PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan
suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik dan sosial individu
secara optimal, dan selaras dengan perkembangan orang lain (Ernawati,
2010).
Salah satu gangguan hubungan social pada pasien gangguan jiwa adalah
gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran . Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami gangguan
sensori persepsi : halusinasi merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan
asyik dengan pikirannya sendiri.
Halusinasi pada umumnya dialami oleh sebagian besar para penderita
gangguan mental berat misalnya mendengar suara melengking, mendesir,
bising, mungkin juga dalam bentuk kata-kata dan kalimat. Suara itu
dirasakan tertuju pada dirinya sehingga sering penderita terlihat bertengkar
atau berbicara sendiri dengan suara yang didengarnya. Sumber suara dapat
berasal dari bagian tubuhnya sendiri dari sesuatu yang jauh atau dekat
kadang berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan menyuruh-nyuruh
berbuat baik, kadang berhubungan dengan sesuatu yang
mengancam,mencela,memaki dan sebagainya. Sering juga dirasakan sebagai
suruhan yang meyakinkan misalnya menyuruh masuk ke sumur, menyuruh
membunuh dan lain sabagainya
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Rumah Sakit Dr.
Soeharto Heerdjan khusunya Ruangan perkutut sebagian besar pasien
menderita halusinasi. Oleh karena itu maka kami mengganggap dengan
1
seminar ini klien dengan gangguan sensori persepsi Halusinasi dapat
tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
B. Tujuan penulisan
Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan kasus halusinasi
pendengaran pada Tn.W di ruangan KASUARI RSJ DR. Soeharto Heerjan
Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada kasus halusinasi
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada kasus
halusinasi
c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dengan kasus halusinasi.
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan
halusinasi
2
tidak ditangani dapat mengakibatkan resiko halusinasi. Selain itu, Tn.W
memiliki karakteristik kooperatif, mempunyai riwayat gangguan jiwa sejak
2016, memiliki riwayat putus obat. Ketika kelompok pertama kali
melakukan interaksi untuk yang pertama kali dengan klien, klien tidak
langsung terbuka menceritakan masalahnya karena klien sering menyendiri
dan tidak mau diganggu. Asuhan keperawatan pada Tn.W diawali oleh satu
orang mahasiswa yang melakukan pendektan secara intensif sebagai klien
kelolaan. Selanjutnya kelompok mengadakan interaksi secara bergantian
dengan pasien untuk membina hubungan saling percaya. Strategi yang
dilakukan kelompok pada tahap kerja dilakukan oleh satu anggota kelompok
melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pasien . pada tahap evaluasi, melakukan koordinasi antar mahasiswa
terutama dalam rencana tindak lanjut yang akan dating sehingga terjadi
kesinambungan antar anggota kelompok dalam memberikan asuhan
keperawatan komprehensif. Kolaborasi terhadap intervensi yang dilakukan
oleh mahasiswa juga melibatkan perawat di Ruangan Elang 2, khususnya di
pagi hari untuk minggu pertama. Mengingat minggu pertama dan kedua
mahasiswa melakukan implementasi pada pagi hari. Kemudian mahasiswa
melakukan pendukumentasian dan melakukan konsultasi dengan
pembimbing.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
klien mendengarkan suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(kusumawati & hartono, 2010).
Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam
mempersepsikan suara yang didengar klien. Suara biasa
menyenangkan, ancaman, membunuh dan merusak (yosep, 2007).
Berdasarkan pengertian halusinasi pendengaran diatas penulis
menyimpulkan bahwa halusinasi pendengaran adalah kesalahan
mempersepsikan rangsangan yang diterima oleh klien melalui indera
pendengarannya yang sebenarnya rangsangan tersebut tidak ada, tidak
nyata dan tidak dapat dibutuhkan.
Rentang respon
5
dilihat oleh orang lain, halusinasi juga dapat berupa 7 pendengaran berupa
suara dari orang yang mungkin dikenal atau tidak dikenal yang meminta
klien melakukan sesuatu baik secara sadar ataupun tidak.
a) Respon adaptif
1) Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat
diterima akal.
2) Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu
peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
3) Emosi konsisten berupa kemantapan perasaan jiwa sesuai
dengan peristiwa yang pernah dialami.
4) Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang
berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk
gerak atau ucapan yang tidakbertentangan dengan moral.
6
5) Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang
dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat
(Stuart, 2007).
b) Respon transisi
1) Distorsi pikiran berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan
mengambil kesimpulan. Ilusi merupakan persepsi atau
respon yang salah terhadap stimulus sensori.
2) Menarik diriyaitu perilaku menghindar dari orang lain baik
dalam berkomunikasiataupun berhubungan sosial dengan orang-
orang disekitarnya.
3) Reaksi Emosi berupa emosi yang diekspresikan dengan sikap
yang tidak sesuai.
4) Perilaku tidak biasa berupa perilaku aneh yang tidak enak
dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak
kenal orang lain.(Stuart, 2007).
c) Respon maladaptif
1) Gangguan pikiran atau waham berupa keyakinan yang salah
yang secara kokohdipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan denganrealita sosial.
2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi
yang salah terhadaprangsangan.
3) Sulit berespon berupa ketidakmampuan atau menurunnya
kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,
keakraban dan kedekatan.
4) Perilaku disorganisasi berupa ketidakselarasan antara perilaku
dan gerakan yang ditimbulkan.
5) Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam. (Stuart, 2007).
7
b. Jenis – jenis halusinasi
Jenis – jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
1) Halusinasi pendengaran
Yaitu mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas
ataupun yang jelas, dimana terkadang suara – suara tersebut
seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintahkan klien
untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau
bayangan yang rumit dan kompleks.Bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidung
Membau – bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum,
atau bau yang lainnya.Ini sering terjadi pada seseorang pasca
serangan stroke, kejang, atau demensia.
4) Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap seperti darah, urine, feses, atau yang lainnya.
5) Halusinasi perabaan
Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas.
6) Halusinansi cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7) Halusinasi kinestetika
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
(Kusumawati & Hartono, 2010).
8
c. Fase – fase terjadinya halusinasi
Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase.Hal ini
dipengaruhi oleh intensitas keparahan dan respon individu dalam
menanggapi adanya rangsangan dari luar.Menurut (Stuart, 2007)
tahapan halusinasi ada empat tahap. Semakin berat tahapyang diderita
klien, maka akan semakin berat klien mengalami ansietas. Berikut
inimerupakan tingkat intensitas halusinasi yang dibagi dalam empat
fase.
Fase I :
Comforting : Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat
menyenangkan.
Karakteristik:
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas,
kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan
padapenenangan pikiran untuk mengurani ansietas, individu
mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dapat
dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi (Nonpsikotik).
1) Perilaku klien:
a) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c) Gerakan mata yang cepat.
d) Respons verbal yang lamban.
e) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
Fase II :
Complementing : Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi
bersifat menjijikan.
Karakteristik :
Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan menakutkan. Orang
yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin
berusaha untukmenjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan,
9
individu mungkin merasamalu karena pengalaman sensorinya dan
menarik diri dari orang lain(Nonpsikotik).
1) Perilaku klien
a) Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya, peningkatannadi, pernafasan dan tekanan darah.
b) Penyempitan kemampuan konsentrasi.
c) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuanuntuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas.
Fase III :
Controling : Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi
penguasa.
Karakteristik :Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan
pengalamanhalusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.Isi
halusinasi dapatberupa permohonan, individu mungkin mengalami
kesepian jika pengalamansensori tersebut berakhir (Psikotik).
1) Perilaku klien
a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
d) Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
10
a) Perilaku menyerang seperti panik.
b) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh
orang lain.
c) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti
amuk, agitasi, menarik diri, atau katatonik.
d) Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang
kompleks.
3) Pohon Masalah
Resiko Perilku
kekerasan
Effect
Isolasi Sosial
Causa
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.IDENTITAS KLIEN
B. ALASAN MASUK
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Aniaya fisik 15
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
12
Jelaskan No. 1, 2, 3 :Klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
pada tahun 2017 , pengobatan sebelumnya kurang
berhasil, klien putus obat jadi kambuh kembali
halusinasinya, pernah dianiaya bapaknya saat usia 15
tahun.
Masalah Keperawatan :
- Koping keluarga
D.FISIK
S : 37 °C P : 18 X/Menit
2. Ukur : TB : 170cm BB : 60 Kg
13
Jelaskan : klien juga mengatakan tidak memiliki keluhan fisik.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
: Perempuan : Klien
: Menikah X : Meninggal
14
: Keturunan
2. Konsep diri
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin bekerja
dan menghasilkan uang
3. Hubungan Sosial
15
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan tidak
aktif dalam kegiatan
kelompok\masyarakat.
4. Spiritual
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
2. Pembicaraan
16
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai pembicaraan
Jelaskan : saat berkomunikasi klien berbicara cepat dan nada suara keras
3. Aktivitas Motorik:
4. Alam perasaaan
5. Afek
17
Masalah Keperawatan : RPK
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara hantu,yang ingin
membunuh dirinya ,suara itu muncul 2X dalam sehari yaitu pada sore
hari dan malam setelah magrib,klien merasa ketakutan saat mendengar
suara-suara hantu
8. Proses Pikir
18
9. Isi Pikir
Disorientasi/
Jelaskan : Klien sadar bahwa ia berada di rumah sakit dan mengetahui waktu
contohnya sore hari dan malam hari
11. Memori
19
Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi Tidak mampu
berhitung sederhana
Jelaskan : klien mengatakan tidak tau berhitung karena tidak pernah sekolah
sehingga tidak mempunyai sebanyak teman dan tidak pandai bergaul
Jelaskan : klien mengatakan sadar dan mengetahui alasan klien dibawa ke RSJ
1. Makan
2. BAB/BAK
Jelaskan : Pada saat malam dilakukan dengan mandiri begitu pun eliminasinya
3. Mandi
20
4. Berpakaian/berhias
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan Kesehatan
Belanja Ya √ Tidak
21
Transportasi Ya √ Tidak
Lain-lain Ya Tidak
H. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohols
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainya ._________ Lainya ._________
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Klien dirumah tidak bergaul dengan tetangga karena dirinya dari pagi sampai
sore pergi ngamen
22
Klien mengatakan tidak pernah sekolah karena orang tuanya tidakmampu
menyekolahkannya, sehingga membuat dirinya malu untuk bergaul dengan
orang lain
………………………………………………………………………………
Koping obat-obatan
Lainnya : _____________________________________________
XI.Aspek Medik
Terapi Medik :
23
1) Resperidone 2 x 2 mg / ORAL
2) Trihexyphenidil/ ORAL
3) Clozapined 1 X 50 mg/ ORAL
24
K. ANALISA DATA
25
Selasa 10 Ds : ISOLASI SOSIAL
Agustus 2018 - Klien mengatakan tidak
suka bergaul dengan
tetangganya
- Klien mengatakan tidak
banyak teman
Do :
- Klien nampak tidak
berbicara dengan teman
sebayanya
26
L. IMPLEMENTASI
NO Hari / Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal
1. Senin Ds: S:
06-08- - klien memperkenalkan - Klien
18 dirinya mengatakan
Do: senaang saat
- klien mampu berbincang-
memperkenalkan dirinya bincang
- klien nampak - Klien
mengeluarkan tangannya mengatakan
saat berkenalan mendengar
- kontak mata ada suara-suara
hantu,
Hantunya
Tindakan keperawatan ingin
11:00 1. membina hubungan membunuhn
saling percaya d/h ya
klien memperkenalkan - Klien
nama dan menjelaskan mengatakan
keluhannya suara itu
11:15 2. mengidentifikasi jenis muncul
isi waktu,frekwensi kurang lebih
situasi,perasaan d/h 30 menit
klien mampu O:
menjelaskan isi - Klien
halusinasinya nampak
kooperatif
Rencana tindak lanjut` - BHSP baik
1. Mengajarkan sp 1 - Nada suara
(Menghardik) klien keras
27
2. Ajarkan klien - Klien masih
memasukkan dalam terlihat
jadwal kegiatan harian berbicara
sendiri
A: Halusinasi +
P:
- Mengajarka
n sp 1(cara
menghardik)
- Ajarkan
klien
memasukka
n kegiatan
kejadwal
harian
28
No Hari/tanggal Jam Implementasi evaluasi
2 Selasa DS : S:
07-08-2018 - Klien mengatakan - Telah diajarkan
mendengar suara – menghardik
suara hantu yang klien
ingin mengatakan
membunuhnya suara – suara
- Klien mengatakan hantu itu mulai
suara itu muncul berkurang
kurang lebih 30 - Klien
menit mengatakan
DO : senang setelah
- Klien masih terlihat belajar cara
berbicara sendiri menghardik
- Klien nampak O:
mondar mandir - Klien nampak
Diagnosa keperawatan kooperatif
- Gangguan sensorik - BHSP baik
pesepsi : halusinasi - Klien nampak
pendengaran mengontrol
Tindakan keperawatan halusinasi
10:00 1. Mengajarkan dengan cara
tehknik mengontrol menghardik
halusinasi d/h klien A : GSP : Halusinasi
mampu melakukan pendengaran
cara menghardik P:
10:20 2. Mengajarkan klien - Evaluasi sp 1
memasukan dalam - Evaluasi jadwal
jadwal kegiatan kegiatan harian
harian d/h klien - Lanjut sp 2
mengerti cara - Ajarkan klien
29
mengisi kegiatan memasukan
dalam jadwal harian kegiatan
kejadwal harian
30
No Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
3 Rabu Ds : S:
08-08-2018 - Klien mengatakan - Setelah
masih mendengar diajarkan cara
suara-suara hantu bercakap-cakap
yang ingin dengan orang
membunuhnya lain klien
- Klien mengatakan mengatakan
suara itu muncul suara-suara
kurang lebih 30 hantu itu mulai
menit berkurang
Do : - Klien
- Klien masih terlihat mengatakan
berbicara sendiri merasa tenang
- Kliennampak setelah belajar
mondar mandir cara bercakap-
Diagnosa keperawatan cakap dengan
- Gangguan sensorik orang lain
persepsi: halusinasi O:
pendengaran - Klien mampu
Tindakan keperawatan mengontrol
10:05 1. Evaluasi kegiatan Halusinasinya
yang lalu (SP 1) dengan cara
10:25 2. Latih berbicara atau bercakap-cakap
bercakap-cakap dengan orang
dengan orang lain lain
saat halusinasinya O:
muncul - Klien mampu
10:30 3. Masukkan dalam mengontrol
jadwal kegiatan halusinasi
harian dengan cara
31
bercakap-cakap
- Kontak mata ada
A : GSP :halusinasi
pendengaran
P:
- Evaluasi SP 1
dan SP 2
- Evaluasi jadwal
kegiatan harian
- Lanjut SP 3
- Anjurkan klien
memasukkan
kegiatan ke
jadwal harian
32
No Hari/tanggal jam Implementasi Evaluasi
4 Senin Ds : S:
12-08-2018 - Klien - Setelah dianjurkan
mengatakan cara melakukkan
sudah tidak kegiatan agar
mendengar halusinasinya
suara-suara itu tidak muncul,klien
lagi mengatakan sudah
- Klien tidak mendengar
mengatakan suara-suara hantu
perasaan hari ini lagi
senang dan ceria - Klien mengatakan
- Klien merasa senang
mengatakan dan tenang setelah
sudah paham belajar
cara menghardik, melakukkan
dan bercakap- kegiatan
cakap O:
Do : - Klien cukup
- Klien nampak tenang
tenang - Halusinasinya
- Klien sudah bisa terkontrol
bergabung dan A : GSP : halusinasi
berbicara dengan pendengaran
teman-temannya
Diagnosa keperawatan P:
Gangguan sensorik - Evaluasi teknik
persepsi : Halusinasi mengontrol
pendengaran halusinasi SP 1
- Evaluasi teknik
Tindakan keperawatan mengontol SP II
33
11:30 1. Evaluasi - Latih cara
kegiatan yang mengontrol
lalu (SP 1 dan halusinasi SP III
SP II ) (melakukkan
12:00 2. Melatih kegiatan kegiatan)
agar
halusinasinya
tidak muncul
(kegiatan
merapikan
tempat tidur )
12:30 3. Menganjurkan
klien
memasukkan ke
dalam jadwal
kegiatan harian
34
N. Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
35
O. Intervensi Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori
Nama Klien : Tn. W Diagnosa Medis : Halusinasi pendengaran
Ruang : Elang 2 No. RM : 04-14-31
Diagnosa Perencanaan
Tanggal DX keperawatan Intervensi Rasional
pasien Tujuan Kriteria evaluasi
1. Gangguan 1.klien dapat 1.1 ekspresi wajah 1.1.1 bina hubungan Hubungan
persepsi membina hubungan bersahabat,menunjukan rasa saling percaya dengan saling percaya
sensori saling percaya senang, ada kontak mata, mengungkapkan prinsip merupakan
halusinasi mau berjabat tangan, mau komunikasi terapeutik: dasar untuk
menyebutkan nama, mau a. sapa klien dengan kelancaran
menjawab salam, klien mau ramah baik verbal hubungan
duduk berdampingan maupun nonverbal interaksi
dengan perawat, mau b. perkenalkan diri selanjutnya
mengutarakan masalah yang dengan sopan
dihadapi c. tanyakan nama
lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai
klien
36
d.jelaskantujuan
pertemuan
e. jujur dan menepati
janji
f. tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. beri perhatian pada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
37
seolah-olah ada teman halusinasi.
bicara
Mengenal
perilaku pada
2.1.3 bantu klien
saat halusinasi
mengenali
timbul
halusinasinya
memudahkan
a. jika menemukan
perawat dalam
yang sedang halusinasi,
melakukan
tanyakan apakah ada
inetrvensi
suara yang di dengar
b. jika klien menjawab
ada, lanjutkan apa yang Mengenal
di katakan halusinasimemu
c. katakan bahwa ngkinkan klien
perawat percaya klie untuk
mendengar suara itu, menghindarkan
namun perawat sendiri faktor pencetus
tidak mendengarnya timbulnya
(dengan nada halusinasi.
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi).
38
d. katakan bahwa klien
ada juga seperti klien
39
mengungkapkan munculnya
perasaannya. halusinasi
mempermudah
3.1.1 mengidentifikasi tindakan
bersama klien cara keperawatan
tindakan yang di kliennya akan
lakukan jika terjadi di lakukan
3.1 klien dapat menyebutkan halusinasi (tidur, perawat
tindakan yang biasa marah,
dilakukan untuk menyembunyikan diri
Untuk
3. klien dapat mengendalikan dll)
mengindentifika
mengontrol halusinasinya.
si pengaruh
halusinasinya 3.1.2 diskusikan
halusinasi klien
3.2 diskusikan manfaat cara manfaat cara yang di
yang dilakukan klien, jika lakukan klien, jika
bermanfaat beri pujian. bermanfaat beri pujian.
3.1.3diskusikan
3.3 klien dapat memilih cara manfaat cara baru
mengatasi halusinasi seperti untuk memutus atau
yang telah didiskusikan menontrol halusinasi
dengan klien. a. katakn saya “ saya
40
tidak mau dengar Upaya untuk
kamu” (pada saat memutuskan
halusinasi terjadi) siklus
b. menemui orang lain halusinasi
(perawat/teman/anggota sehingga
keluarga)untuk halusinasi tidak
4.1 klien dapat membina bercakap-cakap atau berlanjut
hubungan saling percaya mengatakan halusinasi
dengan perawat. yang terdengar.
c. membuat jadwal
kegiatan sehari-hari Reinforcement
agar halusinasi tidak positif akan
muncul. meningkatkan
4.2 keluarga dapat d.minta harga diri klien.
menyebutkan pengertian, keluarga/teman/perawat
tanda dan kegiatan untuk jika Nampak bicara
Memberikan alt
mengendalikan halusinasi. sendiri.
ernatif pilihan
3.1.4 bantu klien
bagi klien untuk
memilih dan melatih
mengontrol
cara memutus
halusinasi
halusinasi secara
bertahap.
41
4.1.1 anjurkan klien
untuk member tahu
keluarga jika
mengalami halusinasi.
42
dan efek samping obat. anggota keluarga untuk
4. klien dapat memutus halusinasi di
Memotivasi
dukungan dari rumah, beri kegiatan,
dapat
keluarga dalam jangan biarkan sendiri,
meningkatkan
mengontrol makan bersama,
klien untuk
halusinasi 5.2 klien dapat bepergian bersama.
mencoba
mendemonstrasikan d. beri informasi waktu
memilih salah
penggunaan obat secara follow up atau kapan
satu cara
benar. perlu mendapat
mengendalikan
bantuan:halusinasi
halusinasi dan
terkontrol dan
dapat
mencederai orang lain.
meningkatkan
harga diri klien
untuk
mendapatkan
bantuan
keluarga
5.1.1 diskusikan klien
mengontrol
dan keluarga tentang
halusinasi.
dosis, frekuensi
5.3 klien dapat informasi manfaat obat.
tentang efek samping obat
43
Untuk
5.1.2 anjurkan klien
mengetahui
minta sendiri obat pada
pengetahuan
perawat dan merasakan
keluarga dan
manfaatnya.
meningkatkan
kemampuan
pengetahuan
tentang
halusinasi
44
5.5 klien dapat menyebutkan Menilai
5. klien dapat prinsip 5 benar penggunaan kemampuan
memanfaatkan obat obat. klien dalam
dengan baik. pengobatannya
sendiri.
45
5.1.5 bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip benar.
Dengan
menyebutkan
dosis, frekuensi
dan manfaat
obat
Diharapkan
klien
46
melaksanakan
program
pengobatan.
Menilai
kemampuan
klien dalam
pengobatannya
sendiri.
Dengan
mengetahui
efek samping
obat klien akan
tahu apa yang
harus dilakukan
setelah minum
obat.
Program
pengobatan
dapat berjalan
sesuai rencana
47
Dengan
mengetahui
prinsip
penggunaan
obat, maka
kemandirian
klien untuk
pengobatan
dapat
ditingkatkan .
48
P. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
49
kegiatan
harian
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah kelompok melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan masalah utama GSP :
Halusinasi pendengaran diruang KASUARI RSJ Soeharto Heerdjan mulai dari tanggal 07
AGUSTUS – 13 AGUSTUS 2017 kelompok menemukan kesenjangan kesenjangan antara
konsep teoritis dengan studi dilapangan yang dilakukan oleh kelompok, maka dari itu kelompok
akan membahas kesenjangan tersebut. Adapun kesenjangan itu antara lain :
A. Pengkajian
Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan menggunakan format pengkajian
perawatan jiwa yang telah ditetapkan. Data yang dikumpulkan dengan wawancaara
langsung dengan klien dari data catatan keperawatan dan medis ditemukan kesenjangan
antara data data teoritis dengan apa yang didapat dengan kasus dilapangan. Pengumpulan
data yang dilakukan hanya dengan wawancara dengan klien, observasi dan dari
pendokumentasian keperawatan diruangan. Sedangkan data dari keluarga tidak
didapatkan hal tersebut. Dikarenakan selama proses pengkajian keluarga klien tidak
datang menjenguk.
Menurut data teoritis secara umum dari faktor predisposisi diterangkan bahwa Isolasi
Sosial dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor psiologis, biologis, faktor genetik,
faktor sosial budaya, yang pasti mungkin terlihat dalam perkembangan suatu kelainan
psikologis tampak bahwa individu yang berada pada resiko tinggi terhadap kelainan ini
adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama ( orang tua
saudara kandung yang lain ) dan dikeluarga hanya klien yang mengalami gangguan jiwa.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori yaitu GSP : Halusinasi pendengaran :
pada kasus Tn. W kelompok menemukan ada 3 diagnosa keperawatan yaitu :
1.) Resiko Perilaku Kekerasan
2.) GSP : Halusinasi
3.) Isolasi Sosial
51
C. Intervensi
Intervensi adalah sustu rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi permasalahan
yang dialami klien . Berikut adalah intervensi yang dibuat :
1. Bhsp
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
4. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon klien erhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Mengajarkan pasien bercakap cakap dengan orang lain
9. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
10. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat
Dalam proses pelaksanaan kasus ini kelompok tidak melibatkan keluarga karena
selama klien dirawat keluarga jarang berkunjung ke RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap dimana segala intervensi keperawatan dilaksanakan
untuk memenuhi semua kebutuhan klien secara optimal. Kelompok telah melakuakan
asuhan keperawatan sesuai intervensi keperawatan yang telah dibuat sebelumnya yaitu
membina hubungan saling percaya dengan klien , Mengidentifikasi isi halusinasi,
Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi, Mengidentifikasi waktu terjadinya
halusinasi, Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, Mengidentifikasi
respon klien erhadap halusinasi , Mengajarkan pasien menghardik halusinasi,
Mengajarkan pasien bercakap cakap dengan orang lain, Mengajarkan klien mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan aktivitas, Mengajarkan klien mengontrol halusinasi
dengan cara patuh obat.
52
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan yaang setiap kali berinteraksi
menggunakan analisis SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis, Problem ). Semua tindakan
keperawatan dengan GSP : Halusinasi Pendengaran yang dibahas kelompok melalui
srategi pelaksanaan dapat dilaksaakan. membina hubungan saling percaya dengan klien,
Mengidentifikasi isi Halusinasi, Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi,
Mengidentifikas waktu terjadinya halusinasi, Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi, Mengidentifikasi respon klien erhadap halusinasi, Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi, Mengajarkan pasien bercakap cakap dengan orang lain,
Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas, Mengajarkan
klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien Tn.W ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain: kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan
dalam memberikan asuhan keperawatan, pemberian obat yang teratur, serta peran serta
keluarga dalam merawat klien dan kooperatif dengan perawat. Sedangkan hambatan yang
ditemui adalah asuhan keperawatan diberikan tidak secara kontinyu,mengingat tidak
setiap hari selama 2 minggu mahasiswa praktek. Hambatan lain ,keluarga dan klien ingin
segera pulang walaupun klien belum mampu melaksanakan adalah secara mandiri
dengan alasan dana yang terbatas. Perawat dapat memberikan motivasi untuk kontrol dan
meminum obat secara teratur serta melanjutkan perawatan di rumah sesuai dengan
kemampuan keluarga.
B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah asuhan keperawatan ini masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga penulis membutuhkan kritik dan masukan demi
meningkatkan perbaikan dalam penulisan makalah yang akan datang.
54
DAFTAR PUSTAKA
Stuart dan Sundeen, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Depkes RI
55