Anda di halaman 1dari 7

PENGUKURAN DASAR LISTRIK

Astuti, Indri Dwi Salsabila, Sarima, Olivia Putri Utami, Sunarto Arif Sura

Pendidikan Biologi
Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Telah dilakukan percobaan dengan judul “Pengukuran Dasar Listrik”. Percobaan ini
bertujuan agar mahasiswa dapat menyelidiki hubungan antara tegangan dan arus dalam suatu
rangkaian sederhana dan cara menghitung besar hambatan sebuah resistor. Alat yang digunakan
adalah Power Supply DC, Basic meter, Rheostat, Hambatan, dan Kabel Penghubung. Hambatan
yang digunakan adalah 100 Ω nilai hambatan inilah yang akan dibuktikan melalui percobaan
dengan mengukur besar tegangan dan kuat arus listrik. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
praktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kuat arus listrik (I) berbanding lurus tegangan (V)
dan besar hambatan (R) sebuah resistor dihitung dengan membagi tegangan (V) dengan kuat arus
listrik (I).

Kata kunci: tegangan, kuat arus, hambatan

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menyelidiki hubungan antara tegangan dan arus dalam suatu
rangkaian sederhana?
2. Bagaimana cara menghitung besar hambatan sebuah resistor?

TUJUAN
1. Untuk menyelidiki hubungan antara tegangan dan arus dalam suatu rangkaian
sederhana.
2. Untuk menghitung besar hambatan sebuah resistor.

METODOLOGI EKSPERIMEN
Dalam studi kita tentang konduktor dalam elektrostatik (fisika dasar), ada
berargumen bahwa medan listrik di dalam konduktor pada kondisi kesetimbangan
elektrostatik harus nol. Jika tidak demikian, muatan-muatan bebas di dalam
konduktor akan bergerak. Kini kita misalkan situasi di mana muatan bebas
memang bergerak dalam konduktor. Artinya, konduktor tidak dalam keadaan
kesetimbangan elektrostatik. Arus di dalam konduktor dihasilkan oleh muatan
listrik di dalam konduktor ketika mendesakkan gaya pada muatan-muatan bebas.
Karena medan E searah dengan gaya pada muatan positif, dan karena arah arus
merupakan arah aliran muatan positif, maka arah arus searah dengan medan
listrik. Gambar 3.1 memperlihatkan suatu segmen kawat dengan panjang L dan
penampang lintang A yang membawa arus I.

L
A I
a E b
Gambar 3.1. Representasi segmen kawat yang membawa arus I

Karena arah medan listrik dari daerah potensial lebih tinggi ke daerah potensial
lebih rendah, potensial pada titik a lebih besar dari pada titik b. Asumsikan bahwa
L cukup kecil sehingga kita dapat menganggap medan listrik yang melintasi
segmen adalah konstan, beda potensial V antara titik a dan b adalah
V = Va – Vb = EL [5.1]
Untuk kebanyakan material,
“Arus dalam suatu segmen kawat sebanding dengan beda potensial yang
melintasi segmen”
Hasil eksperimental ini dikenal sebagai Hukum Ohm. Konstanta
kesebandingannya ditulis 1/R, di mana R disebut resistansi :
1 V
I  V atau R [5.2]
R R
Persamaan di atas memberikan definisi umum dari resistansi antara dua titik
ditinjau dari penurunan tegangan V antara dua titik. Satuan SI untuk resistansi,
volt per ampere, disebut ohm () : 1  = 1 V/A.
Resistansi suatu material bergantung pada panjang, luas penampang lintang, tipe
material, dan temperatur. Untuk material-material yang mematuhi hukum Ohm
resistansi tidak bergantung pada arus ; material seperti ini, seperti kebanyakan
logam, disebut material ohmik. Untuk material ohmik, tegangan jatuh pada suatu
segmen sebanding dengan arus :
V = I R , dengan R = konstan \
Persamaan ini dengan kualifikasi bahwa R kostan, memberikan pernyataan
matematik hukum Ohm. Hukum ini bukan hukum fundamental alam seperti
hukum Newton atau hukum termodinamika tapi merupakan deskripsi empirik dari
sifat yang dimiliki banyak material.

Alat dan Bahan


1. Power Supply DC
2. Basic meter
3. Rheostat
4. Hambatan
5. Kabel Penghubung

Identifikasi Variabel
1. Variabel kontrol : resistor
2. Variabel manipulasi : tegangan, kuat arus
3. Variabel respon : hambatan

Definisi Operasional Variabel


1. Resistor adalah hambatan tetap yang bernilai 100 Ω yang akan dibuktikan
nilainya melalui pengukuran tegangan dan kuat arus.
2. Tegangan adalah beda potensial listrik pada rangkaian yang diamati melalui
penunjukan skala pada voltmeter.
3. Kuat arus adalah jumlah muatan listrik pada rangkaian yang diamati melalui
penunjukan pada skala amperemeter.

Prosedur Kerja
Kegiatan 1
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan merakitnya .
Rheost Vs

A V

R
2. Sebelum menyalakan satu daya, dipastikan pemasangan voltmeter dan
amperemeter berada pada posisi batas ukur tertinggi untuk menghindari
kerusakan.
3. Menyalakan satu daya dan memperhatikan penunjukan voltmeter dan
amperemeter.
4. Menggeser Rheostat pada posisi maksimum. Jika jarum alat ukur menyimpang
terlalu kecil, batas ukur diturunkan hingga penunjukannya menyimpang cukup
jauh (mendekati nilai maksimum).
5. Menggeser kembali Rheostat pada posisi minimum.Membaca penunjukan
voltmeter dan amperemeter pada posisi tersebut dan mencatat hasil
pengamatan pada tabel pengamatan.
6. Menaikkan tegangan sumber dengan menggeser Rheostat hingga voltmeter
menunjukkan nilai yang lebih besar dan membaca penunjukan amperemeter.
7. Melakukan kegiatan (6) dengan perubahan yang linier sampai diperoleh 5
(lima) data pengukuran.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


Hasil Eksperimen
Nilai R = 100 Ω
NST Voltmeter = 0,2 V
NST Ammeter = 2 mA
Tabel 5.1 Tabel Hubungan antara Tegangan dan Kuat Arus Listrik

No. Tegangan (V) Kuat arus (A)

1 │1,4 ± 0,1│ │0,016 ± 0,001│

2 │1,6 ± 0,1│ │0,018 ± 0,001│

3 │1,8 ± 0,1│ │0,020 ± 0,001│

4 │2,0 ± 0,1│ │0,022 ± 0,001│

5 │2,2 ± 0,1│ │0,024 ± 0,001│

6 │2,4 ± 0,1│ │0,026 ± 0,001│

7 │3,0 ± 0,1│ │0,036 ± 0,001│

8 │3,4 ± 0,1│ │0,040 ± 0,001│

9 │4,0 ± 0,1│ │0,044 ± 0,001│

10 │5,6 ± 0,1│ │0,060 ± 0,001│

Analisis Data
Grafik Hubungan antara Tegangan (V) dan Kuat Arus (A)
6
y = 91,88x - 0,071
5 R² = 0,990

4
Tegangan (V)

0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07
Kuat Arus (A)
,
NST grafik I =
= = 0,002

NST grafik V=
= = 0,2

I1= |0,022 ± 0,001| A


I2= |0,060 ± 0,001| A
V1= |2,0 ± 0,1| V
V2= |5,4 ± 0,1| V
= +
= +

∆ − 5,4 − 2 3,4
= = = = = 89,473 Ω
∆ − 0,060 − 0,022 0,038

= ∆ + ∆
∆ ∆
∆ ∆ ∆ ∆
= ∆ + ∆
∆ ∆
∆ ∆
∆∆ + ∆ ∆ ∆∆
=
∆ ∆
∆∆ ∆∆
∆ = +
∆ ∆
2 (0,1) 2 (0,001)
∆ = + 89,473 Ω
3,4 0,038
0,2 0,002
∆ = + 89,473 Ω
3,4 0,038
∆ = |0,059 + 0,053| 89,473 Ω
∆ = (0,112) 89,473 Ω
∆ = 10,021 Ω

= 100%

10,021 Ω
= 100%
89,473 Ω
= 11%
= 1 − log
= 1 − log 0,11
= 1 − (−0,95)
= 1,95 ≈ 2
= |89 ± 10| Ω
PEMBAHASAN
Hambatan merupakan perbandingan besarnya beda potensial listrik dengan
jumlah kuat arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik. Besar
hambatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 100 Ω. Hambatan inilah
yang dibuktikan nilainya melalui percobaan dengan mengukur tegangan dan kuat
arus listrik.
Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai hambatan sebesar 89 Ω . Nilai
tersebut sangat jauh dari nilai hambatan yang sesungguhnya yaitu 100 Ω. Namun,
pada data nomor 1 sampai 6 yaitu tegangan pada power suplay 3 volt diperoleh
nilai hambatan 100 Ω. Nilai hambatan kemudian berubah menjadi pada saat
tegangan di power suplay diubah menjadi 6 volt. Hal ini terjadi karena kesalahan
dalam pembacaan skala pada voltmeter dan amperemeter.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kuat arus listrik (I) berbanding lurus tegangan (V). Semakin besar kuat arus
listrik maka semakin besar pula tegangannya. Begitupula sebaliknya.
2. Besar hambatan (R) sebuah resistor dihitung dengan membagi tegangan (V)
dengan kuat arus listrik (I).
SARAN
Adapun saran kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan
percobaan sehingga data yang dihasilkan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Herman. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Makassar: Jurusan Fisika
UNM

Anda mungkin juga menyukai