DI SUSUN OLEH :
PNEUMONIA
3. Manifestasi Klinik
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.
Paling sering terjadi pada usia 6 bulan sampai 3 tahun dengan
suhu mencapai 39,5-40,5 oc bahkan dengan infeksi ringan.
2. Miningismus, yaitu tanda meninggal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai
sakit kepala, nyeri, dan kekakuan pada punggung dan leher,
adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat
suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan
penyakit masa kanak-kanak. Sering kali merupakan bukti awal
dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau
lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, sering kali
memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi
berat. Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena
virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat
oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit atau kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekles.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak
untuk minum dan makan per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau
makan/minum, atau memuntahkan semua, kejang, tidak sadar,
sianosis, distress pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas
cepat saja.
a. Pada anak umur 2 bulan sampai 11 bulan : ≥ 50 kali/menit.
b. Pada anak umur 1 tahun sampai 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
(Marni, 2014).
4. Patofisiologi dan Pathway
Menurut (Somantri, 2009), paru merupakan struktur kompleks yang
terdiri atas kumpulan kulit yang dibentuk melalui percabangan progresif
jalan nafas. Saluran nafas bagian bawah yang normal adalah steril,
walaupun bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme yang
menempati orofaring dan terpejan oleh mikroorganisme dari lingkungan di
dalam udara yang dihirup. Sterilitas saluran nafas bagian bawah adalah hasil
mekanisme penyaringan dan pembersihan yang efektif. Saat terjadi inhalasi
bakteri penyebab pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara
hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring, tubuh pertama kali
akan melakukan mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan
respone radang. Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan perembesan
eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut
aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
eritrosit. Kuman pneumococcus difagosit oleh leukosit dan sewaktu resolusi
berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan menekan leukosit
beserta kuman. Paru masuk ke dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak
berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati
dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna. Paru
kembali menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran
gas.
Pathway
dan berlubang
Bersihan jalan nafas Sel darah merah, leukosit, pneumokokus Intake nutrisi
tidak efektif mengisi alveoli tidak adekuat
compliance menurun,hemoragik
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 adalah:
1. Sinar-X, Mengidentifikasi distribusi struktural.
2. Biopsi paru, untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum, dan darah, untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi, membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spirometric statik, untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkoskopi, untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
7. Penatalaksanaan
2. Blood :
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill time,
akral, suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan
eksternal jika ada.
3. Brain :
Berisi pengkajian kesadaran dengan GCS atau AVPU, ukuran dan
reaksi pupil.
4. Blader :
Pola miksi pasien, penggunaan kateter urin.
5. Bowel :
Pola defiaksi pasien, penggunaan alat bantu untuk defikasi.
6. Bone :
Fungsi muskuloskeletal pasien
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan/penampilan umum :
Kesadaran :
Tanda – tanda vital : TD, Nadi, Respirasi , Suhu :
Kolaboratif
1) Beri obat antimikroba atas indikasi sebagai hasil dari pemeriksaan kultur
sputum/darah, misalnya penisilin, Erithromycin, Tetracycline, Amikacine,
Cephalosporins.
d. Intoleransi aktivitas
NOC :
Toleransi Aktivitas
Kriteria Hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi, dan RR.
2) Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri.
3) Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat.
4) Sirkulasi status baik.
NIC :
Manajemen Energi (0180)
Independen
1) Evaluasi respons klien terhadap aktivitas. Catat serta laporkan adanya
dispnea, peningkatan kelemahan danperubahan dalam tanda vital, baik
selama maupun setelah aktivitas.
2) Beri lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung selama fase akut
atas indikasi. Anjurkan untuk menggunakan manajemen stress dan
aktivitas pengalihan.
3) Jelaskan pentingnya beristirahat pada rencana terapi dan perlunya
keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat.
4) Bantu klien mengambil posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
5) Bantu klien memenuhi kebutuhan self care/perawatan diri. Berikan
aktivitas yang meningkat selama fase penyembuhan.
e. Nyeri akut
NOC :
Level Nyeri, kontrol nyeri
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dan menggunakan menejemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
NIC :
Manajemen Nyeri (1400)
Independen
1) Tentukan karakteristik nyeri, misal ketajaman, terus-menerus (frekuensi).
Cari perubahan dalam karakteristik/lokasi/intensitas nyeri.
2) Berikan tindakan untuk kenyamanan, seperti back rubs/gosok punggung,
perubahan posisi, musik lembut, latihan relaksasi/nafas.
3) Tawarkan untuk oral higiene.
4) instruksikan dan bantu klien untuk melakukan teknik menahan dada
selama batuk.
Kolaboratif
1) Beri analgesic dan antitusif, sesuai indikasi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
NOC :
Status Nutrisi : food and fluid intake
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan peningkatan nafsu makan.
2) Mempertahankan atau memperoleh kembali berat badan yang diinginkan.
NIC :
Menejemen nutrisi (1100)
Independen
1) Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
makan, misal sputum yang berlebih, terapi aerosol, dispnea berat, dan
nyeri.
2) Berikan tempat untuk membuang sputum. Bantu oral higiene setelah
emesis/muntah, dan lakukan drainase postural.
3) Jadwalkan pemberian terapi respirasi/pernapasan sekurang-kurangnya 1
jam sebelum makan.
4) Auskultasi bising usus. Observasi/palpasi distensi abdomen.
5) Beri makan sedikit tapi sering, termasuk makanan kering, seperti roti
bakar atau biscuit, dan makanan yang menarik bagi klien.
6) Evaluasi status nutrisi secara umum, bandingkan dengan berat normal.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah penatalaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama
tahap ini termasuk pendokumentasian pernyataan evaluasi dan revisi
rencana asuhan keperawatan dan intervensi. Tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan efektivitas asuhan keperawatan untuk mencegah atau
mengobati respons klien terhadap prosedur kesehatan yang telah diberikan
(Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall & Carpenito. 2006. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, Update 29
Januari 2014, dilihat 24 Juli 2017,
<http://gussastrawan.wordpress.bersihan-jalan-nafas-tidak-
efektif/com>
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan
Pernapasan. Yogyakarta : Pustaka Baru.