Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangunan, pangatur, serta memelihara sel-sel dari
jaringan tubuh. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-
unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul
protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung
unsur logam seperti besi dan tembaga. (Winarno, F.G: 1997)
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada
di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam
kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. (Rohman,
Abdul:2007)
1|Protein
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud protein?
2. Apa saja jenis dan golongan protein?
3. Apa saja fungsi protein?
4. Bagaimana sifat fisika dan kimia dari protein?
5. Bagaimana metabolism protein dalam tubuh?
6. Bagaimana cara analisis protein secara kualitatif?
7. Bagaimana cara analisis protein scara kuantitatif?
1.3 Tujuan
1. Makalah ini dibuat untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan protein.
2. Makalah ini dibuat untuk mengetahui jenis, golongan, sifat fisika dan kimia,
fungsi, metabolisme dalam tubuh, serta analisis kualitatif dan kuantitatif
protein.
3. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Makanan dan
Minuman.
1.4 Manfaat
Makalah ini memiliki manfaat, yaitu sebagai salah satu sumber informasi dan
pengetahuan tentang protein.
2|Protein
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Protein
Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang
utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia
Belanda, Gerardus Johannes Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa
protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme. (Almatsier,
Sunita:2005)
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara
lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam
amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan petida. Asam amino terdiri atas
unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen; beberapa asam amino
disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, sodium, dan kobalt. Unsur
nitrogen adalah unsut utama protein karena terdapat di dalam semua protein, tetapi
tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lrmak. Unsur nitrogen merupakan 16%
dari berat protein. (Almatsier, Sunita:2005)
Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam
hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya.
Berat molekul protein bisa mencapai empat puluh juta; bandingkan dengan berat
molekul glukosa yang besarnya 180. Jenis protein sangat banyak, mungkin sampai
1010 – 1012. Ini dapat dibayangkan bila diketahui bahwa protein terdiri atas sekian
kombinasi berbagai jenis dan jumlah asam amino. Ada dua puluh jenis asam
amino yang diketahui sampai sekarang yang terdiri atas sembilan asam amino
esensial (asam amino yang tidak dapat dan harus didatangkan dari makanan) dan
sebelas asam amino nonesensial. (Almatsier, Sunita:2005)
3|Protein
Gambar 2.1 Struktur asam amino
Pada umumnya asam amino yang diisolasi dari protein hidroksilat
merupakan alfa-asam amino, yaitu gugus karboksil dan amino terikat pada atom
karbon yang sama. Yang membedakan asam amino satu sama lain adalah ranti
cabang atau gugus R-nya. R berkisar dari satu atom hidrogen (H) sebagaimana
terdapat pada asam amino paling sederhana glisin ke rantai karbon lebih panjang,
yaitu hingga tujuh atom karbon. (Almatsier, Sunita:2005)
4|Protein
Gambar 2.2 Asam amino netral
B. Asam Amino Asam
Beberapa asam amino dengan rantai cabang asam dapat dilihat pada
Gambar 2.3. (Almatsier, Sunita:2005)
5|Protein
Gambar 2.3 Asam amino dengan rantai cabang asam
C. Asam Amino Basa
Beberapa asam amino dengan rantai cabang basa dapat dilihat pada
Gambar 2.4. (Almatsier, Sunita:2005)
6|Protein
amino tertentu ternyata mengganggu pertumbuhan, sedangkan yang lain tidak.
Ternyata ada sepuluh macam asam amino yang dibutuhkan tikus untuk
pertumbuhan yang tidak dapat di sintesis tubuh. Asam amino ini dinamakan asam
amino esensial. Asam amino lain dinamakan asam amino tidak esensial. Asam
amino tidak esesnsial juga penting untuk pembentukan protein tubuh, tetapi asam
amino ini bila tidak terdapat dalam tubuh dapat di sintesis tubuh dalam jumlah
yang diperlukan. (Almatsier, Sunita:2005)
Penelitian yang sama kemudian dilakukan terhadap manusia dengan
menggunakan campuran asam amino yang dianggap esensial untuk tikus. Satu
persatu asam amino dikeluarkan dari campuran tersebut dan pengaruhnya terhadap
keseimbangan nitrogen pada manusia diamati. Ternyata ada sembilan jenis asam
amino esensial untuk manusia yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh. Kesembilan asam amino ini tidak dapat di sintesis
tubuh, yang berarti harus ada dalam makanan sehari-hari. Bila tubuh mengandung
cukup nitrogen, tubuh mampu mensintesis sebelas jenis asam amino lain, yaitu
asam amino tidak esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh. Nitrogen ini dapat berasal dari asam amino tidak esensial lain atau
dari asam amino esensial yang berlebihan. (Almatsier, Sunita:2005)
Belakangan ini asam amino tidak esensial dibagi mnejadi dua
kelompok yaitu asam amino tidak esensial bersyarat dan asam amino yang betul-
betul tidak esensial. (lihat Tabel 2.1) (Almatsier, Sunita:2005)
Tabel 2.1 Klasifikasi asam amino menurut esensial, tidak esensial bersyarat, dan
tidak esensial.
Esensial
Tidak esensial bersyarat Tidak esensial
Fenilalanin Sistein
7|Protein
Treonin Trionin
Lisin Glisin
Histidine
Metionin
Asam amino yang betul-betul tidak esensial adalah asam amino yang
dapat di sintesis melalui aminase reduktif asam keton atau melalui transaminase.
(Almatsier, Sunita:2005)
Asam amino tidak esensial bersyarat adalah asam amino yang disintesis
dari asam amino lain atau metabolit transaminase sederhana. Ternyata nitrogen
amino tidak bebas bisa dipertukarkan antar semua asam amino. Sistein ternyata
disintesis dari metionin atau serin, tirosin, dan fenil alanine, arginine dan prolin
dari glutamate dan aspartate, dan histidin dari adenine dan glutamin. Asam amino
yang diperlukan untuk mensitesis asam amino tidak esensial ini dinamakan
precursor asam amino tersebut. (Almatsier, Sunita:2005)
Istilah tidak esensial bersyarat menyatakan bahwa asam amino ini
diperlukan dalam makanan sehari-hari, kecuali bila prekursornya berada dalam
jumlah banyak dalam tubuh sehingga memungkinkan sintesisnya pada saat
dibutuhkan. (Almatsier, Sunita:2005)
8|Protein
Beberapa asam amino, biasanya lebih dari 100 buah, dapat mengadakan
ikatan peptide dan membentuk rantai polipeptida yang tidak bercabang. (Winarno,
F.G:1997)
Rantai polipeptid memounyai arah karena mempunyai dua residu ujung
yang berbeda yaitu gugus amino ujung dengan gugus karboksil ujung. (Winarno,
F.G:1997)
Ujung amino diambil sebagai ujung awal dari rantai polipeptida.
Karena itu dalam tripeptide seperti alanine-glisin-triptofan, alanine merupakan
ujung amino dan triptofan merupakan ujung karboksil. (Winarno, F.G:1997)
Pada beberapa protein terdapat rantai canagn yang mengadakan ikatan
silang yang disebut ikatan disulfide. Adanya ikatan disulfide diakibatkan
terjadinya oksidasi dari dua residu sistein menghasilkan suatu senyawa baru sistin.
(Winarno, F.G:1997)
9|Protein
B. Pembentukan ikatan-ikatan Esensial Tubuh
Hormon-hormon, seperti tiroid, insulin, dan epinefrin adalah protein,
demikian pula beberapa enzim. Ikatan-ikatan ini bertindak sebagai katalisator
atau membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi didalam tubuh.
(Almatsier, Sunita:2005)
Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein.
Begitupun bahan-bahan lain yang berperan dalam penggumpalan darah.
Protein lain adalah fotoreseptor pada mata. (Almatsier, Sunita:2005)
10 | P r o t e i n
E. Pembentukan Antibodi
Kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada
kemampuannya untuk memproduksi antibodi terhadap organisme yang
menyebabkan infeksi tertentu atau terhadap bahan-bahan asing yang memasuki
tubuh. Tingginya tingkat kematian pada anak-anak yang menderita gizi-kurang
kebanyakan disebabkan oleh menurunnya daya tahan terhadap infeksi
(muntaber, dan sebagainya) karena ketidak mampuannya membentuk antibodi
dalam jumlah yang cukup. (Almatsier, Sunita:2005)
G. Sumber Energi
Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat, karena
menghasilkan 4 kkal/g protein. Namun, protein sebagai sumber energi relatif
lebih mahal, baik dalam harga maupun dalam jumlah energi yang dibutuhkan
untuk metabolisme energi. (Almatsier, Sunita:2005)
11 | P r o t e i n
2.7 Sifat Fisika dan Kimia Protein
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan
jenis asam aminonya. Berat molekul protein sangat besar sehingga bila protein
dilarutkan dalam air akan membentuk suatu dispersi koloidal. Molekul protein
tidak dapat melalui membran semipermiabel, tetapi masih dapat menimbulkan
tegangan pada membran tersebut. (Winarno, F.G:1997)
Ada protein yang larut dalam air, adapula yang tidak larut dalam air,
tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Bila
dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang,
akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini
disebut salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi,
maka protein akan mengendap. (Winarno, F.G:1997)
B. Kelarutan
1. Albumin : terdapat dalam telur, susu, plasma, dan hemoglobin. larut dalam
air dan terkoagulasi oleh panas
13 | P r o t e i n
2. Globulin : terdapat dalam otot, serum, kuning telur dan biji tumbuh –
tumbuhan. tidak larut dalam air, tetapi larut dalam garam encer dan garam
dapur dan mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi. terkoagulasi
bila dipanaskan.
3. Glutelin : larut dalam pelarut asam / basa encer
4. Prolamin : larut dalam alkohol 70 – 80%
5. Histon : terdapat dalam jaringan kelenjar tertentu seperti timus dan
pancreas. Histon di dalam sel terikat dengan asam nukleat. larut dalam air,
tidak larut dalam ammonia encer
6. Protamin : dihubungkan dengan asam nukleat. larut dalam air, tidak
terkoagulasi oleh panas (Winarno, F.G:1997)
C. Protein konjugasi
Protein konjugasi adalah protein sederhana yang terikat dengan bahan – bahan
non asam amino. Gugus non asam amino ini dinamakan gugus prostetik.
(Winarno, F.G:1997)
1. Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan asam nukleat dan
mengandung 9-10% fosfat. Hidrolisis asam nukleat menghasilkan
purin,pirimidin, gula dan asam fosfat. Larut dalam air, tidak mudah
didenaturasi oleh panas. terdapat pada kecambah biji-bijian
2. Glikoprotein terdapat pada musin pada kelenjar ludah, tendomusin pada
tendon
3. Fosfoprotein protein yang terikat melalui ikatan ester dengan asam fosfat
terdapat pada kasein susu, kuning telur
4. Kromoprotein terdapat pada hemoglobin
5. Lipoprotein protein larut air yang berkonjugasi dengan lipida, seperti lesitin
dan kolestrol. terdapat pada serum darah, plasma dan berfungsi sebagai
pengangkut lipida dalam tubuh
6. Metaloprotein protein yang terikat dengan mineral, seperti feritin dan
hemosiderin dimana mineralnya adalah zat besi,tembaga dan seng.
(Winarno, F.G:1997)
14 | P r o t e i n
D. Tingkat degradasi
Tingkat permulaan denaturasi
1. Protein alami adalah protein dalam keadaaan seperti protein dalam sel
2. Turunan protein merupakan hasil degradasi protein pada tingkat permulaan
denaturasi. Dibedakan menjadi protein turunan primer (protean,
metaprotein) dan protein turunan sekunder (proteosa, pepton, dan peptida).
3. Protein primer merupakan hasil hidrolisis yang ringan, sedangkan protein
sekunder merupakan hasil hidrolisis yang berat.
4. Protean adalah hasil hidrolisis oleh air, asam encer, yang bersifat tak larut.
Contoh : miosan dan edestan
5. Metaprotein merupakan hasil hidrolisis lebih lanjut oleh asam dan alkali
larut dalam asam dan alkali encer. Contoh: asam albuminat, alkali
albuminat.
6. Proteosa larut dalam air, tidak terkoagulasi oleh panas
7. Pepton larut dalam air, tidak terkoagulasi oleh panas, mengendap oleh
pereaksi alkaloid seperti asam fosfo tungstate.
8. Peptida yaitu gabungan dua atau lebih asam amino yang terikat melalui
ikatan peptida. (Winarno, F.G:1997)
15 | P r o t e i n
b. Usus halus
Pencernaan protein dilanjutkan di dalam usus halus oleh campuran enzim
protease. Sentuhan kimus terhadap mukosa usus halus merangsang
dikeluarkannya enzim enterokinase yan mengubah tripsinogen tidak aktif
yang berasal dari pankres menjadi tripsin aktif. Tripsin dapat mengaktifkan
enzim-enzim proteolitik lain berasal dari pancreas. Kimotripsinogen diubah
menjadi karboksipeptidase dan elastase aktif. Enzim-enzim pancreas
memecah protein dari polipeptida menjadi peptide lebih pendek, yaitu
tripeptida, dipeptida dan sebagian menjadi asam amino. Enzim – enzim
proteolitik yang ada dalam lambung dan usus halus pada akhirnya dapat
mencernakan sebagian besar protein makanan menjadi asam amino bebas.
(Almatsier, Sunita:2005)
3) Sekresi
Beberapa jenis protein karena struktur fisika atau kimianya tidak dapat
dicerna dan dikeluarkan melalui usus halus tanpa perubahan. Di samping itu
16 | P r o t e i n
absorpsi asam amino bebas dan peptide mungkin tidak terjadi 100% terutama
bila fugsi usus halus terganggu, seperti pada infeksi saluran cerna atau
kehadiran factor-faktor antigizi seperti lesitin atau protein yang mencegah
terbentuknya tripsin dalam makanan. Protein atau asam amino yang tidak
diabsorpsi ini masuk ke dalam usus besar. (Almatsier, Sunita:2005)
4) Metabolisme protein
a. Penggunaan protein untuk membentuk protein atau asam amino tidak
esensial
Jika sel membutuhkan protein tertentu, sel tersebut akan membentuknya
dari asam amino yang tersedia. Jika sel membutuhkan asam amino tidak
esensial tertentu ntuk pembentukan protein, sel akan membuatnya degan
cara memecah asam amino lain yang tersedia dan mengggabungkan gugus
aminonya dengan unit-unit karbon-karbon fragmen yang berasal dari
glukosa. (Almatsier, Sunita:2005)
17 | P r o t e i n
gugus NH2 nya melalui proses deaminase, akan memsuki jalur metabolism
yang sama dengan yang digunakan oleh karbohidrat dan lipida. (Almatsier,
Sunita:2005)
18 | P r o t e i n
BAB III
B. Uji nihidrin
Masukkan 2 ml zat yang akan diuji ke dalam tabung reaksi, tambahkan
5 tetes pereaksi nihidrin, lalu panaskan di atas penangas air selama 5 menit,
kemuadian amati perubahan yang terjadi. ( Yazid, Estien: 2006 )
19 | P r o t e i n
Reaksi nihidrin harus didahului oleh reaksi hidrolisa protein karena
reaksi nihidrin berdasarkan adanya asam amino. Berlaku untuk semua
polipeptida, protein dan peptida karena hidraliaatnya mengandung asam amino.
(Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional)
C. Uji millon
Protein ditambah larutan merkuro nitrat Hg2(NO3)2 dan asam nitrat
pekat maka akan terbentuk warna merah. Adanya warna merah ini disebabkan
oleh oksidasi asam nitrat pada asam amino yang mempunyai gugus OH seperti
tirosin. ( Yazid, Estien: 2006 )
20 | P r o t e i n
Masukkan ke dalam 5 tabung reaksi berturut-turut air suling, HCl 10%,
NaOH 40%, alkohol 96% dan kloroform masing- masing sebanyak 1 ml.
tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 2 ml albumin telur
dan kemudian kocok kuat dan amati kelarutannya. ( Yazid, Estien: 2006 )
H. Uji xantoproteat
Masukkan 2 ml zat yang akan diuji ke dalam tabung reaksi. Tambahkan
1 ml asam nitrat pekat, perhatikan endapan putih yang terjadi. Kemudian
panaskan selama 1 menit dan amati terbentuknnya warna kuning. Lalu
dinginkan di bawah air kran dan tambahkan NaOH 10% setetes demi tetes
melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan dan perhatikan perubahan
yang terjadi. ( Yazid, Estien: 2006 )
21 | P r o t e i n
I. Uji pengendapan oleh alkohol
1. Masukkan 5 ml albumin ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml HCl 0,1
M ditambahkan 6 ml etanol 95%
2. Masukkan 5 ml albumin ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml NaOH
0,1 M ditambahkan 6 ml etanol 95%
3. Masukkan 5 ml albumin ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml buffer
asetat pH 4,7 ditambahkan 6 ml etanol 95%. ( Yazid, Estien: 2006 )
J. Uji koagulasi
Masukkan 5 ml albumin ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2 tetes
asam asetat 1 M kemudian tabung reaksi di letakkan pada air mendidih selama
5 menit.Kemudian endapan diambil 1 gram dilarutkan dengan air dan diamati
kelarutannya. ( Yazid, Estien: 2006 )
Uji endapan dengan uji millon yaitu engan cara : masukkan 3 tetes
peraksi millon ke dalam tabung reaksi lalu dipanaskan ke dalam air mendidih
dan amati warna yang terjadi. ( Yazid, Estien: 2006 )
22 | P r o t e i n
Untuk menentukan kadar protein dalam bahan makanan. Kadar protein
ditentukan atas dasar kadar nitrogen. Protein rata-rata mengandung 16%
nitrogen.Prinsipnya yaitu bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat
menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang
terjadi ditampungdan dititrasi dengan bantuan indikator. (Winarno, F.G: 1997)
Prinsip metode kjedahl:
1. Nitrogen organik dalam protein didestruksi menjadi nitrogen anorganik
yang berbentuk NH3
2. NH3 dipisahkan dengan cara destilasi uap air
3. Kadar nitrogen ditentukan dengan titrasi
4. Perhitungan kadar protein atas dasar kadar nitrogen
Oleh karena itu, protein bahan makanan mengandung rata-rata 16 %,
maka kadar protein: 100x kadar nitrogen = 6,2516 kadar nitrogen. Protein
nabati umumnya mengandung nitrogen lebih dari pada 16%, sehingga faktor
untuk memperhitungkan kadar protein adalah kurang dari 6,25. (Pusat
Pengujian Obat dan Makanan Nasional)
Cara Kjeldahl pada umumnya dibedakan menjadi dua cara yaitu makro
dan semi makro. Dengan cara makro digunakan untuk contoh yang sukar
dihomogenisasi dan ukuran besar yaitu 1-3 gram. Sedangkan cara semimakro
dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300mg dari bahanyan
homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen
dala bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah
yang besar. (Winarno, F.G: 1997)
Kekurangan cara analisis ini adalah bahwa purina, pirimidina, vitamin-
vitamin, asam amino besar, kreartina dan kreatinina ikut teranalisis dan
terukur sebagai nitrogen protein. Metode ini cocok untuk menetapkan kadar
protein yang tidak terlarut atau protein yang sudah mengalami koagulasi akibat
proses pemanasan maupun proses pengolahan lain yang biasa dilakukan pada
makanan. (Winarno, F.G: 1997)
Secara umum pada metode kjedahl ada tiga tahap kerja yaitu tahap
destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi. (Rohman, Abdul:2007)
1. Destruksi
23 | P r o t e i n
Sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehigga terjadi destruksi
menjadi unsur-unsurnya.Elemen karbon (C) dan hidrogen (H) teroksidasi
menjadi karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan H2O.
Elemen Nitrogen akan berubah menjadi amonium sulfat atau (NH4)2SO4.
Untuk mempercepat destruksi maka ditambah katalisator Natrium sulfat
dan merkuri oksida (20:1).Gunning menganjurkan menggunakan kalium
sulfat atau tembaga II sulfat. (Rohman, Abdul:2007)
Protein yang kaya asam amino histidin dan triptofan umumnya
memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih sukar untuk
destruksinya.Untuk sampel seperti ini maka diperlukan kaatalisator yang
relatif banyak. Selan katalisator yang telah disebutkan, kadang-kadang juga
ditambahkan selenium yang dapat mempercepat proses oksidasi, karena
selenium sealin dapat meningkatkan titik didih juga mampu
mengadakan perubahan valensi dari tinggi ke rendah atau sebaliknya.
(Rohman, Abdul:2007)
2. Destilasi
Pada tahap destilasi, amonium sulfat dipecah menjadi amonia
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan.Supaya destilasi
tidak menimbulkan superheating atau percikan cairan atau timbulnya
gelembung gas yang besar, maka ditambah dengan logam seng (Zn).
Amonia yang di bebaskan selanjutnya ditangkap dengan larutan baku asam.
Asam yang digunakan dapat berupa asam klorida 4% dalam jumlah yang
berlebihan.Supaya kontak antara asam dengan amonia lebih baik maka
ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam.Untuk
mengetahui asam dalam keadaan berlebih, maka ditamabah dengan
indikator fenolftalein (pp). Pada tahap destilasi ini, reaksi yang terjadi
adalah (Rohman, Abdul:2007)
(NH4)2SO4 + HgSO4 +NaOH +Na2S + Zn +H2O → NH3 + Na2SO4 +
ZnS + HgS + H2O
3. Titrasi
Apabila penampung destilat yang digunakan adalah asam klorida maka
sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan
larutan baku NaOH 0,1 N. Bila menggunakan indikator pp, titik akhir
24 | P r o t e i n
titrasi ditandai dengan munculnya warna merah muda yang pertama denga
tetap selama 30 detik. (Rohman, Abdul:2007)
Pada tahap titrasi ini (jika menggunakan HCl sebagai penampung
destilat) akan terjadi reaksi sebagai berikut (Rohman, Abdul:2007):
NH3 (aq) + HCl →NH4Cl
HCl (sisa) + NaOH → NaCl + H2O
Faktor
No Bahan Konversi
Bir, sirup, biji-bijian, ragi, makanan ternak,
1 buauh-buahan, teh, anggur 6,25
2 Beras 5,95
5 Kedelai 5,75
6 Kemari 5,18
B. Metode gasometri
25 | P r o t e i n
Metode gasometri dari van slyke lebih selektif dari pada metode
kjeldahl karena metode ini digunakan untuk amin alifatik primer.Metode ini
didasarkan pada reaksi antara amin alifatik primer dengan asam nitrit
menghasilkan N2.Gugus alfa amino primer dari asam amino bereaksi dengan
asam nitrit dan menghasilkan gas nitrogen.Asam nitrit ini dibuat dengan
mereaksikan natrium nitrit dengan asam asetat.Gas nitrogen yang terjadi
dimurnikan dengan mengalirkannya pada kalium permanganate, lalu
dikumpulkan dan diukur volumenya.Gas nitrogen yang terjadi sesuai dengan
jumlah asam amino yang ada. (Rohman, Abdul:2007)
C. Metode spektrofotometri
Metode ini hanya dapat digunakan untuk protein terlarut. Pada
penetapan kadar protein secara spektrofotometri, digunakan bovin serum
albumin (BSA) sebagai pembanding karena memberikan reprodusibilitas yang
tinggi. (Rohman, Abdul:2007)
D. Metode spektrofluorometri
Asam amino tirosin dan triptofan dapat berfluoresensi dengan panjang
gelombang eksitasi 280 nm dan panjang gelombang emisi 348 nm.
Keuntungan metode spektrofluorometri adalah lebih sensitive jika
dibandingkan dengan spektrofotometri UV, karena pada metode
spektrofluorometri kadar yang kecil mampu memberikan respon absorbsi yang
lebih tajam. Disamping itu, metode ini juga lebih selektif karena tidak semua
senyawa bisa berfluoresensi. (Rohman, Abdul:2007)
E. Metode turbidimetri
Protein dapat diendapkan dengan pereaksi tertentu sehingga timbul
kekeruhan.Untuk dapat dilakukan analisis dengan metode ini, protein harus
dalam bentuk larutan. Oleh karena itu, protein diendapkan dahulu deangan
ditambah bahan pengendap protein seperti: asam trikloroasaetat, kalium feri
sianida, asam sulfosalisilat atau pereaksi nessler. (Rohman, Abdul:2007)
26 | P r o t e i n
Kurva baku dibuat dengan menghubungkan antara kekeruhan dengan
kadar protein. Kekeruhan sampel diabandingkan dengan kurva baku. Makin
keruh sampel berarti makin tinggi kadar protein. (Rohman, Abdul:2007)
G. Metode kromatografi
Asam-asam amino yang menyusun susatu protein dapt ditetapkan
kadarnya dengan kromatografi, baik dengan menggunakan KLT-
densitometri (bersifat semi-kuantitatif) ataupun dengan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) dan dengan kromatografi gas (KG). (Rohman,
Abdul:2007)
Sebelum asam amino dianalisis, protein harus terlebih dahulu di hidrolisis
sehingga menghasilkan asam amino bebas. Masalah yang perlu diperhatikan
adalah rusaknya asam amino selama hidrolisis.Oleh karena itu, selama
hidrolisis harus dilakukan secara hati-hati sehingga asam aminonya tidak
rusak. (Rohman, Abdul:2007)
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Kertas
Kedua teknik ini tergantung pada perbedaan migrasi asam-asam amino
secara individual pada fase diam. Asam-asam amino bebas tidak berwarna
27 | P r o t e i n
oleh karena itu, dilakukan derivatisasi suapaya asam amino menjadi
derivatnya yang berwarna atau dapat di deteksi dengan sinar UV.
Derivarisasi asam amino dapat digunakan dengan pereaksi – peraksi
sebagai berikut (Rohman, Abdul:2007):
1) Nihidrin
2) Dinitrofluorobenzena
Pereaksi ini dapat beraksi dengan asam amino bebas atau pada residu N
pada struktur peptida untuk menghasilkan derivate asam amino-
dinitrobenzen yang berwarna kuning, karenanya bisa dilakukan
kuantifikasi baik dengan kromatografi lapis tipis atau dengan
kromatografi kertas.
3) Dansil klorida
Dansil klorida (5-dimetilaminoaftalensulfonil klorida) dapat beraksi
dengan asam amino bebas atau pada residu N pada struktur peptida
untuk menghasilkan derivate dansil-asam amino yang berfluoresensi,
sehingga bisa dilakukan kuantifikasi dengan kromatografi lapis
tipis.
4) Fenilisotiosianat (PITC)
Disebut juga dengan pereaksi edman dapt bereaksi dengan asam amino
bebas atau pada residu N pada struktur peptide menghasilkan derivate
asam amino-feniltiohidatoin yang bisa dilakukan kuantifikasi dengan
kromatografi lapis tipis. (Rohman, Abdul:2007)
28 | P r o t e i n
6-aminokuinolil-N- hidroksisuksinimidil karbamat (AQC). (Rohman,
Abdul:2007)
3. Kromatografi Gas
Melakukan derivatisasi menggunakan agen penderivat tertentu, asam
amino dapat diubah menjadi derivatnya yang lebih bersifat volatile
sehingga dapat ditetapkan kadarnya dengan kromatografi gas. Asam amino
dapat dibuat dalam bentuk N-isobutiloksi karbonil (IsoBOC), lalu
dilakukan ektraksi fase padat dan ditambah dengan ter-butil metilsilil
(TBDMS). Derivat yang dihasilkan bersifat volatile karenanya sesuai untuk
dilakukan analisis dengan kromatografi gas. (Rohman, Abdul:2007)
29 | P r o t e i n
Daftar Pustaka
Sumber Buku
Sumber Daring
30 | P r o t e i n