Anda di halaman 1dari 7

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO.

1, JANUARI 2017: 11-17

Analisis Faktor Risiko Paparan Radiasi Sinar-X Terhadap Perubahan Jumlah


Limfosit Pada Radiografer di Kota Palembang

Ernawidiarti1, Tan Malaka2, Novrikasari1


1
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya,
2
Departemen IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
E-mail: ernawidiarti2014@yahoo.com

Abstrak
Radiasi pengion merupakan salah satu sumber bahaya yang ada di rumah sakit yang harus diidentifikasi untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sejumlah komponen biologi akan mengalami perubahan setelah pajanan radiasi, indikator hematopoitik (pembentukan
dan perkembangan sel-sel darah) yang umum digunakan sebagai indikasi pajanan radiasi adalah hitung limfosit.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan Dosis radiasi dan faktor karakteriktik (jenis kelamin, usia, lama
kerja, beban kerja, merokok, riwayat pekerjaan), dan kebiasaan dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) akibat
paparan radiasi sinar-X terhadap perubahan jumlah limfosit pada radiografer di Kota Palembang. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional analitik yang dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Radiografer shift dan non shift dengan masa kerja minimal 1 tahun sejak awal masuk kerja sampai
penelitian ini dilakukan di Kotamadya Palembang yang diambil dengan metode puposive sampling. Penelitian
dilakukan melalui metode wawancara, observasi, pemeriksaan sampel darah di laboratorium dan menggunakan
instrumen check list. Berdasarkan hasil keseluruhan analisi statistik pada uji t, korelasi dan uji regresi linier berganda,
dan pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa hanya variabel dosis radiasi dan beban kerja yang signifikan
berpengaruh pada penurunan jumlah limfosit ( p 0,000 < 0,05). Nilai koefisien korelasi (R) yang diperoleh adalah 0,632
artinya hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama positif, kuat dan memiliki
hubungan. Sementara nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 0,399 artinya variasi perubahan nilai
variabel terikat (limfosit) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (dosis radiasi dan beban kerja) secara bersama-sama
(simultan) sebesar 39,9 %.

Kata kunci: paparan radiasi sinar-X, limfosit, radiografer, cross sectional.

Abstract

Ionizing radiation is one source of hazard in hospitals should be identified to determine the level of risk, that is a measure of the
likelihood of accidents and occupational diseases. A number of biological components will undergo changes after exposure to
radiation, indicators of hematopoietic (the formation and development of blood cells) that is commonly used as an indication of
radiation exposure is a lymphocyte count.This study was conducted to analyze the relationship between radiation dose and factors
karakteriktik (gender, age, length of work, workload, smoking, occupational history), and the habit of using Personal Protective
Equipment (PPE) due to of exposure X-ray radiation for changes in lymphocyte counts at radiographers in Palembang.This study
uses an analytical cross sectional design, conducted in May 2016. The population in this study are all radiographers shift and
non-shift with a minimum term of one year from the beginning to come to work until the study was conducted in Palembang and
taken with purposive sampling method.The study was conducted by methods of interviewing, observing, examination of blood
samples in the laboratory and using instruments check list to tool analysis.The results were analyzed by statistical t-test,
correlation and multiple linear regression. Based on the overall results of the statistical analysis t-test, correlation and multiple
regression analysis, and hypothesis testing, can be concluded that variables radiation dose and workload have a significant
affects to the decrease the number of lymphocytes (p 0.000 <0.05). The correlation coefficient (R) obtained 0.632 it is means that
the relationship between the independent variable on the dependent variable is jointly positive, strong and have a relationship.The
coefficient of determination (R2) obtained 0.399 it is means that variations in the value changes dependent variable (lymphocytes)
can be explained by the independent variable (the radiation dose and the workload) together (simultaneously) at 39.9%.

Key words: X-ray radiation exposure, lymphocyte, radiographer, cross sectional.

11
12 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, JANUARI 2017: 11-17

1. Pendahuluan 2. Metode

Radiasi pengion merupakan salah satu sumber Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
bahaya yang ada di rumah sakit yang harus Analytic Cross Sectional Study yang bertujuan
diidentifikasi untuk menentukan tingkat risiko untuk mengetahui hubungan antara variabel
yang merupakan tolok ukur kemungkinan bebas : dosis radiasi, karakteristik responden
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat (jenis kelamin, usia, lama kerja, beban kerja,
kerja.1 Radiasi pengion adalah setiap radiasi merokok, riwayat pekerjaan), dan kebasaan
yang mampu menghasilkan ion oleh interaksi ggunakan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap
dengan materi seperti sel pada tubuh manusia. variabel terikat (limfosit) yang dikumpulkan pada
Sumber radiasi pengion dapat ditemukan waktu bersamaan.
dalam berbagai pengaturan kerja, seperti Penelitian dilakukan pada 87 orang
fasilitas perawatan kesehatan, lembaga radiografer yang ada di Kota Palembang.
penelitian, reaktor nuklir, fasilitas produksi Populasi penelitian adalah seluruh Radiografer
senjata nuklir, dan lain lain. Ionisasi adalah shift dan non shift dengan masa kerja minimal
proses dimana atom dibuat menjadi ion oleh 1 tahun sejak awal masuk kerja sampai
penghapusan atau penambahan satu atau lebih penelitian ini dilakukan di Kotamadya
elektron, yang menghasilkan efek.2 Palembang yang diambil dengan menggunakan
Sejumlah komponen biologi akan metode puposive sampling.
mengalami perubahan setelah pajanan radiasi,
indikator hematopoitik (pembentukan dan Metode pengumpulan data menggunakan :
perkembangan sel-sel darah) yang umum 1. Data Primer
digunakan sebagai indikasi pajanan radiasi Data primer adalah data yang diperoleh dari
adalah hitung limfosit.3 sampel pada saat penelitian mencakup umur,
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: jenis kelamin, Riwayat Pekerjaan, data hasil
hubungan Dosis radiasi dan faktor pengukuran jumlah limfosit, Lama Kerja,
karakteriktik (jenis kelamin, usia, lama kerja, riwayat merokok dan perbedaan penggunaan
beban kerja, merokok, riwayat pekerjaan), dan APD.
kebiasaan dalam menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) akibat paparan radiasi sinar-X 2. Data Sekunder
terhadap perubahan jumlah limfosit pada Data sekunder digunakan untuk mendukung
radiografer di Kota Palembang. penelitian yang mencakup data dosis radiasi
pekerja yang didapakan dari dokumen rekaman
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat: TLD, Beban Kerja yang didapatkan dari
1. Teoritis jumlah kunjungan pasien ke Radiologi dalam 6
Memberikan informasi tambahan tentang (enam) bulan berdasarkan jadwal jaga dan/atau
hubungan dosis radiasi, faktor karakteristik logbook radiografer.
radiografer dan kebiasaan menggunakan
APD akibat paparan radiasi sinar-X dengan Analisis data dilakukan dengan
perubahan jumlah limfosit. menggunakan uji statistik uji t, korelasi dan
regresi linier ganda dengan derajat kepercayaan
2. Praktis 95% untuk menganalisis hubungan paparan
Sebagai pertimbangan bagi pemegang radiasi sinar-X terhadap perubahan jumlah
kebijakan dan pimpinan rumah sakit dalam limfosit pada radiografer di Kota Palembang.
mengambil kebijakan dan keputusan
khususnya dalam bidang Radiasi pengion
yang dimanfaatkan dalam bidang kesehatan.
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, JANUARI 2017: 11-17 13

3. Hasil b. Bivariat

a. Univariat Tabel 2. Rerata dan p value Limfosit untuk data


kategorik
Tabel 1. menunjukkan bahwa rerata
responden berumur 31,45 tahun, dengan umur Variabel n p
X ± SD
value
minimal 23 tahun dan umur maksimal 48
tahun. Rerata limfosit, dosis radiasi, lama kerja Jenis kelamin
dan beban kerja secara berturut – turut yaitu Laki-laki 36 34,97 ± 6,71
rerata limfosit sebesar 33,93 ± 6,52, dosis Perempuan 51 33,16 ± 6,34 0,202
radiasi 0,175 ± 0,214, lama kerja 6,863 ±
5,032 dan beban kerja 725,87 ± 316,43. Merokok
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin Tidak merokok 72 33,63 ± 6,56
sebagian responden berjenis kelamin Merokok 15 35,40 ± 6,36 0,341
perempuan (58,6%), riwayat kerja 95,4% tidak
Riwayat kerja
bekerja pada rumah sakit/klinik lain, sebagian
besar responden tidak merokok (82.8%) dan Tidak 83 34,01 ± 6,54 0,601
sebagian besar tidak menggunakan APD Ya 4 32,25 ± 6,89
dengan lengkap pada saat bekerja di bagian Penggunaan
intervensional radiografi (73,6%). APD
0,450
23 33,04 ± 6,73
Lengkap
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data 64 34,25 ± 6,47
Numerik dan Data Kategorik Tidak lengkap
Sumber : Data primer, 2016
Variabel Min-Mak
X ± SD
Umur 31,45 ± 6,57 23 - 48 Tabel 2. menunjukkan bahwa rerata
Limfosit 33,93 ± 6,52 16 - 51 limfosit berdasarkan jenis kelamin didapatkan
0,175 ± 0,214 0,010
Dosis Radiasi
-0,790
limfosit pada perempuan lebih rendah yaitu
Lama Kerja 6,863 ± 5,032 1 - 26 33,16 ± 6,34 dibandingkan dengan limfosit
725,87 ± 316,43 129 - laki-laki, secara statistik tidak terdapat
Beban Kerja
1798 perbedaan bermakna rerata limfosit
Variabel n % berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan
Jenis kebiasaan merokok limfosit pada perokok
kelamin: 36 41.4
Laki-laki 51 58.6
lebih tinggi yaitu 35,40 ± 6,36 dibandingkan
Perempuan dengan yang tidak perokok, secara statistik
Riwayat tidak terdapat perbedaan bermakna rerata
Kerja limfosit berdasarkan merokok. Responden
4 4.6
Ya yang mempunyai riwayat kerja mempunyai
83 95.4
Tidak
Riwayat
kadar limfosit 32,25 ± 6,89 lebih rendah
Merokok dibandingkan dengan yang tidak mempunyai
Merokok 15 17.2 riwayat kerja, secara statistik tidak terdapat
Tidak 72 82.8 perbedaan bermakna rerata limfosit
Merokok berdasarkan riwayat kerja. Pada penggunaan
Kebiasaan
Menggunak
APD, responden yang tidak lengkap
an APD menggunakan APD mempunyai limfosit lebih
23 26.4 tinggi yaitu 34,25 ± 6,47, namun secara
Lengkap
64 73.6
Tidak statistik tidak terdapat perbedaan bermakna
Lengkap rerata limfosit antara yang menggunakan APD
Sumber : Data primer, 2016. dan tidak menggunakan APD.
14 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, JANUARI 2017: 11-17

Tabel 3. Hasil Uji korelasi variabel independen 4 Lama Kerja X4 0,325


(dosis radiasi, umur, beban kerja dan lama kerja) 5 Beban Kerja X5 0,000
dengan variabel dependen (limfosit) 6 Merokok X6 0,341
7 Riwayat kerja X7 0,601
Variabel p Pearson 8 Kebiasaan X8 0,450
n value Correlation (r) menggunakan APD
Umur (Tahun) 87 0,016 -0,257
Sumber : Data primer, 2016.
Dosis radiasi (mSv) 87 0,000 -0,586
Lama kerja (Tahun) 87 0,325 -0,107 Berdasarkan Tabel diatas ada 4 variabel
Beban kerja (jmlh yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0,25
87 0,000 -0,551
pemeriksaan)
(variabel umur, jenis kelamin, dosis radiasi dan
Sumber : Data primer, 2016
beban kerja), maka empat variabel tersebut
Tabel 3. menunjukkan bahwa arah korelasi masuk ke dalam kandidat untuk dilakukan uji
antara variabel dependen dan variabel linier berganda.
independen adalah negatif, ini berarti apabila Tabel 5. Model Summary dan coefficient dari uji
variabel beban kerja, dosis radiasi, umur dan linier berganda
lama kerja bertambah maka kadar limfosit
semakin rendah. Korelasi antara beban kerja Variabel Koefisien Constanta p
dengan penurunan jumlah limfosit kuat B value
Dosis radiasi -12,124 40,574 0,000
(-0,551); korelasi antara dosis radiasi dan Beban Kerja 0,025 0,007
penurunan jumlah limfosit kuat (-0,586); R 0,632
korelasi antara umur dan penurunan jumlah R square 0,399
limfosit juga sedang (-0,257) dan korelasi Durbin-Wat 1,822
antara lama kerja dengan penurunan jumlah son
Sumber : Data primer, 2016.
limfosit lemah (-0,107). Signifikasi antara
beban kerja, umur dan dosis radiasi dengan
Tabel 5 menunjukkan hasil analisis akhir
limfosit adalah 0,000 (< 0,05) artinya ada
dimana hanya terdapat 2 variabel prediktor
korelasi yang signifikan antara beban kerja
yang berpengaruh terhadap limfosit yaitu dosis
dengan penurunan jumlah limfosit (Ha
radiasi dan beban kerja, dengan demikian
Diterima).Sedangkan signifikasi lama kerja
kedua variabel tersebut terpilih sebagai model
(0,325) hal ini berarti tidak ada korelasi yang
akhir untuk memprediksi limfosit.
signifikan dengan penurunan jumlah limfosit
Berdasarkan Tabel 5 didapatkan nilai
(Ho Diterima).
Nilai koefisien korelasi (R) yang diperoleh
c. Multivariat adalah sebesar 0,632 artinya hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikat secara
Tabel 4. Menunjukkan variabel yang memiliki bersama-sama positif, kuat dan memiliki
nilai signifikansi dibawah 0,25 (variabel umur, hubungan. Sementara nilai koefisien
jenis kelamin, dosis radiasi dan beban kerja), 2
determinasi (R ) yang diperoleh adalah sebesar
maka empat variabel tersebut masuk ke dalam 0,399 artinya variasi perubahan nilai variabel
kandidat untuk dilakukan uji linier berganda terikat (limfosit) dapat dijelaskan oleh oleh
(p<0,25). variabel bebas (dosis radiasi dan beban kerja)
secara bersama-sama (simultan) sebesar 42,2%.
Tabel 4. Variabel kandidat analisis multivariat
Sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak diteliti. Berdasarkan tabel 4.8
No Nama variabel Simbo sig
l menunjukkan model akhir prediksi limfosit
1 Dosis radiasi X1 0,000 adalah model yang terdiri dari variabel dosis
2 Jenis kelamin X2 0,202 radiasi dan beban kerja. Model akhir prediksi
3 Umur X3 0,016 limfosit berupa persamaan sebagai berikut :
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, JANUARI 2017: 11-17 15

yang diterima bervariasi, antara 0,8-50 mSv


y = 40,574 + (-12,124) (dosis radiasi) + (-0,006) (beban kerja) hasil penelitiannya adalah frekwensi
translokasi meningkat jika Dosis radiasi
Dimana: bertambah.7
Y = Jumlah limfosit Pada penelitian ini dosis yang terima
X1 = Dosis radiasi
X2 = Beban kerja
oleh radiografer rata-rata 0,59 mSv untuk 6
b0 = Bilangan konstanta / intercept (enam) bulan jauh lebih kecil dari yang
b1,2 = Koefisien regresi ditetapkan oleh IAEA dimana nilai batas dosis
minimum pertahun adalah 20 mSv, namun
Perhitungan Prediksi limfosit dengan menngunakan harus tetap di waspadai karena adanya efek
persamaan adalah :
stokastik, dimana efek stokastik berkaitan
y= 40,574 + (-12,124) (dosis radiasi) + (-0,006) (beban kerja) dengan paparan radiasi dosis rendah
y=
y
40,574 + (-12,124) (0,790) + (-0,006) (1798)
= 20,20
(0.25-1000 Sv ) yang dapat mencul pada
tubuh manusia dalam bentuk kanker
Dari hasi perhitungan prediksi limfosit dengan (kerusakan somatik) atau cacad pada
menggunakan persamaan didapatkan bahwa keturunan.8 Dalam efek stokastik tidak dikenal
seseorang yang mempunyai dosis radiasi adanya dosis ambang, sekecil apapun dosis
tinggi (0,790) dan beban kerja berat (1798) radiasi yang diterima oleh tubuh ada
dapat diprediksi limfositnya sebesar = 20,20 kemungkinan akan menimbulkan kerusakan
sel. Efek muncul berlangsung lama setelah
4. Pembahasan terjadinya paparan dan hanya dialami beberapa
dari kelompok yang terpapar, keparahan tidak
Proporsi untuk semua responden 87 (delapan tergantung pada dosis radiasi dan tidak ada
puluh tujuh) radiografer terdapat 16 (enam penyembuhan spontan .9
belas) atau 18,4 % yang memiliki jumlah Beban kerja dihitung berdasarkan jumlah
limfosit yang tidak normal. pemeriksaan yang dikerjakan, semakin banyak
Berdasarkan hasil analisis variabel Dosis pemeriksan yang dilakukan oleh seorang
Radiasi dan beban kerja yang mempunyai nilai radiografer maka semakin besar juga dosis
signifikansi masing-masing p 0,025 dan radiasi yang diterima.10 Dosis radiasi yang
0,000 (< 0,05) artinya ada korelasi yang diterima oleh radiografer dan pekerja radiasi
signifikan antara beban kerja dengan lainnya adalah akumulasi dari dosis kecil
penurunan jumlah limfosit (Ha Diterima), harian yang diterima setiap hari kerja dalam
dimana dosis radiasi dan beban kerja mengerjakan pemeriksaan.11 Meskipun lemah,
bepengaruh terhadap menurunnya jumlah radiasi yang diterima sehari-hari dapat
limfosit pada radiografer dibandingkan dengan mengakibatkan kumulatif translokasi
keenam variabel independen yang diteliti kromosom. Jika seorang radografer bekerja
(Jenis kelamin, umur, lama kerja, merokok, pada bagian yang menggunakan radiasi besar
riwayat kerja dan kebiasaan menggunakan seperti pada bagian CT-Scan dan
APD). intervensional radiologi maka perlu dilakukan
Penelitian yang dilakukan 4 (empat) rotasi atau pergantian shift.
rumah sakit di Nusa Tenggara Barat dimana Laki-laki lebih berisiko dibandingkan
penurunan jumlah limfosit berhubungan perempuan untuk penurunan jumlah limfosit
dengan radiasi yaitu ada 9 (sembilan) orang yang diakibatkan oleh radiasi,10 untuk
mengalami penurunan jumlah limfosit.4 terjadinya perubahan limfosit, namun wanita
Kejadian Translokasi signifikan pada dosis dan pria ada juga yang menunjukkan tingkat
radiasi tinggi yang diterima oleh radiografer (P kerusakan yang sama (p> 0,05).12
0.0440) yaitu pada dosis 50-100 mSv.5,6 Jumlah translokasi meningkat seiring
Paparan kronis pada pekerja radiasi, dosis dengan bertambahnya usia dengan
16 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, JANUARI 2017: 11-17

usia(P<0,001),10 juga ditemukan peningkatan ruang operasi) yang menggunakan


signifikan secara statistik pada frekuensi flouroscophy, dimana sinar-X memancar
translokasi (P = 0,01) pada usia tua pada dalam waktu lama (>30 detik) sebagian besar
respoden radiografer,7,11,13 namun hilada et al radiografer tidak menggunakan APD secara
juga menyatakan perubahan limfosit juga lengkap (apron, lead glasses, lead gloves,
terjadi pada kelompok usia muda yang gonad apron, collar apron) hal ini karena
perokok (p 0,027).13 kurang lengkapnya APD yang disediakan di
Alba et al (2007) menyatakan Ada ruang tersebut. Berdasarkan penelitian pada
korelasi antara lama kerja dan kebiasaan 53 orang radiografer di rumah sakit di kota
merokok dan hasil abrasi kromosom.12 Palembang diperoleh lebih dari separuh
Penelitian yang dialakukan di Bali menyatakan pekerja radiasi (58,5%) tidak menggunakan
tidak ada penurunan jumlah limfosit pada APD.16 Hasil analisis statistik didapatkan
petugas radiologi dengan masa kerja pendek pengetahuan, sikap, pelatihan dan penyuluhan
dan masa kerja panjang.14 tidak ada hubungan dengan perilaku
Riwayat kerja di rumah sakit atau klinik penggunaan APD sedangkan fasilitas APD,
lain didapatkan frekuensi translokasi secara kebijakan serta pola pengawasan secara
statistik tidak berbeda secara signifikan statistik rnenunjukkan ada hubungan yang
dengan yang tidak bekerja dirumah sakit atau bermakna dengan perilaku penggunaan APD.
klinik lain.10,11 Dari basil analisis ini pula dapat diketahui
Berdasarkan pengujian yang dilakukan variabel yang mempunyai pengaruh paling
tentang pengaruh kebiasaan dalam besar terhadap pengunaan APD yaitu pola
menggunaan APD diperoleh hasil bahwa pengawasan, dimana pekerja radiasi yang
kebiasaan dalam menggunakan APD tidak ada menyatakan pola pengawasan baik berpeluang
pengaruh pada penurunan jumlah limfosit. untuk menggunakan APD.
Penggunakan APD atau peralatan proteksi
radiasi dan personal monitor radiasi dapat 5. Simpulan
mengurangi dan melindungi radiografer
sebagai pekerja radiasi di rumah sakit dari Ada hubungan bermakna antara paparan
bahaya dalam menjalankan tugasnya. Dalam radiasi sinar-X pada variabel dosis radiasi dan
kuesioner pemakaian APD hanya 26,4% yang beban kerja terhadap perubahan jumlah
menggunakan lengkap khususnya yang bekerja limfosit pada radiografer.
pada bagian intervensional radiologi. Sifat
sinar-X yang memancar ke segala arah dan Daftar Acuan
menimbulkan radiasi hambur menjadi resiko
yang patut untuk dipertimbangkan bagi petugas 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
radiologi, sehingga penting adanya pengawasan Indonesia Nomor
penggunaam APD dengan lengkap, baik dan 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang
benar selama bekerja. Pedoman Manajemen Kesehatan Dan
Penelitian pada 10 sampel sel limfosit Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit.
pekerja radiasi, tiga diantaranya terdapat adanya 2. Spellman FR. 2006. Industrial Hygiene
aberasi kromosom, menurut mereka Simplified: A Guide to Anticipation,
kemungkinan pekerja radiasi tersebut terkena Recognition, Evaluation, and Control of
paparan radiasi saat bekerja tanpa Workplace Hazards. Maryland: The
menggunakan alat pelindung tubuh dan tidak Rowman & Littlefield Publishing Group
memakai peralatan keselamatan radiasi saat Inc; 2006. Chapter 8, Radiation.
bekerja.15 Berdasarkan pengamatan yang p.159-177.
dilakukan oleh penulis, APD yang digunakan 3. Lusiyanti Y. 2007. Deteksi Kromosom
pada pemeriksan intervensional (C-arm di Disentrik dan Translokasi dalam Limposit
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, JANUARI 2017: 11-17 17

Pekerja Radiasi. Pusat Teknologi Association for Cancer Research.


Keselamatan dan Metrologi Radiasi – Aacrjournals.org. P.8825-8831.
BATAN. 11. Bhatti P, Michele M, Doody, Dale L,
4. Alfian MA. 2014. Efek paparan radiasi Preston, Kampa D, Elaine Ron, Robert W,
sinar-x terhadap limfosit pada radiografer Weinstock, Simon S, Alan, Edwards,
di rumah sakit abcd kota mataram tahun . JA Sigurdson. 2008. Increased Frequency
Tesis. Universitas Airlangga. Surabaya. of Chromosome Translocations Associated
Indonesia. with Diagnostic X-Ray Examinations.
5. Little PM, Kwon D, Doi K, Simon SL, National Center for Biotechnology
Preston DL, Doody MM, Lee T, Miller JS, Information. HHS Public Access.
Kampa, Bhatti P,Tucker DJ, SM Linet, Rockville Pike, Bethesda,
Sigurdson JAa 2014. Association of USA.p.149–155.
Chromosome Translocation Rate with 12. Alba GM. Grillo, Claudia A, Dulout,
Low Dose Occupational Radiation Fernando N, Seoane, Analía I. 2007.
Exposures in U.S. Radiologic Assessment of Genotoxic Damage in
Technologists. Radiation Research Society. Lymphocytes of Hospital Workers Exposed
182: p.1–17. to Ionizing Radiation in Argentina.
6. Mikloš M, Gajski G, Garaj V, Vrhovac. Archives of Pharmacy Practice. Vol. 6.
2009. Usage of the standard and modified ProQuest Research Library p. 163-169.
comet assay in assessment of DNA 13. Hilada N, Jasmine M. 2014. The effects of
damage in human lymphocytes after biological and life-style factors on
exposure to ionizing radiation. Radiol baseline frequencies of chromosome
Oncol. 43(09): 97-107. aberrations in human lymphocytes.
7. Burak LE, Kodama, Nakano M, Ohtaki K, Archives of Pharmacy Practice. Vol. 5.
Itoh M, Okladnikova DN, Vasilenko KE, ProQuest Research Library p. 19-27.
Cologne JB, Nakamura N. 2009. FISH 14. Triningsih. 2012. Paparan Radiasi
examination of lymphocytes from Mayak Menurunkan Jumlah Limfosit Pada
workers for assessment of translocation Petugas Radiologi Rs Sanglah Denpasar.
induction rate under chronic radiation Tesis. Universitas Udayana. Denpasar.
exposures. Taylor & Francis online. Bali.
p.901-908. 15. Lubis M, Indrawati I. 2006. Pemeriksaan
8. International Atomic Energy Agency Aberasi Kromosom Tak Stabil Pada Sel
(IAEA). 2013. Radiobiological basics of Limfosit Pekerja Radiasi. Prosiding
biodosimetry. pertemuan dan Presentasi Ilmiah
9. Akhadi M. 2000. Dasar-dasar Proteksi Fungsional Teknis Non Peneliti 19
Radiasi. Rineka Cipta. Jakarta, Indonesia Desember 2006. PTKMR-BATAN.
10. Sigurdson JA, Bhatti P, Preston LD, ISSN :1410 – 5381
Doody MM, Kampa D, Alexander HB, 16. Hakim L. 2004. Faktor-Faktor Yang
Petibone D, Yong LC, Edwards AA, Ron Berhubungan Dengan Perilaku
E,Tucker DJ. 2008. Routine Diagnostic Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
X-ray Examinations and Increased Oleh Pekerja Radiasi Pada Instalasi
Frequency of Chromosome Translocations Radiologi Rumah Sakit Di Wilayah Kota
among U.S. Radiologic Technologists. Palembang. Tesis. Universitas Indonesia.
Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai