Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PELAKSANAAN CUCI TANGAN BERSIH DENGAN METODE BERMAIN

PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN CUCI TANGAN PADA ANAK


TUNAGRAHITA DI SLB HUSNI MURNI KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2019

Welda Yendrita, Amdarisman, Dian Sari, Ns.,M.Kep., Sp.Kep.A


STIKes Prima Nusantara
Email: weldayendrita1234@gmail.com

ABSTRAK

Anak Tunagrahita mengalami keterbatasan khusus dalam perawatan diri sendiri,cenderung anak masih
bergantung ke orang tua,oleh sebab itu anak tunagrahita d ajarkan untuk melakukan cuci tangan bersih di
sekolah agar mereka mampu menjaga kesehatannya sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan melakukan cuci tangan bersih anak tunagrahita melalui metode bermain puzzle
di SLB Husni Murni Kabupaten Pasaman Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain quasi-
eksperimental dengan rancangan pre-post test dalam satu kelompok (One-Group Pretest-Posttest design).
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 18 anak.Hasil penelitian didapatkan
Cuci Tangan Bersih Anak Tunagrahita Sebelum penerapan metode bermain puzzle di SLB Husni Murni
Kabupaten Pasaman Tahun 2019 adalah 1,06. Rata-Rata Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Bersih Anak
Tunagrahita Sesudah penerapan metode bermain puzzle adalah 3,33. Terdapat ada pengaruh penerapan
metode bermain puzzle untuk meningkatkan kemampuan melakukan cuci tangan bersih pada anak
tunagrahita. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain puzzle sangat
efektif, jadi, metode bermain puzzle dapat menjadi pertimbangan orang tua dan para guru untuk
meningkatkan kemampuan melakukan cuci tangan bersih pada anak dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi :28 (2012-2017)


Kata Kunci : cuci tangan bersih,puzzle, tunagrahita

ABSTRACT

Mentally retarded children experience special limitations in self care,children are still dependent on
parents, therefore mentally retarded children are taught to do clean hand washing in school so that they are
able to maintain their health. This research is aimed to improve hand hygiene ability of students with
moderate intellectual disability through puzzle method in SLB Husni Murni Kabupaten Pasaman Tahun
2019. This research uses pre-experimental design with pre-posttest design in one group (One-Group
Pretest-Posttest design). These samples were collected by using total sampling.From the research findings,
it is revealed that students’ average hand hygiene ability prior to the puzzle treatment in SLB Husni Murni
Kabupatean Pasaman Tahun 2019 is 1,06 while the average of their hand hygiene ability after the treatment
is 3,33. From these findings, it can be concluded that the use of puzzle method is effective to improve hand
hygiene ability of students with moderate intellectual disability. Hence, teachers and parents can consider to
use it to improve students’ hand hygiene ability in their daily life.

Reference : 28(2012-2017)
Keywords : Puzzle, Intellectual Disability, Hand Hygiene
PENDAHULUAN Anak dengan intelektual
Anak berkebutuhan khusus dibawah rata-rata (retardasi mental)
adalah anak yang mengalami atau disebut juga dengan tunagrahita
gangguan tumbuh kembang fisik dan adalah anak yang secara nyata
mental (WHO dalam Menkes RI, mengalami hambatan dan
2015). Menurut The American keterbelakangan perkembangan
Psychiatric Association’s Diagnostic mental intelektual jauh di bawah
and Statistical Manual of Mental rata-rata sedemikian rupa sehingga
Disorder mendefinisikan retardasi mengalami kesulitan dalam tugas-
mental sebagai disfungsi atau tugas akademik,komunikasi maupun
gangguan yang terjadi pada susunan sosial, dan karenanya memerlukan
saraf pusat yang mengakibatkan layanan pendidikan kebutuhan
kecerdasan intelektual (Intellectual khusus (Sumekar 2013). World
Quetion)seseorang terukur di bawah Health Organization (WHO 2013)
70, sehingga berdampak pada menjelaskan jumlah penyandang
kemampuan untuk memenuhi disabilitas di dunia adalah 3% dari
kebutuhan dasarnya seperti total populasi, menurut Kementerian
keterampilan berkomunikasi, sosial, Sosial RI Tahun 2014 jumlah
pendidikan/belajar, kesehatan dan penyandang disabilitas di Indonesia
pekerjaan (Ramawati, Allenidekania, mencapai 3,11% atau sebesar 6,7
Bersal2013). Anak tunagrahita atau juta jiwa, sedangkan menurut
disebut juga retardasi mental (RM) Kementerian Kesehatan RI jumlah
mempunyai fungsi intelektual penyandang disabilitas lebih besar
dibawah rata – rata (70) yang muncul yaitu : 6% dari jumlah total
bersamaan dengan kurangnya penduduk Indonesia (MenKes RI,
perilaku adaptif, ketidakmampuan 2015). Menurut data dari kementrian
beradaptasi dengan kehidupan sosial sosial RI, pada tahun 2014, jumlah
sesuai tingkat perkembangan dan penyandang disabilitas di Indonesia
budaya, awitannya sebelum usia 18 mencapai 3,11%, atau sebesar 6,7
tahun (Aden 2015). juta jiwa.
Menurut kementrian tangan merupakan kegiatan yang
kesehatan RI tahun 2015, jumlah sering dilakukan setiap hari dan juga
penyandang disabilitas lebih besar, merupakan dasar menjaga kesehatan
yaitu : 6% dari total populasi diri dari berbagai macam penyakit
penduduk Indonesia. Akan tetapi, yang ditimbulkan dari tangan yang
bila mengacu pada standar kotor. Waktu yang tepat untuk
Organisasi Kesehatan Dunia PBB mencuci tangan yaitu saat setelah
(WHO) yang lebih ketat, jumlah dari jamban, setelah membersihkan
penyandang disabilitas di Indonesia anak yang buang air besar (BAB),
mencapai 10 juta jiwa, sementara sebelum menyiapakan makanan,
rata-rata jumlah penyandang sebelum makan, setelah menyentuh
disabilitas di negara berkembang hewan, setelah membuang sampah,
sebesar 10% dari total populasi setelah batuk dan bersin (Depkes RI,
penduduk. Sedangkan menurut hasil 2015).
survei dari PT Surveyor Indonesia Berdasarkan keterangan
(Persero) data penyandang tuna netra diatas setiap anak dapat melakukan
1.749.981 jiwa, tuna rungu wicara cuci tangan, kegiatan cuci tangan
602.784 jiwa, tuna daksa 1.652.741 menggunakan kemampuan dan
jiwa, tuna grahita 777.761 jiwa (Fitri koordinasi jari-jemari tangan.
2014). pada tahun 2014 penyandang Kegiatan ini mudah dilakukan pada
cacat di Sumatera Barat sebanyak anak normal tetapi berbeda dengan
33.253 jiwa (Muhammad Yesa anak tunagrahita yang mengalami
Aavena 2015). hambatan pada kemampuan dan
Aktifitas perawatan diri koordinasi jari-jemari. Cuci tangan
sendiri (self care) yaitu merupakan dengan baik dan benar sangat banyak
aktifitas dan inisiatif dai individu, manfaat nya dan yang paling penting
serta dilaksanakan oleh individu itu adalah memutus mata rantai
sendiri dalam memenuhi serta penyebaran atau penyeban penyakit
mempertahankan kehidupan, ispa dan diare. Bentuk kegiatan cuci
kesehatan serta kesejahteraannya. tangan harus menghibur,
(Budiono & Pertami 2015). Cuci menyenangkan, mendidik, dan
mudah dimengerti oleh anak meningkatkan rasa percaya diri dan
tunagrahita. Perlunya pemberian mengembangkan keterampilan
stimulus yang tepat akan merangsang fisik(Muljo 2013).
keinginan anak agar termotivasi Berdasarkan fenomena
untuk melakukan kegiatan cuci ditemukan bahwa permasalahan
tangan. Pada usia anak-anak stimulus yang akan muncul pada anak
yang tepat yaitu dengan bermain Tunagrahita adalah ketergantungan
karena pada usia anak-anak sebagian anak dalam memenuhi kebutuhan
besar waktunya adalah bermain. merawat diri, selain itu masalah
Bermain juga akan mempengaruhi kesehatan yang muncul adalah anak
dalam pembentukan pribadi dan Tuangrahita tidak dapat mencuci
sosial pada anak tunagrahita, tangan akan berisiko terjangkit
bermain akan membantu penyakit akibat dari tangan yang
menstimulasi pertumbuhan dan kotor (Zakarya 2013).
perkembangan anak (Chritiana, METODE PENELITIAN
2013). Penelitian telah dilaksanakan pada
Perkembangan keterampilan tanggal Februari 2019 di SLB Husni Murni
emosional dan sosial pada anak Kabupaten Pasaman Tahun 2019.
Tunagrahita/Retardasi Mental ringan Penelitian ini dikembangkan
dan sedang dapat dioptimalkan berdasarkan beberapa teori. Sebagai variabel
dengan menggunakan metode terapi independent pada penelitian ini adalah Jenis
bermain. Terapi bermain yang Kelamain, Usia dan Lama Sekolah.
digunakan adalah yang melibatkan Penelitian ini menggunakan desain
interaksi dengan orang lain. Bermain quasi eksperiment dengan rancangan pre-
adalah suatu konsep yang penting post test dalam satu kelompok (One-Group
bagi anak-anak, media merupakan Pretest-Posttest design). Pada penelitian ini
suatu alat yang baik untuk siswa agar mengungkapkan hubungan sebab akibat
dapat belajar memahami konsep, dengan cara melibatkan satu kelompok
meningkatkan kreatifitas, melatih subjek. Kelompok subjek di observasi
konsentrasi, melatih memecahkan sebelum dilakukan intervensi, kemudian
masalah, meningkatkan ketekunan,
diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi Jenis Kelamin Persenta
(Notoatmodjo 2012). Jumlah se (%)
Populasi dari penelitian ini yaitu Laki-laki 13 72,2
anak Tunagrahita di SLB Husni Murni Perempuan 5 27,8
berjumlah 18 anak. Dalam one group Total 18 100
pretest-postest design adalah mengukur apa
yang terjadi pada kelompok percobaan Tabel 4.1 dapat diketahui responden
sesuai dengan kondisi awalnya sebelum yang yang paling dominan berjenis Kelamin
eksperimen (pre-test) dan perbedaan yang Laki-laki yaitu 13 responden (72,2 %)
tampak diakhir eksperimen (post-test) tampa 2. Karakteristik Responden
kelompok kontrol. Berdasarkan usia
Penelitian ini menggunakan prosedur Tabel 4.2
pengumpulan data dengan jenis lembar Berdasarkan Usia Anak
observasi tentang kemampuan mencuci Tunagrahita di SLB Husni
tangan bersih dengan metode puzzle pada Murni (N=18)
anak Tunagrahita di SLB Husni Murni. Usia(Tahun Jumlah Persent
Tahap pelaksanaan penelitian cuci tangan ) ase (%)
bersih. 9 2 11,1
Sentosa wilayah kerja Puskesmas 10 5 27,8
Cubadak Tahun 2019. 11 4 22,2
12 7 38,9
HASIL PENELITIAN Total 18 100
A. Karakteristik Responden
1.Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui responden
Jenis Kelamin
yang paling banyak adalah berusia 12 tahun
Tabel 4.1 yaitu 7 responden (38,9 %) Karakteristik
Berdasarkan Jenis Responden Berdasarkan Lama Sekolah
Kelamin Anak Tabel 4.3
Tunagrahita di SLB Husni Berdasarkan Lama
Murni (N=18) Sekolah Anak Tunagrahita
di SLB Husni Murni Tabel 4.4
(N=18) Kemampuan Melakukan Cuci
Lama Sekolah Persenta Tangan Bersih dengan Metode
(Tahun) Jumlah se (%) Puzzle pada Anak Tunagrahita
1 1 5,6 Sebelum Dan Setelah Intervensi
3 2 11,1 di SLB Husni Murni Kabupaten
4 6 33,3 Pasaman
5 9 50,0 Tahun 2019 (N=18)
Total 18 100 Sika Mea Std Mi Ma 95
p n Devisio n x %
Tabel 4.3 dapat diketahui terdapat 9 n CI
responden yang paling Lama sekolah yaitu Pre- 1,06 0,539 0 2
5 tahun (50 %) Test 0,7
9
Hasil analisa univariat Post 3,33 1,188 1 6
Analisa univariat adalah analisis - 2,7
yang dilakukan terhadap masing-masing Test 4
variable dari penelitian, dengan Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa
menggunakan distribusi frekuensi dan nilai rata-rata pada saat pretest didapatkan
statistic deskriptif untuk melihat variable skor 1,06 dan rata-rata skor meningkat saat
independen yaitu pelaksanaan cuci tangan Posttest menjadi 3,33
serta variable dependen yaitu kemampuan Hasil Analisa Bivariat
cuci tangan pada anak tunagrahita di SLB Analisa bivariat dilakukan untuk
Husni Murni Kabupaten Pasaman tahun melihat hubungan variable independen
2019. Hasil univariat dari penelitian ini dengan variable dependen, yaitu pengaruh
adalah : pelaksanaan cuci tangan bersih dengan
metode puzzle terhadap kemampuan
melakukan cuci tangan pada anak
tunagrahita. Pengujian hipotesis untuk
melihat pengaruh suatu perlakuan terhadap
suatu kelompok (sebelum dan sesudah)
dengan menggunakan pengujian statistic t- PEMBAHASAN
test dependent. Hubungan variable dependen 5.1 Interprestasi dan Diskus
dan independen dikatakan bermakna apabila Karakteristik Responden
nilai p = 0,005. a. Lama Sekolah
Tabel 4.5 Karakteristik lama sekolah menunjukkan
Kemampuan Melakukan Cuci bahwa rata-rata lama sekolah anak maksimal
Tangan Bersih dengan Metode Puzzle 6 tahun dan paling rendah 1
pada Anak Tunagrahita di SLB tahun.Perbedaan lama sekolah masing-
Husni Murni masing anak tunagrahita akan mempenaruhi
Kabupaten Pasaman Tahun 2019 kemampuan dan pengalaman anak.
Si M Std.De M M 95 Pva Lamanya anak sekolah akan mempengaruhi
ka ea vision in ax %C lue kemampuan anak tunagrahita, anak
p n I tunagrahita yang lama sekolah akan sering
Pr 1,0 0,539 0 2 0,7 terpapar dan sering diberikan pelatihan
e- 6 9 dengan frekuensi teratur maka akan lebih
Te mudah mengingat bentuk kegiatan yang
st 0,0 telah dilakukan, pengulangan latihan
Po 3,3 1,188 1 6 2,7 001 tertentu dan bervariasi memudahkan anak
st- 3 4 mengingat dan meminimalkan rasa bosan
Te pada anak (Santyasa 2017)
st b. Usia
Usia pada anak tunagrahita
Berdasarkan table 4.5 di peroleh hasil membantu dalam memprediksi
rata-rata skor pada saat pre-test adalah 1,06 perkembangan mental anak. Anak
dan rata-rata skor pada waktu post test tunagrahita usia lanjut dan dikembangan
adalah 3,33. Berdasarkan uji Wilcoxon di dengan keterampilan perawatan diri
peroleh nilai Pvalue = 0,0001 (p ≤0,05), ini yang lebih kompleks selain itu,usia juga
berarti bahwa terdapat pengaruh dapat membantu memperbaiki baktu
pelaksanaan cuci tangan bersih dengan yang lebih tepat untuk mengajarkan dan
metode puzzle terhadap kemampuan melatih anak tunagrahita dengan
melakukan cuci tangan pada anak kemampuan perawatan diri. Usia 6-18
tahun mempunyai masalah industry vs Hasil penelitian ini menunjukkan
inferiority,yang berarti anak pada usia nilai rata-rata pada saat pretest
ini diharapkan mampu mendapatkan didapatkan hasil 1,06. Menurut teori
kepuasan dari kemandirian yang kemampuan perawatan diri anak
diperoleh melalui lingkungan sekitar tunagrahita terbatas karena kemampuan
serta interaksi dengan teman sebaya berfikirnya tidak sama dengan anak-anak
(Erik Erickson,2012) normal lainnya, mereka juga kurang
c. Jenis kelamin mampu berfikir secara abstrak. Setelah
Secara umum anak laki2 lebih dilihat kelapangan hal ini sesuai dengan
aktif bermain jika dibandingkan dengan yang peneliti temukan, yaitu anak
anak perempuan, anak laki-laki tunagrahita kurang mampu dalam hal
cenderung lebih aktif bergerak perawatan diri salah satunya adalah
disbanding anak perempuan (Sandra melakukan cuci tangan (Sumekar 2013).
2013). (Puspita R, 2012) menyatakan Banyak faktor yang
bahwa bukan hanya pendidikan orang mempengaruhi kemampuan gerakan
tua yang dapat mempengaruhi pada seperti cuci tangan pada anak
kemandirian anak, tertapi juga tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki
dipengaruhi jenis kelamin anak. Jenis banyak keterbatasan baik fisik maupun
kelamin anak laki-laki lebih memiliki mental. Keterbatasan fisik meliputi
kemampuan dalam melakukan telapak tangan pendek,ditambah lagi
kemandirian Personal Hygiene memiliki tubuh pendek dan gemuk.
dibandingkan anak perempuan karena Keterbatasan fisik sepertikurangnya
anak laki-laki jauh lebih dituntut untuk koordinasi, gerakan motorik halus dan
mandiri dan bertanggung jawab untuk kasar yang tidak optimal, kurangnya
aktifitas mereka sendiri. sensitivitas dan kelainan fisik pada
tangan (gemuk dan pendek).
5.1.1 Analisa Univariat Keterbatasan mental meliputi
a. Kemampuan Melakukan Cuci kemampuan beradaptasi, komunikasi,
Tangan Bersih Anak Tunagrahita keterampilan sosial, akademik,
Sebelum Intervensi kesehatan, keamanan, dan merawat
diri(Sumekar 2013).
Penelitian Silvia (2013) Terapi b. Kemampuan Melakukan Cuci
bermain kooperative Play dengan puzzle Tangan Bersih Anak Tunagrahita
yang dilakukan secara Sesudah Intervensi
berkesinambungan setiap 2 hari selama Hasil penelitian menunjukkan
4 minggu dapat meningkatkan bahwa pelatihan cuci tangan dengan
kemampuan sosialisasi anak. Puzzle menggunakan puzzle terhadap
adalah mainan bongkar pasang dengan kemampuan cuci tangan pada anak
bahan dasar kayu/kertas tebal dalam tunagrahita di SLB Husni Murni,
bentuk huruf maupun gambar (Mayke nilai rata-rata pre test yaitu 1,06 dan
2014) meningkat pada saat Pos test menjadi
Menurut asumsi peneliti, anak 3,33. Kemampuan cuci tangan anak
tunagrahita memiliki keterbatasan dan masuk kategori mampu apabila pada
kekurangan dalam pemenuhan hasil observasi check list cuci tangan
kebutuhan dan aktifitas mereka sehari- yang dilakukan oleh peneliti,
hari hal ini terjadi karena anak responden dapat melakukan 6
tunagrahita memiliki IQ dibawah rata- langkah cuci tangan sesuai SOP,
rata orang normal. Sehingga mereka meningkatnya kemampuan praktik
mengalami kesulitan untuk melakukan cuci tangan yang sebelumnya
hal-hal yang sama seperti manusia mayoritas yang bisa dilakukan oleh
normal yang sangatlah mudah untuk anak yaitu langkah 1 dan 2, dan 3
dilakukan. Salah satunya dalam kemudian bisa mengerjakan ke
melakukan cuci tangan bersih. langkah 4,5 dan 6 dilakukan
Sebelum dilakukan metode meskipun belum sesuai dengan SOP
bermain puzzle kemampuan melakukan seperti langkah 4 dan langkah 5 yang
cuci tangan anak sangat kurang. Lebih sering tertukar. Anak tunagrahita
dari. Responden melakukan tindakan membutuhkan adanya bimbingan
cuci tangan bersih kurang dan berfikir dan pelatihan yang dilakukan secara
lama, responden tidak mampu berfikir berkelanjutan dengan jadwal latihan
secara abstrak tetapi mampu untuk cuci tangan bersih yang teratur.
dilatih dengan baik. Penelitian ini diperkuat oleh
penelitian Ariyani Muljo (2013)
berjudul perkembangan minat belajar metode yang mudah untuk dipahami
siswa tunagrahita embesil (sedang) maka hal tersebut akan dapat
melalui metode permainan puzzle membantu anak tunagrahita untuk
bangun datar di SMPLB langsa memenuhi kebutuhannya sendiri.
didapatkan bahwa intervensi atau Hal ini dapat dibuktikan
perlakuan dengan menggunakan dengan hasil penelitian yang telah
media permainan puzzle bangun peneliti lakukan tentang cuci tangan
datar dapat meningkatkan kualitas bersih dengan metode puzzle bahwa
tindakan dan hasil belajar siswa, didapatkan hasil kemampuan cuci
penelitian ini juga menunjukkan tangan bersih responden mengalami
bahwa ada perkembangan mengenal peningkatan. Jika hal ini terus
bngun datar bagi siswa Tunagrahita menerus dilakukan oleh pihak
Imbesil di SMPLB Langsa melalui sekolah maupun orang tua, maka
media Puzzle. kemampuan anak akan lebih bisa
Penelitian Silvia (2013) lagi jika dilatih dengan baik, dan
Terapi bermain kooperative Play metode ini cukup baik jika
dengan puzzle yang dilakukan secara dibandingkan dengan metode
berkesinambungan setiap 2 hari ceramah yang diterapkan oleh guru
selama 4 minggu dapat di sekolah.
meningkatkan kemampuan
SIMPULAN DAN SARAN
sosialisasi anak. Puzzle adalah
Simpulan
mainan bongkar pasang dengan
Berdasarkan hasil penelitian
bahan dasar kayu/kertas tebal dalam
yang telah dilakukan peneliti pada
bentuk huruf maupun gambar
bulan Februari mengenai pengaruh
(Mayke 2014)
pelaksanaan cuci tangan bersih
Menurut asumsi peneliti,
dengan metode bermain puzzle
meskipun anak tunagrahita memiliki
terhadap kemampuan melakukan
kemampuan dibawah manusia
cuci tangan pada anak tunagrahita di
normal biasanya. apabila mereka
SLB Husni Murni Kabupaten
dilatih dan diajarkan dengan terus-
Pasaman Tahun 2019 maka
menerus dengan menggunakan
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kemampuan melakukan 6 Peneliti ingin menyampaikan
langkah cuci tangan bersih anak beberapa saran, diantaranya :
tunagrahita pada saat pre test 1. Bagi orang tua
meningkat pada saat post test Metode bermain puzzle sangat
oleh anak berjenis kelamin laki- sederhana, menyenangkan, dan
laki dengan usia 12 tahun dan juga dapat memberikan mamfaat
lama sekolah selama 4 tahun. bagi perkembangan dan
2. Kemampuan melakukan cuci perawatan diri anak. Oleh karena
tangan bersih anak tunagrahita itu peneliti menganjurkan supaya
pada saat pre test adalah 1,06 orang tua mengajak anaknya
dan pada saat post test adalah untuk menggunakan metode
3,33 di SLB Husni Murni demontrasi cara cuci tangan
Kabupaten Pasaman Tahun bersih untuk meningkatkan
2019. kemampuan melakukan cuci
3. Efektifitas penerapan metode tangan bersih pada anak-anak,
bermain puzzle untuk karena cuci tangan adalah salah
meningkatkan kemampuan satu hal yang sangat penting bagi
melakukan cuci tangan bersih kita semua.
pada anak tunagrahita di SLB 2. Bagi para guru
Husni Murni Kabupaten Metode bermain puzzle ini
Pasaman dengan nilai adalah sebenarnya sangat menarik dan
p=0,0001 (P≤0,05) diharapkan agar para guru untuk
Saran meningkatkan kemampuan
Berdasarkan hasil yang melakukan cuci tangan bersih
diperoleh bahwa terdapat hubungan pada anak, dan dapat diterapkan
yang bermakna dalam penerapan anak dalam kehidupan sehari-
metode bermain puzzle untuk hari.
meningkatkan kemampuan 3. Bagi Petugas Kesehatan
melakukan cuci tangan bersih anak Anak Tunagrahita sangat
tunagrahita di SLB Husni Murni membutuhkan perhatian
Kabupaten Pasaman Tahun 2019. khususnya dalam bidang
kesehatan agar terhindar dari Amin M. 2010. Ortopedagogik Anak
berbagai macam penyakit, oleh Tunagrahita.
karena itu dalam kegiatan UKS Desiyanto A.F. et al. 2013. Efektifitas
hendaknya anak tunagrahita pun Mencuci Tangan Menggunakan
juga dilibatkan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik
4. Bagi peneliti selanjutnya (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah
Peneliti selanjutnya dapat Angka Kuman’ Jurnal Indonesia,
meneliti dengan metode yang [online], Vol, 7, No. 2, pp, 75-82.
sama yaitu mengajarkan cara Dari : http//jurnal-kesmas. [08 nov
cuci tangan dengan metode 2015]
puzzle untuk membantu http://www.who.int/gpsc/clean_hands_prote
meningkatkan kemampuan ction/en/. [13 okt 2015]
melakukan cuci tangan bersih https://paudgrobogan.wordpress.com/2010/0
pada anak tunagrahita. 3/14/manfaat-puzzle-untuk-pendidikan/. [13
okt 2015]
DAFTAR PUSTAKA Indahwati. et al. 2012. Penerapan Model
Inquiry Training melalui Teknik Peta
Aden.2015. Seputar Penyakit & Gangguan Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau
Lain Pada Anak. Penerbit SIKLUS. dari Tingkat Keberagaman Aktivitas
Adriana Dian. 2013. Tumbuh Kembang dan Belajar dan Kemampuan Memori.
Terapi Bermain Pada Anak. Penerbit jurnal Indonesia, [online], Vol, 1, No
Jakarta : Salemba Medika. 3, pp.258.[06 Apr 2016]
Afwan. Et al. 2013. Efektifitas Penggunaan IPCN, Komite Pencegahan dan
Media Puzzle Rumah Angka Untuk Pengendalian Infeksi RSUD
Pemahamam Angka 1 Sampai 10 Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi.
Pada Anak Tunagrahita Ringan 2014. Kebersihan Tangan.
Kelas II/C Di SLB Amal Bhakti Kec. KementerianKesehatanRepublik Indonesia.
2x11 Enam Lingkung. Jurnal 2010.
Indonesia, [online], Vol, 2, No 3, BukuPanduanPeringatanCuciTanga
pp,70. [06 Apr 2016] nSedunia. Ketiga. Jakarta:
TidakDiterbitkan.
Kementeriankesehatan RI. 2010. Kecerdasan Anak. Penerbit Bee
PedomanPelayananKesehatanAnak Media Indonesia, Jakarta.
DisekolahLuarBiasa (SLB). Jakarta: Soetijiningsih. 2014. TumbuhKembangAnak.
TidakDiterbitkan. PenerbitBukuKedokteran : EGC
Kosasih E. 2012. Cara Bijak Memahami Sri. 2010. Mamfaat puzzle bagi anak.
Anak Berkebutuhan Khusus. Penerbit Srianis K. et al. 2014. Penerapan Metode
Bandung : Yrama Widya. Bermain Puzzle Geometri Untuk
Mayke S Tedjasaputra. 2007. Bermain, Meningkatkan Perkembangan
Mainan, dan Permainan. Garsindo. Kognitif Anak dalam Mengenal
Jakarta Bentuk’ Jurnal Indonesia, [online],
Muhith A. 2015. Pendidikan Keperawatan Vol, 2, No. 1, pp, 1-11. Dari : http//e-
Jiwa. Penerbit CV ANDI OFFSET journal. PG-PAUD Universitas
(penerbit ANDI) : Yogyakarta. Pendidikan Ganesha. [18 okt 2015]
Muljo Ariyani. 2013. Perkembangan Minat Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Belajar Siswa Tunagrahita Embesil Pendidikan. Penerbit Alfabeta.
(Sedang) Melalui Metode Permainan Sumekar Ganda. 2016. Anak Berkebutuhan
Puzzle Bangun Datar Di SMPLB Khusus : Cara Membantu Mereka
Langsa. Prosiding SNYube. Agar Berhasil dalam Pendidikan
Notoatmodjo Soekidjo. 2012. Metodologi Inklusif. Penerbit UNP Press,
Penelitian Kesehatan. Penerbit Padang.
Jakarta : Rineka Cipta. SupartiniYupi. Buku Ajar
Samiyati. 2012. Peningkatan Minat Dan KonsepDasarKeperawatanAnak.Pen
Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan erbitBukuKedokteran : EGC.
Penggolongan Makhluk Hidup Suriadi. 2013. Asuhan Keperawatan Pada
Menggunakan Metode Demonstrasi Anak. Penerbit Jakarta.
DenganMedia Puzzle Pada Siswa Syamsidah. 2013. Upaya Peningkatan
Kelas III SDN Kaliwining. Skripsi. Keterampilan Menulis dengan Media
Jember:Universitas Jember Puzzle Huruf Pada Anak Kelompok
Soefandi, I & Pramudya A. 2009. Strategi B1 TK Arum Puspita’ Jurnal
Mengembangkan Potensi Indonesia, [online], Vol, 2, No. 1,
pp, 230-241. Dari : http//jurnal-
pendidikan-anak. [08 nov 2015]
WHO. 2017. Clean Hands Protection.
Wilkinson Judith M. 2017. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Penerbit
Buku Kedokteran : EGC
Wiyani Ardi Novan. 2014. Buku Ajar
Penanganan Anak Usia Dini
Berkebutuhan Khusus. Penerbit AR-
RUZZ MEDIA.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Penerbit
Buku Kedokteran: EGC.

Anda mungkin juga menyukai