Askep Kwa Buling
Askep Kwa Buling
Kwashiorkor adalah sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan
masukan kalori tidak cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat
menimbulkan tanda dan gejala seperti tinggi dan berat bedan tidak sesuai dengan
anak seusianya dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik. Walaupun
penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak akan
pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik
(Behrman et all, 2000).
ASKEP
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa
medis, alamat. Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun, namun
dapat pula terjadi pada bayi.
b. Tahap Intranatal:
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi mungkin dapat lahir dengan
berat badan rendah, dan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga kwarshiorkor
dapat timbul saat bayi.
5. Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat mengalami cemas dikarenakan
penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
7. Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi protein.
Ana juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang
diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti Ferum,
vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan
mata.
8. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
a) Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn pertumubuhan
akibat defisiensi protein dan gangguan penglihatan
b) Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun akibat keterbelakangan
pertumbuhan dan perkembangan
c) Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan
nutrisi sehingga intake nutrisi semakin berkurang.
Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,
adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face
dari akibat terjadinya edema. Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan
rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan
anak menjadi pasif.
b. Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal usianya. LLA (Lingkar
Lengan Atas) <14cm
c. Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah terus-menerus, tidak mampu
berjalan dengan baik.
e. Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
f. Sistem kardiovaskular
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipomagnesemia.
g. Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut
tanpa rasa sakit, warna menjadi kemerahan. Pada penderita kwashiorkor lanjut,
rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
h. Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit.
Perubahan kulit lain pun dapat ditemui, seperti kulit yang keringdengan garis kulit
yang mendalam. Kadang-kadang pada kasus yang sangat lanjut ditemui petehia tanpa
trombositopenia dengan prognosis yang buruk bagi si penderita.
i. Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
j. Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan.
k. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia,
gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
Masalah Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Gangguan integritas kulit
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko Infeksi
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan Kwashiorkor
2. Untuk mengetahui masalah yang muncul pada Kwashiorkor
3. Untuk mengetahui tindakan apa yang dilakukan pada masalah keperawatan
Kwashiorkor
Skala
1: Deviasi berat dari kisaran
normal
2: Deviasi yang cukup besar
dari kisaran normal
3: Deviasi sedang dari kisaran
normal
4: Deviasi ringan dari kisaran
normal
5: Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Skala
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
kisaran normal
2. Deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Skala
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
Domain 4 1. Toleransi Terhadap 1. Bantuan Perawatan Diri
Kelas 4 Aktifitas Definisi:
Intoleran Aktifitas Definisi: Respon fisiologis Membantu orang lain untuk
Definisi : terhadap pergerakan yang melakukan aktifitas sehari-hari
Ketidakcukupan energi memerlukan energi dalam
psikologis atau fisiologis untuk aktifitas sehari-hari Aktifitas-Aktifitas
mempertahankan atau - Pertimbangkan budaya
menyelesaikan aktifitas Setelah dilakukan tindakan pasien ketika
kehidupan sehari-hari yang keperawatan, diharapkan menungkatkan aktifitas
harus atau yang ingin dilakukan Toleransi Terhadap Aktifitas perawatan diri
mencapai kriteria hasil dengan - Pertimbangkan usia pasien
Batasan Karakteristik indicator ketika meningkatkan
-ketidaknyamanan setelah Saturasi oksigen (5) aktifitas perawatan diri
beraktifitas Kemudahan bernafas ketika - Monitor kemampuan
-keletihan beraktifitas (5) perawatan diri secara
-kelemahan umum mandiri
Skala - Monitor kebutuhan pasien
Faktor yang berhubungan 1: Deviasi berat dari kisaran terkait dengan alat-alat
-ketidakseimbangan antara normal kebersihan diri, alat bantu
suplai dan kebutuhan oksigen 2: Deviasi yang cukup besar untuk berpakaian,
-imobilitas dari kisaran normal berdandan, eliminasi dan
-fisik tidak bugar 3: Deviasi sedang dari kisaran makan
normal - Ciptakan rutinitas aktifitas
4: Deviasi ringan dari kisaran perawatan diri
normal
5: Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Skala
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
Domain 11 1. Status Imunitas 1. Manajemen
Kelas 1 Definisi: Resistensi alami yang Imunisasi/Vaksinasi
Risiko Infeksi diperoleh dan tepat sasaran Definisi: memonitor status
Definisi : terhadap antigen internal dan imunisasi, memfasilitasi akses
Rentan mengalami invasi dan eksternal untuk imunisasi dan
multiplikasi organisme menyediakan imunisasi untuk
patogenik yang dapat Setelah dilakukan tindakan mencegah penyakit menular
mengganggu kesehatan keperawatan, diharapkan Risiko - Aktifitas-Aktifitas
Infeksi mencapai kriteria hasil - Ajarkan pada orang tua
Faktor Resiko dengan indicator imunisasi yang
-Vaksinasi tidak adekuat Imunitas saat ini (5) direkomendasikan bagi
-Kurang pengetahuan untuk Integritas kulit (5) anak, cara
menghindari pemajanan Skrinning untuk infeksi saat imunisasinya, alasan
patogen ini dan kegunaan dari
imunisasi, efek
Skala samping dan reaksi
1: Deviasi berat dari kisaran yang mungkin terjadi
normal (misalnya hepatitis B,
2: Deviasi yang cukup besar tetanus, polio, campak,
dari kisaran normal rubella)
3: Deviasi sedang dari kisaran - Sediakan dan perbarui
normal catatan terkait tanggal
4: Deviasi ringan dari kisaran dan tipe imunisasi
normal - Catat riwayat kesehatan
5: Tidak ada deviasi dari pasien dan riwayat
kisaran normal alergi
- Ingatkan
Skala individu/keluarga
1: berat ketika imunisasinya
2: cukup berat ada yang tertinggal
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Behrman, et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 1. E/15. Alih bahasa oleh
Wahab. Jakarta: EGC.
Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan
Manajemen. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.