Anda di halaman 1dari 13

Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

JURNAL KOMUNITAS
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas

ANALISIS LABELLING PEREMPUAN DENGAN TEORI FEMINISME


PSIKOANALISIS: STUDI KASUS MAJALAH REMAJA OLGA!

Muashomah 

SMA Cokroaminoto Brebes, Jawa Tengah, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Labelling perempuan dalam majalah remaja merupakan salah satu tindakan media
Diterima Juni 2010 yang merugikan perempuan. Dalam tulisan ini, penulis mengkaji label-label
Disetujui Juli 2010 perempuan, bentuk labelling, analisis teori feminisme psikoanalisis terhadap labelling
Dipublikasikan September
untuk perempuan dalam majalah remaja. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
2010
metode semiotik dan penelitian dilakukan terhadap majalah Olga. Hasil penelitian
Keywords: menunjukkan bahwa praktek pelabelan terhadap perempuan yang dilakukan oleh
Labelling; majalah remaja ditujukan untuk remaja perempuan dilakukan dengan empat kode
Psychoanalisist feminism; yaitu tubuh seksi dan wajah cantik, pentingnya penampilan bagi perempuan, kondisi
Teenager magazine; psikologis perempuan yang labil, dan peran domestik perempuan. Label-label
Women. ini dapat membentuk persepsi masyarakat tentang perempuan dan mengandung
konsekuensi pengharapan kepada perempuan. Penelitian ini menguatkan lagi tesis
bahwa perempuan sering menjadi objek pelabelan. Label-label ini berasal dari
kehidupan sosial perempuan dan diinternalisasi oleh perempuan.

Abstract
Labelling in woman in teenagers magazine is one of the mass media strategy that can harm
woman. Even though women normally do not recognize it. The purpose of this research is to
describe the labelling practices in media analysed with the psychoanalysis feminism theory.
The research method used is semiotics and the research is conducted on Olga! maganize.
Result from the research shows that the labelling targets teenagers through four labelling codes:
sexy body and beautiful face; the importance physical performance for women; unconsistent
psycological condition; and domestic role of women. This label constructs society perception
on woman. The study strengthen a thesis that woman tends to be a labelling object. These
labels are developped from women’s social life and are internalized by women.

© 2010 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2086-5465
SMA Cokroaminoto Brebes, Jawa Tengah Indonesia
E-mail: muashomah@yahoo.co.id
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

PENDAHULUAN yang seringkali menjadi bahan pengkajian


media dan feminisme adalah eksploitasi
Perempuan menjadi bagian yang tak fisik. Sebagai contoh, tampilan iklan dan
terpisahkan dalam media. Secara garis besar pengambilan sudut pandang dalam meliput
keberadaan perempuan terbagi menjadi dua kekerasan, baik perempuan yang menjadi
macam. Pertama, objek pemuasan hasrat dan objek atau subjek kekerasan. Penjulukan
imaji seksual laki-laki dengan menempatkan atau labeling yang dilakukan media masih
gambar-gambar (foto) perempuan. Terutama sering diabaikan oleh pengkaji media dan
dengan pose-pose eksploitatif sebagai gender. Padahal, tindakan yang dilakukan
ilustrasi di media, baik rubrik-rubrik media ini memiliki dampak yang sama, yaitu
jurnalistik maupun rubrik-rubrik komersial melanggengkan marjinalisasi perempuan
seperti iklan. Kedua, objek penekanan secara pada masyarakat. Selain itu, proses pelabelan
psikologis. Proses penekanan ini dilakukan dapat memicu terjadinya kekerasan terhadap
dengan menetapkan label-label tertentu pada perempuan yang dilakukan oleh masyarakat
perempuan atau berusaha melanggengkan patriarki. Jenis tindakan ini bukan hanya
stereotip-stereotip yang selama ini memang dilakukan oleh media-media umum, tetapi
dilekatkan pada perempuan oleh masyarakat. juga oleh media-media khusus perempuan.
Bentuk penekanan psikologis membuat Majalah remaja Olga! merupakan
perempuan berpotensi mengalami tekanan salah satu majalah remaja perempuan di
secara psikologis dari diri sendiri, berupa Semarang yang berisi tentang fashion dan
rasa minder dan tidak berharga dalam gaya hidup remaja putri. tentang selebritis
masyarakat. dan isu-isu yang berkaitan dengan selebritis
Reformasi memililiki dua dampak lokal dan internasional. Majalah Olga!
dalam kehidupan sosial kita. Di satu sisi, memiliki segmentasi pasar yang sangat
reformasi memberi informasi sebebas- potensial karena Semarang merupakan
bebasnya, disisi lain, perspektif media dalam salah satu kota besar di Indonesia yang
mengangkat persoalan perempuan masih perkembangan gaya hidup remajanya
sangat bias (Amirudin,2010). Mengkaji masih mengikuti perkembangan mode
tentang isi media, Gans & Gitlin dalam remaja-remaja ibu kota. Semarang sendiri
Shoemaker (1996:6-7) mengelompokkan menjadi panutan gaya hidup bagi remaja
pendekatan teoritis sebagai berikut: (1) Isi di kota-kota satelit sekitarnya seperti Sala
media merefleksikan realitas sosial dengan Tiga, Ambarawa, dan Temanggung, yang
sedikit atau tanpa distorsi; (2) Isi media juga merupakan target pemasaran majalah
dipangaruhi oleh sosialisasi dan sikap para remaja Olga!. Konsekuensi logis yang
pekerja media, se-perti faktor psikologis, harus ditanggung oleh remaja di Semarang
profesionalitas, personalitas, sikap politik dan adalah menjadi sosok ideal remaja putri
ke-mahirannya; (3) Isi media dipengaruhi kota-kota satelit. Idealisasi individu-individu
oleh rutinitas media, pendekatan rutinitas atau sekelompok masyarakat oleh anggota
organisa-si menjelaskan bahwa isi media masyarakat lain dapat membentuk persepsi
itu dipengaruhi oleh cara cara dimana pa-ra yang dapat mempengaruhi pikiran atau ide,
pekerja media dalam organisasi itu bekerja; tindakan sosialnya, serta pembuatan atau
(4) Isi media dipengaruhi oleh institusi dan pemakaian atribut-atribut budaya populer
kekuatan kekuatan lain seperti kekuatan sebagaimana dicontohkan sosok ideal itu.
ekonomi, budaya dan kemauan audiens; Proses pemberian label terhadap
(5) Isi media dipengaruhi oleh fungsi posisi perempuan sudah menjadi tradisi dalam
ideologi dan kekuatan status quo. Hegemoni masyarakat patriarki yang kapitalis, baik
adalah pendekatan teoritis yang menjelaskan secara langsung atau melalui media massa
bahwa isi media itu dipengaruhi oleh ideologi seperti majalah remaja Olga!. Pemberian label
yang tumbuh penuh kekuatan dalam suatu melalui media ini merupakan suatu bentuk
masyarakat (Arifin,2007). usaha pelanggengan budaya dengan cara
Posisi perempuan dalam media internalisasi nilai-nilai kepada konsumen

144
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

media. Proses pengukuhan norma-norma mini. Dalam masyarakat juga beredar


yang membatasi gerak perempuan dan tentang stigma janda atau perempuan ‘genit’
akhirnya perempuan menganggap bahwa sebagai penggoda di satu sisi dan istri yang
label itu memang bagian dari takdir. Hal tidak dapat memuaskan suami di sisi lain,
ini, menurut beberapa teori feminisme jika terjadi upaya perselingkuhan.
psikoanalisis dipengaruhi oleh penggunaan Bahasa-bahasa yang digunakan dalam
bahasa dalam media serta konteks budaya media massa yang mencerminkan dominasi
yang melatarbelakanginya. Oleh sebab itu, kekuatan patriarki adalah pengungkapan
penting untuk mengkaji labeling perempuan kata-kata seperti cantik ideal yang
yang ada dalam majalah Olga! dengan divisualisasikan dengan gambar perempuan
menggunakan teori feminisme psikoanalisis. bertubuh langsing dan tinggi, serta berkulit
Citra, peran dan status sebagai putih. Kata-kata opresif semacam itu telah
perempuan, telah diciptakan oleh budaya membuat banyak perempuan terpengaruh,
(Hermawati,2007). Media massa tidak luput terbukti sekelompok perempuan rela
dari penggunaan citra, peran dan status mengeluarkan banyak uang untuk
perempuan untuk memasukkan nilai-nilai mendapatkan perawatan agar mendapatkan
patriarkal, seperti menyosialisasikan bentuk tubuh ideal.
tubuh ideal perempuan yang bersumber Labelling dalam kajian semiotik,
pada pertimbangan dapat memuaskan hasrat memiliki makna dan mengakibatkan dampak
seksual laki-laki dalam imajinasi mereka. sama dengan konstruksi gender dalam
Selain itu media juga sering menempatkan wacana kesetaraan gender yang selama
gambar-gambar perempuan dengan pose ini berkembang luas. Konstruksi gender
eksploitatif dengan tujuan yang sama. mengakibatkan perempuan lekat dengan
Penetapan bentuk-bentuk tubuh ideal stereotip-stereotip tertentu (Amriruddin,
perempuan, dalam media dipraktekkan 2010; Arifin, 2007; Bahtar 2006; Barker
melalui proses seleksi model yang akan 2005; Bernard 2005; Hariyanto, 2009;
ditampilkan. Proses ini bertujuan memilih Herwawati, 2007; Yusuf, 2009). Stereotip
perempuan dengan tipe-tipe tubuh tertentu yang berkembang dalam masyarakat selama
yang dapat merepesentasikan keinginan ini cenderung merugikan perempuan dan
penyeleksi. Keinginan-keinginan itu, dalam menghambat langkah-langkah perempuan
konteks hubungan laki-laki dan perempuan, dalam kehidupan sosial.
selain bersumber pada keinginan legitimasi Ironisnya, konstruksi yang selama
kekuasaan, juga pada hasrat. Sehingga tidak ini ingin dihilangkan oleh perempuan,
mengherankan apabila saat ini di media justru semakin dikukuhkan oleh media.
banyak bintang-bintang sinetron dan iklan Pengukuhan stereotip perempuan seringkali
berwajah indo. menjadi tema-tema yang menarik dalam
Selama ini, dalam tradisi kajian-kajian media umum atau media yang dikhususkan
feminisme yang dilakukan pada media untuk perempuan. Suatu stereotip, menurut
adalah eksploitasi fisik perempuan, biasanya Barker (2005: 328) mereduksi seseorang
dalam tampilan-tampilan iklan. Sebenarnya, menjadi sekumpulan ciri, sifat yang
ada jenis eksploitasi lain yang lebih dibesar-besarkan dan biasanya negatif.
membahayakan perempuan, yaitu tekanan Stereotip mereduksi, mengalamiahkan, dan
secara psikologis. Dalam media massa, hal menetapkan ‘perbedaan’ melalui bekerjanya
ini biasa dilakukan dengan cara menerapkan kekuasaan, suatu stereotip menjadi penanda
label-label tertentu pada perempuan yang batas-batas antara apa yang ‘normal’ dengan
biasa disebut dengan istilah Labelling. golongan ‘yang dihina’, antara ‘kita’ dan
Labelling perempuan yang seringkali ‘mereka’.
muncul dalam pemberitaan media adalah Pemberian stereotip kepada anggota
terkait dengan objektifikasi atau justru masyarakat tertentu biasanya merupakan
subjektifikasi yang tidak adil, seperti pengaitan konvensi sosial. Stereotip diberikan
antara pemerkosaan dan penggunaan rok berdasarkan harapan atau bahkan perintah

145
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

masyarakat agar objek yang diberi stereotip Masyarakat menyosialisasikan nilai-nilai


dapat mewujudkan harapan atau perintah yang harus dipatuhi oleh anggotanya melalui
tersebut. Stereotip-stereotip yang sudah beragam cara. Internalisasi dan sosialisasi
diberikan kepada anggota masyarakat yang dilakukan dalam sebuah komunitas
biasanya didasarkan pada sesuatu yang ditujukan untuk membentuk kepribadian
alamiah sehingga objek menganggap anggotanya sesuai harapan masyarakat.
bahwa hal itu merupakan takdir dan tidak Strinati (2004; 228) berpendapat
bisa diubah. Dalam masyarakat, laki- bahwa perpaduan analisis feminis dengan
laki dan perempuan tidak terlepas dari teori psikoanalisis, bertujuan menganalisis
proses pemberian stereotip. Tetapi konteks bagaimana dan mengapa laki-laki
masyarakat patriarki memberikan stereotip memandang representasi perempuan di
pada kedua jenis kelamin dengan asumsi dalam budaya populer masa kini, serta
oposisi biner. Sebagai contoh, laki-laki kuat berbagai implikasinya bagi kekuasaan yang
dan perempuan lemah, laki-laki rasional dan dimiliki laki-laki atas perempuan.
perempuan irasional. Secara umum, feminisme psikoanalisis
Beberapa media perempuan termasuk dalam gerakan sosial perempuan.
mengukuhkan stereotip-stereotip itu Asumsi utama pemikiran feminisme
dengan menentukan rubrik-rubrik yang psikoanalisis adalah, telah terjadi
ditampilkan, menggunakan sebutan- ketidakadilan dan relasi yang tidak seimbang
sebutan perempuan yang sudah ada dalam antara laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat, menampilkan cara-cara yang masyarakat. Aktivis feminisme jenis ini
dapat ditempuh untuk melakukan tugas kemudian menggunakan kerangka pikir teori
perempuan yang sudah dikonstruksikan psikoanalisis Freud guna mencari sumber
masyarakat, baik dalam hubungan sesama masalah ketidakseimbangan ini dalam
perempuan maupun relasi gender dengan masyarakat dan budaya.
laki-laki. Hal ini menyebabkan masyarakat Dalam proses pembentukan
sangat sulit mengubah persepsi tentang kepribadian, teori psikoanalisis
perempuan karena peran-peran perempuan menempatkan masyarakat menjadi salah
terus menerus disosialisasikan melalui media satu sumber pembentuk tindakan-tindakan
disertai contoh-contoh menarik sosial, termasuk membentuk persepsi-
Melalui proses sosialisai, anak-anak persepsi terhadap diri sendiri dan masyarakat.
belajar tentang menjadi anggota masyarakat Pembentukan persepsi ini terjadi melalui
sekitarnya, meski itu melalui tahapan- proses internalisasi dan sosialisasi yang
tahapan berlapis dari mulai satuan terkecil melibatkan pola pengasuhan anak dalam
dalam masyarakat seperti keluarga, anak- sebuah komunitas. Anak-anak dalam sebuah
anak harus menyesuaikan diri dengan cara pola asuh dibentuk dan diarahkan oleh
mematuhi norma-norma yang ada dalam pengasuhnya, untuk menjadi dan mematuhi
masyarakat itu. norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.
Dalam proses ini, anak-anak belajar Kekhasan feminisme psikoanalisis
dengan mengamati katEgori-katEgori adalah pandangannya bahwa sistem patriarki
anggota masyarakat dengan strukturnya adalah sebuah sistem dimana seluruh laki-
yang rumit. Anak-anak belajar dengan laki dalam tindakan sehari-hari dengan
mengamati bagaimana interaksi berlangsung penuh semangat terus menerus mencipta
dalam masyarakatnya, juga tentang dan melestarikan sistem. Perempuan hanya
peran sosial, hak serta kewajiban sebagai kadang-kadang menentang. Namun jauh
konsekuensi logis pemberian status itu pada lebih sering menyetujui penindasan itu
anggota masyarakat lain. tanpa bantahan atau secara aktif berperan.
Proses sosialisasi dapat membuat Hal ini disebabkan oleh posisi subordinasi
anak-anak menganggap bahwa nilai- perempuan. Menurut teoritisi feminisme
nilai yang ditanamkan oleh masyarakat psikoanalisis, ada dua kemungkinan
bersifat mutlak dan tidak boleh dibantah. penjelasan mengenai dominasi laki-laki atas

146
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

perempuan. Yaitu, rasa takut pada kematian super ego dibentuk melalui internalisasi,
dan lingkungan sosioemosional tempat artinya larangan-larangan atau perintah-
terbentuknya kepribadian anak muda (Ritzer perintah yang berasal dari luar diolah
dan Goodman, 2004: 428). sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar
Menempati posisi subordinat dalam dari dalam. Hal ini menjelaskan bagaimana
masyarakat, perempuan hidup dengan segala sebagian perempuan yang merasa bahwa
norma dan nilai yang telah diproduksi laki- tampil dan merawat tubuh untuk memikat
laki sebagai anggota masyarakat dominan pasangan (laki-laki) adalah kewajaran dan
dan dikonsensus masyarakatnya sebagai bagian dari takdir perempuan.
objek. Konsekuensi objektivasi ini adalah Narsisisme juga menjadi bidang kajian
perempuan tidak dapat mengubah pola feminisme psikoanalisis, sesuai dengan teori
kehidupan. Pada beberapa kasus, perempuan dasar psikoanalisis Freud. Brooks (1997:327)
juga tidak ingin mengubah pola-pola itu. mengungkapkan bahwa dalam teori
Walaupun perempuan ingin mengubahnya psikoanalisis, narsisisme bermakna cinta yang
konflik sosial dan emosional akan terjadi. ekstrim menghadapi diri sendiri. Narsisisme
Kawasan psikologis manusia, dalam primer, dimana energi seksual ditujukan ke
teori psikoanalisis yang kemudian diadopsi arah diri sendiri, merupakan karakteristik
oleh teoritisi feminisme psikoanalisis dan tahap-tahap perkembangan psikoseksual
beberapa sosiolog mazhab Chicago seperti pragenital, sementara narsisisme sekunder
George Herbert Mead dan Talcott Parsons menunjuk kearah perasaan harga diri yang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu id, Ego dan dialami ketika Ego mengidentifikasikan diri
super ego. Meski begitu, yang akan dibahas dengan gagasan tentang super ego.
lebih lanjut adalah konsep mengenai super
ego. Karena hal ini yang paling dekat dengan METODE PENELITIAN
kajian kemasyarakatan.
Dalam tahapan awal penciptaan Analisis media adalah bagian dari
super ego, anak dikenalkan dengan sistem penelitian ilmu sosial. Sebuah metode
imbalan dan hukuman. Perkenalan anak untuk mengetahui seluk-beluk media secara
dengan sistem ini tidak hanya dilakukan lebih mendalam. Analisis media dapat
melalui pemberian pujian atau ancaman dikatEgorikan menjadi beberapa macam,
yang berkaitan dengan semua hal bersifat seperti analisis isi, analisis narasi, dan
material. Tetapi juga dengan menggunakan analisis semiotika. Kedudukan perempuan
ajaran agama yang berkaitan dengan dalam dunia media massa bisa dilihat melalui
dosa dan pahala, neraka dan surga. Hal metode semiotic yang berusaha memaknai
ini membentuk kesadaran dan imajinasi simbol feminitas. Simbol dan makna
dalam diri anak-anak untuk mematuhi kemudian menjadi dua elemen penting
semua yang diinginkan orangtua dengan dalam melihat bagaimana relasi perempuan
mengharap imbalan dari orangtua. Harapan dengan media massa (Yusuf, 2004).
anak-anak dalam fase ini masih tidak jauh Metode analisis yang digunakan dalam
dari kesenangan masa kanak-kanak seperti penelitian ini adalah analisis semiotika. Fiske
pemberian permen, uang saku lebih, baju (1990: 60) mengatakan bahwa semiotika
baru, dan lain-lain. memiliki tiga bidang studi utama, yaitu:
Fase pembentukan diri anak yang Tanda, yaitu konstruksi manusia dan hanya
direkayasa oleh masyarakat, baik keluarga bisa dipahami dalam artian manusia yang
maupun masyarakat sekitarnya ini menggunakannya, Kode atau sistem yang
merupakan proses. Anak belum menjadi diri mengorganisasikan tanda, dan Kebudayaan
yang sepenuhnya disadari. Melainkan diri tempat kode dan tanda bekerja. Semiotika
yang merupakan cerminan dari keinginan memecah-mecah kandungan teks menjadi
orangtua dan masyarakat sekitar. Inilah bagian-bagian, dan menghubungkan mereka
bentuk identifikasi anak dengan masyarakat. dengan wacana-wacana yang lebih luas.
Menurut Freud (Bertens, 2006: 33) Sebuah analisis semiotik menyediakan
147
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

cara menghubungkan teks tertentu dengan aku ya?; (3) Opini redaksi, Tips memilih
sistem pesan tempat ia beroperasi. Tahapan Baju renang sesuai bentuk tubuh, dalam
yang dilakukan dalam menganalisis Olga! teks: Perempuan berdada kecil dianjurkan
dengan menggunakan metode semiotika: memilih baju renagn yang membantu
menentukan objek analisis, mengumpulkan menambah volume di dada, Perempuan
teks, menafsirkan teks-teks yang ada dalam berdada besar dianjurkan memilih baju
Olga!, menjelaskan kode-kode kultural renang yang menunjang dada, Perempuan
tentang perempuan yang ada dalam berkaki pendek dianjurkan memilih baju
masyararakat, dan membuat Kesimpulan. renang yang dapat membuat ilusi kaki yang
lebih panjang, Perempuan tak berpinggang
HASIL DAN PEMBAHASAN dianjurkan memilih baju renang yang dapat
membuat siluet pinggang agar terlihat lebih
Keterlibatan wanita di media massa curry, Perempuan berpantat besar dianjurkan
sangat memprihatinkan, khususnya yang memilih baju renang yang dapat menutup
berkaitan dengan mode dan hiburan permukaan pantat, Perempuan betubuh
(fashion and fun) (Bahtar,2006). Begitu atletis dianjurkan memilih baju renang yang
juga isi dari majalah remaja Olga! Di mana memiliki warna pink dan detail feminin
substansinya terbagi menjadi empat bagian seprti tali dan pita-pita; (4) Opini redaksi
yaitu iklan, artikel, hasil wawancara dan bahwa rambut lurus dan indah memang
opini. Sedangkan berdasarkan tema, Olga! membanggakan; (5) Opini redaksi berupa
terdiri dari tiga tema, yaitu tema utama, kata-kata dari perancang busana yang jadi
fashion, dan selebritis. Dalam enam edisi konsultan penampilan. Dada besar adalah
majalah remaja Olga yang diteliti, terdapat anugerah karena sexy; (6) Opini redaksi yang
beberapa label perempuan ditemukan dan menyebut Katherine McPhee sebagai ’cewek
yang dapat dikatEgorikan dalam empat seksi dan cantik.
kode. Kode-kode tersebut tersebar dalam Selain tubuh seksi yang dikategorikan
ketiga bagian utama penyusun Olga! yaitu berdasarkan pemuasan hasrat memandang
iklan, hasil wawancara, dan opini. Pertama, laki-laki, kode tentang wajah cantik juga
kode tentang tubuh seksi dan wajah cantik. terdapat dalam majalah remaja Olga!
Tubuh seksi yang ada dalam teks majalah beberapa nama artis, baik dari dalam
remaja Olga! dideskripsikan dengan bentuk maupun luar negeri menjadi standar dalam
tubuh perempuan sebagai satu kesatuan yang memberikan label cantik. Contohnya,
utuh serta bagian-bagian tubuh berdasarkan kata-kata hasil wawancara dengan band
ukuran atau kondisi tertentu. Dalam Goodnight Electric sebagai berikut, “Bintang
konteks budaya patriarki, seksi adalah dapat film paling cakep lah kayak Mariana
membangkitkan gairah seksual laki-laki Renata, Bunga Citra Lestari, Ayushita,
secara imajinatif dan praktek scopofilia. Asmirandah, Joanna Alexandra.” Kata-
Label-label perempuan dalam bentuk opini kata ini diungkapkan sebagai jawaban atas
majalah remaja Olga! yang termasuk dalam pertanyaan “Kalian kalau liburan pengen
kode ini, adalah: (1) Opini redaksi berbentuk ngajak siapa?” Sejumlah empat dari lima
teks yang mengatEgorikan bibir Angelina nama artis yang disebutkan itu memiliki
Jolie dalam rubrik Cliks sebagai bibir yang wajah indo dengan ciri-ciri tubuh hampir
seksi; (2) Opini pembaca melalui surat sama yaitu, berambut panjang, berkulit
konsultasi. Kelemahanku itu perut yang putih, berpostur tubuh tinggi dan berhidung
gendut dan tulang leher agak menonjol; (3) mancung.
Opini pembaca: Dear Olga! Aku kan sering Dalam iklan terdapat juga label-label
banget main basket, bagaimana caranya biar perempuan tentang tubuh seksi dan wajah
wajahku nggak rusak dan nggak timbul bercak- cantik seperti, gambar yang ada dalam
bercak? Apalagi besoknya aku sekolah, pasti iklan dengan bagian-bagian tubuh terbuka.
wajahku kelihatan ancur dan hitam. Apa Tubuh seksi ini dianggap sebagai kelebihan
kosmetik dan perawatan yang cocok buat sedangkan tubuh atau bagian-bagian tubuh

148
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

perempuan yang tidak seksi dianggap sebagai nggak pernah kontak sama sekali dengan
kekurangan dan harus ditutupi. pacarmu. No contact, dengan santainya, dia
Kedua, Kode tentang pentingnya berlibur tanpa pernah menghubungi kamu.
penampilan bagi perempuan. Perempuan Dan parahnya lagi, tiap kamu hubungi juga
dalam masyarakat patriarki adalah pihak nggak pernah bisa. Kayaknya dia terlalu
yang pasif, terutama dalam konteks asyik sendiri sama liburannya, deh! Sampai-
hubungan dengan laki-laki dan oleh karena sampai....nggak ingat sama kamu. Dan
itu, perempuan harus pandai memikat laki- kemungkinan...ada yang lebih menarik di
laki jika ingin mendapat pasangan (Bernard, tempat liburan itu dibanding kamu. Niat,
2005; xiv). Asumsi inilah yang mendasari yap! Dari awal dia udah niat banget pengen
pentingnya penampilan luar perempuan liburan sendiri aja. Curiga kan? Padahal
dalam kehidupan sehari-hari. Kode tentang kamu udah ngajak dia buat liburan bareng,
penampilan ini, dalam majalah remaja ngerayu mati-matian, dan yang pasti tempat
Olga! direpresentasikan dengan kata-kata yang kamu tawarkan adalah tempat liburan
seperti: (1) ‘Walaupun sedang berlibur, favorit dia. Ada magneto yang kamu curigai
tampil maksimal juga penting.’ Maksud dari bikin dia tertarik dengan tempat yang dia
penggunaan kalimat ini oleh redaksi adalah tuju. Cemas, deh!. Girls around him, dia
menanamkan dalam kesadaran perempuan ngebet banget pengen berlibur ke tempat-
bahwa penampilan luar merupakan hal tempat yang punya potensi besar diserbu
terpenting; (2) Tentang cara menjalani banyak cewek-cewek keren. Jealous pasti jadi
liburan secara aman dan nyaman. Namanya faktor utama kekhawatiranmu. Usahakan
juga cewek, pasti gak bakal jauh dari toilet untuk lebih sering menghubungi dia kalau
dan camilan, Yang wajib kamu bawa: keadaannya kayak gini, biar dia ingat terus
pelembab wajah, bedak, lipgloss, sunblock, sama kamu.
body lotion, dan sisir. Pindahkan secukupnya Keempat, kode tentang peran
kosmetik dalam bentuk krim ke wadah domestik perempuan, terutama doktrin
yang lebih kecil, Wardrobe, sesuaikan baju menjadi ibu yang baik. Kode keempat yang
yang kamu bawa dengan cuaca dan kondisi ada dalam majalah remaja Olga! adalah
masyarakat di sana. meskipun sibuk bekerja, mengasuh anak
Ketiga, kode tentang kondisi masih menjadi tugas utama perempuan. Hal
psikologis perempuan yang labil. Kondisi ini disebutkan dalam opini redaksi sebagai
psikologis perempuan yang labil merupakan berikut: kayaknya Angie bakal jadi ibu
bukti bahwa laki-laki diciptakan superior yang baik nih buat anak-anaknya, kerja dan
dan karena itu, laki-laki dapat menjadi ngurus anak cukup bikin waktu saya berlalu
pelindung perempuan. Kode inilah yang cepat banget, kayaknya Britney nggak peduli
dalam opini redaksi: (1) Pasti kamu cewek dikritik soal gaya bajunya yang norak akhir-
manja, deh. Bisa bikin gemes para cowok, akhir ini. Justru yang paling penting buat dia
(2) Bingung menentukan sikap ke sahabat adalah dekat dengan anaknya, Sean Preston.
pacar kamu (yang kebetulan cewek)? Harus Sekarang Britney sering banget jalan bareng
kamu sayang atau dibuang; (3) Centil, genit, anaknya. Lihat aja fotonya, keliatan senang
manja, dan sejenisnya memang sifat dasar bisa akrab sama Sean. She’s a good mom!
seorang cewek; (4) Artikel tentang berlibur Bentuk-bentuk labelling perempuan
jauh dari pacar. Cemas, cemas, cemas. Ini yang ada dalam majalah remaja Olga! secara
nih, baru...kamu boleh merasa cemas. No keseluruhan dapat dilihat dari beberapa
Signal, di tempat kamu atau dia liburan, bagian majalah ini seperti rubrikasi, teks-
nggak ada sinyal sama sekali. Meskipun... teks dan gambar-gambar baik foto maupun
kemungkinan ini agak kecil untuk terjadi olahan grafis. Rubrik yang ada dalam
karena hampir semua operator seluler punya majalah Olga! sesuai dengan masalah
coverage yang luas. Kalau kemu dalam utama yang diangkat dalam dua edisi yang
situasi kayak gini, baru deh boleh uring- diteliti terdiri dari tiga rubrik utama tentang
uringan. Karena udah pasti kamu bakal kecantikan, fashion dan aksesoris, gosip

149
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

selebritis dan selebritis laki-laki, kesehatan Selain rubrikasi yang ditetapkan oleh
perempuan baik kesehatan reproduksi redaktur adalah labeling yang berbentuk
maupun kesehatan psikologis, dan iklan. Hal gambar-gambar sebagai berikut,
ini mengukuhkan stigma bahwa perempuan Label-label untuk perempuan dalam
memang lebih memikirkan penampilan majalah remaja Olga, yang dikategorikan
dan suka bergosip. Terbukti, tips tentang dalam empat kode, memiliki keterkaitan
penunjang penampilan dan gosip selebriti dengan stereotip perempuan yang sudah
adalah bahan utama penyusun majalah ini. ada dalam masyarakat, baik dalam wilayah
Penunjang penampilan diantaranya adalah sosial maupun wilayah personal baik secara
sub rubrik Fashion Chat dan Mix N Match tersirat (tidak tertulis jelas dalam bentuk
dalam rubrik Pasti Ada, sub rubrik Ngikut kata-kata opresif) atau tersurat (tertulis jelas
Seleb, Modis, Be Pretty, Make Over, dalam dengan kata-kata atau grafis).
Rubrik Fashion & Beauty, yang terakhir Label atau stereotip adalah representasi
adalah rubrik Koleksi. gamblang dan mereduksi orang menjadi

Gambar 1. Contoh halaman

Gambar 2. Contoh halaman yang lain

150
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

seperangkat ciri sifat yang dilebih-lebihkan dimaknai oleh alam pikiran khalayaknya
serta biasanya negatif (Barker, 2000; 524). sebagai sesuatu yang nyata (real) terjadi,
Dengan demikian, label yang diberikan yang oleh Baudrillard disebut sebagai
oleh majalah remaja Olga! pada seseorang hiperrealitas. Dalam posisi semacam ini, citra
atau kelompok remaja perempuan tertentu relasi laki-laki dan perempuan dalam produk
bukanlah merupakan ciri atau karakter yang media berada pada posisi konformitif, yaitu
muncul begitu saja secara internal, melainkan mendukung nilai atau norma yang telah ada
merupakan hasil dari kesepakatan- di masyarakat (Haryanto, 2009).
kesepakatan antar-anggota masyarakat Pengakuan pembaca ini menunjukkan
dalam proses interaksi sosial. Dalam konteks nilai-nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat
majalah remaja Olga! Label-label yang ada tentang bentuk perut dan tulang leher ideal
merupakan representasi nilai-nilai yang telah telah merasuk dalam kesadaran individu
didapat redaksi dalam masyarakat, tempat sehingga pemikiran individu menjadi sesuai
majalah remaja Olga! diterbitkan. Bentuk dengan konstruksi itu. Merujuk pada iklan-
representasi ini merupakan sebuah sikap iklan produk kecantikan di media massa,
yang menunjukkan persetujuan pengelola konstruksi ideal perut perempuan adalah
majalah remaja Olga! pada stereotip perut datar tanpa lipatan yang disebabkan
perempuan dalam masyarakat. timbunan lemak atau sebab-sebab lain.
Dalam wilayah personal, Konstruksi semacam ini jika sudah
penitikberatan label perempuan terletak diinternalisasi dalam kesadaran individu,
dalam bentuk komentar tentang tubuh akan timbul kecemasan-kecemasan tentang
perempuan yang selama ini sudah ada penilaian anggota masyarakat lain –terutama
dalam pemikiran masyarakat disajikan laki-laki- atas tubuh perempuan tersebut.
secara tersirat. Contohnya label-label yang Kecemasan-kecemasan ini terhubung
dikategorikan dalam kode-kode tentang erat dengan stigma tentang pesona perempuan
tubuh seksi dan wajah cantik. dan kepasifannya dalam relasi personal
Label-label tentang tubuh seksi dan dengan laki-laki. Sesuai konteks budaya
wajah cantik ini memiliki beberapa pola, yang masyarakat patriarkal, hubungan intim
menggambarkan kategori perempuan cantik antara perempuan dan laki-laki bersumber
dan seksi. Kategori cantik dalam majalah pada asumsi aktif-pasif. Perempuan sebagai
remaja Olga! menunjuk pada perempuan- pihak yang pasif hanya boleh menebar
perempuan indo dan artis-artis luar negeri pesona dan laki-laki sebagai pihak aktif
yang berkulit putih, berhidung mancung, dan yang akan menentukan ketertarikan untuk
berambut lurus. Sedangkan kategori seksi selanjutnya memilih membina hubungan
merujuk pada perempuan berpinggang dan dengan perempuan atau tidak.
berpinggul ramping, dan memiliki ukuran Dalam opini redaksi majalah
payudara yang proporsional dengan bentuk remaja Olga! berupa tips terdapat juga
tubuh atau bahkan lebih besar. pengategorian tentang bentuk tubuh ideal.
Label-label tentang tubuh perempuan Bentuk tubuh ini menentukan pantas
yang ada dalam majalah Olga! tidak atau tidak pantas ditampilkan di depan
hanya diberikan oleh redaksi, tetapi juga pengguna kolam renang atau tempat-tempat
diakui sendiri oleh pembaca. Hal ini dapat wisata yang menyediakan sarana berenang
ditemukan dalam rubrik yang sama dengan seperti pantai dan kolam renang umum.
bentuk pertanyaan seperti yang terdapat Penunjukan bagian-bagian tubuh dalam tips
dalam opini pembaca. ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar
Tidak jarang, pemaknaan yang bagian tubuh perempuan merupakan bagian
dilakukan melalui produk media telah dari seksualitas dan karenanya menjadi daya
menempatkan posisi produk media sebagai tarik seksual perempuan. Pasca-internalisasi
bagian dari realitas sosial itu sendiri. stereotip tubuh ini, perempuan teralienasi
Artinya, realitas dengan seperangkat nilai dari kesadarannya sendiri tentang tubuh
yang terbangun melalui produk media akan sehingga dapat melakukan semua hal untuk

151
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

mendapatkan bentuk tubuh ideal itu demi sub ordinasi mereka sendiri (Ritzer dan
citra positif dalam masyarakat. Godman, 2004: 428). Dalam posisi sub
Masyarakat, melalui media ordinasi itu, perempuan diobjektivasi dalam
menggunakan pola-pola sosialisasi yang ada proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai
untuk memberikan pengetahuan tentang nilai- dan norma masyarakat sekitarnya. Laki-laki
nilai dan norma yang ada dalam masyarakat sebagai pihak yang dominan dalam sistem
kepada anggotanya, termasuk perempuan. masyarakat patriarki menjadi pembentuk
Dalam proses sosialisasi ini, nilai-nilai yang nilai dan norma dalam masyarakat,
ditanamkan masyarakat menjadi nilai- sedangkan perempuan sebagai pihak yang
nilai yang akhirnya diyakini perempuan disub ordinasi menjadi penerima saja.
sebagai keyakinan individu dan dijadikan Pada kasus-kasus labelling tubuh
sebagai salah satu sudut yang digunakan perempuan yang ada dalam masyarakat,
perempuan untuk melihat tubuhnya sendiri. idealisasi senantiasa diukur berdasarkan
Selain oleh redaksi dan pembaca, hasrat seksual laki-laki dan hasrat
katEgorisasi cantik secara fisik juga reproduksinya. Hasrat seksual laki-laki
dilakukan oleh narasumber yang nota terbentuk melalui serangkaian proses dan
bene laki-laki Pernyataan ini dapat dilihat patologi terkait dengan pola asuh yang
sebagai labelling secara tersurat tentang diterapkan di lingkungannya, baik lingkungan
katEgori perempuan cantik dan tersirat terkecil, keluarga atau lingkungan luas,
sebagai objektivasi perempuan-perempuan masyarakatnya. Termasuk dalam proses dan
’cantik’, sebagai orang-orang yang pantas pola asuh masyarakat adalah siapa yang
’dibawa’ liburan. ’Dibawa liburan’ disini paling dominan dalam pengasuhan anak
dapat diartikan bahwa perempuan sarana pasca genital hingga dewasa. Pengasuhan
refreshing dalam proses liburan laki-laki anak, meski dalam masyarakat Indonesia
dalam grup band tersebut. masih menjadi tugas utama perempuan, baik
Iklan produk kecantikan (deskripsi sebagai ibu atau pengasuh profesional seperti
gambar) disertai teks ’cantik ideal’ disamping baby sitter, laki-laki dalam sistem patriarki
foto perempuan yang menggunakan sepatu menjadi pihak yang berkuasa atas kehidupan
hak tinggi, tank top, dan celana jeans pendek perempuan dan produk tubuhnya, yaitu
dengan resleting terbuka. Deskripsi ’cantik anak-anak. Sehingga masyarakat saat ini
ideal’ secara tersurat menunjukkan kategori mengenal istilah laki-laki sebagai wali bagi
cantik ideal dalam pandangan pemasang anak-anaknya, terutama dalam lembaga
iklan dan redaktur yang memasangnya. pendidikan. Contoh lain adalah otomatisasi
Sedangkan secara tersirat, iklan ini klaim tentang kepala keluarga dalam
mengungkapkan bahwa dengan bentuk tubuh lembaga-lembaga sensus kependudukan dan
’ideal’ seperti itu (gambar 2) perempuan sensus perekonomian.
dapat dengan bebas memamerkan tubuh dan Selain pelabelan terhadap tubuh,
menggunakan busana terbuka. majalah remaja Olga juga mengukuhkan
Seksi dan cantik dalam kajian beberapa label lain terhadap sikap
feminisme psikoanalisis diasosiasikan dengan perempuan. Dalam opini berbentuk tips,
hasrat seksual laki-laki dalam sistem patriarki redaksi mengukuhkan stereotip bahwa
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam perempuan adalah makhluk yang tidak bisa
sistem ini, laki-laki dianggap dalam tindakan praktis. Label ini berpotensi merugikan
sehari-hari mereka, dengan penuh semangat perempuan dalam konteks bersaing dengan
terus menerus bekerja untuk mencipta dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat.
melestarikan sistem itu, perempuan hanya Dalam dunia industri di Indonesia,
kadang-kadang menentang. Namun jauh ketidakpraktisan ini sering dijadikan alasan
lebih sering menyetujui penindasan atas untuk melemahkan posisi tawar perempuan,
diri mereka tanpa lebih sering menyetujui terutama dalam hal pembagian kerja,
penindasan atas diri mereka tanpa bantahan peningkatan gaji, dan perpanjangan kontrak.
atau secara aktif berperan, karena posisi Selain itu, selama ini perempuan juga

152
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

dilabeli dengan pementingan perempuan terhadap perempuan tetapi diterima


pada penampilan fisik Hal ini memperkuat perempuan sebagai takdir karena identifikasi
asumsi Berger (Bernard, 2006: 163) bahwa sifat dan peran itu terus disosialisasikan
pria memandang perempuan tampil dan dan diinternalisasikan terhadap perempuan
perempuan memandang dirinya dipandangi. sehingga perempuan menganggap bahwa
Asumsi ini terkait dengan dikotomi aktif- sifat dan peran-peran itu menjadi struktur
pasif dalam relasi gender dan narsisime penyusun kepribadian perempuan.
sekunder. Struktur kepribadian dasar
Keadaan psikis perempuan juga menjelaskan bahwa praktek perawatan atau
menjadi objek pelabelan dalam majalah pengasuhan anak yang memunculkan suatu
remaja Olga!, contohnya kecemasan yang konstelasi perangai kepribadian (personality
berhubungan dengan hubungan personal traits) yang dimiliki bersama semua warga
dengan laki-laki. Hal ini terkait dengan suatu masyarakat menentukan bentuk dan
stigma perempuan adalah makhluk yang isi institusi sekunder dalam masyarakat yang
sensitif sedangkan laki-laki tidak. Secara bersangkutan, atau sistem-sistem proyektif
tersurat artikel ini menggambarkan (Sutarya, 2005; 91).
bahwa perempuan sangat takut jika Proses penandaan semacam ini terjadi
ditinggalkan atau diacuhkan oleh laki- dalam majalah Olga! Ketika mengomentari
laki, karena perebutan dengan perempuan keputusan aktris Hollywood, Angelina Jolie
lain atau karena laki-laki asyik dengan dalam rubrik Clicks tertulis, Angie bakal
dirinya sendiri. Ketakutan perempuan ini jadi ibu yang baik nih buat anak-anaknya.
mengukuhkan mitos bahwa jumlah laki- Kalimat ini terkait dengan keinginan
laki dan perempuan di dunia mengikuti Angelina Jolie berhenti untuk waktu yang
perbandingan 1:2 sehingga perempuan lama dari dunia pertunjukan dengan tujuan
harus mempertahankan hubungan dengan mengurus anak-anaknya.
pasangannya saat ini dari perempuan lain Klaim ’baik’ dalam hal ini mengacu
karena laki-laki dapat dengan bebas memilih pada konsep bahwa seorang ibu harus
pasangan perempuan sedangkan perempuan meluangkan waktunya, atau bila perlu tidak
tidak dapat melakukan hal yang serupa. melakukan hal-hal selain pekerjaan domestik
Klaim bahwa perempuan memiliki seperti mengurus suami dan anak-anak di
sifat dasar sebagai centil, genit, manja, dan rumah. Konsep ini selalu disosialisasikan
sejenisnya termasuk dalam pelabelan sifat- kepada perempuan, terutama remaja oleh
sifat perempuan secara psikologis. Sifat- masyarakat dan keluarganya sehingga
sifat dasar ini menjadi pembenaran dalam peremuan sendiri akan menganggap bahwa
mengukuhkan kekuasaan laki-laki atas dirinya lebih baik apabila terus berada di
perempuan dalam konstruksi hubungan rumah dengan mengurus suami dan anak-
yang timpang. Objektivasi perempuan anak dibandingkan dengan melakukan
tersirat dalam kata-kata yang dalam konsep pekerjaan lain yang dimilikinya sebelum
semiotik Saussure (Barnard, 2006: 115) menikah. Konsep semacam ini, pada remaja
menjadi penanda sifat-sifat pasif perempuan. perempuan berpotensi membuat remaja,
Makna atau petanda kata- kata centil dan khususnya perempuan berpikir bahwa
genit adalah perempuan memiliki sifat mengurus anak-anak dan dapat melakukan
dasar menggoda sekaligus butuh digoda pekerjaan domestik adalah tujuan hidup
oleh laki-laki, sedangkan penanda manja dan pendidikannya, sehingga perempuan
berarti perempuan membutuhkan perhatian tidak memiliki motivasi sukses dalam karier
dan perlindungan dari laki-laki dalam relasi pribadinya karena hal itu tidak sesuai dengan
gender. Proses penandaan sifat-sifat, status, norma-norma sosial dalam kelompok
peran dan tindakan perempuan melalui masyarakatnya yang dibuat oleh laki-laki
bahasa memiliki implikasi dalam kehidupan sebagai anggota yang mendominasi dalam
sosial perempuan yaitu pembagian peran dan sistem patriarki.
pengukuhan status yang tidak berkeadilan Norma-norma sosial dalam kelompok

153
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

masyarakat dibuat oleh anggotanya yang laki-laki sukses. Memiliki perasaan bersalah
memiliki kekuasaan secara dominan dan dan takut juga akan disosialisasikan kepada
dalam konteks budaya ptriarkhi, norma- perempuan apabila perempuan memiliki
norma itu dibuat oleh laki-laki untuk kedudukan yang lebih tinggi serta memiliki
mengatur interaksi dalam relasi gender, baik kemampuan lebih dibandingkan laki-laki
antara laki-laki dan perempun atau antarlaki- disekitarnya. Terkait dengan hal ini, ada
laki. Norma-norma dalam masyarakat dibuat keyakinan dalam masyarakat bahwa laki-laki
secara detail agar dapat mengatur tindakan yang telah memiliki kedudukan yang tinggi
anggota-anggotanya (Koentjaraningrat,2000: dalam masyarakat, baik secara ekonomi
195). Laki-laki membuat norma ini bertujuan maupun sosial akan sulit mendapatkan
untuk melanggengkan dominasi sosialnya jodoh.
atas perempuan dalam praktek kehidupan
bermasyarakat sebagai usaha menutupi SIMPULAN
kelemahannya (Fromm,2007).
Beberapa teks yang masuk termasuk Perempuan dalam struktur masyarakat
dalam proses pelabelan perempuan yang patriarki menjadi objek dalam tindakan-
berdampak pada status dan peran perempuan tindakan sosial, baik oleh laki-laki atau
dalam kehidupan sosial dalam majalah Olga! perempuan. Majalah remaja Olga!
ada dalam ulasan tentang beberapa artis mencantumkan label-label perempuan dalam
seperti komentar tentang Keira Knightley, ragam isinya yang berupa teks dan gambar
aktris pendukung film Pirates of Carrebian. ilutrasi yang berpotensi menginternalisasi
Disebutkan secara tersurat, karena nilai-nilai patriarkis atas klaim tubuh
kecantikannya band asal Inggris, Endrick perempuan. Internalisasi nilai-nilai ini
Brothet, menjadikannya sebagai subjek dalam teori feminisme psikoanalisis diyakini
di lagu Star of the Silver Screen. Secara dijalankan melalui kaidah bahasa dan pola
tersurat hal ini mengungkapkan bahwa Keira asuh yang ada dalam masyarakat. Hal ini
Knightley menjadi aktris penting karena mengakibatkan perempuan menganggap
wajah cantiknya, bukan kemampuan yang nilai-nilai dan klaim itu adalah bagian yang
lain. Pemberian klaim pada perempuan seharusnya dimiliki perempuan. Sehingga
dengan berbagai macam penanda itu jika perempuan sadar bahwa dirinya tidak
mengukuhkan pendapat Irigaray (Brooks, sesuai dengan konstruksi itu, akan timbul
1997: 119) bahwa tipe bahasa rasional dan kekacauan psikologis dalam diri perempuan.
prinsip pengaturan tatanan simbolik juga Dalam konteks penandaan atas tubuh
bersumber pada seksualitas dan hasrat perempuan, jika perempuan tidak memiliki
laki-laki dalam bentuk alat kelamin, yang bentuk tubuh ideal sesuai konstruksi
melaluinya kuasa sosial dijalankan. masyarakat, perempuan akan mengalami
Melalui upaya labelling ini, media kecemasan. Pada beberapa kasus, idealisasi
berusaha meyakinkan konsumen bahwa ini bahkan menyebabkan tindakan-
perempuan tidak perlu mengembangkan tindakan yang dapat membahayakan tubuh
bakat-bakat yang dimilikinya baik melalui perempuan. Saran untuk pelaku industri
pendidikan maupun karier karena perempuan media adalah perlu mempertimbangkan
hanya memiliki modal kecantikan dan hanya dampak psikologis dan sosial pada perempuan
dengan itu perempuan akan dihargai dan jika melakukan praktik pelabelan terhadap
dipandang oleh laki-laki hingga akhirnya perempuan, dan menghapuskan kebiasaan
dipilih untuk menjadi bagian hidup laki- penggunaan label-label pada perempuan,
laki dengan menjadi pujaan, pasangan, terutama label negatif yang menitikberatkan
inspirasi atau pendukung terbesar laki-laki pada fokus tubuh dan psikologis perempuan
dalam hidup laki-laki. Masyarakat patriarki karena dapat menimbulkan dampak
selalu menanamkan dalam diri perempuan, negatif. Sementara bagi masyarakat yang
perasaan berharga dan bernilai hanya apabila harus dilakukan adalah mengambangkan
telah berhasil dipilih laki-laki dan membuat kecerdasan dalam mengkonsumsi media,

154
Muashomah / Komunitas 2 (2) (2010) : 143-155

khususnya bagi perempuan dan sebaiknya Arifin, H. 2007. Representasi Perempuan dalam Pers.
tidak terlalu menggunakan label-label yang Jurnal Komunikasi Mass. 1(1): 8-17
Bahtar. 2006. Eksploitasi Wanita di Media Massa
ada di media sebagai acuan untuk melihat (Perspektif Teori Sosial dan Komunikasi
diri sendiri dan masyarakat. Islam). Jurnal Hunafa. 3(3): 275-286
Berdasarkan hasil penelitian di Barker. C. 2005. Cultural Studies; Teori dan Praktek.
atas, saran yang dapat diberikan kepada Yogyakarta: Bentang
Bernard, M. 2006. Fashion sebagai Komunikasi; Cara
pelaku industri media adalah: (1)
Mengomunikasikan Identitas Sosial, Seksual,
mempertimbangkan dampak psikologis Kelas, dan Gender. Jakarta: Jalasutra
dan sosial pada perempuan jika melakukan Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta:
praktik pelabelan terhadap perempuan; Gramedia Pustaka Utama
(2) menghapuskan kebiasaan penggunaan Brooks, A. 1997. Postfeminisme dan Cultural Studies;
Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Jakarta:
label-label pada perempuan, terutama label Jalasutra.
negatif yang menitikberatkan pada fokus Fiske, J. 2006. Cultural and Communication Studies;
tubuh dan psikologis perempuan karena Sebuah Pengantar Paling Komprehensif.
dapat menimbulkan dampak negatif. Yogyakarta: Jalasutra.
Hariyanto. 2009. Gender dalam Konstruksi Media.
Sedangkan saran untuk masyarakat adalah:
Jurnal Komunika. 3(1): 167-183
(1) pentingnya mengambangkan kecerdasan Hermawati, T. 2007. Budaya Jawa dan Kesetaraan
dalam mengkonsumsi media, khususnya Gender. Jurnal Komunikasi Massa. 1(1): 18-24
bagi perempuan; (2) sebaiknya tidak terlalu Ritzer, G dan Godman, D. J. 2004. Teori Sosiologi
menggunakan label-label yang ada di media Modern Edisi Keenam. Jakarta: Kencana.
Strinati, D. 2004. Popular Culture; Pengantar Menuju
sebagai acuan untuk melihat diri sendiri dan Teori Budaya Popular. Yogyakarta: Bentang.
masyarakat. Yusuf, I.A. 2009. Peningkatan Kepekaan Gender
dalam Jurnalisme. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Politik. 7(3): 351-375

Amiruddin, M. 2010. Apa Kabar Media Kita?. Jurnal


Perempuan. Edisi 67

155

Anda mungkin juga menyukai