Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

1. Anggraini Elisa Aprilia (P16112)


2. Bernadeta Dinda Rosenta (P16064)
3. Fransisca Julia Kristiani (P16186)
4. Irfan Nugroho Saputro (P16191)
5. Rosana Opi Irvani (P16152)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan


1. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan pada parenzhim paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi pada
bayi dan anak, walaupun dapat juga terjadi pada semua usia dan pneumonia
merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan akut parenkim
paru-paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Pneumonia pada anak
balita paling sering disebabkan oleh virus pernapasan dan puncaknya terjadi
pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada anak umur sekolah paling sering
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Pneumoniae. Pada bayi dan anak-anak
penyebab yang paling sering adalah : Virus sinsisial pernapasan,
adenovirus, virus parainfluenza, dan virus influenza (Poetry 2008).
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal-hal lain (aspirasi, radiasi dll) (Rahajoe, Nastiti N dkk,
2008). Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan
cairan, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding
alveoli dan rongga intestinum (Ridha, 2014).
Pneumonia adalah adanya imflamasi, pembengkakan atau peradangan
pada jaringan parenkim paru yang biasanya dikaitkan dengan pengisian
alveoli dengan cairan. Pneumonia dapat diklasifikasikan menurut agen
penyebab ataupun area paru yang terkena pneumonia. Berdasarkan agen
penyebab, pneumonia dibagi menjadi empat yaitu pneumonia tipikal
(klasik) atau Community Acquired Pneumonia pneumonia atipikal (CAP),
(nasokomial), pneumonia aspirasi, dan pneumonia immunocompromised.
Berdasarkan area paru yang terkena dibagi menjadi dua yaitu pneumonia
lobaris dan broncopneumonia (Wahid & Imam, 2013)
2. Etiologi
Penyakit pneumonia biasanya disebabkan karena beberapa faktor,
(Nurarif & Kusuma, 2015) diantaranya adalah :
1. Bacteria (Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptokokus
hemolyticus, Streptokoccus aureus, Hemopnilus influenza,
Mycobacterium tuberkolusis, Bacillus friedlander).
2. Virus (Respiratory syncytial virus, Adeno virus, Virus
sitomegalitik, Virus influenza)
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur/fungi (Histoplasma capsulatum, Neuroformans,
Dermatitides, Coccidodies immitis, ).
5. Aspirasi makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing.
6. Pneumonia Hipospatik.
7. Sindrom Loeffler/sesak nafas yang menyerupai asma.

3. Manifestasi Klinik
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.
Paling sering terjadi pada usia 6 bulan sampai 3 tahun dengan
suhu mencapai 39,5-40,5 oc bahkan dengan infeksi ringan.
2. Miningismus, yaitu tanda meninggal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai
sakit kepala, nyeri, dan kekakuan pada punggung dan leher,
adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat
suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan
penyakit masa kanak-kanak. Sering kali merupakan bukti awal
dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau
lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, sering kali
memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi
berat. Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena
virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat
oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit atau kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekles.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak
untuk minum dan makan per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau
makan/minum, atau memuntahkan semua, kejang, tidak sadar,
sianosis, distress pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas
cepat saja.
a. Pada anak umur 2 bulan sampai 11 bulan : ≥ 50 kali/menit.
b. Pada anak umur 1 tahun sampai 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
(Marni, 2014).
4. Patofisiologi dan Pathway
Menurut (Somantri, 2009), paru merupakan struktur kompleks yang
terdiri atas kumpulan kulit yang dibentuk melalui percabangan progresif
jalan nafas. Saluran nafas bagian bawah yang normal adalah steril,
walaupun bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme yang
menempati orofaring dan terpejan oleh mikroorganisme dari lingkungan di
dalam udara yang dihirup. Sterilitas saluran nafas bagian bawah adalah hasil
mekanisme penyaringan dan pembersihan yang efektif. Saat terjadi inhalasi
bakteri penyebab pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara
hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring, tubuh pertama kali
akan melakukan mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan
respone radang. Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan perembesan
eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut
aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
eritrosit. Kuman pneumococcus difagosit oleh leukosit dan sewaktu resolusi
berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan menekan leukosit
beserta kuman. Paru masuk ke dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak
berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati
dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna. Paru
kembali menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran
gas.

Pathway

Ada sumber infeksi Daya tahan saluran

di saluran pernafasan pernapasan yang terganggu

Inhalasi mikroba dengan jalan melalui


udara, aspirasi organisme dari naso faring, hematogen
Nyeri akut Reaksi inflamasi hebat Anoreksia

Pleuritic pain embran paru-paru meradang

dan berlubang

Bersihan jalan nafas Sel darah merah, leukosit, pneumokokus Intake nutrisi
tidak efektif mengisi alveoli tidak adekuat

Resiko infeksi Sekresi, edema, dan prochospasme Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Partial oclusi

Daerah paru menjadi padat (konsolidasi paru)

Kapasitas difusi menurun kapasitas vital,

compliance menurun,hemoragik

Kerusakan pertukaran gas intoleransi aktivitas

(Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015; Somantri, 2009; Muttaqin, 2008)


5. Komplikasi
Komplikasi menurut (Ridha, 2014) antara lain :
a) Efusi pleura dan emfiema
b) Komplikasi sistemik
c) Hipoksia
d) Pneumonia kronik
e) Bronkietasis

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 adalah:
1. Sinar-X, Mengidentifikasi distribusi struktural.
2. Biopsi paru, untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum, dan darah, untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi, membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spirometric statik, untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkoskopi, untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

7. Penatalaksanaan

Menurut Ridha (2014) adalah :

1. Antibiotik diberikan sesuai penyebabnya.


2. Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural
drainase/fisioterapi dada.
3. Rehidrasi yang cukupdan adekuat.
4. Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu.
5. Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat.
6. Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan.
7. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
8. Terapi lain sesuai dengan komplikasi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. BIODATA
Identitas Pasien, Nama, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,
Tanggal Masuk RS, Diagnosa Medis, No. Registrasi, Dokter, dan
Identitas Penanggung Jawab.
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Merupakan penjelasan dari awal permulaan klien merasakan keluhan
sampai dengan dibawa ke rumah sakit meliputi : Lama Keluhan,
Timbul Keluhan, Faktor Pencetus, Faktor yang Memperberat, Upaya
yang dilakukan untuk mengatasinya dan respon pasien terhadap
tindakan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Penyakit yang pernah dialami
 Kanak-kanak : Pada saat usia anak-anak mengalami
masalah kesehatan.
 Kecelakaan : Kejadian mengalami trauma langsung atau
tidak langsung.
 Pernah dirawat : Riwayat dirawat di rumah sakit.
 Operasi : Proses pembedahan.
b. Alergi : Ada alergi makanan, minuman dan obat.
c. Imunisasi : Pemberian imunisasi pada waktu kecil.
d. Kebiasaan : Hal yang selalu dilakukan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Genogram : Gambar suatu garis keturunan
Keterangan : Ada riwayat keturunan seperti hipertensi, diabetes
mellitus atau asma.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Berisi tentang kondisi lingkungan disekitar rumah.
C. PENGKAJIAN FOKUS
1. Breathing :
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya
benda asing pada jalan napas (bekas muntah, darah, sekret yang
tertahan), adanya edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara
stridor, gurgling atau wheezing yang menandakan adanya masalah
pada jalan nafas.

Kaji keefektifan pola nafas, Respiratory Rate, abnormalitas


pernapasan, pola nafas, bunyi nafas tambahan, penggunaan otot
bantu nafas, adanya nafas cuping hidung, saturasi oksigen.

2. Blood :
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill time,
akral, suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan
eksternal jika ada.
3. Brain :
Berisi pengkajian kesadaran dengan GCS atau AVPU, ukuran dan
reaksi pupil.
4. Blader :
Pola miksi pasien, penggunaan kateter urin.
5. Bowel :
Pola defiaksi pasien, penggunaan alat bantu untuk defikasi.
6. Bone :
Fungsi muskuloskeletal pasien

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan/penampilan umum :
Kesadaran :
Tanda – tanda vital : TD, Nadi, Respirasi , Suhu :

2. Kepala : Bentuk kepala, Kulit kepala, Rambut , Muka .


a. Mata : Palbebra, Konjungtiva, Sclera, Pupil, Diameter
ka/ki, Reflek terhadap cahaya , Penggunaan alat Bantu penglihatan.
b. Hidung
c. Mulut
d. Gigi
e. Telinga
3. Leher
Ada tidaknya deviasi trakea, nilai JVP, pemasangan trakeostomi, dll
4. Dada : Pemeriksaan fisik paru-paru dan jantung.
5. Abdomen : Pemeriksaan fisik abdomen
6. Genetalia : Pemeriksaan pada alat kelamin klien
7. Rektum : Pemeriksaan pada area dubur klien
8. Ekstremitas : Pemeriksaan anggota gerak atas dan bawah
9. Balance Cairan
Perbandingan intake dan output cairan pada pasien.
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DATA PENUNJANG
F. THERAPY OBAT
G. ANALISA DATA
(Nursalam, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Padila (2013) adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Resiko infeksi
d. Intoleransi aktivitas
e. Nyeri akut
f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan menurut NANDA-3 2015-2017, Somantri,
2009 adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
NOC :
Status Pernapasan : Patensi Jalan Napas
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dypsnue.
2) Menunjukan kepatenan jalan napas yang paten.
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan nafas.
NIC :
Manajemen Jalan Napas (3140)
Independen
1) Kaji jumlah/kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.
2) Auskultasi daerah paru,catat area yangmenurunan atau tidak adanya
aliran udara, dan suara napas tambahan seperti crackles dan mengi.
3) Elevasi kepala, sering ubah posisi.
4) Bantu klien untuk sering melakukan latihan napas dalam.
Demonstrasikan/bantu klien belajar untuk batuk, misal menahan dada
dan batuk efektif pada saat posisi tegak lurus.
5) Lakukan suction atas indikasi.
6) Berikan cairan ± 2500 ml per hari (jika tidak ada kontraindikasi).
Berikan hangat.
Kolaboratif
1) Kaji efek dari pemberian nebulizer dan fisioterapi pernapasan lainnya,
misalnya incentive spirometer, pernapasan tekanan positif intermiten
(iPPB), perkusi, dan drainase postural. Lakukan tindakan selang di antara
makan dan batasi cairan jika cairan sudah mencukupi.
2) Berikan pengobatan atas indikasi, misalnya mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, dan analgesic.
3) Beri cairan suplemen misal IV, humidifikasi oksigen dan room
humidification.
4) Monitor foto ronsen dada, ABGs, dan pulse oximetry/oksimetri nadi.
b. Gangguan pertukaran gas
NOC :
Status Pernapasan : Pertukaran gas
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2) Memelihara kebersihan paru-paru bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan.
3) Mendemonstrasikan betuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dypsnue.
4) Vital sign dalam rentang normal.
NIC :
Pemantauan Pernapasan (3350)
Independen
1) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan bantalan kuku, catat
adanya sianosis perifer (bantalan kuku) atau sianosis sentral
(sirkumonal).
2) Kaji status mental.
3) Monitor denyut/irama jantung.
4) Monitor suhu tubuh atas indikasi. Lakukan tindakan mengurangi demam
dan menggigil, misal ganti posisi atau suhu ruangan yang nyaman,
kompres.
5) Pertahankan tirah baring. Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi
dan aktivitas pengalihan.
6) Elevasi kepala dan anjrkan perubahan posisi, napas dalam, dan batuk
efektif.
7) Kaji tingkat kecemasan. Anjurkan untuk menceritakan secara verbal.
Jawab pertanyaan secara bijaksana. Monitor keadaan klien sesering
mungkin, atur pengunjung untuk tinggal bersama klien atas indikasi.
8) Observasi kondisi yang memburuk, catat adanya hipotensi, sputum
berdarah, pollar/pucat, sianosis, perubahan dalam tingkat kesadaran,
dispnea berat, dan kelemahan.
Kolaboratif
1) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
2) Pantau AGDs dan oksimetri nadi
c. Resiko infeksi
NOC :
Imune status
Kontrol Resiko : kontrol infeksi
Kriteria Hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya.
2) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
3) Jumlah leukosit dalam batas normal.
4) Menunjukan perilaku hidup sehat.
NIC :
Kontrol Infeksi (6540)
Independen
1) Monitor vital sign, terutama selama proses terapi.
2) Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang baik.
3) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembersihan paru yang baik.
4) Batasi pengunjung atas indikasi.
5) Lakukan isolasisesuai dengan kebutuhan individual.
6) Anjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan aktivitas.
7) Tingkatkan intake nutrisi secara adekuat.
8) Monitor keefektifan terapi antimikroba.

Kolaboratif
1) Beri obat antimikroba atas indikasi sebagai hasil dari pemeriksaan kultur
sputum/darah, misalnya penisilin, Erithromycin, Tetracycline, Amikacine,
Cephalosporins.
d. Intoleransi aktivitas
NOC :
Toleransi Aktivitas
Kriteria Hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi, dan RR.
2) Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri.
3) Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat.
4) Sirkulasi status baik.
NIC :
Manajemen Energi (0180)
Independen
1) Evaluasi respons klien terhadap aktivitas. Catat serta laporkan adanya
dispnea, peningkatan kelemahan danperubahan dalam tanda vital, baik
selama maupun setelah aktivitas.
2) Beri lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung selama fase akut
atas indikasi. Anjurkan untuk menggunakan manajemen stress dan
aktivitas pengalihan.
3) Jelaskan pentingnya beristirahat pada rencana terapi dan perlunya
keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat.
4) Bantu klien mengambil posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
5) Bantu klien memenuhi kebutuhan self care/perawatan diri. Berikan
aktivitas yang meningkat selama fase penyembuhan.
e. Nyeri akut
NOC :
Level Nyeri, kontrol nyeri
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dan menggunakan menejemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
NIC :
Manajemen Nyeri (1400)
Independen
1) Tentukan karakteristik nyeri, misal ketajaman, terus-menerus (frekuensi).
Cari perubahan dalam karakteristik/lokasi/intensitas nyeri.
2) Berikan tindakan untuk kenyamanan, seperti back rubs/gosok punggung,
perubahan posisi, musik lembut, latihan relaksasi/nafas.
3) Tawarkan untuk oral higiene.
4) instruksikan dan bantu klien untuk melakukan teknik menahan dada
selama batuk.
Kolaboratif
1) Beri analgesic dan antitusif, sesuai indikasi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
NOC :
Status Nutrisi : food and fluid intake
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan peningkatan nafsu makan.
2) Mempertahankan atau memperoleh kembali berat badan yang diinginkan.
NIC :
Menejemen nutrisi (1100)
Independen
1) Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
makan, misal sputum yang berlebih, terapi aerosol, dispnea berat, dan
nyeri.
2) Berikan tempat untuk membuang sputum. Bantu oral higiene setelah
emesis/muntah, dan lakukan drainase postural.
3) Jadwalkan pemberian terapi respirasi/pernapasan sekurang-kurangnya 1
jam sebelum makan.
4) Auskultasi bising usus. Observasi/palpasi distensi abdomen.
5) Beri makan sedikit tapi sering, termasuk makanan kering, seperti roti
bakar atau biscuit, dan makanan yang menarik bagi klien.
6) Evaluasi status nutrisi secara umum, bandingkan dengan berat normal.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah penatalaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama
tahap ini termasuk pendokumentasian pernyataan evaluasi dan revisi
rencana asuhan keperawatan dan intervensi. Tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan efektivitas asuhan keperawatan untuk mencegah atau
mengobati respons klien terhadap prosedur kesehatan yang telah diberikan
(Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Jose A Castro-Rodriguez. 2012. Chest Physiotherapy in Paediatric Patients


Hospitalised With Community-Acquired Pneumonia: A Randomised
Clinical Trial. Published on September 21, 2012 as
10.1136/archdischild-2012-302279

Kemeskes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita. Volume. 3


September ISSN 2087-1546

Lynda Juall & Carpenito. 2006. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, Update 29
Januari 2014, dilihat 24 Juli 2017,
<http://gussastrawan.wordpress.bersihan-jalan-nafas-tidak-
efektif/com>
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan
Pernapasan. Yogyakarta : Pustaka Baru.

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Medicatios


Publishing.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Pustaka


Pelopor.
Poetry, Indriarti. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak
Balita, Orang Dewasa dan Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor
Populer.
Ridha, H. Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar (Anggota
IKAPI).

Somantri, Imam. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernafasan, Edisi 2. Jakarta :Salemba Medika.

Wahid dan Imam. 2013. Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Anda mungkin juga menyukai