Anda di halaman 1dari 12

Penerapan Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan PMRI

terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep

Manis Rahayu, Wardono, Supriyono


Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Indonesia
manisrahayu_13@yahoo.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ketuntasan hasil


belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep kubus dan balok dengan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI, (2) rata-rata hasil
belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI lebih dari rata-rata hasil belajar
peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan model pembelajaran
ekspositori pada materi kubus dan balok. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP 9 Semarang. Sampel dalam
penelitian ini diambil secara cluster random sampling dan terpilih peserta
didik kelas VIII G sebagai kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI dan kelas VIII H sebagai kelas
kontrol dengan pembelajaran ekspositori. Metode pengumpulan data yang
digunakan meliputi metode tes dan metode observasi. Analisis yang
digunakan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji ketuntasan klasikal,
dan uji perbedaan rata-rata. Hasil penelitian diperoleh 100% peserta didik
dengan pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI mencapai ketuntasan
belajar, rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen (90,70) pada
aspek pemahaman konsep lebih dari rata-rata hasil belajar peserta didik kelas
kontrol (84,33).

Kata Kunci: kemampuan pemahaman konsep; model pembelajaran NHT;


pendekatan PMRI

Implementation of NHT Learning Model through PMRI Approach


to The Concept Understanding Ability

Manis Rahayu, Wardono, Supriyono


Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Indonesia
manisrahayu_13@yahoo.com

Abstract. The aims of this research are to know: (1) the learning
completeness of the student’s learning gain for concept understanding ability
of cubes and cuboid with NHT learning model through PMRI approach; (2)
mean of the student’s learning gain for concept understanding ability which
taught by NHT learning model through PMRI approach more than mean of
the student’s learning gain which taught by expository learning model.
Population of this research is all of the students of SMP 9 Semarang grade
VIII. The sample of this research was choosen with the cluster random
sampling method and was VIII G as the experimental class by NHT learning
model through PMRI approach and VIII H as the control class by expository

1
learning model. The data collection used test method and observation
method. The analysis was done by analyzing normality test, homogeneity
test, classical completeness test, and difference of average test. The research
resulted in 100% of the students which taught by NHT learning model
through PMRI approach gain the learning completeness, mean of the
student’s learning gain for concept understanding ability which taught by
NHT learning model through PMRI approach (90,70) more than mean of
the student’s learning gain which taught by expository learning model
(84,33).
Key Words: Concept Understanding Ability; NHT Learning Model; PMRI
approach.

Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Berbagai mata pelajaran diajarkan
dalam pendidikan formal di sekolah, salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Mata
pelajaran matematika harus diberikan kepada semua peserta didik mulai dari bangku
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Depdiknas,
2006).
Gagne menyebutkan delapan hirarki tugas belajar peserta didik, antara lain: (1)
belajar tanda, (2) belajar stimulus-respon, (3) belajar jalinan, (4) belajar jalinan verbal, (5)
belajar membedakan, (6) belajar konsep, (7) belajar kaidah, dan (8) belajar pemecahan
masalah (Anni, 2009). Peyusunan hirarki tersebut berarti bahwa hirarki tugas belajar yang
berada di tingkat atas bersifat lebih kompleks karena mencakup semua hirarki tugas belajar
yang ada di bawahnya. Dengan kata lain, agar peserta didik mampu memperoleh prinsip
pemecahan masalah, maka menuntut penguasaan beberapa kaidah, sedangkan kaidah dapat
dikuasai oleh peserta didik apabila terlebih dahulu menguasai konsep-konsep tertentu. Jadi,
agar peserta didik memilki kemampuan pemecahan masalah yang tinggi, maka kemampuan
utama yang harus dimiliki terlebih dahulu adalah pemahaman konsep.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru matematika SMP 9
Semarang, diperoleh hasil bahwa kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas VIII
di sekolah tersebut masih rendah, khususnya pada materi kubus dan balok. Hal itu
ditunjukkan dengan masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM saat ujian.
Salah satu faktor penyebabnya adalah selama ini pembelajaran matematika di SMP tersebut

2
masih menggunakan pembelajaran ekspositori, guru belum melakukan inovasi dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik paham akan materi yang disampaikan dan dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan
PMRI.
NHT adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagen
untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim,
2000). Langkah dalam pembelajaran NHT adalah dengan penomoran, pengajuan
pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia merupakan adaptasi dari Realistic
Mathematics Education (RME) yang dikembangkan di Belanda sejak sekitar tahun 1970,
dalam konteks Indonesia (Suryanto, 2010). Pendidikan matematika realistik dikembangkan
berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan
aktivitas manusia (human activities) yang harus dikaitkan dengan realitas (Devrim &
Sevinc, 2006). Pada awal pembelajaran PMRI peserta didik diberikan suatu permasalahan
kontekstual untuk mereka pecahkan hingga akhirnya mereka menemukan sebuah konsep.
Beradasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: (1) apakah hasil belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan
menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI pada materi kubus dan
balok dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan (2) apakah rata-rata hasil
belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan PMRI pada materi kubus dan balok lebih dari rata-rata hasil belajar
peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan model pembelajaran ekspositori?
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah:
(1) untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep
dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI pada materi kubus dan balok,
dan (2) untuk mengetahui rata-rata hasil belajar peserta didik pada aspek pemahaman
konsep dengan model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI lebih dari rata-rata
hasil belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan model pembelajaran
ekspositori pada materi kubus dan balok.

3
Metode Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP 9 Semarang
tahun ajaran 2011/2012 (227 peserta didik). Sampel pada penelitian ini diambil secara
cluster random sampling. Hal itu dilakukan setelah memperhatikan beberapa faktor antara
lain peserta didik mendapat materi berdasar kurikulum yang sama, peserta didik yang
menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama, dan pembagian kelas tidak ada kelas
unggulan. Dari delapan kelas yang ada, terpilih kelas VIII G sebagai kelas eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI dan kelas VIII H sebagai
kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran ekspositori. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI. Sedangkan
variable terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep peserta didik pada materi kubus
dan balok dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI.
Penelitian ini menggunakan desain true experiment (eksperimen yang benar-benar)
karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Peneliti memilih true experiment dengan bentuk posttest only control
design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih dengan teknik
cluster random sampling. Kelompok pertama diberi perlakuan (X1) yakni diterapkan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI sedangkan kelompok lain tidak diberikan
perlakuan khusus (X2) hanya diterapkan model pembelajaran ekspositori. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol. Setelah diberi perlakuan, maka kedua kelas diberikan tes akhir
(T) yang sama untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep peserta didik. Pengaruh
adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2). Gambaran desain penelitian ini sebagai
berikut.
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Tes Hasil

Eksperimen X1 T O1
Kontrol X2 T O2

Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari metode dokumentasi,
observasi, dan tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai
peserta didik yang menjadi anggota populasi dan untuk menentukan anggota sampel. Di
samping itu, metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal
peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Data tersebut diperoleh dari data nilai

4
ulangan harian peserta didik pada materi pokok lingkaran. Metode observasi digunakan
untuk memperoleh data yang dapat menunjukkan aktivitas peserta didik, karakter peserta
didik, kinerja guru, dan kualitas pembelajaran selama pembelajaran pada kelas eksperimen
berlangsung. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
pemahaman konsep peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah proses
pembelajaran selesai dilaksanakan. Hasil tes tersebut digunakan sebagai data akhir untuk
membandingkan kemampuan pemahaman konsep akibat dari perlakuan yang berbeda yang
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis instrument tes, analisis
tahap awal, dan analisis tahap akhir. Analisis instrument tes dilakukan setelah butir soal tes
kemampuan pemahaman konsep diujicobakan kepada peserta didik. Analisis instrument tes
tersebut meliputi uji validitas (Arikunto, 2006), uji reliabilitas (Arikunto, 2006), uji daya
pembeda (Arifin, 2012), dan analisis tingkat kesukaran butir soal (Arifin, 2012). Analisis
tahap awal meliputi uji normalitas dengan uji Chi-Kuadrat, uji homogenitas dengan uji-F,
dan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji-t (Sudjana, 2005). Data yang digunakan dalam
analisis tahap awal adalah data nilai ulangan harian peserta didik pada materi pokok
lingkaran. Sedangkan analisis tahap akhir, meliputi uji normalitas dengan uji Chi-Kuadrat,
uji homogenitas dengan uji-F, uji perbedaan dua rata-rata dengan uji-t, dan uji ketuntasan
belajar dengan menggunakan uji proporsi satu pihak (Sudjana, 2005). Data yang digunakan
dalam analisis tahap akhir adalah data hasil belajar peserta didik aspek pemahaman konsep
pada materi kubus dan balok.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar dari pembelajaran NHT dengan pendekatan
PMRI, digunakan uji proporsi satu pihak dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho : π ≤ 0,795 (Proporsi hasil belajar aspek pemahaman konsep peserta didik pada kelas
eksperimen yang mencapai KKM individual kurang dari 80%).
Ha : π > 0,795 (Proporsi hasil belajar aspek pemahaman konsep peserta didik pada kelas
eksperimen yang mencapai KKM individual lebih dari atau sama dengan 80%).
Kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika z hitung < z tabel.
Di samping melakukan analisis secara statistik, peneliti juga menggunakan analisis
berdasarkan hasil pengamatan tentang aktivitas peserta didik, karakter peserta didik, kinerja
guru, dan kualitas pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan oleh seorang observer selama
pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung (empat kali pertemuan). Hasil
pengamatan pada setiap pertemuan digabungkan kemudian dihitung rata-ratanya sehingga

5
diperoleh rata-rata persentase aktivitas peserta didik, karakter peserta didik, kinerja guru,
dan kualitas pembelajaran.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil analisis data hasil belajar peserta didik pada tahap awal menunjukkan bahwa
kedua kelas sampel berdistribusi normal dan homogen. Hal itu berarti sampel berasal dari
kondisi atau keadaan yang sama. Kemudian ditentukan satu kelas eksperimen yaitu kelas
VIII G dan satu kelas kontrol yaitu kelas VIII H. Kelas eksperimen dikenai model
pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI, sedangkan kelas kontrol dikenai model
pembelajaran ekspositori.
Berdasarkan pengamatan aktivitas peserta didik kelas eksperimen selama
pembelajaran berlangsung (empat kali pertemuan), diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil observasi aktivitas peserta didik
Pertemuan Persentase Kriteria
I 54,17% Cukup Aktif
II 65,63% Cukup Aktif
III 77,08% Aktif
IV 88,54% Sangat Aktif
Dari hasil pengamatan tampak bahwa persentase keaktifan peserta didik meningkat
dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya, yang berarti bahwa peserta didik semakin
aktif dalam mengikuti pembelajaran. Rata-rata persentase keaktifan peserta didik sebesar
71,61%, sehingga peserta didik kelas eksperimen tergolong peserta didik yang aktif.
Berdasarkan pengamatan karakter peserta didik kelas eksperimen selama
pembelajaran berlangsung (empat kali pertemuan), diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil observasi karakter peserta didik
Pertemuan Persentase Kriteria
I 56,25% Cukup Baik
II 68,75% Cukup Baik
III 75,00% Baik
IV 85,42% Sangat Baik
Dari hasil pengamatan tampak bahwa persentase karakter peserta didik meningkat
dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya, yang berarti bahwa karakter peserta didik
semakin baik. Rata-rata persentase karakter peserta didik sebesar 71,35%, sehingga karakter
peserta didik kelas eksperimen tergolong baik.
Berdasarkan pengamatan kinerja guru pada kelas eksperimen selama pembelajaran
berlangsung (empat kali pertemuan), diperoleh hasil sebagai berikut.

6
Tabel 4. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pertemuan Persentase Kriteria
I 52,08% Cukup Baik
II 66,67% Baik
III 78,13% Baik
IV 89,58% Sangat Baik
Dari hasil pengamatan tampak bahwa persentase kinerja guru meningkat dari
pertemuan satu ke pertemuan berikutnya, yang berarti bahwa kinerja guru semakin
membaik. Rata-rata persentase kinerja guru sebesar 71,62%, sehingga kinerja guru
tergolong baik.
Berdasarkan pengamatan selama pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung,
pada akhir pembelajaran observer mengisi sebuah lembar pengamatan untuk mengetahui
kualitas pembelajaran yang telah berlangsung selama empat kali. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa persentase kualitas pembelajaran adalah sebesar 71,85%, yang artinya
kualitas pembelajaran yang telah berlangsung selama empat pertemuan di kelas eksperimen
tergolong baik.
Data hasil belajar aspek pemahaman konsep peserta didik pada materi kubus dan
balok diketahui bahwa 100% peserta didik kelas eksperimen telah mencapai KKM
individual (mendapat nilai ≥ 75) dan 81,81% peserta didik kelas kontrol telah mencapai
KKM individual. Rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen adalah 90,70,
sedangkan rata-rata hasil belajar peserta didik kelas kontrol adalah 84,33.
Pada uji normalitas data hasil belajar aspek pemahaman konsep peserta didik
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil uji normalitas tahap akhir
Kelas 𝝌𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kriteria
VIII G 3,49 7,81 Normal
VIII H 2,91 7,81 Normal
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas tahap akhir, diperoleh bahwa 𝜒 2 hitung <
2
𝜒(𝛼)(𝑘−3) maka H0 diterima, yang berarti bahwa data berdistribusi normal.
Pada data homogenitas data hasil belajar aspek pemahaman konsep peserta didik
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Tahap Akhir
Data 𝑭hitung 𝑭tabel Kriteria
Hasil belajar peserta didik 1,83 2,02 Homogen
kelas VIII G dan VIII H

7
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas tahap awal, diperoleh bahwa
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹1∝(𝑛 maka H0 diterima, yang artinya kedua sampel berasal dari
2 1 −1)(𝑛2 −1)

populasi yang homogen.


Berdasarkan skor hasil belajar aspek pemahaman konsep peserta didik, diketahui
banyaknya peserta didik pada kelas eksperimen yang mencapai ketuntasan individual
sebanyak 33 orang dari 33 orang dengan kriteria proporsi 79,5%. Berdasarkan penghitungan
uji z, diperoleh z hitung = 2,92 dan z tabel = 𝑧(0,5−𝛼) = 1,64. Karena z hitung > z tabel, maka
Ho ditolak yang berarti proporsi peserta didik kelas eksperimen yang mencapai KKM
individual pada tes pemahaman konsep lebih dari 79,5%. Hal itu berarti bahwa kelas
eksperimen yang dikenai pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI telah mencapai
ketuntasan belajar klasikal.
Berdasarkan hasil perhitungan pada uji perbedaan dua rata-rata diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
3,47. Nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada ∝ = 5% dan dk = 33 + 33 – 2 = 64 adalah sebesar 1,67.
Karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,47 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,67 maka H0 ditolak, artinya rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen yang dikenai model pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang dikenai pembelajaran ekspositori.
Kemungkinan faktor-faktor yang menjadi penyebab perbedaan rata-rata hasil belajar
peserta didik yang mendapat pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI dengan peserta
didik yang mendapat pembelajaran ekspositori sebagai berikut.
(1) Pada pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI, guru memberi kesempatan pada
peserta didik untuk belajar dalam bentuk kelompok. Peserta didik berdiskusi dengan
anggota kelompok masing-masing untuk menemukan sebuah konsep sendiri dengan
bantuan alat peraga dan LKPD, guru hanya sebagai fasilitator. Hal itu sesuai dengan
pendapat Kawuwung (2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif atau
cooperative learning merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas
terstruktur. Oleh sebab itu, peserta didik lebih mudah memahami dan mengingat
materi yang telah dipelajari. Sedangkan pada pembelajaran ekspositori, peserta didik
memperoleh pemahaman akan suatu konsep berdasarkan penjelasan dari guru,
sehingga peserta didik cenderung pasif dalam menerima dan memahami materi yang
dipelajari. Hal itu sesuai dengan salah satu konsep RME menurut Freudenthal, yaitu
pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dengan cara penemuan akan lebih

8
dipahami dan lebih awet dalam ingatan daripada pengetahuan atau kecakapan yang
diperoleh dengan cara pasif (Tandiling, 2010).
(2) Melalui pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI, pembelajaran lebih menarik
karena peserta didik belajar matematika dari suatu permasalahan kontekstual dalam
kehidupan sehingga peserta didik lebih bersemangat dan berminat dalam kegiatan
pembelajaran. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam menyampaikan pendapat serta
menanggapi pendapat temannya. Pada pembelajaran secara ekspositori guru
menerangkan dan membahas soal secara klasikal sehingga cenderung membosankan
dan menurunkan minat belajar peserta didik. Hal itu sesuai dengan keunggulan
pendidikan matematika realistik menurut Asmin (2006), yaitu suasana dalam proses
pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga
peserta didik tidak cepat bosan belajar matematika (Tandiling, 2010).
(3) Pada pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok dilakukan secara merata. Artinya
pada setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang memiliki kemampuan akademik
yang tinggi hingga yang rendah sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi dapat membantu peserta didik dengan kemampuan rendah. Hal itu sesuai
dengan pendapat Koutsides (n.d) ”Cooperative learning helps students feel successful
at every academic level. In cooperative learning teams, low-achieving students can
make contributions to a group and experience success, and all students can increase
their understanding of ideas by explaining them to others.”
(4) Melalui pembelajaran NHT setiap peserta didik mempunyai tanggung jawab yang
sama, yaitu menguasai materi yang sedang dipelajar karena peserta didik mempunyai
peluang yang sama dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal itu sesuai dengan
pendapat Maasawet (2009) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan strategi
kooperatif NHT siswa tidak bisa bergantung kepada sesama anggota karena setiap
anggota memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap setiap permasalahan yang
dibahas dalam forum diskusi karena dengan cara demikian setiap anggota harus siap
jika sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru berdasarkan nomor yang dimilikinya
(Kawuwung, 2011).
Selama proses pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung, guru melakukan
pengamatan tentang aktivitas peserta didik, karakter peserta didik, kinerja guru, serta
kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan guru. Berdasarkan hasil pengamatan pada
awal pelaksanaan pembelajaran masih banyak peserta didik yang masih pasif. Namun,

9
secara berangsur-angsur aktivitas peserta didik meningkat dari pertemuan satu ke pertemuan
berikutnya. Peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan karakter peserta didik diketahui bahwa pada awal
pembelajaran karakter peserta didik cukup baik. Namun, hingga akhir pembelajaran
karakter peserta didik meningkat menjadi sangat baik. Begitu pula untuk kinerja guru, pada
awal pembelajaran guru belum memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga kinerja
guru pada awal pembelajaran tergolong cukup baik. Namun, pada pertemuan selanjutnya
kinerja guru mengalami peningkatan menjadi lebih baik, hingga pada akhir pembelajaran
kinerja guru tergolong sangat baik. Sedangkan kualitas pembelajaran NHT dengan
pendekatan PMRI dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran berdasarkan hasil
pengamatan tergolong baik. Guru telah menyiapkan segala kebutuhan pembelajaran dengan
baik, pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik, serta indikator-indikator kualitas
pembelajaran telah tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
NHT dengan pendekatan PMRI membuat rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VIII
SMP 9 Semarang pada aspek kemampuan pemahaman konsep pada materi luas permukaan
dan volume kubus dan balok menjadi lebih tinggi serta model pembelajaran NHT dengan
pendekatan PMRI dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran pemahaman
konsep matematika khususnya pada materi pokok kubus dan balok.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa hasil belajar peserta didik
pada aspek pemahaman konsep dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan PMRI pada materi kubus dan balok dapat mencapai KKM. Hal itu ditunjukkan
dengan 100% peserta didik pada kelas eksperimen memperoleh nilai lebih dari sama dengan
75. Serta, rata-rata hasil belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan PMRI pada materi kubus dan balok lebih tinggi
dibanding rata-rata hasil belajar peserta didik pada aspek pemahaman konsep dengan model
pembelajaran ekspositori. Hal itu ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen adalah 90,70, sedangkan rata-rata hasil belajar peserta didik pada
kelas kontrol adalah 84,33.

10
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dapat terterlaksana dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak.
Secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang kepada:
1. Dr. Wardono, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan
pengarahan serta motivasi dalam penelitian ini.
2. Drs. Supriyono, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan
pengarahan serta motivasi dalam penelitian ini.
3. Setiyo Budi, S.Pd., M.M., Kepala SMP 9 Semarang yang telah memberikan ijin
penelitian.
4. Dra. Kristin Usadani, S.Pd., M.M. yang telah memberikan bantuan, arahan, dan
bimbingan kepada penulis selama proses penelitian.
5. Seluruh staf akademik dan non akademik di SMP 9 Semarang atas bantuan yang
diberikan selama proses penelitian.
6. Peserta didik kelas VIII C, VIII G, dan VIII H SMP 9 Semarang yang telah membantu
proses penelitian.
7. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga penelitian ini terselesaikan dengan lancar.

Daftar Pustaka
Anni, Chatarina Tri, dkk. 2009. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMA/MA.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Devrim, Uzel & Sevinc Mert Uyangor. 2006. Attitudes Of 7th Class Students Toward
Mathematics In Realistic Mathematics Education. International Mathematical
Forum, 1(39): 1951-1959.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ibrahim, M. dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Kawuwung, Femmy. 2011. Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, dan Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Di Smp Kabupaten Minahasa Utara, Vol. 1.

11
Koutsides, Georgios. n.d. Using Cooperative Learningin Design and Technology. The
Journal of Design and Technology Education, 6(1): 55-59. Tersedia di
https://ojs.lboro.ac.uk/ojs/index.php/JDTE/article/view/437 [diakses 4-6-2012].

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suryanto, dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jakarta:
IP-PMRI.

Tandiling, Edy. 2010. Implementasi Realistic Mathematics Education (RME) di Sekolah.


Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura.

12

Anda mungkin juga menyukai