2.3. Manajemen Perusahaan

2.3.1. Visi dan Misi Perusahaan


a) Visi
PT. Perkebunan Nusantara VII salah satu perusahaan Perkebunan mempunyai
visi ” menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang tangguh dan berkarakter
global “.
b) Misi
1) Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas karet, kelapa sawit,
teh dan tebu.
2) Mengembangkan usaha berbasis bisnis inti yang mengarah ke integrasi vertical.
3) Mengembangkan teknologi budidaya dan proses yang efisien dan akrab dengan
lingkungan untuk menghasilkan produk berstandar, baik untuk pasar domistik
maupun international.
4) Memperhatikan kepentingan shareholders dan stakeholders , khususnya
karyawan, mitra petani, pemasok, dan mitra usaha untuk bersama-sama
mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.

2.3.2 Nilai-nilai Perusahaan


a. Dinamic
Dinamis = Selalu siap dengan perubahan dan tantangan baru dengan selalu belajar
dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan.
b. On Target
Tepat Sasaran = Bekerja dan tekun demi tercapainya suatu target yang diberikan
oleh Managemen
c. Innovative
Inovatif = Aktif dalam memberikan ide dan terobosan baru serta membuka diri
terhadap semua dan koreksi demi tercapainya perbaikan yang berkesinambungan.
d. Capable
Mampu = Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan penuh amanah dan
sungguh-sungguh
e. Team Work
Kerjasama = Mampu bekerja sama dengan rekan, karyawan pelaksanan, maupun
pimpinan serta tetap menjaga kekompakan antar karyawan di dalam perusahaan

9
f. Environment Care
Peduli Lingkungan = Senantiasa berusaha untuk selalu menjaga dan peduli
terhadap keberlansungan lingkungan hidup.

2.3.3 Ketenagakerjaan

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan tenaga kerja. Ketenagakerjaan yang ada pada PT. Perkebunan
Nusantara VII Tulungbuyut berkaitan dengan hal-hal berikut ini:

a. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia atau SDM merupakan elemen yang sangat penting
bagi perusahaan. Ketidakadaannya manusia dalam proses bisnis pada
perusahaan membuat perusahaan tersebut akan berjalan dengan baik.
Namun tidak sembarangan sumber daya manusia dapat digunakan dalam
perusahaan. Dibutuhkan SDM yang memenuhi kopentensi tertentu agar dapat
menjalankan proses bisnis perusahaan.
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memiliki kebijakan yaitu
menerapkan karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan kontrak
merupakan pekerja yang diambil dari outsourcing yang bisanya ditempatkan
pada bagian pengolahan dan pada pekerja bongkar muat dan sebagainya .
Karyawan lain yang bekerja selain jenis pekerjaan di atas merupakan
karyawan tetap.

b. Prosedur Perekrutan Karyawan


Proses pencarian atau perekrutan tenaga kerja baru di PT. Perkebunan
Nusantara VII Tulungbuyut dilakukan dengan bantuan pihak ketiga yaitu LPP
yang berkantor di Yogyakarta, pihak PT Perkebunan Nusantara VII
TulungBuyut, menerima karyawan yang diseleksi oleh LPP dan kemudian
dilakukan training selama 3 bulan untuk menjadi karyawan outsourcing, dan
1 tahun training untuk menjadi karyawan tetap.

10
c. Pembagian Jam Kerja
Sistem pembagian jam kerja yang ada di PT. Perkebunan Nusantara VII
Tulungbuyut adalah menggunakan pembagian berdasarkan pekerja shift .
Pembagian jam kerja shift ditujukan untuk pekerja yang berada di area
produksi, operator mesin, analis dibagian quality management, dan bagian
security. Pembagian waktunya sendiri dibagi ke dalam 2 shift yang tiap shift
bekerja selama 8 jam kerja, berikut ini pembagian waktu untuk setiap shift :
i. Shift 1
Senin - Kamis : 04.00 - 12.00 WIB
Jumat, Sabtu : 04.00 - 11.00 WIB
ii. Shift 2
Senin - Sabtu : 14.00 - 23.00 WIB
iii. Istirahat
Senin – Sabtu : 12.00 – 14.00 WIB

Kebijakan untuk meratakan beban kerja pada pekerja shift, para pekerja
dibagi-bagi dalam grup. Terdapat 4 grup terdiri dari 10 sampai 15 pekerja yang
nantinya tiap grup akan bergantian shift setiap minggunya.
d. Sistem Pengupahan
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memiliki sistem pengupahan
yang akan dibayarkan pada setiap bulan tepatnya di pertengahan bulan.
Pembayaran untuk karyawan tetap dibayarkan melalui rekening masing-
masing karyawan, sedangkan untuk karyawan outsourcing untuk gaji
dibagikan melalui kantor administrasi. Besaran nilai upah yang diterima
tentunya disesuaikan dengan tingkat jabatan yang ditambahkan dengan
tunjangan-tunjangan lain. Untuk jabatan atau tingkatan pekerja di PT
Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut ini, mengikuti sistem golongan
seperti pegawai negeri.

Untuk pekerja outsourcing pengupahan didasarkan berdasarkan perjanjian


atau kontrak yang sebelumnya telah disepakati. Penentuan besaran
pengupahan didasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan.

11
Pada PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut selain mendapatkan gaji
pokok para karyawan atau pekerjanya juga mendapatkan tunjangan-
tunjangan lain. Tunjangan yang didapatkan oleh para karyawan dan pekerja
di PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut adalah sebagai berikut:
i. Tunjangan Hari Raya (Idul Fitri)
ii. Bonus Akhir Tahun
iii. Bonus Pencapaian Target Produksi

2.3.4 Fasilitas yang diterima oleh karyawan


Dalam rangka memberikan kepuasan dan rasa nyaman pada para pekerja pihak
PT. Perkebunan Nusantara VII, Tulung Buyut memberikan beberapa fasilitas.
Fasilitas ini digunakan dan didapatkan oleh para pekerja untuk meningkatkan
produktivitasnya. Fasilitas yang diterima oleh karyawan PT. Perkebunan
Nusantara VII adalah sebagai berikut:

a. Tunjangan Hari Raya (THR)


Tunjangan Hari Raya atau THR diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara
VII sebagai kewajiban perusahaan untuk memberikan tunjangan ketika akan
bertepatan dengan hari raya. Pemberian Tunjangan Hari Raya ini sesuai
dengan PerMen No.04/Men/1994 tentang pemberian tunjangan hari raya. Dan
diberikan kepada karyawan paling lambat 7 hari sebelum hari raya.

b. Jaminan kesehatan (melalui BPJS)


PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut mewajibkan setiap pekerja atau
karyawannya memiliki asuransi. Salah satu yang digunakan oleh perusahaan
adalah jaminan kesehatan melalui BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan kesehatan ini
diberikan untuk melindungi para pekerja terutama bagi para pekerja di lingkungan
pabrik karena dalam area pabrik banyak sekali kegiatan- kegiatan yang
berbahaya. Bagi para pekerja yang berada di office juga diberikan jaminan
kesehatan karena tidak menutup kemungkinan bekerja area office akan
mengunjungi area-area pabrik, sehingga tetap perlu diberikan jaminan.
c. Kerja Sama
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut bekerja sama dengan Bank BRI.
Karyawannya diberikan fasilitas rekening Bank BRI agar mempermudahkan
dalam memberikan gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya.

d. Klinik kesehatan
Fasilitas klinik juga diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara VII
Tulungbuyut yang merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap
kesehatan para karyawannya. Fasilitas ini selain dapat digunakan untuk
pengobatan, Klinik juga menyediakan obat-obatan yang mendukung untuk
mengobati keluhan-keluhan penyakit ringan yang dialami karyawan.
Terdapat tim khusus di klinik ini yang selalu siap siaga dalam
menanggulangi jika adanya kecelakaan kerja yang dialami pekerja.

e. Tempat ibadah (Masjid)


Fasilitas yang diberikan selain untuk kebutuhan jasmani, namun PT.
Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut juga memberikan fasilitas bagi
kebutuhan rohani para karyawannya. Tempat ibadah diberikan pada
karyawan yang ingin menunaikan kewajibannya beribadah.

f. Mess (Perumahan Karyawan)


PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut juga memberikan fasilitas berupa
perumahan Karyawan yang letaknya berada di lingkungan pabrik pengolahan PT
Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut. Pemberian fasilitas ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi pekerja.

g. Safety Tools
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut dalam upayanya meningkatkan
keamanan dan keselamatan kerja dari para karyawan terutama pada area
pengolahan. PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memberikan
fasilitas alat-alat pelindungan diri terhadap kecelakaan. Fasilitas utama
yang diterima semua karyawan adalah berupa sepatu boot dan Masker.
Namun bagi pekerja-pekerja khusus seperti di area produksi mendapatkan
tambahan perlindungan. Tambahan perlindungan tersebut berupa sarung
tangan, masker, dan earplug. PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut
juga memberikan alat-alat perlindungan dari kecelakaan yang diberikan
melalui bagian divisi K3, supaya para pekerja selalu ingat dalam bekerja
selalu mengutamakan kesehatan, dan keselamatan kerja.
h. Internet
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut dalam usahanya meningkatkan
produktivitas dari karyawan, memberikan fasilitas berupa layanan internet.
Fasilitas ini tentunya hanya digunakan untuk kegiatan- kegiatan yang
memiliki kepentingan bagi perusahaan.
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

Pada bagian bab 3 ini akan dijelaskan mengenai proses bisnis system perusahaan
produk yang dihasilkan beserta proses-proses produksinya.

3.1 Proses Bisnis Departemen

Proses bisnis pada PT. Perkebunan Nusantara VII memiliki beberapa departement
yaitu BOKAR, gudang bahan baku, pengolahan, sortasi, quality control dan
gudang, alur proses bisnis dijelaskan pada gambar 3.1

Proses Bisinis PT. Perkebunan Nusantara VII

BOKAR Gudang Bahan Baku Pengolahan Sortasi Quality Control Gudang

Menyimpan bahan Mengolah lateks Diantar ke bagian Mengecek kualitas Menyusun karet di
Menerima Lateks
baku lateks menjadi remahan penimbangan produk gudang

Dibersihkan Apakah karet


sebanyak 7 kali Ditimbang memenuhi
poses standard

Dimasukkan ke
dalam penggilingan
sebanyak 5 menjadi
lembaran karet

Lembaran lateks
ditimbang

Dijemur selama 12
hari

Dicuci dan dikirim


ke roli sekaligus
pengeringan
Phase

Gambar 3.1 Proses Bisnis


3.2 Produk yang dihasilkan

Produksi dan Produktivitas Komoditas tanaman yang dihasilkan oleh PTPN VII
(Persero) antara lain:

a. Karet merupakan komoditas andalan ekspor yang mempunyai kontribusi


penting bagi perusahaan. Produksi yang dihasilkan antara lain: Standard
Indonesian Rubber (SIR), Ribber Smoked Sheet (RSS).
b. Kelapa sawit merupakan komoditas dengan areal terluas kedua yang memiliki
produktivitas cukup tinggi. Produksi yang dihasilkan antara lain : minyak kepala
sawit, inti sawit, dan minyak inti sawit.
c. Teh Komoditi teh yang berada di PTPN VII (Persero) hanya berada di unit
usaha Pagar Alam (Pala), dengan produk berupa :
i. Grade I = BOP, BOP I, BOPF, PF, DUST, BP, BT.
ii. Grade II= BP II, BT II, PF II, DUST II, DUST III, DUST IV, FANN II, FANN
III
iii. Off Grade = BM, FLUFF, POWDER, RMIT
d. Tebu PTPN VII (Persero) memiliki 2 pabrik gula, yaitu : Cinta Manis di
Sumatera Selatan dan Bunga Mayang di Lampung dengan produk yang
dihasilkan yaitu : gula dan tetes.

3.3 Proses Produksi

3.3.1. Pengolahan Karet Standard Indonesian Rubber ( SIR )

a. Penerimaan Bahan Olah Karet ( BOKAR )

Bahan olah karet dari masyarakat berupa cup lump/slab yang tiba di pabrik
ditentukan beratnya dengan menggunakan jembatan timbang atau timbangan
duduk. Setelah itu dilakukan sortasi mutu bokar yang terutama diterima dari
plasma/pembelian, mutu bokar yang tidak sesuai dengan standard SNI tidak
diterima. Bokar dari kebun inti, plasma dan pembelian ditempatkan di lantai semen
dan terlindungi dari sinar matahari, dan dikelompokkan sesuai jenis mutunya untuk
memudahkan mengatur komposisi, blending agar mutu produk yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi teknis.
b. Pencacahan dan Blending Karet

Sebelum digiling bahan olah karet terutama slab yang tebal harus
dibelah/dipotong dengan slab cutter untuk memeriksa kontaminan dan
memudahkan pengolahan selanjutnya . Kotoran pada permukaan bokar dicuci
sebelum ke slab cutter. Kemudian bokar dipecah dalam pre breaker menjadi
ukuran ± 3 – 5 cm, setelah keluar dari pre breaker cacahan karet masuk dalam bak
blending 1 supaya homogen (Gambar 37). Cacahan karet dipecah lagi menjadi
ukuran kecil ± 2 – 4 cm menggunakan hammermill 1. Cacahan yang diperoleh
kemudian dicampur lagi dalam bak blending II kemudian cacahan dipecah lagi
menjadi ukuran lebih kecil ukuran ± 1 – 2 cm menggunakan hammermill II.
Cacahan yang keluar dicampur lagi dalam bak blending III yang berfungsi supaya
cacahan karet tercampur dengan baik.

c. Pembuatan Crep

Cacahan dari bak blending III masuk ke macerator untuk membuat lembaran awal.
Lembaran yang keluar dari macerator digiling dengan creper I dan II sambil
melakukan pengepakan yang bertujuan agar lembaran crep menjadi homogen,
kemudian masuk ke creper III dan akhirnya masuk ke creper finisher ketebalan
crep 8 – 10 mm. Selama penggilingan selalu dibarengi pencucian disetiap creper.
Crep hasil gilingan ditimbang dan dikeringkan dalam ruangan penggantung pre
drying minimal 12 hari.

d. Peremahan dan Pengeringan

Setelah 12 hari di pre drying crepe diremah menggunakan shredder. Selanjutnya


remahan dimasukkan ke dalam trolly menggunakan vortex pump dan vibrating
screen. Pengisian trolly tidak boleh terlampau padat dan ketinggiannya cukup
merata pada setiap trolly dan tidak boleh terjadi penggumpalan. Trolly yang sudah
berisi remahan dimasukkan kedalam dryer, setting time 18 – 20 menit per trolly
untuk dryer merk YAM dan 7 menit – 8 menit untuk dryer merk SHT atau lama
pengeringan 3 jam - 3,2 jam dan setting of temperatur dryer1180C – 1200C. Setting
time dan setting dryer tidak diperbolehkan diubah – ubah ketika dryer sedang
beroperasi, kecuali bila keadaan memaksa misalnya terjadi white sport/virgin
rubber.
e. Sortasi dan Pengepakan
Karet keluar dari dryer didinginkan menggunakan cooling fan hingga suhu
maksimum 400 C dan sebelum di press diamati dan dihilangkan cacat karet yang
ada seperti white spot/virgin rubber, kontaminasi dan sebagainya. Sebelum
dipress karet ditimbang menurut berat yang diminta oleh konsumen. Toleransi
selisih berat yang diperkenankan per bale maksimal 0,5 %. Setelah ditimbang
karet dipress dengan balling press selama ± 30 detik, hasil pressan harus padat
dan kompak. Sebelum dibungkus dilakukan sortasi pada bagian luar bale
kemungkinan adanya white sport/virgin rubber dan kontaminasi benda asing
lainnya dan diditeksi menggunakan metal detector . Sementara pengamatan
bagian dalam bale dilakukan dengan cara dibelah dengan kelipatan 6 dalam
satu pallet (1 bale disetiap lapisan). Bale yang sudah disortir melalui metal detector
(bebas white spot/virgin rubber dan kontaminasi) diberi pita mutu yang sesuai
dengan kelas mutunya lalu dilakukan pengepakan dengan kantong plastik polos
atau langsung dikemas dengan kantong plastik berlogo, Sebelum dimasukan
kedalam peti pallet diambil contoh/sample SIR untuk dianalisis laboratorium,
contoh/ sample SIR diambil dengan kelipatan 9 dalam setiap pallet berisi 36 bale.
Bale dikemas dalam pallet ( FS ) atau shrink wrapped ( SW )

f. Penyimpanan dan Penggudangan

Kemasan pallet yang sudah selesai ditutup diberi nomor, Tanda Pengenal
Produsen (TPP) dibuat pada sisi pallet, sementara kemasan SW diberi nomor,
TPP pada label kemasan, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan
(Gambar 43 dan Gambar 44). Penyusunan dan penumpukan pallet/SW
dikelompokkan menurut jenis mutunya untuk memudahkan dalam pelayanan
export/pengiriman. Tumpukan pallet maksimum 3 tingkat dan SW ditumpuk
menggunakan rak besi maksimum 3 tingkat.

3.3.2. Pengolahan Ribbed Smoke Sheet (RSS)


a. Penerimaan Bahan Baku ( Lateks )
Penerimaan bahan baku lateks dari kebun melalui beberapa tahapan yaitu, Lateks
yang tiba di pabrik ditimbang menggunakan jembatan timbangan atau
diukur menggunakan bulking tank berskala. Kadar Karet Kering ( KKK ) lateks
yang baik untuk diolah menjadi RSS berkisar 28 – 31%. Lateks dari tank diambil
100 gram untuk dijadikan sample Kadar Karet Kering ( KKK ) sebelum masuk ke
tempat pengolahan. Lateks dari tanki kendaraan pengangkut dituang ke bulking
tank dan disaring dengan saringan 40 – 60 mesh. Kontaminasi yang banyak
ditemui pada lateks hasil kebun berupa daun pohon karet, tatal kayu, dan
kontaminasi lainnya, lalu dibuang di tempat yang telah disediakan. Pada saat
penuangan lateks ke bulking tank, tidak boleh terlalu deras karena sebagian lateks
tidak tersaring dengan baik. Lateks yang telah mengalami prakoagulasi tidak boleh
menjadi RSS.

b. Pengenceran dan Pembekuan Lateks

Lateks diencerkan menjadi 12 – 14% KK di dalam bak – bak penggumpal, air yang
digunakan harus bersih dan jernih. Lateks dialirkan dari bulking tank ke bak – bak
penggumpal lateks yang telah berisi air pengencer, kemudian lateks tersebut
diaduk ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur ). Setelah pengadukan cukup rata
kemudian dilakukan pembuangan busa dengan menggunakan saringan tangan 60
mesh. Selanjutnya menambahkan larutan asam semut (formic acid) kepekatan 2,5
secukupnya, kemudian diaduk sebanyak ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur )
agar tercampur merata. Selanjutnya dilakukan pembuangan busa kedua hingga
tidak terlihat lagi busa dipermukaan lateks. Pemasangan alat plat penyekat
dilakukan setelah pembuangan busa kedua. Sebelum dipasang plat penyekat
disiram dengan air lebih dahulu agar koagulum tidak lengket pada plat – plat
penyekat. Lateks didiamkan selama ± 4 jam sebelum digiling.

c. Penggilingan

Sebelum digiling koagulum yang sudah menggumpal sempurna di bak – bak


penggumpal disiram/diisi air, untuk memudahkan dalam pencabutan plat
penyekat. Talang luncuran koagulum diisi air untuk memudahkan koagulum
mengapung tujuannya agar karet mudah ditarik untuk dimasukkan ke mesin
giling sheeter . Plat penyekat dicabut satu persatu dimulai dari bak penggumpal
yang koagulumnya telah menggumpal dengan sempurna. Antara satu koagulum
dengan koagulum lainya diusahakan agar mudah disambung dan mudah
penarikannya ke mesin giling (sheeter ). Mesin giling (sheeter ) dihidupkan berikut
air penyemprot di atas rol, lalu masukkan koagulum satu per satu. Hindari sheet
melipat selama dalam proses penggilingan. Ketebalan penggilingan sheet basah
keluar dari sheeter 3 – 4 mm. Pencucian lembaran sheet dilakukan dalam bak
pencucian hingga tidak ada lagi tersisa asam. Kemudian dilakukan
penggantungan sheet pada lori. Setelah lori terisi penuh, lori didorong ke tempat
penyiraman. Sheet disiram/dicuci kembali untuk menghilangkan sisa – sisa asam
dan kotoran yang masih tersisa. Sebelum masuk ke kamar pengasapan. Lori yang
berisi lembaran, di keringkan terlebih dahulu selama 2 – 4 jam.

3.4 Material Handling


Material Handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang
dilakukan dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah
ditetapkan.
3.4.1 Material Handling pada Pengolahan RSS
a. Kereta dorong
Karet yang sudah melewati proses pengasapan akan dipindahkan ke gudang
penyimpanan menggunakan kereta dorong
b. Rak Dorong
Karet yang sudah melewati proses penggilingan akan disusun di rak
penjemuran, rak tersebut di desain dapat melewati rel menuju gudang
penjemuran.
3.4.2 Material Handling pada Pengolahan SIR
a. Conveyor
Conveyor digunakan untuk memindakan material (lateks) ke mesin penggiling
latek. Selain itu conveyor juga digunakan pada proses packaging.
b. Lift Roll crepe
Karet yang sudah digiling dan menjadi lembaran panjang akan digulung
membentuk roll dan diangkat menggunakan lift menuju gudang penjemuran.
c. Gerobang Sorong
Gerobak dorong digunakan untuk mendorong roll karet ke lokasi penjemuran
karet.
d. Forklift
Forklift digunakan untuk memindahkan produk setengah jadi ke gudang
penyimpanan.
BAB 4

TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

Pada bab 4 ini dibahas mengenai tinjauan pekerjaan yang dilakukan selama
melaksanakan kerja praktek. Tinjauan pekerjaan yang dilakukan meliputi lingkup
pekerjaan, tanggung jawab dan wewenang , metodologi pelaksanaan pekerjaan
dan hasil pekerjaan

4.1. Lingkup Pekerjaan

Pelaksanaan kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut


ditempatkan di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dibawah
pengawasan Bapak Boediono, selaku kepala team K3 di PT. Perkebunan
Nusantara VII Tulungbuyut. Selama pelaksanaan kerja praktek ditugaskan di area
produksi SIR 20, untuk melakukan pengamatan serta evaluasi terhadap
kemungkinan-kemungkinan potensi bahaya yang dapat terjadi area produksi SIR
20. Pelaksanaan kerja praktek dibimbing dan dibantu oleh:

a. Bapak Setyo Boediono, selaku kepala team K3, sekaligus pembimbing


lapangan yang membantu mengarahkan tugas kepada penulis.
b. Bapak Lomuk Harianjah, selaku kepala kantor teknik yang membantu
memberikan arahan dan orientasi di lingkungan produksi SIR 20
c. Bapak Dwi Siswanta, selaku kepala pengolahan/produksi SIR 20, yang
membantu memberi informasi mengenai hal penting dan data mengenai
pengolahan SIR 20

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan

Pada pelaksanaan kerja praktek di PT Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut


diberi tanggung jawab dan wewenang oleh pihak perusahaan. Tanggung jawab
yang diberi yaitu membantu dan melakukan analisis mengenai resiko bahaya yang
mungkin terjadi di area produksi SIR 20. Wewenang yang diberikan antara lain
sebagai berikut:

a. Diizinkan untuk mengamati secara langsung kegiatan atau aktivitas yang


terjadi.
b. Diizinkan untuk berkomunikasi atau bertanya kepada pembimbing apabila ada
hal yang tidak dipahami dari proses yang terjadi
c. Difasilitasi tempat kerja yang bertempat di kantor tehnik
d. Diizinkan untuk mengambil data secara langsung di lapangan.

4.3. Metode Pengambilan Data

Dalam proses pengambilan data , dilakukan dengan cara turun langsung ke proses
pengolahan produksi SIR 20. Untuk kemudian melakukan observasi dengan
mengamati mengenai potensi bahaya yang dapat terjadi pada tiap-tiap stasiun
kerja. Hal-hal yang diamati antara lain yaitu mengenai tindakan kerja setiap
karyawan yang berpatokan pada SOP yang telah perusahaan buat, alat-alat
pelindung diri yang telah menjadi standar, serta keadaan lingkungan saat proses
produksi berlangsung. Untuk nantinya didapatkan analisis mengenai resiko
bahaya yang mungkin terjadi serta dampak atau efek samping dari resiko bahaya
tersebut bagi karyawan yang bekerja pada bagian pengolahan SIR 20.

Untuk membantu menunjang informasi yang diperlukan, maka pada pengambilan


data, dibagikan kuisioner mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja kepada
karyawan. Hal ini dirasa mampu membantu untuk dapat memperoleh data yang
sesuai dengan yang didapatkan dan di lapangan. Konsultasi mengenai penyakit
akibat kerja yang telah didapatkan dari data kuisioner dilakukan dengan petugas
kesehatan yang ada di puskesmas milik PTPN VII.
Mulai

Mempelajari alur
proses produksi
pada pengolahan
SIR 20

Mengamati
mengenai potensi
bahaya pada
setiap stasiun kerja

Melakukan analisis
dan pengumpulan
data

Melakukan konsultasi
mengenai pekerjaan
dengan pembimbing
lapangan

Membuat laporan

Selesai

Gambar 4.1. Diagram Alur Pelaksanaan Pekerjaan

4.4. Hasil Pekerjaan

Pada pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek ini, analisis difokuskan pada resiko atau
potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi pada area produksi SIR 20 serta faktor-
faktor penyebabnya.
4.4.1. Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja PTPN VII
a. Alat Pelindung Diri
Keselamatan karyawan perlu diperhatikan, untuk itu perlu adanya perlindungan
terhadap faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan kerja. Adapun sistem
keselamatan kerja di PTPN VII telah menyediakan:
1. Ear Plug (sumbat telinga)
Berfungsi melindungi tenaga kerja dari paparan kebisingan yang melebihi
ambang batas. Ear plug ini diberikan kepada operator yang bekerja pada
mesin Macerator, Creeper, dan Finisher. Selain operator mesin-mesin tersebut
, ear plug ini juga berlaku bagi karyawan yang berhubungan langsung dengan
area tersebut.

2. Safety Shoes (sepatu boot)


Safety Shoes diberikan kepada seluruh karyawan. Safety shoes ini dijadikan
standar keamanan untuk seluruh karyawan yang ingin masuk pada area
produksi SIR 20.

3. Anti Polution Masker


Anti Polution Masker diberikan kepada semua karyawan yang berada di area
produksi, termasuk staff office yang berhubungan langsung dengan area
produksi. Fungsinya untuk menghindari paparan polusi dari hasil emisi mesin
produksi dan polusi bau dari bahan baku karet

4. Ear Muff
Ear muff diberikan kepada operator mesin Shreeder, fungsinya sama dengan
ear plug, hanya saja pada mesin shreeder ini kebisingan yang dihasilkan tinggi
sehingga peredaman yang dibutuhkan lebih tinggi.

5. Sarung Tangan
Sarung tangan yang disediakan merupakan sarung tangan yang tahan
terhadap api. Sarung tangan ini diberikan kepada karyawan yang bekerja di
gudang yang bertugas melapisi bal-bal karet yang sudah dipress dan
ditumpuk, sarung tangan pada proses pelapisan ini penting karena, plastik
yang digunakan untuk melapisi harus dipanaskan menggunakan api menyala
yang berasal dari tabung. Sarung tangan ini diberikan pada pekerja yang
bekerja di bagian maintenance (bengkel).

6. Tameng Muka dan Kacamata las


Kacamata las berfungsi melindungi mata pekerja dari sinar las. Kacamata ini
diperuntukkan bagi pekerja di bagian maintenance. Sedangkan tameng muka
sering digunakan pada proses penggerindaan di bagian maintenance .
PTPN VII memberikan APD kepada karyawan sesuai dengan jenis pekerjaan yang
terkoordinir di setiap departemen. Tetapi karena beberapa faktor kenyataan di
lapangan bahwa penggunaan APD belum terlaksana dengan baik.

b. Pengaman Mesin
Pada mesin produksi terdapat pengaman mesin yaitu emergency stop. Emergency
stop ini berfungsi untuk menghentikan mesin secara tiba-tiba ketika terjadi suatu
kejadian kecelakaan kerja, atau keadaan darurat lainnya.

c. Rambu Tanda Bahaya dan Poster K3


Rambu tanda bahaya mengenai peringatan bahaya api, benda mudah terbakar,
bahan kimia, dan poster himbauan tentang keselamatan kerja telah terpasang
pada beberapa titik sesuai areanya. Beberapa titik telah terpasang poster K3
karena untuk memberikan peringatan kepada pekerja agar menghargai
keselamatan dan kesehatan mereka dengan menggunakan alat pelindung diri dan
tidak melakukan tindakan tidak aman.

Gambar 4.2 Himbauan alat Gambar 4.3 Peringatan


pelindung diri (APD)

Gambar 4.4 Slogan Keselamatan Gambar 4.5 Himbauan APD


Gambar 4.6 Rambu Peringatan Gambar 4.7 Rambu Peringatan

d. Sistem Pemadam Kebakaran


Fasilitas pemadam kebakaran pada PTPN VII Tulungbuyut ini sesuai
denganketentuan Permenakertrans No.Per. 04 / MEN / 1980 tentang syarat –
syarat tentang pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Telah sesuai
dengan kondisi dan kelengkapan bagian dari hydrant seperti nozzle, box, selang
valve dan lain-lain. Serta di masing-masing lokasi hydrant terdapat panduan cara
penggunaannya. Kemudian di setiap bangunan dan kantor sudah terdapat peta
tata letak alat pemadam api. Untuk APAR yang ada di PTPN VII Tulungbuyut ini
ada 70 buah dan hydrant tersebar pada 9 titik di lingkungan pabrik

Gambar 4.8 APAR Gambar4.9 Hydrant Gambar 4.10 Peta APAR

e. Pelayanan Kesehatan Kerja


PTPN VII menyediakan fasilitas kesehatan bagi karyawan berupa puskesmas
yang terletak tidak jauh dari pabrik. Fungsi dari adanya puskesmas ini yaitu untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada pekerja yang mengalami kecelakaan
kerja ringan, melayani pemeriksaan tenaga kerja dan obat-obatan bagi pekerja
yang sakit. Pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja diberikan selama jam kerja.
Untuk tenaga medis yang ada yaitu seorang mantri/perawat. Dan juga seluruh
pekerja mendapatkan jaminan kesehatan BPJS. PTPN VII juga menyediakan P3K
pada beberapa titik guna membantu menangani keadaan-keadaan darurat akibat
kecelakaan kerja. Kemudian untuk pelaporan penyakit akibat kerja yang dialami
tenaga kerja di PTPN VII dapat dilihat dari keluhan-keluhan pekerja saat berobat
ke puskesmas macam-macam penyakit akibat kerja yang sering dialami
diantaranya yaitu : ISPA, diare, magh dan telinga berdenging.

Gambar 4.11 Puskesmas

f. Sanitasi
Sanitasi adalah kebersihan semua tempat untuk menciptakan kesehatan bagi
lingkungan dan bagi tenaga kerja itu sendiri. Sanitasi yang menjadi perhatian di
PTPN VII ini yaitu kebersihan lingkungan kerja baik di dalam maupun di luar ruang
produksi dibersihkan dan dipel. Selain kebersihan di area produksi kebersihan got
juga diperhatikan agar tidak mengganggu aliran air. Serta juga adanya
pengontrolan dalam pembuangan sampah sehingga sangat membantu
kelancaran proses produksi.

4.4.2. Hasil Pengamatan di lapangan mengenai potensi bahaya yang


mungkin terjadi

a. Slab Cutter dan Sizer (pencacahan)

Slab Cutter berfungsi untuk memotong/mencacah bahan baku karet menjadi


bagian-bagian lebih kecil dan memisahkan kotoran yang terikut dalam bahan baku,
dan menyeragamkan ukuran bahan baku (bokar). Pada pengamatan yang
dilakukan di stasiun kerja proses pencacahan bahan baku karet yaitu pada proses
pencacahan, didapatkan beberapa potensi bahaya yang dapat mengganggu
kinerja pekerja, yaitu bau yang menyengat akibat dari tumpukan bahan baku karet
yang berasal dari pihak ketiga, bau yang dihasilkan berasal dari bau karet itu
sendiri dan juga ditambah lagi dengan bau yang diakibatkan karena adanya
beberapa bahan baku karet dari pihak ketiga yang pada saat penyimpanannya
diletakkan di dalam parit, sehingga bau bahan baku karet tersebut bercampur
dengan bau parit sehingga menyebabkan potensi bahaya yang tergolong dalam
Bilogical Hazard, bahaya ini muncul karena berdasarkan apa yang diperoleh di
lapangan, operator yang bekerja pada mesin sizer ini tidak menggunakan masker.
Pada stasiun ini juga ditemui faktor resiko kebisingan namun masih pada ambang
batas toleransi kebisingan yang dapat diterima oleh pendengran, bahaya ini
digolongkan kedalam golongan bahaya Physical Hazard namun kondisi ini dapat
menyebabkan masalah pendengaran yaitu Temporary Hearing Loss, masalah ini
disebabkan paparan kebisingan dalam jangka waktu singkat, pendengaran akan
kembali saat menjauh dari kebisingan.

b. Hammer Mill (pencuci karet)

Hammer Mill berfungsi untuk memecahkan potongan-potongan karet dari slab


cutter/sizer menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan juga membersihkan
kotoran yang ada dalam remahan karet. dan membersihkan kotoran-kotoran. Pada
pengamatan yang dilakukan di stasiun kerja berikutnya yaitu pada mesin Hammer
Mill (pencuci karet), didapatkan beberapa potensi bahaya yang dapat
mengganggu kinerja pekerja, yaitu getaran yang cukup kuat dirasakan ketika kita
berada di atas mesin Hammer Mill ini, jenis getaran yang dirasakan masuk pada
jenis Whole Body Vibration (WBV), jika keadaan ini dibiarkan dalam jangka
panjang maka dapat menimbulkan beberapa efek seperti nyeri punggung,
gangguan peredaran darah, bahkan kerusakan permanen pada tulang belakang.
Potensi bahaya lain yaitu kebisingan, kebisingan yang dirasakan pada saat berada
di area operasi mesin Hammer Mill ini juga dirasa cukup mengganggu, karena
memiliki tingkat kebisingan hingga 87,34 dB, berada di atas nilai ambang batas
pendengaran dan dapat berakibat pada masalah pendengaran Temporary
Hearing Loss. Resiko bahaya ini muncul karena berdasarkan pengamatan di
lapangan operator yang bekerja pada stasiun kerja ini tidak menggunakan alat
pelindung pendengaran. Kedua resiko bahaya ini masuk dalam golongan bahaya
Physical Hazard. Kemudian potensi bahaya lain yang di dapatkan yaitu bahaya
terpleset bagi pekerja, hal ini disebabkan karena pada stasiun ini merupakan
stasiun basah yang berakibat pada licinnya area produksi di stasiun kerja Hammer
Mill ini.

c. Penggilingan (Macerator, Creeper, Finisher)

Stasiun kerja penggilingan berfungsi untuk menghasilkan lembaran crepe. Pada


pengamatan yang dilakukan di area proses penggilingan ini ditemukan beberapa
potensi bahaya, yang menonjol yaitu kebisingan, kebisingan yang dihasilkan pada
mesin ini cukup besar mencapai 87,34 dB sehingga dapat beresiko pada masalah
gangguan pendengaran Temporary Hearing Loss, namun jika keadaan ini tetap
dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang maka dapat berakibat pada
kerusakan pendengaran permanen atau yang biasa disebut Permanent Hearing
Loss. Resiko bahaya ini muncul karena berdasarkan pengamatan di lapangan
operator yang bekerja pada stasiun kerja ini tidak menggunakan alat pelindung
pendengaran. Kemudian pada area kerja penggilingan ini bahaya yang muncul
yaitu resiko kecelakaan kerja yang disebabkan akibat tangan pekerja yang masuk
pada mesin penggiling.

d. Pre drying (penjemuran)

Pre drying merupakan ruangan/kamar untuk tempat penjemuran lembaran crepe.


Pada pengamatan yang dilakukan di area kerja Pre drying terdapat beberapa
potensi bahaya yang muncul diantaranya yaitu, potensi bahaya yang timbul akibat
dari rapuhnya kayu-kayu penjemuran yang terdapat pada area Pre Drying ini,
potensi bahaya ini muncul ketika pekerja melakukan proses penjemuran karet
yang sudah melalui proses penggilingan, pada proses penjemuran pekerja harus
memindahkan gulungan karet yang beratnya 200 kg – 300 kg dengan
menggunakan Hand Carts dan harus melewati barisan kayu penjemur yang
kondisinya ada beberapa yang sudah rapuh, keadaan ini menimbulkan resiko
pekerja terjatuh dari ketinggian ketika melakukan pekerjaan ini . Bahaya ini
termasuk dalam golongan bahaya yang disebabkan oleh kondisi yang tidak aman
(Unsafe Condition). Potensi bahaya lain yang muncul pada stasiun kerja ini yaitu
pada saat proses pengangkatan karet yang sudah kering, pada saat karet di tarik
akan muncul kebulan menyerupai asap yang di akibatkan dari jamur yang rontok
ketika karet ditarik.

e. Shreder

Shreder merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan pencacahan


lembaran creeper. Pada pengamatan yang dilakukan pada stasiun kerja Shreder
ini didapatkan potensi bahaya yang mencolok yaitu kebisingan. Kebisingan yang
dihasilkan oleh mesin ini sangat kuat yaitu hingga 89,23 dB melampaui nilai
ambang batas pendengaran, sehingga memiliki resiko bahaya yang berakibat
pada terjadinya gangguan pendengaran mulai dari Temporary Hearing Loss
hingga Permanent Hearing loss. Resiko bahaya ini terjadi ketika pekerja (bukan
operator shreder) yang bertugas mengangkut atau memindahkan karet dari pre
dryer menuju ke mesin shreder, resiko bahaya muncul karena pekerja yang
memindahkan karet tidak menggunakan alat pelindung pendengaran sehingga
sangat berpotensi terkena resiko bahaya yang telah disebutkan sebelumnya.

f. Alat Angkat-angkut

Bahaya lain yang timbul yaitu resiko terjadinya kecelakaan akibat tertabrak fork lift
yang bergerak memindahkan bal-bal karet dari packaging departement menuju
gudang.

Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran kebisingan pada tiap stasiun kerja
No Stasiun Kerja Hasil Pengukuran Waktu NAB
dB (A) Pemaparan
(Jam)
1 Slab Cutter dan 84,26 dB 7 jam 85
Sizer
2 Hammer Mill 87,34 dB 7 jam 85
(pencuci karet)
3 Macerator, 86,72 dB 7 jam 85
Creeper, Finisher
(Penggilingan)
4 Shreder 89,23 dB 7 jam 85

4.4.3. Dampak / penyakit yang ditimbulkan oleh potensi bahaya di lapangan.

a. Dampak Paparan Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu.


Kebisingan yang tinggi akan berpengaruh pada lingkungan sekitar .Pengaruh
utama kebisingan pada kesehatan adalah terjadinya kerusakan pada indra
pendengaran berup yang dapat menyebabkan ketulian progresif. Hal ini sudah
nampak dari beberapa keluhan pekerja yang berobat ke puskesmas mengenai
telinga berdenging. Tidak hanya berpengaruh pada pendengaran tetapi juga dapat
menyebabkan gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman dan kurang
konsentrasi, serta berdampak pada gangguan fisiologis berupa peningkatan
tekanan darah (± 10 mmHg) dan juga tekanan jantung.

b. Dampak Paparan Getaran


Getaran dapat menimbulkan gangguan pada jaringan secara mekanik dan
gangguan rangsangan reseptor saraf di dalam jaringan. Untuk getaran yang terjadi
di stasiun kerja Hammer Mill termasuk dalam golongan WBV (Whole Body
Vibration) yang akan menyebabkan dampak yaitu kerusakan struktural pada
tulang subkondral dan endplate, dan kelelahan otot yang berdampak pada
menurunya tingkat stabilitas tulang belakang. Hal ini juga sudah tampak dari
beberapa keluhan pekerja ke puskesmas mengenai adanya nyeri di beberapa
bagian tulang.

c. Dampak Kondisi Lantai Licin

Lantai licin dapat berpotensi bahaya pada terjadinya kecelakaan kerja berupa
terpleset dan terjatuh. Hal ini juga dapat berdampak pada cideranya pekerja jika
terjatuh atau terpleset pada posisi yang berbahaya.

d. Dampak Terjatuh dari Ketinggian

Potensi bahaya terjatuh dari ketinggian terjadi pada proses penjemuran di pre
drying yang dapat menyebabkan resiko pekerja terjatuh dari ketinggian. Ini dapat
menimbulkan bahaya resiko cidera yang cukup parah jika terjatuh dari ketinggian,
resiko tersebut dapat berupa patah tulang, cacat permanen, bahkan kematian

e. Dampak Tertabrak Alat Angkat-Angkut (forklift)

Pergerakan forklift di area produksi tepatnya dari packaging departement menuju


ke gudang juga memiliki potensi bahaya, potensi bahaya yang mungkin muncul
yaitu tertabraknya pekerja oleh forklift ketika sedang berada di area tersebut.
Kejadian ini dapat menyebabkan resiko terjadinya cidera pada pekerja.

4.4.4. Pengendalian Bahaya


Untuk pengendalian bahaya di PTPN VII ini, instruksi kerja mengenai
pengendalian bahaya sebenarnya sudah tersusun dengan baik dan terperinci di
dalam dokumen SMTN 7, dokumen ini merupakan dokumen mengenai Sistem
Manajemen Terpadu yang diterapkan di seluruh PTPN VII. Dokumen ini mencakup
semua hal dari pedoman prosedur terpadu, manajemen pemasaran, manajemen
pengolahan, manajemen produksi tanaman, manajemen logistik, manajemen
lingkungan, manajemen K3 dan tata kelola sistem manajemen terpadu. Dalam
dokumen SMTN 7 ini seluruh instruksi kerja dan alur-alur serta tahapan yang harus
dijalankan perusahaan sudah tersusun dengan baik dan terperinci, termasuk
tentang instruksi mengenai K3, seperti himbauan mengenai penggunaan APD,
tanggap darurat kebakaran, tanggap darurat bencana alam, dan segala hal
tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta alur-alur proses dan tahapan yang
perlu dilakukan ketika hal-hal tersebut terjadi. Namun karena beberapa faktor
instruksi kerja yang terdapat di dalam dokumen SMTN 7 ini belum dapat terlaksana
sepenuhnya.
Mengacu pada dokumen SMTN 7, untuk potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja di area produksi. PTPN
VII menghi mbau seluruh pekerjanya untuk menggunakan alat pelindung diri untuk
mengurangi resiko kecelakaan. Hal ini sesuai Undang-Undang No. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja. PTPN VII juga melakukan pemberian alat pelindung
diri kepada seluruh karyawan di pengolahan, seperti Ear plug di bagian
penggilingan, ear muff dibagian mesin shreder, anti polution masker pada seluruh
pekerja yang bersinggungan langsung dengan area produksi, serta safety shoes
sebagai standar keamanan paling dasar untuk masuk ke area produksi. Namun
karna faktor sumber daya manusia dan beberapa faktor lain penggunaan APD di
lapangan belum sesuai dengan Standar Operasional Produksi yang ada.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan dan Saran


Untuk mengatasi permasalahan kebisingan harus diawali dengan
mengatasi sumbernya terlebih dahulu yaitu dengan melakukan pemeliharaan dan
perawatan terhadap mesin-mesin secara teratur dengan pemberian pelumas atau
oli. kemudian perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh pekerja tentang
pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri serta fungsinya bagi kesehatan dan
keselamatan kerja. Perlu juga dilakukan pengawasan ketat tentang penggunaan
APD. Karena seperti yang kita ketahui bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan salah satu faktor pendukung dalam produktivitas produksi di
perusahaan. Terutama penggunaan ear plug bagi para pekerja yang bekerja di
area sekitar mesin shreeder dan mesin penggilingan (macerator, creeper,
Finisher), karena pada area ini memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi dan
melewati ambang batas normal pendengaran. Dan perlu adanya tambahan rambu
mengenai himbauan penggunaan APD yang diperlukan sesuai dengan potensi
bahaya di area kerja masing-masing.
Untuk permasalahan potensi bahaya akibat getaran juga perlu dilakukan
pemeliharaan terhadap mesin secara rutin sehingga sumber getaran dapat di
minimumkan. Serta memberi himbauan kepada pekerja di area hammer mill untuk
tidak terlalu lama berada di atas jembatan mesin Hammer mill, untuk mengurangi
resiko dampak bahaya jangka panjang akibat getaran
Untuk permasalahan potensi bahaya pada pre drying yaitu jatuh dari
ketinggian akibat kayu penjemur yang biasa dilewati oleh pekerja saat melakukan
proses penjemuran, harus di lakukan pengawasan secara intensif mengenai
kelayakan kemampuan kayu dalam menahan beban yang dibawa pekerja yang
mencapai 200 – 300 kg, dan dilakukan penggantian kayu apabila kayu tersebut
sudah dianggap tidak layak dan membahayakan.
Untuk permasalahan potensi bahaya tertabrak forklift dalam dilakukan
dengan memasang bel atau sirine pada forklift sehingga operator forklift dapat
memberi tanda ketika forklift akan melintas, serta juga memasang rambu
pemberitahuan bahwa area tersebut sering dilalui forklift. Dan bila memungkinkan
disediakan jalur khusus pejalan kaki dan kendaraan, memisahkan pintu masuk dan
keluar antara pejalan kaki dengan forklift.

Anda mungkin juga menyukai