Anda di halaman 1dari 14

Kelas Perpajakan Diploma III

Selasa 12 Maret 2019

BAB IV

TATA CARA PERHITUNGAN PPh

POTONGAN/PEMUNGUTAN

Oleh :

Kelompok VII

Nunung Dwi Yanti (01)

Pande Putu Diah Dwipanata Putri (12)

I Wayan Debi Pranata

DIPLOMA III PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2019
SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN (SPT)
1. Pengertian SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
2. Prosedur Penyelesaian SPT
a. Wajib pajak sebagaimana mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Atau dengan cara mengakses situs Direktorat
Jenderal Pajak untuk memperoleh formulir Surat Pemberitahuan tersebut.
b. Setiap wajib pajak mengisi formulir tersebut dengan benar,jelas,dan lengkap,dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Pajak.
c. Wajib pajak telah mendapat izin menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan,dan wajib menyampaikan SP dalam bahasa Indonesia dan satuan mata uang
rupiah.
d. Penandatanganan SPT harus berisikan tanda tangan stempel/tanda tangan
elektonik.digital,yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama.
3. Jenis-Jenis SPT
a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan, yang terdiri dari:
 SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
 SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi Wajib Pajak yang
diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika
Serikat
 SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
 SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21
b. SPT Masa Pajak Penghasilan
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15
c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
d. SPT Masa PPN bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
4. Batas waktu penyampaian SPT
a. SPT Masa, paling lama dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak, kecuali untuk SPT Masa
PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yaitu secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya, dan SPT
Masa PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Bendahara paling lama 14 hari
setelah Masa Pajak berakhir. Untuk WP dengan kriteria tertentu yang melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa, paling lama 20 hari setelah berakhirnya
Masa Pajak terakhir.
b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak, sedangkan untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.Sanksi terkait
dengan pelanggaran batas waktu penyampaian SPT
5. Sanksi terkait dengan pelanggaran batas waktu penyampaian SPT
SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,
dikenakan sanksi administrasi berupa denda :
a. SPT Tahunan PPh orang pribadi Rp 100 ribu;
b. SPT Tahunan PPh badan Rp 1 juta;
c. SPT Masa PPN Rp 500 ribu;
d. SPT Masa Lainnya Rp 100 ribu.
Pengenaan sanksi administrasi berupa denda tersebut tidak dilakukan terhadap :
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak tinggal
lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yaitu Wajib Pajak yang dalam keadaan antara lain : kerusuhan massal,
kebakaran, ledakan bom atau aksi terorisme, perang antar suku atau kegagalan sistem
komputer administrasi penerimaan negara atau perpajakan.
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri.
Bukti pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 dibagi menjadi 2 yaitu:

 Bagi prgawai tetap/penerima pensiun/tunjangan hari tua


 Bagi PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara dan Pensiunannya
 BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 (FINAL)


 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 (FINAL)
BUKTI PEMOTONGAN PPh FINALPASAL 4 AYAT 2
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final adalah pajak
yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang
mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.

 Atas bunga deposito/tabungan, diskonto sbi, jasa giro


BUKTI PEMOTONGAN PPh FINALPASAL 4 AYAT 2
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final adalah pajak
yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang
mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.
 Atas hadiah undian
BUKTI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 (OLEH BADAN USAHA INDUSTRI/EKSPORTIR
TERTENTU)
Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22
(PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap
Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL23 DAN/ATAU PASAL 26

 Pasal 23
Pajak penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 2.
 Pasal 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan
yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri
selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU
PASAL 26
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kabarpajak.com/2015/08/jenis-jenis-spt.html
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-21
http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-26
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-penjelasan-lengkap-tentang-pph-pasal-23/
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-22

Anda mungkin juga menyukai