DIARE
DOSEN: Ns. Ignasia Nila Siwi, M.Kep
Disusun Oleh :
Agra Nabilfavian.E.
Muhammad Firlyansah
Muhammad Habbib
Muhammad Fathoni
Abdullah Umair
S1 KEPERAWATAN 2019/2020
1
A. Latar Belakang
Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
lebih dari biasanya (tiga kali dalam sehari). Di Indonesia penyakit diare masih
insidens diare pada tahun 2000 yaitu sebesar 301 per 1000 penduduk, secara
proporsional 55 % dari kejadian diare terjadi pada golongan balita dengan episode
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut
kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau
diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti
adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran
Secara operasional diare balita dapat dibagi 2 klasifikasi, yaitu yang pertama
diare akut adalah diare yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau
lebih sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari, dan yang kedua yaitu diare
bermasalah yang terdiri dari disentri berat, diare persisten, diare dengan kurang
2
A. Pengertian Diare
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di dunia diare adalah penyebab kematian paling umum
kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun. Diare
kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari
racun bacteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi
dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam
beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau
kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut Simadibrata
(2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
elektrolit yang abnormal dalam usus.Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta
anak yang menderita diare setiap tahunnya,dan 20 % dari seluruh kematian pada
anak yang hidup dinegara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi
(Sazawal dkk,1996).
3
Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis),usus
B. Etiologi
C. Patofisiologi Diare
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua
akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltic
4
dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
Menurut Latief, Abdul dkk (2007) mekanisme dasar yang menyebabkan diare
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
terjadilah diare.
2. Gangguan Seksresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
1. Diare Akut
5
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari atau dua
2. Diare Disentri
diare disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
3. Diare Persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari atau dua
Anak yang menderita diare (diare akut atau diare persisten) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit
lainnya.
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
1. Faktor perilaku
kuman.
6
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit
2. Faktor lingkungan
2011).
Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
badan mungkin menigkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Feses makin cair, mungkin mengandung darah atau lender, dan warna feses
defekasi, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama makin
asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat dari pemecahan laktosa yang
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita
telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala
7
dehidrasi. Berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan
tugor kulit berkurang, dan selaput kering pada mulut bibir terlihat kering. Gejala
klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan yang hilang.
G. Akibat Diare
Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare. Hal ini
dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anakanak.
3. Gangguan Gizi
oleh karena asupan makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntah yang bertambah hebat dan makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
8
4. Gangguan sirkulasi
H. Penatalaksanaan Terapeutik
2) Rehidrasi
Tindakan pertama yang harus dilakukan bagi bayi dan anak-anak yang
menderita diare akut dan dehidrasi adalah terapi rehidrasi oral atau pemberian
kesehatan di dunia selama dasawarsa yang lalu.Cara ini dipandang lebih efektif,lebih
sebagai terapi pilihan bagi sebagian besar kasus dehidrasi karena diare (American
bahwa larutan ini sangat mengurangi gejala muntah,kehilangan cairan akibat diare
serta lamanya sakit.Oralit kini tersedia di Amerika Serikat sebagai preparat yang
9
dijual di apotik atau took obat dengan nama Pedialyte,Infalyte(dahulunya disebut
Ricelyte) serta Rehydralyte; larutan ini memberikan hasil yang memuaskan dalam
pemberian oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti air,air
susu ibu,formula susu bebas-laktosa atau yang kandungan laktosanya rendah .Pada
takaran kurang kebih 10 ml/kgBB (4 hingga 8 ons) harus dilakukan pada setiap kali
diare.
muntah harus mendapatkan oralit dengan pemberian sedikit demi sedikit tetapi
setiap 1 hingga 5 menit sekali.Oralit dapat pula diberikan lewat slang nasogastrik
atau slang gastrostomi dengan cara infus.Bayi tanpa tanda-tanda klinis dehidrasi
10
dehidrasi dalam fase rumatan;pemberian cairan oralit ini dilakukan untuk
mengembalikan secara dini diet normal tidak menimbulkan efek merugikan dan
sebenarnya akan mengurangi intensitas serta lamanya sakit dan menambah berat
disusui oleh ibunya harus terus mendapat ASI dan pemberian oralit dilakukan hanya
Penggunaan susu formula non-ASI bagi bayi dan anak diare tetap menjadi
persoalan yang kontroversi.Susu sapi dan formula susu sapi memperoleh perhatian
yang besar karena gangguan pencernaaan laktosa dapat terjadi pada anak-anak
mendapatkan terapi hidrasi yang baik dapat terus meminum formula non-ASI
Banyak bayi dan anak yang dapat ditangani secara aman dengan diet yang
bebas laktosa hanya jika susu atau formula yang biasa diberikan tidak dapat
ditoleransi oleh bayi atau anak yang menderita diare.Pada anak yang besar,diet
kontraindikasi untuk meneruskan makanan lunak atau saring.Diet yang terdiri atas
11
makanan yang mudah dicerna seperti sereal,sayuran matang,dan daging cukup
Pada kasus dehidrasi berat dan syok,pemberian infuse cairan dapat dimulai
ketika anak tidak dapat mengonsumsi cairan dan elektrolit dengan jumlah yang
cukup untuk (1) memenuhi kehilangan fisiologis harian yang tengah berlangsung,(2)
lambung berat.
teraupetik yang spesifik harus segera dimulai untuk mendeteksi dan menangani
12
infeksius akut dan terapi ini dapat menimbulkan efek samping yang merugikan
seperti keadaan diare yang semakin memburuk karena pelambatan motilities usus
13
1. Diagnosa keperawatan :
Kurang volume cairan berhubungan dengan GI berlebihan melalui feses atau emesis
1. Beri larutan rehidrasi oral (LRO) untuk rehidrasi dang penggantian cairan
melalui feses.
2. Beri LRO sedikit tapi sering khususnya bila anak muntah karena muntah
LRO.
3. Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi hebat dan
muntah
5. Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi karena
8. Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji
hidrasi.
14
10. Kaji tanda tanda vital turgor kulit membrane mukosa dan status mental
2. Diagnose keperawatan:
Intervensi keperawatan/rasional
ASI karena hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan durasi penyakit.
2. Hindari pemeberian diet dengan pisang beras apel,dan roti panggang atau
the karena diet ini rendah dalam energy dan protein,terlalu tinggi dalam
15
Hasil yang diharapkan
3. Diagnosa Keperawatan :
GI
Intervensi Keperawatan/Rasional
rumah sakit, termasuk pembuangan feses dan pencucian yang tepat, serta
penyebaran infeksi
feses.
4. Diagnosa Keperawatan :
16
Kerusakan integritas kulit berhubugan dengan iritasi karena diare.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1. Ganti popol dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan
kering.
atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut karena
3. Beri salep seperti seng oksida untuk melindungi kulit dari iritasi (tipe salep
4. Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika
penyembuhan.
menyengat.
7. Berikan obat antijamur yang tepat untuk mengobati infeksi jamur kulit.
5. Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan/Raional
17
1. Beri perawatan mulut dan empeng untuk bayi untuk memberikan rasa
nyaman
minimal.
18
DAFTAR PUSTAKA
Wong Dona L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta:
EGC
EGC
19