Pancasila

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT PANCASILA YANG MEMBANTU MANUSIA

UNTUK MEMAHAMI MORAL DAN KEADILAN DI


INDONESIA

Disusun Oleh :
RIZCA FAHRULY P. Q (32318427)

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA


MADIUN
2018
ABSTRAK

FILSAFAT PANCASILA YANG MEMBANTU MANUSIA UNTUK


MEMAHAMI MORAL DAN KEADILAN DI INDONESIA

Oleh:
Rizca Fahruly P.Q
32318427

Negara indonesia disebut sebagai negara hukum, Negara yang mempunyai


landasan ideology yang berpegang teguh pada pancasila dan UUD’45. Pancasila
dipahami sebagai sistem filsafat bangsa bersumber dari nilai – nilai budaya. Seiring
perkembangan zaman nilai – nilai dan budaya pancasila itu sendiri mulai luntur atau
bisa dikatakan mulai dilupakan sebagian masyarakat Indonesia.
Banyak kejadian atau perilaku yang menyimpang dari nilai nilai luhur
pancasila, misalnya dalam penggunaan narkoba, pembunuhan, korupsi,
pemerkosaan, pencurian, hukuman yang tidak sebanding, dsb. Contoh
penyimpangan tersebut bahkan sudah bertentangan dengan nilai nilai luhur yang
ada di dalam pancasila. Diambil dari sila kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat kadang keadilan
itu masih menyimpang.

Kata kunci : pancasila, hukuman, pencurian


Pancasila adalah salah satu pedoman hidup bagi bangsa dan negara,
di Indonesia pancasila merupakan dasar fIlsafah negara yang secara resmi
terdapat dalam alinea ke-empat undang-undang dasar 1945, fungsi dari filsafah
pancasila sendiri yaitu selain menjadi pedoman hidup tetapi juga sebagai
kepribadian bangsa dan negara. Misalnya kita mengamati kejadian atau tragedi
yang ada disekitar kita, harusnya kita dapat mengetahui bagaimana norama
manusia yang sekarang mulai melenceng dari nilai – nilai luhur yang
terkandung dalam pancasila.
Indonesia mempunyai pedoman untuk bersikap adil terhadap
sesama manusia, pedoman itulah yang diambil atau sikap yang tercermin dari
pancasila yaitu sila ke-5 yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Tetapi kenyataannya di Indonesia sendiri belum menerapkan nilai-
nilai moral yang terkandung dalam sila ke-5 tersebut. Kita bisa mengamati dari
kejadian yang ada di negara kita sendiri, misalnya saja banyak oknum yang
menggunakan kekuasaan untuk menindas orang kecil, menghalalkan segara
cara supaya keinginannya bisa terwujud, melemahkan kekuatan hukum, dll.
Sungguh sangat disayangkan, pancasila yang sebenarnya digunakan untuk
pedoman tetapi dalam keadaan dimasyarakat Indonesia bertentangan dengan
pancasila.

A. Filsafat Pancasila membantu manusia memahami moral dan keadilan


Untuk mengetahui maksud dari filsafat pancasila yang membantu
manusia untuk memahami moral dan keadilan di Indonesai kita harus
mengerti terlebih dahulu apa maksud dari filsafat itu sendiri.

“Filsafat berasal dari kata “philein” (mencintai) dan “sofia”


(kebijaksanaan). Orang yang belajar filsafat adalah dia yang belajar
segala sesuatu mengenai kebijaksanaan. Terminologi “kebijaksaan”
memaksudkan pula pengertian, pengetahuan, dan penguasaan
persoalan sampai ke akar-akarnya.” Dewantara, A. (2017). Diskursus
Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Negara Indonesia mayoritas masyarakatnya percaya bahwa ketidak
adilan harus dilawan dengan hukum, padahal filsafat pancasila mengajarkan
kita untuk mencari kebenaran melalui berbagai sudut pandang.

“ Filsafat membantu manusia untuk mencari kebenaran dari segala


fenomena yang ada, memberikan pengertian tentang cara hidup,
pandangan hidup dan pandangan dunia, memberikan ajaran tentang
moral dan etika yang berguna dalam kehidupan memahami diri sendiri
dan dunia, mengembangkan kemampuan dalam menalar, dan
memberikan bekal untuk memperhatikan pandangan diri sendiri dan
orang lain dengan kritis”. ( Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat
Pancasila Dewasa Ini.)

Pancasila mengajarkan kita mencari kebenaran dari segala fenomena


yang ada, sedangkan pancasila mengajarkan kita untuk bersikap adil
terhadap sesuatu. Seperti bunyi dari pancasila sila ke-5 yaitu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Tapi banyaknya jumlah pendapat mengenai
keadilan memberikan pemikiran bahwa apa yang dituntut dari keadilan dan
realita keadilan itu seperti apa. Sebenarnya Inti dari keadilan itu sendiri
adalah meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Kita ambil salah satu
contoh kasus dari seorang nenek tua yang bernama Aminah, kisah ini
mungkin sudah berjalan beberapa tahun silam yang mungkin kadang masih
suka diperbincangkan, atau bahkan dijadikan pembanding dengan kasus
kasus yang lain.
Kisah nenek Aminah ini berawal dari pencurian tiga butir kakao seberat
3 kilogram di kebun PT RSA 4 yang dituduhkan kepada beliau. Saat itu
nenek Minah berkeinginan menambah tanaman kakao yang berjumlah 200
batang di kebunnya sehingga ia memetik 3 buah kakao di kebun PT RSAdan
meletakkannya diatas tanah. Akan tetapi mandor perkebunan tersebut
mebegur nenek Minah dan menanyakan perihal buah kakao yang dicurinya.
Mandor tersebut menunjukkan papan peringatan yang terpasang di kebun
tersebut tertulis petikan pasal 21 dan pasal 47 Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2004 tentang perkebunan, yang menyatakan bahwa “setiap orang
tidak boleh merusak perkebun maupun menggunakan lahan perkebun
hingga mengganggu produksi usaha perkebunan”
Saya berpendapat bahwa tidak ada sedikitpun niatan nek Minah
untuk melawan hukum dengan sengaja mencuri, hal ini terbukti bahwa dia
mengakui dengan jujur bahwa dia mengambil kakao ketika ditanya oleh
mandor PT. RSA dan setelah diterangkan bahwa perbuatannya melanggar
hukum maka dia meminta maaf dan mengembalikan kakao yang
diambilnya, seharusnya sampai disini.
saya ingin sedikit berargumen tentang fakta dan kondisi sosial yang
mungkin terjadi dalam proses hukum ini, sang mandor menjalankan
tugasnya untuk memberi laporan kepada pimpinannya, mendapat laporan
pencurian, sang pimpinan yang mungkin telah lama geram atas ulah orang-
orang yang selalu mencuri di perkebunannya, dan melaporkan hal ini ke
Polisi. Sehingga dalam kacamata sosiologis sulit juga menyalahkan
mandor dan pimpinan yang mengadukan perkaranya ke polisi, yang
mungkin bukan sekali dua kali mereka menemukan kasus pencurian.
Hasilnya nek Minah pun harus bolak balik dipanggil untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dalam Undang-Undang dasar Pasal 28 A yang berbunyi. “Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya” Maksud isi tersebut adalah bahwa setiap manusia terutama
warga negara indonesia, sejak ia lahir mempunyai hak yang sama dalam
hal hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
Saya berpendapat bahwa keputusan hakim sudah sesuai Undang-
undang tentang Kekuasaan Kehakiman Indonesia Undang-Undang No. 4
Tahun 2004 pasal 28 ayat 1 ;
“ pihak hakim wajib mengikuti, menggali dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat ”
Meskipun terbukti secara empiris nenek minah bersalah, sang hakim
memberikan putusan yang bijak, dengan tidak menyalahi Undang-undang
dengan tetap memberikan sanksi kepada nek Minah.
Selanjutnya saya akan mengambil contoh kasus dari Setya Novanto
dengan kasus korupsi dana E-KTP. Dalam fakta persidangan yang
terungkap dari keterangan 81 saksi, 9 sembilan terdakwa dan barang bukti,
pengadilan dan jaksa menilai Setya Novanto menyalah gunakan
kedudukan dan wewenangnya sebagai ketua DPR dalam hal pengadaan
barang dan jasa. Menjabat sebagai ketua DPR, Novanto menyalah gunakan
wewenang untuk memastikan usulan anggaran proyek penerapan KTP
elektronik yang bernilai Rp 5,9 triliun itu lolos di DPR.
Novanto disebutkan meminta beberapa pengusaha yang
mengerjakan proyek KTP elektronik untuk memberikan komisi sebesar 5
persen untuk para anggota DPR RI di Komisi II.
Disini sudah sangat jelas perbandingan antara kasus nenek Minah
dengan Setya Novanto. Secara garis besar Setya Novanto sudah dipastikan
melakukan tindakan hukum yaitu dengan korupsi, padahal sudah jelas
tertuang dalam ketentuan pasal 3 Undang-Undang republik Indonesia
nomor 31 Tahun 1999 Tentang pemberantasan Tindak pidana Korupsi
menyebutkan
“setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalah gunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000 dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.”
Sudah tertuang jelas tetapi dalam kenyataannya setya novanto masih
bisa pergi keluar negeri. Sedangkan nenek minah yang niatnya tidak
mencuri tetapi harus dihukum dan di denda.
Menurut saya kurang adanya keadilan hukum antara rakyat miskin
dan orang yang berkuasa memang sungguh ironis yang terjadi di negara
kita. Yang notabennya adalah negara hukum yang berlandaskan pancasila
dan undang-undang dasar 1945. Dan Indonesia yang negara demokrasi
dengan pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, namun
faktanya rakyat Indonesia bukanalah pemegang kekuasaan sebenarnya.
Selayaknya pemerintah lebih tegas kepada mafia hukum yang mencuri hak
–hak rakyat kecil. Maka sebaiknya kita menerapkan dan menanamkan
nilai moral mulai sejak dini. Misalnya :
1. Menerapkan nilai agama yang tinggi
 Mempercayai dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
sesuai ajaran agama yang dianut masing-masing
 Saling Menjalankan perintah agama sesuai ajaran yang
dianut masing-masing
 Saling menghormati antar umat beragama
 memaksakan suatu agama pada orang lain
2. Menerapkan nilai kesusilaan
 Menyamaratakan tanpa melihat suku, agama, warna kulit,
tingkat ekonomi, maupun tingkat pendidikan
 Menyadari bahwa kita diciptakan sama oleh Tuhan
 Membela kebenaran dan keadilan
 Saling Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan
kewajiban yang sama
 Tidak melakukan diskriminatif
3. Menerapkan nilai hukum
 Jujur dalam segala hal
 Tenggang rasa
4. Menerapkan nilai kesopanan
 Saling menolong orang lain sesuai kemampuan
 Saling Menghargai hasil karya orang lain
 Saling Menjunjung tinggi nilai kekeluargaan
 Saling menghormati hak dan kewajiban orang lain
Dari kasus diatas kita dapat menyimpulkan bahwa hukum yang belaku di
negara Indonesia ini masih belum sepenuhnhya dikatakan adil dan cenderung tajam
kebawah dan tumpul keatas seperti 2 kasus diatas dimana seorang yang sengsara
dan harus mempertahankan hidup malah dijerat dengan hukuman yang berat,
sedangkan kasus-kasus hukum yang begitu besar dan merugikan banyak
masyarakat Indonesia malah mendapatkan hukuman yang tidak sebanding dengan
kerugian negara yang mereka timbulkan. Nurani kita terketuk dengan melihat kasus
diatas, apakah harus ada lagi masyarakat yang sampai mencuri hanya untuk
mempertahankan hidup, baru kita semua sadar bahwa moral dan keadilan harus
saling berkaitan dalam setiap diri masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/16553069/MAKALAH_PANCASILA_SILA_KEADIL
AN_SOSIAL_BAGI_SELURUH_RAKYAT_INDONESIA
http://jambi.tribunnews.com/2016/09/07/hakim-menangis-saat-menjatuhkan-
vonis-pada-nenek-ini-ia-berkata-maafkan-saya
https://dheavanialado.wordpress.com/2015/04/13/contoh-contoh-berita-yang-
mengandung-nilai-pancasila-positif-negatif/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Pancasila
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Anda mungkin juga menyukai