Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu mengobati
berbagai penyakit infeksi berhasil mengurangi angka kematian bayi dan anak dan mampu
memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur
harapan hidup meningkat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia bertambah banyak dan
cenderung berlangsung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008 dalam Wijiat , 2009).
Pada saat ini jumlah penduduk lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan lebih dari
629 juta jiwa dan pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Berdasarkan
sensus di Indonesia sejak tahun 1971 diketahui penduduk lanjut usia mencapai 5,3 juta
jiwa (4,5%), tahun 1980 meningkat menjadi 8 juta jiwa (5,5%), tahun 1990 meningkat
menjadi 11,3 juta jiwa (6,4%), tahun 2005 meningkat menjadi 18,3 juta jiwa (8,5%) dan
tahun berikutnya lagi menjadi 19,3% juta jiwa (9%). Tahun 2020-2025 diperkirakan
jumlah penduduk lanjut usia Indonesia menempati peringkat ke empat setelah RRC, India
dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008 dalam Wijiat, 2009).
Proses penuaan yang terjadi secara alami pada kehidupan manusia tidak hanya
menyebabkan penurunan fungsi tubuh, tetapi juga berdampak pada aspek mental dan
sosialnya. Pada usia lanjut akan timbul masalah seperti meningkatnya prevalensi penyakit
degeneratif dan kardiovaskuler, gangguan mental serta masalah yang menyangkut sosial.
Berdasarkan pola penyakit rawat jalan di Puskesmas tahun 2006, penyakit pada sistem otot
dan jaringan pengikat (penyakit tulang, radang sendi termasuk reumatik) dan penyakit
tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang banyak diderita pada kelompok usia lebih
dari 60 tahun (Badan Informasi Daerah, 2007 dalam Wijiat, 2009).
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan pada pasal 19,
bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu
penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya
secara optimal. Oleh karena itu, berbagai upaya dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua

1
yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif untuk usia lanjut. Diantaranya dengan
meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, khususnya untuk
penduduk usia lanjut. Posbindu lansia merupakan bentuk peran serta masyarakat lansia
dalam upaya dibidang kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal serta
kondisi menua yang sehat dan mandiri. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan
masyarakat khususnya para usia lanjut terhadap pelayanan kesehatan yang terjangkau,
berkelanjutan dan bermutu. Adapun kegiatan para lansia untuk meningkatkan
kesejahteraan usia lanjut melalui kelompok usila yang mandiri (Badan Informasi Daerah,
2007 dalam Wijiat, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok kami akan menuliskan makalah
dengan judul “ Konsep Posbindu ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“ Bagaimana Konsep Posbindu ?”.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum :
Memberikan informasi tentang Konsep Posbindu.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui pengertian Posbindu
b. Mengetahui tujuan pokok Posbindu
c. Mengetahui sasaran pembinaan Posbindu
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Sebagai bahan tambahan informasi bagi mahasiswa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Posbindu
Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan
bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendy, 2001).
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat
dan sejahtera.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos
Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu
dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia
maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Posbindu adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah yang digerakkan oleh masyarakat, dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan dan di selenggarakan melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran
serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Posbindu juga merupakan wdah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-
sama masyarakat menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan
dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum (Rahayu, 2012)

B. Tujuan Pokok Posbindu


Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata
kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia
lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat
termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok

3
Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi
usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya
rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
a) Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
b) Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
c) Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan
d) kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup
e) sehat.
f) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
g) dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
h) letak geografis.
i) Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
j) dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
k) (Effendy, 1998).
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : pengetahuan, sikap, persepsi, perilaku
dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap situasi atau
rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan.
Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan. Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada
kesehatan adalah sebagai berikut : kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial
budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak,
persepsi terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo,
2003).
C. Sasaran Pembinaan Posbindu
Menurut Depkes, RI (2001) Sasaran Pembinaan posbindu
1. Sasaran langsung
Sasaran pembinaan langsung meliputi Kelompok usia 45-59 tahun, kelompok
usia lanjut 60-69 tahun, dan kelompok usia lanjut resiko tinggi usia lebih dari 70
tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
2. Sasaran tidak lansung
Sasaran pembinaan tidak langsung meliputi Keluarga di mana usia lanjut

4
berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak
dalam pembinaan kesehatan usia lanjut, masyarakat luas dan petugas kesehatan yang
melayani kesehatan usia lanjut.

D. Manfaat Posbindu
Posbindu ini merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif bagi usia lanjut
untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek kuratif dan rehabilitatif.
Posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan semangat hidup kepada usia lanjut,
2. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut,
3. Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari keluarga
miskin atau tidak mampu,
4. Memberikan dukungan atau bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri (Depkes, 2007 dalam
Handayani, 2008).

E. Pembentukan Posbindu
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing
daerah, misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti
kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD).
Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan
Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan

5
F. Komponen Posbindu
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan
berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu:
adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota dan
kader serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai
hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu
sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya pembagian
tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya. Struktur
organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam penentuan
jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota
Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,
volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak
mengikat.
(Depkes, 2007 dalam Handayani, 2008).

6
G. Pelayanan Kesehatan
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan
pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau
ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan
yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut :
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui kegiatan
dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
Ginjal.

H. Upaya Kegiatan Usia Lanjut


Pemeriksaan fisik yang meliputi : pemeriksaaan urin, darah, pengukuran tekanan
darah, pemeriksaan nadi pemeriksaan status gizi, pengukuran barat badan dan tinggi
badan, pemberian makanan tambahan.
1. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari seperti : makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian,
2. naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil.
3. Pemeriksaan status mental : pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
4. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ditemukan ada kelainan.
5. Penyuluhan kelompok, konseling kesehatan sesuai masalah yang dihadapi lansia
6. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas kesehatan bagi anggota kelompok lansia
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

7
I. Sarana Dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
J. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5
tahapan/5 meja sebagai berikut :
1. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
status mental

K. Rekrutmen Dan Pelatihan Kader Posbindu


Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat
saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Adapun
persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.

8
L. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam upaya pembinaan Lansia melalui kegiatan
pelayanan kesehatan di Posbindu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan
pelaporan, pengamatan khusus dan penilitian, dengan menggunakan patokan yaitu :
1. Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang berperan
serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut.
2. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat.

M. Kendala Pelaksanaan Posbindu


1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posbindu
2) Jarak rumah dengan lokasi posbindu yang jauh dan sulit di jangkau
3) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
4) datang di posbindu
5) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posbindu.

9
BAB III
TEORI ASUAHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan
yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO,
1959).

1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masyarakat.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan objektif. Data subyektif
adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan sedangkan data
objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau anamnase,
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, social ekonomi dan
spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu data tersebut harus
akurat dan dapat dilakukan analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang
dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

10
1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi
daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type
komunitas (masyarakat rusal atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi
kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
b) Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,
bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agam dan komposisi keluarga.
c) Vital statistic
Jabarkan atau uraikan data tentang : angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian,
angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
d) Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic antara lain : dari
angka mortalitas, morbiditas, IMR. MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status kesehatan
komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan
lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat : ibu hamil, pekerja industri, kelompok penyakit
kronis, penyakit menular. Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah
ini :
Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh
Kejadian penyakit (dalam 1 tahun terakhir) :
- ISPA
- Penyakit asthma
- TBC paru
- Penyakit kulit
- Penyakit mata
- Penyakit rheumatic
- Penyakit jantung
- Penyakit gangguan jiwa
- Kelumpuhan
- Penyakit menahun lainnya
Riwayat penyakit keluarga

11
Pola pemenuhan sehari-hari :
- Pola pemenuhan nutrisi
- Pola pemenuhan cairan dan elektrolit
- Pola istirahat dan tidur
- Pola eliminasi
- Pola aktivitas gerak
- Pola pemenuhan kebersihan diri
Status psikososial :
- Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
- Hubungan dengan orang lain
- Peran di masyarakat
- Kesedihan yang dirasakan
- Stabilitas emosi
- Penelantaran anak atau lansia
- Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan kekerasan
Status pertumbuhan dan perkembangan
Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alcohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola
konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.
2) Data lingkungan fisik
a) Pemukiman
Luas bangunan
Bentuk bangunan
Jenis bangunan
Atap rumah
Dinding
Lantai
Ventilasi
Pencahayaan
Penerangan
Kebersihan
Pengaturan ruangan dan perabot

12
Kelengkapan alat rumah tangga
b) Sanitasi
Penyediaan air bersih (MCK)
Penyediaan air minum
Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak dengan
sumber air
Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara
pengolahannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya, sebutkan.
Polusi udara, air, tanah atau suara/kebisingan
Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya, sebutkan.
c) Fasilitas
Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain
Pekarangan
Sarana olahraga
Taman, lapangan
Ruang pertemuan
Sarana hiburan
Sarana ibadah
d) Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur, dan selatan
e) Sarana ibadah
3) Pelayanan kesehatan dan social
a) Pelayanan kesehatan
Lokasi sarana kesehatan
Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader)
Jumlah kunjungan
System rujukan
b) Fasilitas social (pasar, took ,swayalan)
Lokasi
Kepemilikan
Kecukupan
4) Ekonomi
a) Jenis Pekerjaan

13
b) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lansia
5) Keamanan dan transportasi
a) Keamanan
Sistem keamanan lingkungan
Penanggulangan kebakaran
Penanggulangan bencana
Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah
b) Transportasi
Kondisi jalan
Jenis transportasi yang dimiliki
Sarana transportasi yang ada
6) Politik dan pemerintahan
a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal)
Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c) Jenis bahasa yang digunakan
9) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi
c) “Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data

14
Cara mengkategori data :
Karakteristik demografi
Karakteristik geografi
Karakteristik social ekonomi
Sumber dan pelayanan kesehatan
(Anderson & Mc Farlane, 1981. Community as Client)
2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan analisa data adalah :
Menetapkan kebutuhan komunity
Menetapkan kekuatan
Mengidentifikasi pola respon komunity
Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
c. Perumusan atau penentuan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena
itu perlu diprioritaskan masalah.
d. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :
Perhatian masyarakat
Prevalensi kejadian
Berat ringannya masalah
Kemungkinan masalah untuk diatasi
Tersedianya sumber daya masyarakat
Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu :

15
Keadaan yang mengancam kehidupan
Keadaan yang mengancam kesehatan
Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian (American
Nurses of Association (ANA).
Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1) Problem (Masalah)
2) Etiologi (Penyebab)
3) Sign or Symptom (Tanda atau Gejala)
Perumusan daignosa keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES
DK : P (Problem/masalah) + E (Etiologi/penyebab) + S (Symptom/gejala)
2) Dengan rumus PE
DK : P (Problem/masalah) + E (Etiologi/penyebab)
Jadi menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen tersebut
diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosa keperawatan menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
1) Masalah ……. Sehat ……. Sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (Epidemiologi triagle)
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family Centered Nursing in the Community :
Diagnosa resiko : ……… (masalah)
Diantara : …….... (komunity)
Sehubungan dengan : ……… ( Karakteristik komunity dan lingkungan)
Yang dimanifestasikan/
didemonstrasikan oleh : ……... ( Indikator kesehatan/analisa data)

16
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Rencana keperawatan harus mencakup : Perumusan
tujuan, Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Berfokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
Formulasi kriteria tujuan : T = S + P + K.1 + K.2
S: Subjek K.1 : Kondisi
P: Predikat K.2 : Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1) Dibuat berdasarkan goal : sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) Specific
4) Measurable atau dapat diukur
5) Attainable atau dapat dicapai
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan perawatan kesehatan melalui kegiatan :
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perncanaan melalui kegiatan :
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat
6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai

17
7) Tindakan harus bersifat realistic
8) Disusun secara berurutan
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut
1) Menggunakan kata kerja yang tepat
2) Dapat dimodifikasi
3) Bersifat spesifik :
Siapa yang melakukan ?
Apa yang dilakukan ?
Dimana dilakukan ?
Kapan dilakukan ?
Bagaimana melakukan ?
Frekuensi melakukan ?

4. Pelaksanaan
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah : I2 RMU.
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berdasar pada iman dan
takwa
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesame profesi, tim
kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan asas kemitraan
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta komponen.
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :

18
Keterpaduan antara : Biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan prasarana dengan pelayanan
kesehatan maupun sector lainnya
Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
Adanya penyelenggaraan system rujukan baik medis maupu rujukan kesehatan.

5. Evaluasi
a. Fokus evaluasi
1) Relevansi
Apakah program yang diperlukan ?
Yang ada atau yang terbaru
2) Perkembangan kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?
Bagaimana staf, fasilitas dan jumlah peserta ?
3) Cost efficiency (efisiensi biaya)
Bagaimana biaya ?
Apa keuntungan program ?
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai ?
Apakah klien puas ?
Apakah focus pada formulatif dan hasil jangka pendek ?
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang ?
Apa perubahan perilaku dalam 6 bulan atau 1 tahun ?
Apakah status kesehatan meningkat ?
b. Kegunaan evaluasi
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun
rencana dalam proses keperawatan.
c. Hasil evaluasi
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi, yaitu :

19
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai
denga kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
memperbaiki atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan
kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara
mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan dan faktor-
faktor yang lain tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak tercpainya tujuan.

20
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. A
2. Umur Kepala Keluarga : 37 tahun
3. Alamat Kepala Keluarga : Jln. Baji minasa, Kel.tamarunang, Kec.Mariso
4. Pekerjaan Kepala Keluarga : Pedagang
5. Pendidikan Kepala Keluarga : SLTP
6. Komposisi Keluarga :
N Nama J Hub.D Um Pend. STATUS IMUNISASI
o Angg K g. ur terak BC POLIO DPT HEPATI CAMP
ota Kep. (thn hir G TIS AK
kelua Kelua ) 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
rga rga
1 Ny.K P ISTRI 35 SMP
2 An.M P Anak 12 SMP
3 An.N L 1 9 SD
Anak
2

Genogram :

21
Keterangan :

= laki-laki = garis hub. keluarga = meninggal

= perempuan = tinggal satu rumah = klien

6. Tipe Keluarga :
Keluarga Tn. A termasuk keluarga kecil yang terdiri dari Kepala Keluarga, istri, 2 orang anak
7. Suku Bangsa :
Seluruh Anggota Keluarga berasal dari suku Makassar, Indonesia
8. Agama :
Semua anggota keluarga menganut agama Islam dan mereka taat beribadah dan menjalankan
perintah Allah SWT
9. Status Sosial Ekonomi keluarga :
Kepala Keluarga : 500.000,-/bln
Istri (ibu K) : 250.000,-/bln
Anak ke-1 :-
Anak ke-2 :-
Untuk pendapatan KK dengan Istri, dijadikan satu sehingga menjadi Rp.750.000,-/bln dengan
rata-rata pengeluaran Rp.600.000,-/bln. Dilihat dari penghasilan anggota keluarga dan harta
benda yang dimiliki dalam keluarga, keluarga tersebut mempunyai status social ekonomi
rendah
10. Aktivitas rekreasi keluarga :
Setiap hari KK dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan biasanya
menonton TV, berkumpul dengan keluarga dan melepas lelah diruang keluarga, untuk anak
ke-1 dan ke-2 sering keluar bermain dengan teman-temannya disore hari.

22
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Keluarga Tn.A mempunyai 2 orang anak, anak pertama perempuan dengan umur 14 thn, anak
kedua laki-laki dengan umur 12 thn, maka keluarga Tn.A berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah.
12. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Adanya masalah kesehatan yang dihadapi oleh Ny.K menderita gastritis, dan adanya
stress/trauma keluarga yang mengganggu anak-anaknya.
13. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut :
Kepala Keluarga : Klien pernah sakit apendisitis sehingga harus operasi dan rawat
inap selama 8 hari di Rumah Sakit dan sekarang sudah sembuh.
Istri : Klien memiliki penyakit magh/gastritis, namun jika penyakitnya kambuh tidak
mengharuskan klien berobat dan rawat inap di RS akan tetapi cukup membeli obat diapotek
Anak ke-1 : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat
inap di RS
Anak ke-2 : klien pernah mengalami cedera di kepala dan pergelangan tangan
dislokasi akibat jatuh pada saat bermain, tapi tidak dibawa ke RS untuk berobat akan tetapi
hanya diberi obat gosok dan diurut saja pergelangan tangannya dan kepala yang cedera hanya
diberikan antiseptic yang dibeli sendiri dari apotek. Namun klien masih terkadang
mengeluhkan tangannya terasa nyeri apabila banyak digerakkan saat bermain.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dari keluarga Tn.A tepatnya anak ke-2 (kakak KK) pernah mengidap sakit DBD, sedangkan
dari keluarga Ny.K tepatnya anak ke-2 (adik Ny.K) mengidap penyakit diare.

C. Pengkajian Lingkungan
15. karakteristik rumah
Luas tanah : 5 x 6 m2 Luas Rumah : 4 x 5 m2
Tipe Rumah : Rumah panggung/rumah kayu dengan jumlah ruang 1 kamar tidur, 1 ruang
tamu sekaligus ruang keluarga, 1 dapur, kamar mandi diluar rumah, dan WC umum. Jumlah
jendela 3, setiap ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya secara optimal. Peletakan
perabot rumah tangga tidak tertata dengan rapi. Tidak ada septic tank, pembuangan langsung

23
ke selokan besar, jarak antara wc dengan sumber air kurang lebih 10 meter, sumber air
minum PAM.
Denah Rumah :
Keterangan :
1. Rg. Tamu & rg. Keluarga
1 2 2. Kamar tidur

3. Dapur
3 4. Kamar mandi

5. Wc umum

10m

16. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas RW


Tetangga klien yang ada di sekitar rumah ramah-ramah. Klien tinggal di wilayah perkotaan
sehingga jarak rumah satu dengan yang lain cukup dekat. Penduduk setempat juga
mempunyai kesepakatan apabila ada warga baru dan ada tamu yang menginap harap lapor
pada RT/RW. Saat terjadi wabah DBD, malaria, atau pun diare diadakan kerja bakti.

24
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak Tn.A menikah dengan Ny.K, keluarga Tn.A sudah 2 kali pindah pertama di Panampu
dan yang kedua di kecamatan Mariso dan tidak pernah pindah lagi.
18. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Setiap hari, pada saat sore dan malam hari klien dan keluarganya selalu meluangkan waktu
untuk berkumpul. Keluarga klien juga berinteraksi baik dengan masyarakat disekitar.

D. Struktur keluarga
20. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan masyarakat adalah bahasa
makassar dan Indonesia. Komunikasi antara keluarga lebih sering mulai sore hari karena
hampi semua anggota keluarga pulang kerja disore hari.
21. Struktur Kekuatan Keluarga
Klien memberi nasehat kepada anak-anaknya bagaimana cara berperilaku yang baik , sopan
santun, tata karma, cara menjaga hubungan baik dengan orang lain. Untuk kekuatan keluarga
masih tetap berada pada Tn.A jika ada masalah diselesaikan dengan baik oleh Tn.A dan
istrinya beserta kedua anaknya.
22. Struktur Peran

 Tn. M :

- peran informal : hanya sebagai anggota masyarakat


- peran formal : menjadi kepala keluarga, suami, ayah

 Ny.K :

- peran informal : hanya sebagai anggota masyarakat dan perkumpulan ibu-ibu


dilingkungan tempat tinggal
- peran formal : sebagai ibu rumah tangga, istri. ibu

 Anak ke-1 :

- peran informal : sebagai anggota masyarakat dan pelajar


- peran formal : sebagai anak

25
 Anak ke-2 :

- peran informal : sebagai anggota masyarakat dan pelajar


- peran formal : sebagai anak
23. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan, mereka membiasakan cuci
tangan sebelum makan, akan tetapi kebersihan lingkungan disekitarnya tidak dijaga dengan
baik, kecukupan gizi dalam keluarga juga kurang terpenuhi dilihat dari makanan yang sering
dikonsusmsi tiap harinya dikarenakan ekonomi rendah (tidak memenuhi 4 sehat 5 sempurna).

E. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga klien saling memberikan perhatian dan kasih saying. Klien selalu mendukung apa
yang dilakukannya selama dalam batas kewajaran dan tidak melangga etika dan sopan
santun. Diterapkannya demokrasi dalam mengatasi permasalahan keluarga.
25. Fungsi Sosial
Interaksi antara anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota keluarga masih
memperhatikan dan menerapkan etika sopan santun dalam berperilaku.
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
keluarga cukup mengetahui mengenai penyakit, namun pengetahuan mengenai penanganan
jika mengalami kekambuhan penyakit kurang. Terbukti saat Ny.K kambuh penyakitnya dia
hanya membeli obat di apotek tanpa berobat ke dokter dulu, dan juga ketika anaknya
mengalami cedera hanya diberi minyak gosok di area yang sakit, lalu digunakan untuk
istirahat sampai terasa baik.
b. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
- anggota kelurga mengerti potensi yang ada pada setiap anggota kelurga dan mengerti
tentang sumber-sumber kelurga yang dimiliki
- keluarga kurang menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit. Terbukti dari lingkungan sekitar banyak
terdapat tumpukan sampah, tidak terdapat juga empat sampah.

26
- Keluarga kurang mengerti dan menyadari tentang pentingnnya hygien sanitasi untuk
menciptakan rumah yang sehat. Terbukti jendela rumah jarang dibuka.
- Keluarga secara keseluruhan kurang mampu mempertahankan kondisi kesehatan mereka.
Terbukti pemenuhan gizi seimbang kurang, tidur tidak teratur, mengatur waktu antara bekerja
dan berkumpul dengan keluarga kurang baik, terbukti keluarga mengutamakan pekerjaan.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
- pegetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas, keluarga sedikit mengerti mengenai hal-
hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan yang perlu dilakukan untuk mencegah
kekambuhan
- jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu penanganan tenaga kesehatan,
maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan penyembuhan pada tenaga kesehatan.
Namun bila sakitnya masih tergolong ringan, keluarga cukup menganjurkan istirahat,
pemenuhan kebutuhan dan konsumsi obat antiseptic, generic, dll dari apotek atau warung
kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat :
- keluarga cukup mengerti tentang kesehatan pada anggota keluarganya
- anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit. Namun, terkadang
maslah kesehatan tersebut dianggap sepele atau tidak begitu diperhatikan secara lebih lanjut.
- Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan selalu mencari
solusi jika keluarga sakit.
27. fungsi reproduksi
a. jumlah anak yang dimiliki Tn.A ada 2 orang yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki
b. keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak kelahiran anak
yang satu dengan yang lainnya.
c. Tn.A dan Ny.K menggunakan metode program KB alami
28. fungsi ekonomi
- keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari pendapatan yang
diterima per bulan, namun keluarga kurang mampu menyisihkan pendapatannya untuk
keperluan yang tidak terduga
- keluarga kurang mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti posyandu,
puskesmas dll.

27
F. Stress dan Koping Keluarga
29. stressor jangka pendek dan jangka panjang
- stressor jangka pendek : kerusakan rumah akibat banjir dan trauma adanya banjir susulan
- stressor jangka panjang : kekambuhan penyakit magh/gastritis pada Ny.K
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku sedikit cemas karena tidak dapat tenang dan
nyaman beristirahat dirumahnya.meskipun demikian keluarga telah berusaha memperbaiki
rumahnya sehingga layak untuk dihuni dan tetap waspada dengan adanya banjir susulan yang
bisa datang lagi. Untuk stressor jangka panjang keluarga (terutama Ny.K) berusaha mencegah
kekambuhan penyakitnya. Namun terkadang Ny.K tetap mengkonsumsi makanan yang
menjadi pantangannya misalnya makanan pedas dan asam.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Tn.A (kepala keluarga)
TD : 120/70 mmHg
R : 24 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36 0C
KEPALA
- Rambut dan kulit kepala
Inspeksi : rambut lurus, kulit sawo matang
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat
- Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip
- Mulut dan faring
- Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris
LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat
palpitasi, suara mur – mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
ABDOMEN

28
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan
peristaltik usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada kelainan pada jari
tangan dan kaki.
2. Ny.K (Istri)
TD : 120/80 mmHg
R : 26 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36 0C
KEPALA
- Rambut dan kulit kepala
Inspeksi : rambut lurus, kulit putih bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat
- Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip
- Mulut dan faring
- Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris
LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat
palpitasi, suara mur – mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan
peristaltik usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada kelainan pada jari
tangan dan kaki.

29
H. Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan
Keluarga berharap agar mampu memberikan pelayanan yang baik dan tepat pada siapa saja
yang membutuhkan tidak hanya pasien yang di RS tetapi juga warga masyarakat yang
membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan. Jangan membeda-bedakan dalam memberikan
pelayanan antara masyarakat miskin dengan kaya.

I. Pengkajian Fokus
- Hubungan anak terhadap orang tua baik, walau pun sibuk bekerja ibu dan ayah selalu
meluangkan waktu disela- sela pekerjaan untuk pulang kerumah memberi makan dan melihat
keadaan anaknya
- Hubungan anak dengan adiknya sangat baik, selalu bermain bersama meski orang tua
pergi bekerja (saling menjaga satu sama lain)
- Orang tua membentuk jaringan dengan anak dengan cara tiap hari selalu meluangkan
waktu disela-sela pekerjaan menjenguk anaknya dirumah, tetap memberikan kasih sayang,
perhatian kepada seluruh keluarga dan tetap menjaga komunikasi dengan baik.
- Pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tetap terjaga dengan baik kedua orang tua memiliki
tugas sebagai kepala keluarga, isri, ayah dan juga ibu.

J. Analisa Data
SIMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DO: bila lelah dan Ketidak mampuan keluarga untuk Nyeri Akut
makannya tidak teratur mengenal mengenai masalah kesehatan (Ny.K)
Ny.K nampak menahan yang meliputi pengertian, tanda dan
nyeri gejala, factor penyebab yang
DS: pasien mengatakan mempengaruhinya serta persepsi keluarga
bila lelah dan makan terhadap masalah
tidak teratur perutnya
terasa nyeri. Lalu
biasanya cukup minum
obat magh (antasida),
tidak pernah ke dokter
periksa
Skala nyeri : 4 (1-5)

30
DO: keluarga tampak Ketidak mampuan keluarga dalam Sindrom
sering tiduran dan mengambil keputusan mengenai tindakan pasca
berkumpul diruang yang tepat atas kecemasan atau trauma trauma
tamu. yang dirasakan.
DS: keluarga mengaku
masih sedikit cemas dan
keluarga tidak dapat
berada didalam rumah
dengan nyaman dan
tenang. Keluarga tetap
waspada dengan adanya
banjir susulan akibat
cuaca yang tidak
menentu dan tidak
disangka-sangka.

K. Skoring
1. Nyeri akut pada Ny.K pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.

No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 3/3x1 = 3/3 3/3=1 Masalah sudah terjadi
aktual
2 Kemungkinan 1/2x2 = 1 1 Kebiasaan klien yang dapat
masalah dapat mendorong kekambuhan
diubah: akan terulang kembali saat
sebagian klien merasakan dalam
keadaan sehat
3 Potensial 2/3x1 = 2/3 2/3 Sumber-sumber dan
masalah untuk tindakan yang mencegah
dicegah : cukup kekambuhan dapat
dijangkau oleh klien

31
4 Menonjolnya 0/2x1 = 0 0 Kebiasaan dalam mengatasi
masalah: masalah yang sedederhana
masalah tidak menyebabkan masalah tidak
dirasakan dianggap serius oleh klien
dan keluarga
∑ :22/3

2. Sindrom pasca trauma pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat atas kecemasan atau trauma yang
dirasakan.
No. Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: 3/3x1 = 1 1 Masalah actual karena
aktual mekanisme koping
keluarga kurang adekuat
dan stressor sangat
dirasakan keluarga
2 Kemungkinan 1/2x2 = 1 1 Semakin lama, stressor
masalah dapat makin sedikit sehingga
diubah: sebagian trauma dapat diatasi
sebagian.
3 Potensial masalah 2/3x1 = 1 2/3 Penerimaan dan keikhlasan
untuk dicegah: terhadap suatu peristiwa
cukup dapat mengurangi trauma
4 Menonjolnya 2/2x1 = 1 1 Trauma merupakan salah
masalah: masalah satu tanda keadaan
berat, perlu psikologis yang terganggu
penanganan
serius
∑ :32/3

32
L. Prioritas Masalah
1. Sindrom pasca trauma pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat atas kecemasan atau
trauma yang dirasakan
2. Nyeri akut pada Ny.K pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.

M. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.A


N Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi
O Tanggal Umum Khusus
1. Rabu/ Sindrom pasca Setelah 1. Keluarga mampu1. Anjurkan keluarga untuk1. D
22/12/10 trauma pada dilakukan mengenal masalah mengungkapkan apa
keluarga Tn.A tindakan trauma dalam kecemasannya per
berhubungan selama 2 hari keluarga beb
dengan diharapkan 2. Keluarga mampu2. Anjurkan keluarga untuk2. D
ketidakmampuan keluarga memutuskan mengurangi stressor yang me
keluarga dalam mampu tindakan yang menyebabkan kecemasan ma
mengambil mengatasi tepat untuk seperti anjurkan keluarga dan
keputusan sindrom pasca mengatasi untuk tidak berfokus dap
mengenai trauma kecemasan dan terhadap kejadian banjir
tindakan yang trauma yang paling berkesan dan
tepat atas 3. Keluarga mampu merusak harta benda.
kecemasan atau melakukan 3. Anjurkan keluarga untuk
trauma yang tindakan tetap mempertahankan 3. M
dirasakan keperawatan mekanisme koping kel
mencegah trauma keluarga dalam me
yang berlebih menghadapi masalah ber
4. Keluarga mampu4. Anjurkan keluarga untuk
memelihara menjaga hubungan social
lingkungan fisik, dengan tetangga yang 4. K
psikis, dan social memiliki kesamaan psi
untuk senasib dan dap
mempertahankan sepenanggungan, kes

33
derajat kesehatan menjaga keadaan psikis
5. Keluarga mampu dengan mampu menerima
memanfaatkan dengan ikhlas keadaan
sumberdaya yang yang menimpanya.
ada dimasyarakat 5. Anjurkan keluarga untuk
seperti puskesma, meminta bantuan dari
posyandu untuk tega kesehatan dalam
memperoleh upaya mengurangi 5. Pe
pelayanan masalah kesehatan me
kesehatan. sum
dim

2. Rabu/ Nyeri akut pada Setelah 1. Keluarga mampu1. Jelaskan tentang 1. K


22/12/10 Ny.K pada dilakukan mengenal penyakit gastritis, pen
keluarga Tn.A tindakan penyakit gastritis. meliputi: pengertian, pen
berhubungan selama 2 hari 2. Keluarga mampu tanda dan gejala, pen
dengan diharapkan memutuskan penyebab, penanganan pen
ketidakmampuan Ny.K mampu tindakan yang dan pencegahan serta pen
keluarga untuk mengatasi tepat untuk akibat bila penanganan tdk
mengenal masalah nyeri mengatasi tidak tepat atau tdk segera
kesehatan anggota kekambuhan ditangani dengan bahasa
keluarga. Ny.K yang mudah dipahami.
3. Keluarga mampu2. Jelaskan kepada keluarga
melakukan mengenai hal-hal yang 2. K

34
tindakan dapat dilakukan saat me
keperawatan penyakit Ny.K kambuh tep
pencegahan 3. Anjurkan kepada
penyakit Ny.K keluarga untuk membantu
4. Keluarga mampu klien dalam menghindari 3. K
memelihara dan meminimalisasikan sec
lingkungan fisik, segala bentuk makanan me
psikis, dan social dan minuman yang dapat me
sehingga dapat menyebabkan penyakit kes
menunjang Ny.K kambuh
peningkatan 4. Anjurkan kepada
kesehatan Ny.K keluarga untuk tidak
5. Keluarga mampu membiarkan Ny.K
memanfaatkan kecapean dan banyak
sumberdaya yang pikiran.
ada dimasyarakat 5. Anjurkan kepada 4. D
seperti keluarga untuk kel
puskesmas, memeriksakan Ny.K me
psyandu, kartu kepelayanan kesehatan kes
sehat untuk terdekat baik saat kambuh5. Pe
memperoleh maupun tidak untuk dap
pelayanan mengetahui pen
kesehatan bagi perkembangan penyakit dan
Ny.K Ny.K kes

35
N. IMPLEMENTASI
Hari/tgl No. IMPELEMENTASI Ket
Dx
Kamis/ 1 1. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan
23/12/2010 kecemasannya
Hasil : keluarga mengungkapakan kecemasannya
2. Menganjurkan keluarga untuk mengurangi stressor yang
menyebabkan kecemasan seperti anjurkan keluarga untuk
tidak berfokus terhadap kejadian banjir yang paling berkesan
dan merusak harta benda.
Hasil ; keluarga mendengarkan dengan baik apa yang
disrankan, dan ingin mencoba melaksanakan apa yang telah
dingajurkan perawat
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap mempertahankan
mekanisme koping keluarga dalam menghadapi masalah
Hasil : keluarga mendengarkan dengan seksama anjuran
yang diberikan perawat dan ingin memperbaiki koping
keluarganya.
4. Menganjurkan keluarga untuk menjaga hubungan social
dengan tetangga yang memiliki kesamaan senasib dan
sepenanggungan, menjaga keadaan psikis dengan mampu
menerima dengan ikhlas keadaan yang menimpanya.
Hasil : kelurga menjaga hubungan social dengan tetangga
yang memiliki kesamaan senasib dan sepenanggungan,
menjaga keadaan psikis dengan mampu menerima dengan
ikhlas keadaan yang menimpanya, meskipun jarang
berkumpul dan berkomunikasi dengan mereka.
5. Menganjurkan keluarga untuk meminta bantuan dari tenaga
kesehatan dalam upaya mengurangi masalah kesehatan.
Hasil : keluarga menerima saran untuk meminta bantuan
kepada tenaga kesehatan dan keluarga mengatakan akan
melaksanakannya.

36
Kamis/ 2 1. Menjelaskan tentang penyakit gastritis, meliputi:
23/12/2010 pengertian, tanda dan gejala, penyebab, penanganan dan
pencegahan serta akibat bila penanganan tidak tepat atau tdk
segera ditangani dengan bahasa yang mudah dipahami.
Hasil : klien tampak mendengarkan dan dengan seksama dan
klien mengatakan agak mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
2. Menjelaskan kepada keluarga mengenai hal-hal yang dapat
dilakukan saat penyakit ny.x kambuh.
Hasil : klien tampak mengerti dengan penjelasan yang
diberikan perawat, dan klien mengatakan akan melaksanakan
apa yang disarankan.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu klien
dalam menghindari dan meminimalisasikan segala bentuk
makanan dan minuman yang dapat menyebabkan penyakit
Ny.K kambuh
Hasil : keluarga tampak mengerti dan bersedia membantu
klien
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk tidak membiarkan
ny.x kecapean dan banyak pikiran.
Hasil ; keluarga mengatakan akan selalu mengingatkan klien
untuk menjaga kebiasaan dan aktivitas yang menyebabkan
kekambuhan penyakit klien.
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan Ny.K
kepelayanan kesehatan terdekat baik saat kambuh maupun
tidak untuk mengetahui perkembangan penyakit Ny.K
Hasil : keluarga mendengarkan dengan baik dan menerima
saran yang diberikan dan akan mengaplikasikannya.

37
O. EVALUASI
No. Hari/tgl DIAGNOSA EVALUASI

1 sabtu / Sindrom pasca trauma S : keluarga mengatakan kini sudah tidak


25/12/2010 pada keluarga Tn.A secemas hari-hari kemarin karena rumah yang
berhubungan dengan rusak sudah diperbaiki, danada info bahwa
ketidakmampuan akan ada perbaikan selokan dan pembuangan
keluarga dalam air bah oleh pemerintah setempat secepatnya.
mengambil keputusan O : keluarga tampak lebih tenang
mengenai tindakan A : masalah teratasi sebagian (intervensi 1 dan
yang tepat atas 5 = berhasil/ intervensi 2, 3, 2 = belum
kecemasan atau trauma berhasil)
yang dirasakan P: lanjutkan intervensi : 2, 3,dan 4
2 sabtu / Nyeri akut pada Ny.K S : Ny.x mengatakan kini telah memahami
25/12/2010 pada keluarga Tn.A penyakitnya dan apa saja yang perlu dilakukan
berhubungan dengan untuk mencegah kekambuhan dan yang perlu
ketidakmampuan dilakukan saat kambuh
keluarga untuk O : - klien tampak mengangguk saat diberi
mengenal masalah penjelasan
kesehatan anggota - klien mengatakan mengerti dengan
keluarga. penjelasan perawat
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

38
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi, maka kami dapat menyimpulkan bahwa Posbindu
merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri,
khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu,
program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para
orang tua baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia. Dasar
pembentukan Posbindu yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia.
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan
adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya
serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan
usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama
mungkin serta melakukanupaya rujukan bagi yang membutuhkan.

B. Saran
Berdasarkan uraian materi, hendaknya kita sebagai mahasiswa keperawatan yang
kelak akan menjadi perawat harus memiliki pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos
Pembinaan Terpadu (POSBINDU) yang merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan
yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya
serta berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung
profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga
medis yang memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.

39

Anda mungkin juga menyukai