Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 5 (S1 KEP 3B)

 AMELIA MAY CHRYSTINA (0116048)


 NURWILIA SEPTIARINI (0116079)
 IMAROTUL BAROROH (0116065)
 SHINTA CIPTA (0116086)
 DEKI AHMAD BUAITHI (0116053)

ASUHAN KEPERAWATAN ANGIOEDEMA


A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : berisi nama pasien
Umur : berisi umur pasien dalam tahun
Pekerjaan : berisi pekerjaan pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien angioedema biasanya akan mengeluhkan Sensasi panas dan nyeri, di area yang
mengalami pembengkakan, pada beberapa bagian tubuh seperti area sekitar mata, bibir,
lidah, tangan, kaki. Pada kasus yang parah, bengkak juga dapat terjadi di bagian dalam
tenggorokan dan perut. Sesak napas, akibat pembengkakan di tenggorokan dan paru-paru.
Mata merah, akibat pembengkakan di konjungtiva (selaput bening yang melapisi bagian
depan mata). Pasien juga mengeluh kesulitan menelan, dan Gatal .
b. Riwayat kesehatan sekarang
ini beisi data keluhan kesehatan pasien yang terkini pada pasien angioedema biasanya
mengalami gatal, panas, nyeri pada bagian tubuh, disertai sesak nafas setelah mengkonsumsi
obat penyebab allergen
c. Riwayat kesehatan dahulu
ini berisi apakah sebelumya pasien pernahmengalami penyakit ini/tidak
d. Riwayat kesehatan keluarga
ini berisi tentang riwayat kesehatan keluarga apakah memunyai riwayat penyakit menular
atau penyakit keturuan.
3. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Primary Survey
1) Airway
a) Pengkajian
Adanya rasa tercekik di daerah leher, suara serak sebab edema pada laring. Hidung
terasa gatal, bersin hingga tersumbat. serta adanya batuk, dan bunyi mengi.
Ditemukan edema pada lidah.
b) Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d obstruksi pada jalan napas
c) Intervensi
i. Kaji frekuensi kedalaman upaya bernapas..
R/ untuk mengetahui kemampuan ekspirasi inspirasi pasien.
ii. Buka jalan napas dengan headtill dan chinlift.
R/ Membantu pembukaan jalan napas
ii. Lakukan suction.
R/ untuk mengeluarkan faktor penyebab obstruksi.
iv. broncholitic, pemasangan entotracheal tube.
R/ untuk mengeluarkan secret

2) Breathing
a) Pengkajian
Pada pasien syok anafilaktik ditemukan adanya batuk dan sesak napas akibat spasme
pada bronkus, bunyi stridor pada auskultasi paru.
b) Diagnosa
Ketidakefektifan pola napas b/d spasme otot bronkus.
c) Intervensi
i. Kaji frekuensi napas
R/ untuk mengetahui kelainan pada saluran pernapasan.
ii. Berikan posisi semifowler
iii. Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan
R/ Untuk menurunkan hipoksia cerebral
iv. Pemberian bronkodilator
R/ Mengatasi bronkospasme.
3) Circulation
a. Pengkajian
Terjadi hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik,
atau tanda-tanda infark miokard. Gelisah, pusing .
4) Disability
Pengkajian
Pada pasien syok anafilaktik, akan mengalamai penurunan kesadaran.
Diakibatkan transport oksigen ke otak yg tidak mencukupi ( menurunnya curah
jantung –hipotensi) yang akhirnya darah akan sulit mencapai jaringan otak. Pasien
dengan syok anafilaktik biasanya terjadi gelisah dan kejang.

5) Exposure
Kaji kelainan kulit seperti urtikaria dibagian ekstremitas.

b. Secondary Survey
1) Catat adanya drainase dari mata dan hidung
2) Inspeksi lidah dan mukosa oral
3) Kaji mengenai mual muntah pada saluran GI
4) Kaji peristaltik saluran GI
5) Pemeriksaan diagnostic eosinofil.
6) Pemeriksaan fisik

2) Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
1. Keadaan umum : lihat keadaan umum pasien, bagaimana tingkat kesadarannya
2. Tekanan darah : -
3. Nadi :-
4. Suhu :
5. Respirasi : jika keadaan angioedema nya parah maka akan mengalami sesak
nafas
Head to toe
1. Kulit dan rambut: pada pasien angioedema kulitnya kan mengalami kemerahan, da
teraba panas
2. Kepala : Inspeksi warna kulit dan kebersihan kulit, Palpasi
suhu,tekstur,kelembaban,apakah ada nyeri tekan, apakah ada massa /
benjolan atau apakah ada odema.

3. Mata : Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat
atau tidak, apakah palpebra oedema atau tidak, pada angioedema
biasanya akan mengalami pembengkakan/oedema pada palpepbra.
Palpasi apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.
4. Telinga : Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen, Palpasi : apakah ada
nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan
5. Hidung : Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen, terlihat pernafasan
cupig hidung, Palpasi apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa /
benjolan
6. Mulut : terjadi pembengkakan pada bibir
7. Leher : inspeksi apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka, Palpasi :
apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan
8. dada : adanya otot bantu pernafasan
9. ekstremitas : adanya bekas luka garukan

3). Pemeriksaan penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium:
a. Skin tes
Skin tes merupakan cara yang banyak digunakan, untuk mengevaluasi sensitivitas
alerginya. Keterbatasan skin tes adalah adanya hasil positif palsu dan adanya reexposure
dengan agen yang akan mengakibatkan efek samping serius yang akan datang, oleh
karena itu pemberiannya diencerkan 1 : 1.000 sampai 1 : 1.000.000 dari dosis initial.
b. Kadar komplemen dan antibody
Meskipun kadar komplemen tidak berubah dan Ig E menurun setelah reaksi
anafilaktik, keadaan ini tidak berkaitan dengan reaksi imunologi. Pada tes ini penderita
diberikan obat yang dicurigai secara intra vena, kemudian diamati kadar Ig E nya, akan
tetapi cara ini dapat mengancam kehidupan.
c. Pelepasan histamin oleh lekosit in vitro
Histamin dilepaskan bila lekosit yang diselimuti Ig E terpapar oleh antigen
imunospesifik. Pelepasan histamin tergantung dari derajat spesifitas sel yang disensitisasi
oleh antibodi Ig E. akan tetapi ada beberapa agent yang dapat menimbulkan reaksi
langsung ( non imunologik ) pada pelepasan histamin.
d. Radio allergo sorbent test ( RAST )
Antigen spesifik antibodi Ig E dapat diukur dengan menggunakan RAST. Pada
RAST, suatu kompleks pada sebuah antigen berikatan dengan matriks yang tidak larut
diinkubasi dengan serum penderita. Jumlah imunospesifik antibodi Ig E ditentukan
dengan inkubasi pada kompleks dan serum dengan ikatan radioaktif 125-labelled anti-Ig
E. ikatan radioaktif ini mencerminkan antigen-spesifik antibodi.
e. Hitung eosinofil darah tepi, menunjukan adanya alergi dengan peningkatan jumlah .

b) Pemeriksaan darah lengkap (CBC)


Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan
B. Analisa data (3 diagnosa)
No. Tgl/jam Data fokus Etiologi Problem
1. 1. - D Ds : pasien mengatakan sesak nafas Allergen ketidakefektifan
setelah meminum obat (penyebab ↓ pola nafas
allergen) Mempengaruhi
Do : antibodi Ig.E di
-pasien terlihat lemas sel-sel plasma
- terdapat PCH (pernafasan cuping ↓
hidung) Memicu poeses
- adanya otot bantu pernafasan degranulasi dan
pelepasan
substansi
preinflamasi
seperti histamin,
protease,
prsostaglandlin,
bradikinin, dll

Pelebaran
pembuluh darah

maldistribusi
volume darah

Syok anafilaktik

Penyempitan
jalan nafas dan
edema saluran
nafas

ketidakefektifan
pola nafas

2. DS : pasien mengatakan nyeri pada Obat- Nyeri akut


J luka bekas garukan. obatan/allergen
Skala nyeri 5 ↓
DO : terlihat adanya luka bekas Difagositosis
garukan dikulit pasien ↓
Masuk ke sel Th
di kelenjar limfe

Pelepasan
sitokinin oleh
sel Th

Sel beta
terangsang
untuk
pembentukan
Ig.E

Degranulasi sel
mast

Pengeluaran
brakinin,
prostaglandin

Gejala
hipersensitivitas

Mengiritasi kulit

Peradangan
(lesi) pada kulit

Nyeri akut
2. 3. D DS : Pasien mengatakan gatal, panas Obat- Gangguan
pada derah kulit obatan/allergen integrtas kulit
DO : terlihat adanya luka bekas ↓
garukan dikulit pasien, dan pasien Difagositosis
terlihat meringis kesakitan ↓
D Masuk ke sel Th
di kelenjar limfe

Pelepasan
sitokinin oleh
sel Th

Sel beta
terangsang
untuk
pembentukan
Ig.E

Degranulasi sel
mast

Pengeluaran
brakinin,
prostaglandin

Gejala
hipersensitivitas

Mengiritasi kulit

Peradangan
(lesi) pada kulit

Gangguan
integritas kulit

C. Diagnose keperawatan
1) ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Allergen yang masuk ke dalam tubuh
2) Nyeri Akut berhubungan dengan patologis penyakit
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamsi pada bagian kulit

D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional
.
1. Bersihan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji 1. R/ :
jalan nafas keperawatan selama ...X frekuensi, kecepatan
tidak efektif 24 jam , diharapkan kedalaman biasanya
berhubunga bersihan jalan nafas pasien pernapasan meningkat.
n dengan normal dengan kriteria dan ekspansi Dispenea
Allergen hasil : paru. Catat dan terjadi
yang masuk  Frekuensi respirasi upaya peningakata
ke dalam normal ( Skala 5 ) pernapasan, n kerja
tubuh  Irama respirasi normal ( termasuk napas.
skala 5 ) pengguanaan Kedalaman
 Kemampuan menarik otot bantu/ pernapasan
nafas dalam normal ( pelebaran berpariasi
skala 5 ) masal. tergantung
2. Auskultasi derajat
bunyi napas gagal
dan catat napas.
adanya bunyi Ekspansi
napas dada
adventisius terbatas
seperti yang
krekels, berhubunga
mengi, n dengan
gesekan atelektasis
pleura. atau nyeri
3. Tinggikan dada
kepala dan pleuritik.
bantu 2. R/ : bunyi
mengubah napas
posisi. menurun/
Bangunkan tak ada bila
pasien turun jalan napas
dari tempat obstruksi
tidur dan sekunder
ambulansi terhadap
sesegera pendarahan
mungkin. , bekuan/
4. Berikan kolaps jalan
oksigen napas kecil
tambahan (atelektasis)
. Ronci dan
mengi
menyertai
obstruksi
jalan napas/
kegagalan
pernapasan
3. R/ : duduk
tinggi
memungkin
kan
ekspansi
paru dan
memudahk
an
pernapasan.
Pengubaha
n posisi dan
ambulansi
meningkatk
an
pengisian u
dara
segmen
paru
berbeda
sehingga
memperbai
ki difusi
gas.
4. R/ :
memaksima
lkan
bernapas
dan
menurunka
n kerja
napas

2. Nyeri Akut NOC: Pain Control NIC: Pain 1. Untuk


berhubunga Setelah diberikan asuhan Management mengetahui
n dengan keperawatan selama .. 1.
x 1. Kaji dan catat seberapa
patologis 24 jam diharapkan persepsi kualitas, lokasi dan berat nyeri
penyakit subjektif pasien tentang durasi nyeri. pasien
nyeri menurun, dengan Gunakan skala nyeri 2. Utuk
kriteria hasil : dengan pasien dari 0 mengetahui
- Pasien tidak meringis (tidak ada nyeri) – keadaan
10 (nyeri paling umun
buruk). pasien
2. 2. Observasi tanda- 3. Untuk
tanda vital membangu
3. 3. Gunakan teknik n BHSP
komunikasi 4. Untuk
terapeutik untuk mendistraks
mengetahui i pikiran
pengalaman nyeri paien dari
pasien nyeri
4. 4. Ajarkan dan 5. Untuk
bantu pasien mengurangi
5. teknik relaksasi dan atau
distraksi meminimal
6. 5. Bantu posisi kan rasa
pasien untuk nyeri
kenyamanan optimal
7. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
8. Kolaborasi :
pemberian analgetik

3. Gangguan NOC:Tissue integrity : skin 1. Anjurkan 1. Untuk


integritas and mucous membranes pasien untuk sirkulasi
kulit Setelah dilakukan tindakan menggunakan udara
berhubunga keperawatan selama …. X pakaian yang 2. Agar
n dengan 24 jam kerusakan longgar terhindar
inflamsi integritas jaringan 2. Jaga kulit dari
pada bagian pasien teratasi dengan agar tetap bersih mikroorgan
kulit kriteria hasil: dan kering isme
 Perfusi jaringan normal 3. Mobilisasi penyebab
 Tidak ada tanda-tanda pasien (ubah posisi infeksi
infeksi pasien) setiap dua 3. Untuk
 Ketebalan dan tekstur jam sekali menghindar
jaringan normal 4. Monitor kulit i terjadinya

 Menunjukkan akan adanya dekubitus

pemahaman dalam kemerahan 4. Untuk

proses perbaikan kulit 5. Oleskan mengetahui

dan mencegah lotion atau status

terjadinya cidera minyak/baby oil hidrasi kulit

berulang pada daerah yang pasien

 Menunjukkan terjadiny tertekan 5. Untuk

a proses penyembuhan 6. Kaji membantu

luka lingkungan dan menghidras


peralatan yang i kulit
menyebabkan 6. Untuk
tekanan mengetahui
7. Observasi lingkungan
luka : lokasi, pasien
dimensi, kedalaman 7. Untuk
luka, mengetahui
karakteristik,warna karakteristi
cairan, granulasi, k luka
jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi
lokal, formasi
traktus

Anda mungkin juga menyukai