INFLAMASI
Disusun Oleh :
Kelas : A
Bismillahirahmanirrahiim,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak
agar kita tidak merasa kesulitan. Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-Nya
yang setia sampai akhir zaman.
Makalah yang berjudul “INFLAMASI ” ini, disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Patologi di Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Tekhnologi Nasional . Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran,
serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis,
Amin yarobbal ‘alamiin.
Jakarta, September
2018
,
Penyusun
DAFTAR ISI
2.6 Sel-Sel yang Terlibat dalam Peradangan Akut dan Kronis ................. 11
PENDAHULUAN
Dari uraian diatas dapat dibuat beberapa rumusan masalah, antara lain:
1. Apa pengertian inflamasi?
2. Apa saja penyebab inflamasi?
3. Apa saja patofisologi inflamasi ?
4. Apa pola morfolofi dari inflamasi akut ?
5. Apa manifestasi klinik dari inflamasi ?
6. Apa saja sel-sel yang terlibat dalam pathogenesis inflamasi akut dan kronis ?
Adapun tujuan yang dapat disampaikan oleh penulis terkait dengan makalah ini,
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian inflamasi.
2. Untuk mengetahui sebab inflamasi dapat terjadi.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari inflamasi
4. Untuk mengetahui morfologi inflamasi akut
5. Untuk mnegetahui manifestasi klinik inflamasi
6. Untuk mnegetahui sel-sel yang terlibat dalam pathogenesis inflamasi akut
dan kronis
BAB II
PEMBAHASAN
Inflamasi terbagi menjadi dua pola besar. Inflamasi akut adalah radang yang
berlangsung reaktif singkat, dari beberapa menit sampai beberapa hari, dan ditandai
dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik
yang menonjol. Inflamsi kronik berlangsung lebih lama ( berhari – hari sampai
bertahun – tahun )dan ditandai khas dengan influks limfosit dan makrofag disertai
dengan proliferasi pembuluh darah dan pembentukan jaringan sel parut.
Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit —hari) dengan ciri
khas utama eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda
umum berupa rubor (redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor
(pain), Functio laesa (lose of function). bersihkan setiap mikroba dengan
dua proses utama, perubahan vaskular (vasodilatasi, peningkatan
permeabilitas) dan perubahan selular (rekrutmen dan aktivasi selular).
Perubahan makroskopik yang dapat diamati berupa hiperem terjadi
karena tujuan utama : mengirim leukosit ke tempat jejasia yang
memberikan penampakan eritema, exudation yang memberikan
penampakan edema, dan emigrasi leukosit.
1. Hyperaemia
2. Exudating
Mekanisme :
1. Inflamasi serosa
Radang ini ditandai dengan keluarnya cairan yang berair dan realtif sedikit
protein ( efusi ) yang bergantung pada tempat jejas dibentuk dari serum
ataupun dari sekresi sel mesotelium yang melapisi rongga peritoneum , rongga
pleura, dan rongga perikard. Lepuh pada kulit yang berasal dari infeksi karena
luka bakar atau virus merupakan contoh yang baik dari efusi serosa, yang
terakumulasi didalam ataupun serta merta di bawah epidermis kulit.
2. Inflamasi fibrosa
Radang ini terjadi akibat jejas yang lebih berat , dengan permeabilitas
vaskularnya yang lebih besar memungkinan molekul yang lebih besar (
khususnya fibrinogen ) dapat melewati barier endotel. Secara histologis,
akumulasi fibrin ekstravaskular tampak sebagai suatu anyaman filamen
eosinofilik, atau terkadang merupakan koagulum amorf. Eskudat fibrinosa
dapat di degradasi melalui fibrinolisis dan debris yang terakumulasi dapat
disingkirkan oleh makrofag sehingga menyebabkan perbaikan pada struktur
jaringan normal ( resolusi ). Namun kegagalan menyingkirkan fibrin dengan
sempurna menyebabkan fibroblas dan pembuluh darah tumbuh ke dalam,
menimbulkan terutama pembentukan jaringan parut ( organisasi ). Sebagai
contoh oraganisasi suatu eskudat perikard fibrinosa membentuk jaringan parut
fibrosa padat yang menghilangkan rongga perikard dan membatasi fungsi
mikard .
3. Inflamasi supurativa
Radang ini terlihat dengan adanya sejumlah besar eskudat purulen ( pus )
yang terdiri atas neutrofil, sel nekrotik, dan cairan edema. Organisme tertentu (
misalnya stafilokokus ) lebih mungkin untuk menginduksi supurasi
terlokalisasi ini sehingga disebut sebagai piogenik. Abses merupakan
sekumpulan fus fokal yang dapat disebabkan oleh penyamaian organisme
piogenik yang dalam ke dalam jaringan atau oleh infeksi sekunder fokus
nekrotik. Abses secara khusus memiliki daerah nekrotik sentral yang luas yang
dikelilingi oleh selapis neutrofil yang terlindungi, disertai suatu zona yang
dikelilingi pembuluh darah yang mengalami dilatasi dan proliferasi
fibroblastik, yang menunjukan perbaikan dini. Abses pada waktunya dapat
hilang sempurna dan akhirnya digantikan oleh jaringan ikat.
4. Ulserasi
Ulserasi menunjukkan tempat inflamasi yang permukaan epitelnya ( kulit,
epitel gaster, mukosa kolon, epitel vesika urinaria ) telah menjadi nekrotik dan
terkikis, sering kali karena inflamasi akut dan inflamasi kronik subepitel.
Ulserasi dapat terjadi akibat cedera toksik atau cedera traumatik pada
permukaan epitel ( yaitu ulkus peptikum) atau mungkin akibat gangguan
vaskular ( seperti pada ulkus pedis akibat vaskulopati diabetik). Ulkus peptik
pada lambung atau duodenum. Biasanya terdapat infiltrat neutrofilik padat dini
disertai dilatasi vaskular. Pada lesi kronik yang terdapat kerusakan berulang,
area yang mengelilingi ulkus mengalami proliferasi fibroblastik, pembentukan
jaringan parut, dan akumulasi sel radang kronik.
Gejala- gejala nyeri seperti color yaitu sirkulasi darah meningkat, panas,
kemerahan, timbulnya reaksi peradangan akut; rubor yaitu kemerahan/ memerah;
dolor yaitu rasa sakit/ nyeri; tumor/ pembengkakan; functio laesa yaitu fungsi
cedera/ hilangnya fungsi; immobilitas yaitu hilangnya beberapa fungsi, seperti
tidak bergerak.
2.6 Sel-Sel yang Terlibat dalam Patogenesis Peradangan Akut dan Kronis
Jenis sel lain yang muncul pada inflamasi kronik adalah limfosit, sel
plasma,eosinofil, dan sel mast. Limfosil T dan B, keduanya berimigrasi
ketempat radang dengan menggunakan beberapa pasangan molekul
adhesi dan kemokin serupa yang merekrut monosit. Limfosit dimobilisasi
pada keadaan setiap ada rangsang imun spesifik ( infeksi) dan pada
inflamasi yang diperantarai non imun ( karena infark atau trauma jaringan
). Limfosit T memiliki hubungan timbal balik terhadap makrofag pada
inflamasi kronik. Limfosit T pada mulanya teraktivasi oleh interaksi
dengan makrofag yang menyajikan fragmen antigen “terproses” pada
permukaan selnya. Limfosit teraktivasi kemudian menghasilkan berbagai
mediator , termasuk IFN-y , suatu sitokin perangsang utama untuk
mengaktivasi monosit dan makrofag. Makrofag teraktivasi selanjutnya
melepaskan sitokin , yaitu IL-1 dan TNF yang lebih jauh mengaktivasi
limfosit dan jenis sel lainnya. Hasil akhirnya adalah adanya suatu fokus
radang, yaitu tempat makrofag dan sel T secara persisten dapat saling
merangsang satu sama lain sampai antigen pemicu hilang, atau terjadi
beberapa proses pengaturan.
3.1 Kesimpulan
Inflamasi adalah salah satu respons protektif yang ditunjukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik
yang diakibatkan oleh kerusakan asal.
Inflamasi terbagi menjadi dua pola besar. Inflamasi akut adalah radang yang
berlangsung reaktif singkat. Inflamsi kronik berlangsung lebih lama ( berhari – hari
sampai bertahun – tahun )dan ditandai khas dengan influks limfosit dan makrofag
disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan pembentukan jaringan sel parut.
Inflamasi akut dapat disebabkan oleh bronkitis akut, kuku yang tumbuh ke
dalam yang terinfeksi, sakit tenggorokan karena pilek atau flu, goresan atau luka di
kulit, latihan intensitas tinggi, apendisitis akut, infeksi kulit, radang amandel,
meningitis infektif, radang dlm selaput lendir, trauma fisik. Sedangkan inflamasi
kronik dapat disebabkan oleh infeksi virus, infeksi mikroba persisten, pajanan yang
lama terhadap agen yang berpotensi toksik, dan penyakit autoimun.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2007