Anda di halaman 1dari 29

Materi Fiqih Kelas VIII Untuk MTs

Semester Gasal

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho


Guru MTs Negeri Wonosobo

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


Bab 1
SUJUD DI LUAR SHALA
Standar Kompetensi :
1. Melaksanakan tata cara sujud diluar shalat

Kompetensi Dasar
1.1 Menjelaskan ketentuan sujud syukur dan tilawah
1.1 Mempraktekkan sujud syukur dan tilawah

Materi:
Sujud Syukur
Sujud Tilawah

Indikator:
Siswa dapat menjelaskan pengertian Sujud syukur dan dalilnya
Siswa dapat menyebutkan tata cara Sujud syukur
Siswa dapat menyebutkan sebab-sebab sujud syukur
Siswa dapat menyebutkan sebab-sebab sujud tilawah
Siswa dapat menyebutkan do‟a Sujud syukur
Siswa dapat mempraktekkan sujud syukur dan Sujud tilawah

SUJUD DI LUAR SHOLAT SHALAT

A. Sujud Syukur

1. Pengertian syukur dan Sujud Syukur


Syukur secara bahasa artinya adalah terimakasih. Bersyukur bisa dilakukan
dengan banyak cara, bisa dengan ucapan atau perbuatan. Seseorang yang diberikan
nikmat berupa kesehatan bisa menyukurinya dengan cara menggunakan kesehatan
tersebut untuk melakukan amal kebaikan. Seseorang yang ingin bersyukur karena
sudah dianugrahi sepasang mata maka ia sudah semestinya mensyukurinya dengan
menggunakan mata itu melihat yang baik-baik. Kita juga bisa mewujudkan syukur
atas semua nikmat yang diberikan Allah Swt serta terhindarnya kita dari suatu
musibah dengan sujud syukur.
Jadi, sujud syukur ialah sujud yang dikerjakan seseorang manakala memperoleh
kenikmatan atau terhindar dari suatu bahaya yang mengancam dirinya. Sujud syukur
ini merupakan tanda terima kasih seorang hamba kepada Allah SWT. atas nikmat
yang telah diterimanya.

2. Hukum Bersyukur dan Sujud Syukur


Hukum bersyukur kepada Allah Swt adalah wajib. Kapan pun, dalam kondisi
apapun seseorang diwajibkan untuk terus mensyukuri nikmat Allah. Sebab apa pun
yang diberikan Allah Swt kepada kita itulah yang terbaik buat kita. Kita wajib ridha
dengan takdir Allah, meskipun takdir tersebut tidak kita sukai.

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


Sementara itu hukum bersyukur dengan cara melakukan sujud syukur adalah
sunnah. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
"Dari Abi Bakrah, bahwa Nabi SAW apabila mendapatkan sesuatu yang
disenangi atau diberi kabar gembira, segeralah tunduk dan bersujud sebagai tanda
syukur kepada Allah Ta'ala". (HR. Abu Daud, Ibnu Majjah dan Tirmidzi)
3. Sebab-sebab Melakukan sujud Syukur
a. Karena mendapatkan nikmat dari Allah Swt
b. Karena terhindar dari bahaya (kesusahan yang besar)

4. Cara Sujud Syukur


Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan secara spontan. Artinya, ketika
seseorang mendapatkan nikmat, atau baru saja mendapatkan kabar yang
menggembirakan, maka seketika itu juga ia melakukan sujud syukur tanpa menunda-
nundanya. Meskipun boleh-boleh saja seseorang melakukan sujud syukur setiap
hari, setiap ba’da shalat, atau kapan pun ia mau. Tetapi sujud syukur lebih dianjurkan
dilakukan oleh seseorang yang baru saja mendapat kenikmatan-kenikmatan yang
spesial. Misal lulus Ujian, naik kelas, memenangi lomba tingkat nasional, dan lain
sebagainya. Kenikmatan-kenikmatan tersebut tidak terjadi belum tentu kita dapatkan
setahun sekali.
Adapun cara melakukannya adalah dengan satu kali sujud dan dilakukan di luar
shalat. Meskipun syarat sujud syukur boleh tidak suci tetapi tentunya lebih baik bila
melakukan selagi suci (berwudhu).

5. Do’a Sujud Syukur


Bacaan do’a sujud syukur juga sama dengan sujud tilawah, yaitu:
‫س قشلَو يهقُل للخ ىلذلِللَىلهجْلو لدلج ل‬
‫س‬ ‫صلبلو يهلعمَ ْل‬
‫ت لهلتَوق ل يو هللوْلحبَْ يرله ل‬
‫ي لقللخِللْ ييلسْحيلَ ل لر بل ل‬
‫ل‬
ِ‫ل‬
Artinya:
"Aku sujud kepada Allah Swt. Yang telah menciptakan dan membentuk diriku serta
telah membukakan pendengaran dan penglihatanku dengan kekuasaan dan
kekuatanNya. Maha berkah Allah, Dialah sebaik Pencipta."

Atau boleh juga sujud syukur dengan membaca doa berikut:

ِ‫ل‬ َِ‫ل‬ َِ ًِ ‫ل‬ ِ‫ْ ي‬ ِ‫لِ ل‬ َِ‫ل‬ ِ‫ل‬


ِ‫ل‬ ‫ض يلللم‬
‫لع ل‬ َِ‫ل‬ ًِ ِ‫ل ل ل ل‬ ِ‫ل‬ ِ‫لل‬ َِ‫لَ ل‬ ِ‫ل‬ َِ‫ل‬ ِ‫لِ ل‬
ِْ
ِ‫ل ل‬
‫يلل ْ لع ضف‬ ٌِ ْ ‫َ لييمَهلل ع‬ . ‫دببعت ببر قرو‬ ‫ قح قح بيبر تن‬، ‫ل تدجس‬ ‫يمَهلل‬ ‫ن حيبْس‬.
‫ت لمَْلو ل لبذللع يلنلق يمَ لَهلل‬ ‫ْيمَلحرَل ي‬
‫بَْ َوتلَلتْلن ل َ لنيلَلع ْبيتلو ل يد لبلع ي لعْب ي‬
Artinya:

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


"Maha Suci Engkau. Ya Allah, Engkaulah Tuhaku yang sebenarnya, aku sujud
kepada-Mu ya Rabbi sebagai pengabdian dan penghambaan. Ya Allah, sungguh
amalku lemah, maka lipat gandakan pahalanya bagiku. Ya Allah, selamatkan aku
dari siksa-Mu pada hari hamba-hamba-Mu dibangkitkan, terimalah taubatku,
sesunguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang."

Selain dua doa di atas, doa sujud syukur bisa juga menggunakan bacaan yang
lain, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat An-Naml : 19, dimulai dari Ya
Rabbi…dan seterusnya sampai akhir.

Artinya:
"….Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan dua orang ibu bapakku dan untuk
mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhai : dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh". (QS. An-Naml
[27] : 19)

6. Beberapa peristiwa yang menyebabkan Rasul dan para sahabat melakukan


sujud syukur.

a. Rasulullah SAW. sujud syukur ketika menerima surat tentang masuk Islamnya
Hamadzan.
b. Ketika mendengar kematian Musailamah AI-Kadzab (Nabi pi:lIsu), Abu Bakar As-
Shidiq melakukan sujud syukur.
c. Ali ra. sujud syukur ketika menemukan mayat Dzats Tsudaiyah di antara orang-
orang Khawarij yang tewas terbunuh.
d. Ka'ab bin Malik sujud syukur ketika mendengar berita bahwa taubatnya diterima
oleh Allah SWT.

7. Hikmah Sujud Syukur


Hikmah melakukan sujud syukur, yaitu:
a. Memperoleh kepuasan batin berkaitan dengan anugrah yang diterima dari Allah
Swt.
b. Merasa dekat dengan Allah sehingga memperoleh bimbingan dan hidayahNya.
c. Memperoleh tambahan nikmat dari Allah Swt dan selamat dari siksanya.

B. Sujud Tilawah
1. Pengertian Sujud Tilawah.
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
Menurut bahasa tilawah berarti bacaan. Sedangkan menurut istilah sujud tilawah
ialah sujud yang dikerjakan pada saat membaca atau mendengar ayat-ayat "sajdah"
dalam AI-Qur'an. Berbeda dengan sujud syukur, sujud tilawah boleh dikerjakan di
dalam maupun di luar shalat.

2. Hukum Melaksanakan Sujud Tiawah

Hukum melakukannya adalah sunnah.Dasarnya adalah adalah hadist berikut,


yang artinya:

“Rasulullah membacakan al-Qur‟an untuk kami, jika melalui ayat sajdah beliau
bertakbir lalu sujud dan kami pun ikut semua.” (H.R Abu Dawud, Baihaqi, Hakim)
3. Syarat-syarat Sujud Tilawah

a. Suci dari hadats dan najis, baik badan, pakaian maupun tempat
b. Menutup aurat
c. Menghadap ke arah kiblat
d. Setelah mendengar atau membaca ayat sajdah

4. Rukun Sujud Tilawah


Rukun sujud tilawah sama dengan rukun sujud syukur, yaitu:
a. Niat (di dalam hati)
b. Takbiratullhram
c. Sujud
d. Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud)
e. Salam

5. Cara Melaksanakan sujud Tilawah


a. Sujud tilawah di saat shalat
Jika mendengar atau membaca ayat sajdah dalam shalat, hendaklahsujud
sekali, kemudian kembali berdiri meneruskan bacaan ayat tersebut dan
meneruskan shalat. Namun apabila dalam shalat jama'ah makmum wajib
mengikuti imam. Artinya jika imam membaca ayat sajdah lalu bersujud, maka
makmum wajib ikut sujud. Tetapi jika imam tidak sujud, maka makmumpun tidak
boleh sujud sendirian.

b. Sujud tilawah di luar shalat


1) Menghadap kiblat
2) Niat dan takbir
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
3) Sujud (Hanya sekali)
4) Duduk setelah sujud
5) Salam

6. Doa Sujud Tilawah


Doa sujud tilawah adalah sebagai berikut:
‫س قشلَو يهقُللخ ىلذلِلَلىلهجْلو لدلج ل‬
‫س‬ ‫صلبلو يهلعمَ ْل‬
‫ت لهلتَوق ل يو هللوْلحبَْ يهلر ل‬
‫ي لقللخِللْ ييلسْحيلَ ل لر لب ل‬
‫ل‬
ِ‫ل‬

Artinya:
"Aku sujud kepada Allah Swt. Yang telah menciptakan dan membentuk diriku serta
telah membukakan pendengaran dan penglihatanku dengan kekuasaan dan
kekuatanNya. Maha berkah Allah, Dialah sebaik Pencipta."

7. Keutamaan Sujud Tilawah

Keutamaan sujud tilawah ialah akan terhindar dari gangguan syetan. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW, yang artinya:
“Dari Abu Hurairah RA, Nabi Saw. bersabda: „Apabila seorang membaca ayat
sajdah lalu ia sujud, maka setan menghindar dan menangis serta berkata: “hai
celakalah aku, ia diperintah bersujud lalu sujud, maka untuknya surga.
Sedangkan saya diperintah bersujud tetapi saya menolak, maka bagi saya
neraka.” (H.R. Muslim)

8. Ayat-ayat Sajdah:
Di dalam AI-Our'an terdapat 15 ayat sajadah, yaitu :

a. Akhir Surat Al-A’raf [7] : 206

b. Akhir Surat Ar-Ra’du [13] : 15

c. Akhir Surat An-Nahl [16] : 49


d. Akhir Surat Isra [17] : 109

e. Akhir Surat Maryam [19] : 58

f. Akhir Surat Al-Hajj [22]: 18

g. Akhir Surat Al-Hajj [22] :77


Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
h. Akhir Surat Al-Furqan [25] : 60

i. Akhir Surat An-Naml [27] : 26

j. Akhir Surat As-Sajdah [32] : 15

k. Akhir Surat Shaad [38] : 24

l. Akhir Surat Fushilat [41] : 38

m. Akhir Surat An-Najm [53] : 62

n. Akhir Surat Al-Insyiqaq [84] : 21

o. Akhir Surat Al-Alaq [96] : 19

Biasanya di mushaf Al-Qur’an terdapat tulisan ٌ‫س‬


‫ لدْج ل‬di sebelah ayat-ayat sajdah

tersebut.

C. Persamaan dan Perbedaan Sujud Tilawah dengan Sujud Syukur

1. Persamaannya
a. Baik sujud tilawah maupun sujud syukur hanya dilakukan sekali sujud saja.
b. Hukumnya sama-sama sunnah.

2. Perbedaannya
a. Sujud tilawah dapat dikerjakan di saat shalat maupun di luar shalat, sedangkan
sujud syukur hanya boleh dikerjakan di luar shalat dan tidak boleh melakukan
sujud syukur di saat shalat.
b. Sujud tilawah dikerjakan karena mendengar atau membaea ayat-ayat sajadah,
sedangkan sujud syukur dikerjakan karena mendapat nikmat dari Allah SWT.
atau karena terhindar dari bahaya yang menganeam dirinya.

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


BAB 2
PUASA

Standar Kompetensi:
2. Melaksanakan Tata Cara Puasa

Kompetensi Dasar:
2.1. Memahami Ketentuan Puasa
2.2. menjelaskan macam-macam puasa (menurut hukumnya)
Indikator:
2.1.1. Menjelaskan pengertian puasa dan dalilnya
2.1.2. Menjelaskan syarat dan rukun puasa.
2.1.3. Menjelaskan amalan sunah pada waktu berpuasa
2.1.4. Menjelaskan makruh puasa
2.1.5. Menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa
2.1.6. Melafalkan do'a berbuka puasa
2.2.1. Menjelaskan pengertian puasa Ramadlon dan dalilnya
2.2.2. Menjelaskan cara menentukan awal dan akhir Ramadlon dan dalilnya.
2.2.3. Menjelaskan amalan sunah pada bulan ramadlon.
2.2.4. Menjelaskan hal-hal yang membolehkan tidak puasa dan dalilnya.
2.2.5.Menjelaskan hal-hal yang dilarang bagi orang yang berpuasa Ramadlon
2.2.6. Menjelaskan kafarat bagi orang yang melanggar larangan puasa Ramadlon dan dalilnya
2.2.7. Menjelaskan pengertian puasa sunah dan dalilnya
2.2.8. Menyebutkan macam-macam puasa sunah.
2.2.9. Menyebutkan hikmah puasa sunnah
2.2.9. Menyebutkan pengertian puasa nadzar dan dalilnya.
2.2.10. Menyebutkan hari-hari yang diharamkan dan dimakruhkan berpuasa

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


A. Ketentuan puasa
1. Pengertian puasa

Puasa merupakan terjemah dari shoum yang menurut bahasa berarti menahan
diri dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam
matahari (maghrib).
Pengertian puasa ini telah diterangkan dalam firman Allah:

Artinya:
…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. ..(Q.S Al-Baqarah/2: 187)

Dalam Islam ada beberapa macam puasa, yang paling kita kenal adalah puasa
Ramadhan. Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi yang memenuhi syarat wajib.
Kewajiban ini beradasarkan firman Allah:

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S. Al-Baqarah/2:
183)

Dalam ayat tersebut terkandung tujuan utama dari ibadah puasa, yakni supapa
kita bertakwa kepada Allah Swt.

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


2. Rukun Puasa

Puasa merupakan ibadah mahdhah yang pelaksanaannya harus sesuai dengan


apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, kita tidak boleh
semaunya sendiri dalam mengerjakan puasa agar ibadah puasa kita diterima oleh
Allah Swt.
Rukun puasa sendiri hanya ada 2, yakni niat dan imsak.
a. Niat
Niat puasa yaitu adanya suatu keinginan di dalam hati untk menjalankan puasa
semata-mata mengharap ridha Allah swt, karena menjalankan perintahNya.
Semua puasa, tanpa adanya niat maka tidak bisa dikatakan sebagai puasa.
Kapankah kita berniat berpuasa?
Untuk puasa wajib, maka kita harus berniat sebelum datang fajar, sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah saw:

Barang siapa tidak berniat puasa sejak makam, maka ia tidak mempunya puasa
(H.R. an-Nasa’i)

Sementara itu untuk puasa sunnah, kita di bolehkan berniat setelah terbit fajar,
dengan syarat kita belum melakukan perbuatan-perbuatan yang membatalkan
puasa, seperti makan, minum, berhubungan suami istri, dan lain-lain. Hal ini
didasarkan pada Hadist dari Aisyah r.a yang artinya: “Pada suatu hari,
Rasulullah sa masuk ke rumah, kemudian bersabda, ‘apakah enkau mempunyai
makanan?’ Aku enjawab, ‘Tidak’. Rasulullah saw, bersabda ‘Kalau begitu, aku
puasa.” (H.R. An-Nasa’i)

b. Imsak
Kita sudah terlampau akrab dengan kata imsak, lebih-lebih ketika bulan
Ramadhan. Banyak orang memahami Imsak sebagai waktu menjelang fajar
(subuh) dimana seorang muslim yang akan berpuasa berhenti makan sahur.
Padahal makna dari imsak tidaklah sesempit itu. Imsak yaitu menahan diri dari
hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan lain-lain dari mulai
terbit fajar sampai terbenam matahari. Jadi, waktu dimulainya puasa bukanlah
pada saat sirine atau pengumuman imsak disuarakan, tetapi dimulai ketika fajar.
Tentang kenapa diperlukan sirine dan jadwal waktu imsak itu supaya kita
berhati-hati dan bersiap-siap karena sebentar lagi (sekitar 10 menit lagi) fajar
akan tiba.

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


3. Syarat wajib puasa
Syarat wajib puasa adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang diwajibkan
melakukan puasa. Muslim yang belum memenuhi syarat wajib puasa maka dia
belum dikenai kewajiban untuk mengerjakan puasa wajib. Tetapi tetap
mendapatkan pahala apabila mau mengerjakan ibadah puasa. Syarat wajib puasa
adalah sebagai beriktu:
a. Beragama Islam
b. Berakal sehat
c. Baligh
d. Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)
e. Bermukim (tidak sedang bepergian jauh)
f. Mampu (tidak sedang sakit)

Apabila salah satu dari hal-hal di atas tidak ada pada seorang muslim, maka ia
belum/tidak wajib mengerjakan puasa wajib.

4. Perbuatan yang disunnahkan ketika puasa

Puasa merupakan ibadah yang langsung untuk Allah swt. Oleh karena itu, sudah
semestinya kita mengisi waktu puasa kita dengan amalan-amalan tertentu agar
upaya kita mendengatkan diri kepada Allah dapat tercapai. Dalam sebuah hadist
Qudsi, Allah swt. Berfirman, yang artinya:
“Semua amal anak adam untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa
itu untuk-Ku dan Akulah yang langsung membalasnya. Puasa itu ibarat perisai. Pada
hari kalian puasa, janganlah mengucapkan hata-kata kotor (tidak enak didengar)
dan jangan (pla) bertengkar. Jika seseorang encaimu atau mengajakmu bertengkar,
maka katakan kepadanya: ‘aku sedang puasa (siam)’. (H.R. Muslim)
Adapun amalan sunnah saat berpuasa adalah sebagai berikut:
a. Menyegerakan berbuka
Dari annas r.a., ia berkata: “Rasulullah saw. Berbuka sebelum shalat (maghrib)
dengan kurma, kalau tidak ada kurma beliau minu ari beberapa teguk.” (H.R. Abu
Dawud)
b. Makan Sahur
Meskipun misalkan kita kuat berpuasa tanpa diawali dengan makan sahur,
tetapi karena makan sahur telah dicontohkan oleh Rasulullah, semestinya kita
tidak meremehkan/meninggalkan bersantap sahur.
Rasulullah bersabda, yang artinya:

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


Makan sahurlah kamu, karena sesungguhnya pada makan sahur itu terdapat
berkah. (H.R. al-Bukhari)
c. Menggosok gigi pada waktu pagi.
Rasulullah bersabda, yang artinya:

“Jika kamu berpuasa, bersiwaklah pada waktu pagi dan jangan bersiwak pada
waktu sore” (H.R. at-Thabrani)
d. Membaca dan Mengkhatamkan Al-Qur’an
Membaca al-Qur’an memang semestinya kita biasakan, lebih-lebih saat kita
berpuasa sunnah atau bahkan di bulan Ramadhan, dimana al-Qur’an diturunkan
pada bulan ini. Allah berfirman:

Artinya:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)….(Q.S. al-Baqarah/2: 185)

2. Shalat Lail
Shalat tarawih merupakan bagian dari shalat lail, yakni shalat yang waktu
pelaksanaannya ba’da shalat isya sampai sebelum fajar. Ada sebagian orang
menganggap bahwa shalat tarawih itu wajib, padahal hukumnya adalah sunnah,
sebagaimana shalat lail yang lain, seperti witir, dan tahajut. Meski begitu,
sunnah shalat tarawih dan shalat lail yang lain adalah sunnah muakaddah,
termasuk amalan yang jarang sekali ditinggalkan oleh Rasulullah saw.

3. Memperbanyak doa
Orang yang berpuasa ketika berbuka adalah salah satu orang yang doanya
mustajab. Oleh karenanya perbanyaklah berdoa ketika sedang berpuasa
terlebih lagi ketika berbuka. Berdoalah untuk kebaikan diri kita, keluarga,
bangsa, dan saudara-saudara kita sesama muslim di belahan dunia.

4. Memberi buka puasa (tafthir shaim)


Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar (berbuka) bagi mereka
yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma
sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


"Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa
maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun".
(H.R. Bukhari Muslim)

5. Memperbanyak bersedekah
Rasulullah Saw. Bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah
pada bulan Ramadhan” (HR. Tirmizi).

6. I’tikaf
I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah. Rasulullah
Saw. selalu beri’tikaf terutama pada sepuluh malam terakhir dan para istrinya
juga ikut I’tikaf bersamanya. Dan hendaknya orang yang melaksanakan I’tikaf
memperbanyak zikir, istigfar, membaca Al-Qur’an, berdoa, shalat sunnah dan
lain-lain.

7. Umroh
Ramadhan adalah waktu terbaik untuk melaksanakan umrah, karena umroh
pada bulan Ramadhan memiliki pahala seperti pahala haji bahkan pahala haji
bersama Rasulullah Saw. Beliau bersabda, yang artinya:
“Umroh pada bulan Ramadhan seperti haji bersamaku.”

8. Memperbanyak amal kebaikan


Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi dikatakan bahwa
amalan sunnah pada bulan Ramadhan bernilai seperti amalan wajib dan amalan
wajib senilai 70 amalan wajib di luar Ramadhan. Oleh karena itu, raihlah setiap
peluang untuk berbuat kebaikan sekecil apapun meskipun hanya ‘sekedar’
tersenyum di depan orang lain. Ciptakanlah kreasi dan inovasi dalam berbuat
kebaikan agar saldo kebaikan kita terus bertambah.

5. Hal-hal yang dapat membatalkan puasa

a. Makan dan minum dengan sengaja. Apabila makan dan minumnya karena lupa
atau paksaan maka hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Muntah dengan sengaja. Apabila muntahnya tidak sengaja maka hal itu tidak
membatalkan puasa.
c. Berniat berbuka puasa. Sekali berniat berbuka puasa meskipun buka puasa itu
tidak dilaksanakan, puasanya batal.

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


d. Megalami haid atu nifas.
e. Keluar air mani karena memeluk atau mencium isteri/suami atau
bermasturbasi.
f. Bersenggama.
g. Hilang akal.
h. Merubah niat.

6. Perbuatan makruh ketika berpuasa.

Perbuatan makruh tidak membatalkan puasa, tetapi sepatutnya untuk dihindari,


yaitu:

a. Mandi dengan mengguyur atau berendam. Kalau dalam mandi tersebut secara
tidak sengaja tertelan air, hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Melakukan suntikan baik suntikan itu berupa obat atau makanan.
c. Bekam
d. Berkumur-kumur, sikat gigi setelah matahari tergelincir.
e. Memakai parfum

7. Orang yang diperbolehkan tidak berpuasa ramadhan dan cara menggantinya

Agama Islam adalah agama yang mudah. Demikian juga dalam ketentuan kewajiban
puasa. Dalam Islam ada rukhsah (keringanan) bagi orang-orang yang dalam
tertentu diperbolehkan tidak mengerjakan puasa Ramadhan. Hal ini telah
dijelaskan dalam Al-Qur’an:

Artinya:
…Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang
miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S.
Al-Baqarah/2” 184)

Ayat tersebut telah menerangkan orang-orang yang diperbolehkan tidak


mengerjakan puasa ramadhan dan bagaimana cara menggantinya, yakni sebagai
berikut:

a. Orang sakit. Sakit di sini adalah sakit yang apabila dia berpuasa akan
mengakibatkan sakitnya tambah parah. Ia dibolehkan untuk tidak berpuasa
Ramadhan dan wajib mengqadha’ di hari lain di luar Ramadhan sejumlah puasa
yang telah ditinggalkan. Mengqadha’ (mengganti) puasa wajib dilakukan setelah ia
sembuh sebelum Ramadhan tahun berikutnya datang. Apabila belum bisa
mengqadha’ hingga Ramadhan berikutnya datang tanpa alasan yang bisa
dimaklumi maka orang tersebut selain telah berdosa, sebagian Ulama
memerintahkannya untuk membayar kafarat dengan tetap mengqadha’ puasa yang
ditinggalkan.

b. Wanita yang menyusui dan hamil karena alasan kekhawatiran pada diri sendiri.
Mereka dibolehkan tidak berpuasa karena dapat digolongkan sebagai orang sakit.
Orang hamil dan menyusui wajib mengqadha atau membayar fidyah untuk
mengganti puasa yang ditinggalkan.

d. Orang yang bepergian (musafir). Orang yang bepergian mendapat keringanan


untuk tidak berpuasa, tetapi juga harus mengganti di hari lain ketika tidak dalam
perjalanan.

e. Orang yang sudah tua dan tidak mampu lagi berpuasa juga diberi keringanan tidak
mengerjakan puasa Ramadhan, dan ia diwajibkan menggantinya dengan membayar
fidyah, yaitu memberi makan sepuluh orang miskin.

Lalu, berapa besar ukuran fidyah itu?

Sebagian ulama seperti Imam As-Syafi`i dan Imam Malik menetapkan bahwa
ukuran fidyah yang harus dibayarkan kepada setiap satu orang fakir miskin adalah
satu mud gandum sesuai dengan ukuran mud Nabi SAW. Sebagian lagi seperti Abu
Hanifah mengatakan dua mud gandum dengan ukuran mud Rasulullah SAW atau
setara dengan setengah sha` kurma/tepung atau setara dengan memberi makan
siang dan makan malam hingga kenyang.

B. Macam-macam puasa
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
1. Puasa wajib
a. Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dikerjakan bagi setiap muslim pada bulan
Ramadhan selama sebulan penuh.

Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agara kamu bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah/2:
183)

Puasa Ramadhan juga termasuk dalam rukun Islam, sebagaimana tersebut dalam
hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a: “Didirikan agama Islam itu
atas lima dasar yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan melainkan Allah dan Nabi
Muhammada adalah utusan Allah, mendirikan shalat lima waktu, mengeluarkan zakat,
puasa bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah bagi yang mampu jalannya”
(H.R. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, belum sempurna keislaman seseorang apabila dia belum mengerjakan
puasa Ramadhan dengan penuh ikhlas semata-mata untuk mencari ridha Allah swt.

Keutaman puasa bulan Ramadhan:

Ramadhan adalah bulan mulia, bulan penuh ampunan, bulan di mana al-Qur’an
diturunkan, bulan yang memiliki banyak sekali keutamaan. Berikut adalah beberapa
keutamaan bulan Ramadhan yang tidak terdapat pada bulan lain:

1) Barangsiapa berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, maka ia akan


diampuni dosa-dosanya dan kembali menjadi manusia yang fitri (suci).
2) Dibebaskan dari siksa api neraka.
3) Setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup
rapat.
4) Pada bulan Ramadhan terdapat Lailah Al-Qadar yang lebih baik daripada seribu
bulan. Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang salah malam di bulan
Ramadhan lantaran iman dan mengharapkan pahala (dari Allah), maka
diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”(H.R. Muttafaq ‘Alaih)

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


Cara menentukan awal dan akhir Ramadhan:

Untuk menentukan awal Ramadhan, di antara kalangan muslim terjadi


perbedaan pendapat. Tetapi paling tidak, tiga cara berikut ini adalah cara-cara
yang biasa digunakan, yakni:

1) Dengan melihat bulan (ru`yatul hilal).

Yaitu dengan cara memperhatikan terbitnya bulan di hari ke 29 bulan


Sya`ban. Pada sore hari saat matahari terbenam di ufuk barat. Apabila saat itu
nampak bulan sabit meski sangat kecil dan hanya dalam waktu yang singkat,
maka ditetapkan bahwa mulai malam itu, umat Islam sudah memasuki
tanggal 1 bulan Ramadhan. Jadi bulan Sya`ban umurnya hanya 29 hari bukan
30 hari. Maka ditetapkan untuk melakukan ibadah Ramadhan seperti shalat
tarawih, makan sahur dan mulai berpuasa.
2) Menggunakan metode hisab.
Yaitu dengan cara menghitung peredaran bulan dan matahari menggunakan
rumus-rumus ilmu falaq.
3) Istikmal.
Yaitu menggenapkan umur bulan Sya`ban menjadi 30 hari. Ikmal /istikmal
ditempuh apabila pada tanggal 29 Ramadhan bulan sabit tidak tampak
karena tertutup awan atau karena memang belum muncul. Perintah untuk
melakukan ru`yatul hilal dan ikmal ini didasari atas perintah Rasulullah SAW
dalam hadits riwayat Abu Hurairah r.a.:
Puasalah dengan melihat bulan dan berfithr (berlebaran) dengan melihat
bulan, bila tidak nampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya`ban
menjadi 30 hari.(HR. Bukhari dan Muslim).

b. Puasa Nadzar

Nadzar secara bahasa berarti janji. Puasa nadzar adalah puasa yang
disebabkan karena janji seseorang untuk mengerjakan puasa. Misalkan, Rudi
berjanji jika nanti naik kelas 9 ia akan berpuasa 3 hari berturut-turut, maka
apabila Rudi benar-benar naik kelas ia wajib mengerjakan puasa 3 hari
berturut-turut yang ia janjikan itu.

Berkaitan dengan puasa nadzar, Rasulullah saw pernah bersabda:


Barangsiapa bernadzar akan mentaati Allah (mengerjakan perintahnya), maka
hendaklah ia kerjakan. (H.R. Bukhari)

c. Puasa kafarat
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
Kafarat berasal dari kata dasar kafara yang artinya menutupi sesuatu. Puasa
kafarat secara istilah artinya adalah puasa untuk mengganti denda yang wajib
ditunaikan yang disebabkan oleh suatu perbuatan dosa, yang bertujuan menutup
dosa tersebut sehingga tidak ada lagi pengaruh dosa yang diperbuat tersebut, baik
di dunia maupun di akhirat.
Ada beberapa macam puasa kaffarat, yakni sebagai berikut:
1) Puasa kafarat dalam ibadah haji
Orang yang melakukan haji tamattuk dan qiran wajib membayar denda
menyembelih seekor kambing yang sah untuk berkurban. Tetapi jika ia tidak
mampu maka bisa diganti dengan melakukan puasa kafarat selama tiga hari di
tanah suci dan tujuh hari di tanah asalnya.
2) Kafarat karena meanggar sumpah.
Apabila seseorang berjanji maka wajib baginya untuk memenuhi janji itu.
apabila janji itu dilanggar maka ia akan berdosa dan karenanya diwajibkan
membayar kafarat di antara tiga pilihan berikut:
a) Memberi amkan sepuluh orang miskin seperti yang biasa dimakan setiap
harinya;
b) Memberi pakaian kepada orang miskin;
c) Memerdekakan budak; atau,
d) Puasa kafarat selama tiga hari.

2. Puasa sunnah

a. Puasa enam hari di bulan Syawal.


Baik dilakukan secara berturutan ataupun tidak.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya:
Keutamaan puasa romadhon yang diiringi puasa Syawal ialah seperti orang yang
berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
b. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
Yang dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak
termasuk hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adalah hari raya kurban dan
diharamkan untuk berpuasa.
c. Puasa hari Arafah
Yaitu puasa pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaannya, akan dihapuskan
dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang (HR.
Muslim). Yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa
kecil, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat.
d. Puasa Muharrom

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


Yaitu puasa pada bulan Muharram terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya
adalah bahwa puasa di bulan ini adalah puasa yang paling utama setelah puasa
bulan Romadhon (HR. Bukhori)
e. Puasa Assyuro’
Hari Assyuro’ adalah hari ke-10 dari bulan Muharram. Nabi shalallahu ‘alaihi
wasssalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro’ ini dan
mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan
untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-
10. Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa (kecil) di tahun sebelumnya (HR.
Muslim).
f. Puasa Sya’ban.
Yang dimaksud puasa Sya’ban adalah memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.
Keutamaan: Bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada Rabb
semesta alam (HR. An-Nasa’i & Abu Daud, hasan).
g. Puasa Senin dan Kamis.
Nabi telah menyuruh ummatnya untuk puasa pada hari Senin dan Kamis. Hari
Senin adalah hari kelahiran Nabi Muhammad sedangkan hari Kamis adalah hari
di mana ayat Al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan. Perihal hari Senin dan
Kamis, Rasulullah juga telah bersabda:
“Amal perbuatan itu diperiksa pada setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang
diperiksa amal perbuatanku, sedangkan saya sedang berpuasa. (HR Tirmidzi)
h. Puasa Tengah Bulan (tiga hari setiap bulan Qamariyah).
Disunnahkan untuk melakukannya pada hari-hari putih (Ayyaamul Bidh) yaitu
tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan qamariyah.
i. Puasa Dawud
Cara mengerjakan puasa nabi Dawud adalah dengan sehari puasa sehari tidak
puasa, atau selang-seling. Puasa nabi Dawud adalah puasa yang paling disukali
oleh Allah swt. (HR. Bukhari-Muslim).

3. Puasa Makruh

Kapan puasa hukumnya makruh? Puasa yang makruh dilakukan adalah puasa pada
hari Jumat dan Sabtu yang tidak bermaksud mengqadha’ Ramadhan, membayar
nadzar atau kafarat, atau tidak diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Jadi
seseorang yang puasa pada hari Jumat atau Sabtu dengan niat mengqadha’ puasa
Ramadhan tidak termasuk puasa makruh. Misal tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari
Sabtu maka puasa hari Sabtu pada waktu itu menjadi puasa sunnah bukan makruh.
Ada pendapat lain yang lebih keras bahkan menyatakan bahwa puasa

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


pada hari Jumat tergolong puasa haram jika dilakukan tanpa didahului hari
sebelum atau sesudahya.

4. Puasa Haram

Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena
waktunya atau karena kondisi pelakukanya.

a. Hari Raya Idul Fitri

Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu
syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk
berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling
tidak harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.

b. Hari Raya Idul Adha

Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi
umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan
untuk menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin
dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan
dengan menyantap hewan qurban itu dan merayakan hari besar.

c. Hari Tasyrik

Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu
umat Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih
diharamkan untuk berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan utnuk
menyembelih hewan qurban sebagai ibadah yang disunnahkan sejak zaman
nabi Ibrahim as.

d. Puasa sepanjang tahun / selamanya

Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia
sanggup untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara
syar`i puasa seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak
puasa, Rasulullah SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud
as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


C. Mempraktekkan puasa

Setelah kita tahu ilmu perihal puasa maka yang harus kita lakukan kemudian adalah
mengamalkan ilmu tersebut. Berpuasa pada hakikatnya tak sekadar menahan lapar dan
haus, tetapi merupakan latihan kita dalam menundukkan hawa nafsu.
Barangkali untuk tahap awal kita hanya bisa mengerjakan puasa Ramadhan saja. Tetapi
amal ibadah kita harus kita tingkatkan. Kita sudah sepatutnya mengupayakan untuk juga
mengerjakan puasa-puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, atau puasa setahun sekali
pada tanggal 9 dzulhijjah, syukur-syukur bisa mengerjakan puasa nabi Dawud yang
tergolong puasa yang paling disukai Allah swt.

REFERENSI:
Sulaiman Rashid, Fiqih Islam, PT Sinar Baru, Bandung 1987
Sayyid SAbiq, Fiqh Sunnah, PT Al-Ma’arif, Bandung 1982.
Masyfuq Zuhdi, Masail Fiqhiyah, CV. Haji Masagung, Jakarta,
1993
Departean Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta: CV Naladana, 2006
T Ibrahim dan H. Darsoni, Penerapan Fiqih 2, Tiga Serangkai, Solo, 2009

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


BAB 3
ZAKAT
Standar Kompetensi :

3. Melaksanakan tatacara zakat

asaD isnetepmoKr:
3.1 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat maal
3.2 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat
3.3 Mempraktek-kan pelaksana-an zakat fitrah dan maal

Materi:
Zakat

Indikator:
3.1.1. Mendiskusikan tentang Zakat fitrah sebagai zakat pembersih jiwa.
3.1.2. Mendiskusikan pengelolaan zakat Fitrah serta waktu yang paling utama dalam
mengeeluarkan zakat fitrah .
3.1.3. Melakukan studi litertatur secara mandiri menemukan dalil tentang ukuran zakat
3.1.4. Mendiskusikan tentang Zakat fitrah sebagai zakat harta.
3.1.5. Mendiskusikan pengelolaan zakat harta serta waktu yang diharuskan dalam
mengeluarkan zakat Maal
3.1.6. Melakukan studi litertatur secara mandiri menemukan dalil tentang ukuran zakat
3.1.7. Mengkaji kewajiban zakat maal dan yang berhak menerima zakat(mustahik).
3.2.1. Berdiskusi tentang muallaf yang mana yang berhak menerima zakat.
3.3.1. Praktek menghitung zakat harta
3.3.2. Mendemostrasikan menjadi panitia zakat
3.3.3. Terbiasa membayarkan zakat fitrah dan zakat harta

Sebelum membahas lebih jauh tentang macam-macam zakat dan tata caranya, marilah
terlebih dulu kita ketahui apa itu zakat. Menurut bahasa(lughat), zakat berarti tumbuh;
berkembang; kesuburan atau bertambah. Zakat dapat pula berarti membersihkan atau
mensucikan.
Sementara itu menurut Hukum Islam (syara'), zakat adalah nama bagi suatu
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu.
Selain hal zakat kita juga mengenal istilah shadaqah dan infaq. Sebagian ulama
fiqh mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah
dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat,
sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.

A. Zakat Fitrah
1. Pengertian Zakat Fitrah dan Hukumnya

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


Zakat fitrah adalah zakat terhadap jiwa yag wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
untuk memberishkan drinya atau keluarganya yang menjadi tanggunannya pada hari
raya Idul Fitri. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
“Zakat fitrah untuk membersihkan diri orang-orang yang berpuasa dari perbuatan
yang tidak berguna dan perkataan yang kotor serta untuk memberi makan kepada
orang-orang miskin.”

Hukum Zakat fitra adalah wajib. Berdasarkan firman Allah:


http://elazhar.com/quran/image/2_043.gif

Artinya:
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'” (QS. Al Baqarah [2] : 43)

2. Syarat Wajib Zakat Fitrah


a. Beragama Islam
b. Orang tersebut ada (hidup) pada waktu terbenam matahari pada malam Idul
Fitri. Bagi setiap muslim yang melihat matahari terbenam di akhir bulan
Ramadhan atau mendapati awal bulan syawal, maka wajib baginya untuk
membayar zakat fitrah untuk dirinya dan yang ditanggung.
c. Mempunyai kelebihan makanan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
keluarganya pada malam Idul Fitri dan pada siang harinya.
d. Lahir sebelum matahari tenggelam di akhir Ramadhan. Seorang anak tersebut
wajib dibayarkan zakat fitrahnya dan menjadi tanggungan orang tuanya,
namun jika setelah matahari tenggelam, maka tidak ada kewajiban membayar
zakat fitrah. Demikian juga apabila muslim meninggal setelah matahari
terbenam di akhir Ramadhan maka ia tetap berkewajiban Zakat Fitrah.

3. Waktu Untuk Membayar Zakat Fitrah

Kapan waktu membayar zakat fitrah? Sebagian ulama’ berpendapat bahwa untuk
membayar zakat fitrah ada 5 macam:
a. Waktu jawaz (boleh) : sejak awal Ramadhan
b. Waktu Wajib: bila matahari telah terbenam di akhir Ramadhan
c. Waktu Afdhal (utama): Sebelum kaum muslimin keluar untuk melaksanakan shalat
hari raya Idul Fitri.
d.Waktu Makruh: setelah selesai shalat hari raya Idul Fitri.
e. Waktu Haram: sesudah hari raya (satu hari setelah hari raya)

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


4. Orang yang Tidak Wajib Dibayarkan Zakat Fitrah

a. Istri yang durhaka; maka gugur kewajiban suaminya untuk menafkahinya


b. Istri yang kaya
c. Anak yang kaya, karena mampu bayar sendiri, namun boleh juga orang tuanya
mengeluarkan baginya zakat fitrah
d. Anak yang sudah besar (mampu menafkahi diri sendiru atau sudah berusaha)
e. Budah yang kafir
f. Murtad (keluar dari Islam)

5. Mustahik Zakat Fitrah

Mustahik zakat adalah orang-orang yang berkah menerima zakat fitrah. Sebagian
besar ulama (jumhur) berpendapat bahwa golongan yang berhak menerima zakat
fitrah hanyalah fakir dan miskin.
Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta untuk keperluan hidup sehari-hari
dan tidak mampu berusaha. Miskin adalah orang yang berpenghasilan tetapi sehari-
harinya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
Namun demikian ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mustahik zakat fitrah
terdiri dari delapan asnaf (golongan), berdasarkan Al-Qur’an Surat At-Taubah 60
Allah berfirman:

http://elazhar.com/quran/image/9_060.gif

“Hanya sedekah-sedekah itu (zakat) diberikan kepada fakir miskin, orang yang
bekerja mengurus zakat (amil), orang-orang yang hatinya mulai terpau dengan islam
(muallaf), budak-budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang di jalan
Allah, serta kepada orang-orang yang dalam perjalanan.” (Q.S At-Taubah [9]:60)

6. Golongan yang Tidak Boleh Menerima Zakat Fitrah

1. Orang yang kaya harta benda dan uang


2. Budak (selain budak mukatab). Budak mukatab yaitu budak yang bisa merdeka
dengan syarat tertentu, adapun budak qin adalah budak asli: seluruh hidup dan
tubuhnya melekat nama budak; budak mudabbir: bisa merdeka setelah tuannya
meninggal
3. Bani Muthalib
4. Bani Hasyim
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
5. Orang Kafir
6. Orang kuat untuk berusaha
7. Nabi Muhammad SAW

7. Hikmah Disyariatkannya Zakat Fitrah


a. Sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa yang jatuh ke dalam perbuatan sia-sia
dan juga ucapan keji.
b. Sebagai bantuan kepada kaum fakir miskin dan kaum papa serta mencukupi
mereka dari meminta-minta pada hari Idul Fitri.

B. Zakat Mal
1. Pengertian Mal (harta)
a. Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali
sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya
b. Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan
dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim). sesuatu dapat
disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:

1) Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai


2) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah,
mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
2. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati

a. Milik Penuh (Almilkuttam)

Almilkuttam berarti harta yang berada dalam kontrol dan kekuasaa


seseorang secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta
tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat
islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara
yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang
haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut
harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak
atau ahli warisnya.
b. Berkembang
Yaitu : harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan
atau mempunyai potensi untuk berkembang.
c. Cukup Nishab
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan
ketetapan syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari
Zakat
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah)
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan
keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya
apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat
hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan
hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan,
pendidikan, dsb.
e. Bebas Dari hutang
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang
harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat),
maka harta tersebut terbebas dari zakat.
f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu satu tahun.
Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan.
Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada
syarat haul.

3. Harta yang Wajib di Zakati dan Nishabnya

a. Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil
(kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Nisab untuk untang adalah
5 ekor, sapi/kerbau 30 ekor, dan kambing 40 ekor. Ada pun rinciannya adalah
sebagai berikut:
Jenis Harta Nishob Jumlah Zakat Keterangan

Unta 5-9 ekor 1 kambing Umur 1 tahun


10-14 ekor 2 kambing Umur 2 tahun
15 -19 ekor 3 kambing Umur 1 tahun
20-24 ekor 4 kambing Umur 1 dan 2 tahun

25-35 ekor 1 anak unta 2 tahun lebih

Kambing 40-120 ekor 1 kambing betina 2 tahun lebih


121-200 ekor 2 kambing betina 2 tahun lebih
201-399 ekor 3 kambing betina 2 tahun lebih
400-499 ekor 4 kambing betina 2 tahun lebih

Sapi 30-39 ekor 1 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih


dan kerbau 40-59 ekor 1 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih
60-69 ekor 2 anak sapi/kerbau 2 tahun lebih
70-79 ekor 2 anak sapi/kerbau 1 tahun lebih

b. Emas Dan Perak


Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang
elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang
yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai
harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara' mewajibkan zakat atas
keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang
lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku
pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk
penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga
lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan
nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.
Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan,
tanah, dll. Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan
tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan. Pada emas dan
perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak
diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.

Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan


Zakat

Emas 85 gr 2,5 % -

Perak 595 gr 2,5% -

c. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan
dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian,
makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan
atau perserikatan seperti CV, PT, Koperasi, dan lain sebagainya.

Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan


Zakat

Harta Perniagaan 85 gr emas 25 % Setelah 1 tahun


Nishibnya:jumlah
barang yang ada +laba
1 tahun

d. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai
ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman
hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo
Jenis Harta Nishob Jumlah Zakat Keterangan

Hasil Tanaman 5 Watsaq senilai 5 % jika Setiap panen


653 kg beras dengan irigasi
10 % tanpa
irigasi

e. Ma’din (Hasil Tambang)


Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut
bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer,
giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang
dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll.
Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan
Zakat

Hasil tambang Senilai 2,5 % Setiap


dengan 85 gr mendapatkan
emas

f. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan
harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang
mengaku sebagai pemiliknya.
Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan
Zakat

-Harta Karun Tidak ada 20 % Setiap


-Barang nishab mendapatkan
Temuan

g. Profesi, Saham, Benda-Benda Produktif


Selain harta di atas gaji dari profesi seseorang, saham, dan benda-benda
produktif (yang menghasilkan uang) jika sudah mencapai nishab maka wajib
dizakati. Berikut adalah rinciannya:

Jenis Harta Nishob Jumlah Keterangan


Zakat

Profesi
Qiyas ke emas 85 gr 2,5 % Setelah 1 tahun
Qiyas ke tanaman
dan emas 653 kg beras 2,5% Setiap mendapatkan
Qiyas ke tanaman 653 jg beras 5% Setiap mendapatkan

Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo


Saham 85 gr emas 2,5 emas Harga
saham+keuntungan

Benda-benda 653 kg 5 % atau Dari penghasilan


produktif 10%

4. Mustahik zakat Mal

Mustahik zakat mal ada 8 golongan sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an


Surat At-Taubah [9] ayat 60:
http://elazhar.com/quran/image/9_060.gif
“Hanya sedekah-sedekah itu (zakat) diberikan kepada fakir miskin, orang yang
bekerja mengurus zakat (amil), orang-orang yang hatinya mulai terpau dengan islam
(muallaf), budak-budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang di jalan
Allah, serta kepada orang-orang yang dalam perjalanan.” (Q.S At-Taubah [9]:60)

Dari ayat di atas sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang berhak
menerima zakat fitrah terdiri dari delapan golongan, yaitu:
a. Fakir
b. Miskin
c. Amil, panitia yang mengurusi penerimaan dan pembagian zakat
d. Mualaf, orang yang baru masuk Islam
e. Hamba sahaya atau budak
f. Gharim, orang-orang yang terlilit utang tapi untuk kemaslahatan
g. Sabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah
h. Ibn Sabil, Orang yang dalam perjalanan namun kehabisan bekal.

5. Hikmah Zakat Mal


Di antara hikmah zakat mal yaitu:
a. Sebagai rasa syukur kepada allah atas nikmat yang telah diberikannya.
b. Dapat meringankan beban fakir miskin dan mustahik zakat yang lainnya,
sehingga dapat hidup lebih layak
c. Dapat menjadil hubungan kasih sayang antara si kaya dengan si miskin
d. Dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam secara umum.
6. Akibat Orang yang Tidak Mengeluarkan Zakat Mal
a. Hartanya tidak suci
b. Hartanya tidak berkah
c. Tergolong kufur nikmat
d. Tertanam jiwa kikir/bakhil
Disusun Oleh: M.Yusuf Amin Nugroho, Guru MTs Negeri Wonosobo

Anda mungkin juga menyukai