Anda di halaman 1dari 12

I.

Pengertian Homeostasis
Keseimbangan dinamika internal yang memungkinkan darah dan konstituen
jaringan dan nilai- nilai tetap dalam kisaran normal.
Homeostasis mempelajari semua proses yang terjadi dalam organism hidup
untuk mempertahankan lingkungan internal didalam kondisi agar optimal bagi
kehidupan organism yang bersangkutan yang mekanisme ini diatur oleh otak terutama
hipotalamus yang bila terangsang akan merangsang koordinasi tubuh. Proses ini akan
terus menerus terjadi hingga lingkungan dalam tubuh akan berada jumlah yang
normal dalam tubuh.
Ada 3 struktur dalam otak yang bertanggung jawab mempertahankan
homeostasis tubuh :
1. Medulla Oblongata (Bagian dari Susunan Saraf Pusat), bagian pada
batang otak yang berkaitan dengan berbagai fungsi vital, seperti
respirasi dan sirkulasi.
2. Kelenjar Hipofisis, yang mengatur fungsi kelenjar lain dan melalui
pengaturan ini , mengendalikan pertumbuhan, maturasi, dan produksi.
3. Formasio Retikularis, yaitu suatu jalinan sel-sel saraf (nukleus) dan
serabut saraf di dalam batang otak (brain stem) serta medula spinalis
yang membantu mengontrol semua refleks vital seperti fungsi
kardiovaskuler dan respirasi

II. Komposisi Homeostasis


Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal
sebagai zat anorganik atau kadar abu. Air (H20) merupakan komponen utama yang
paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan
orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot
yang terdapat di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari
total berat badan orang dewasa. Cairan tubuh organisme dapat ditemukan di dalam
kompartemen ekstraseluler (plasma dan interstitial) sebesar 1/3% dan intraseluler
sebesar 2/3%. Kondisi cairan tubuh pada setiap kompartemen tersebut berada dalam
keadaan equilibrium dinamik. Rasio kuantitatif dan kualitatif komposisi elektrolit
pada bagian membran selalu dipertahankan dalam keadaan equilibrium.

III. Objek Homeostasis


Cairan tubuh merupakan objek homeostasis karena dalam cairan tubuh diatur
keseimbangan bermacam- macam elektrolit. Homeostasis juga mengatur asam dan
basa. Cairan tubuh diatur agar suhunya konstan dengan cara mekanisme produksi dan
pelepasan panas.

Distribusi cairan tubuh :

1. Cairan intrasel. Cairan yang berada di dalam sel di bawah suatu bentuk
pengendalian karena membrane sel bersifat permeable dan cairan dalam
sel harus mempunyai mekanisme tertentu untuk mencegah masuknya air
yang tidak terkendali dan mengerluarkan cairan secara terkendali. Volume
air di dalam sel tidak dapat terukur.

Komposisi cairan tubuh


1. Cairan elektrolit :
a. Kation : Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium
b. Anion : Klorida, Karbonat, Fosfat, Sulfat, Protein, Asam
Organik
2. Cairan non elektrolit :
a. Air
b. Dekstrose
c. Ureum
d. Kreatinin

2. Cairan ekstra sel. Cairan yang berada di luar sel atau diantara sel (dalam
jaringan), terdiri dari volume CES. Yang sukar diukur karena batas ruang
yang sukar ditetapkan. CES terdiri dari :
a. Cairan interstisial : cairan yang berada diantara sel jaringan.
b. Cairan intravaskuler (plasma) : cairan yang berada dalam
pembuluh darah yang membawa oksigen ke dalam jaringan dan
mengeluarkan karbondioksida.
c. Cairan limfe : cairan yang berada dalam pembuluh limfe yang
menyangkut partikel protein ke dalam pembuluh darah.
d. Cairan transeluler : cairan yang berada di tempat khusus,
misalnya : cairan otak, cairan sendi, cairan bola mata, dll.

IV. Macam – macam Keadaan Konstan dalam Homeostasis


 Sistem Tertutup-Keseimbangan Stasis
Dimana keadaan dalam yang tidak berubah. Seperti botol tertutup.
Karena dalam keadaan botol tertutup tidak ada udara yang masuk ataupun
keluar, jadi tidak terjadi sirkulasi di dalam botol.

 Sistem Terbuka-Keseimbangan Dinamik


Dimana keadaan konstan walaupun system ini terus berubah.
Contohnya seperti sebuah kolam didasar air terjun. Karena pada dasar air
terjun terlihat tenang, sedangkan pada permukaan kolamnya selalu berubah-
ubah karena selalu tertimpa air dari atas.

V. Macam – macam Homeostasis


 Homeostasis Fisiologis
Regulasi homeostasis yang dilakukan yaitu upaya mempertahankan
keadaan lingkungan dalam yang stabil. Berikut upaya yang dilakukan tubuh
agar tetap stabil :
a. The receptor : menerima informasi jika terjadi
perubahan dalam lingkungan.
b. The control center : menerima dan memproses informasi
dari receptor.
c. The efector : memproses perintah – perintah dari
control center.

 Homeostasis Psikologis
Homeostasis pesikologis berfokus pada keseimbangan emosional
kesejahteraan mental, proses ini di dapat dari perjalanan hidup dan
pembelajaran dari pengalaman hidup serta interaksi dengan orang lain,
masyarakat, kelompok, dan norma dalam masyarakat yang berlaku contohnya
: mekanisme dalam manusia unruk mempertahankan diri seperti ekspresi
menangis, tersenyum, berteriak memukul, meremas jamari tangan. Sehingga
pada intinya homeostasis adalah keseimbangan dalam tubuh.

VI. Proses Homeostasis Fisiologis


Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini dapat
melalui empat cara yaitu :

1. Self regulation (Pengaturan Diri)

Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam
pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.

2. Cara kompensasi

Kompensasi tubuh akan menanggapi rangsangan apabila terjadi ketidak


normalan pada tubuh, sebagai contoh : pelebatan pupil meningkatkan persepsi
fisual pada saat tubuh mengalami ancaman, peningkatan keringat untuk
mengontrol kenaikan suhu tubuh, peningkatan dan penyempitan pembuluh
darah perifer hingga merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk
meningkatkan kegiatan yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh
akan menjadi meningkat saat suhu di ruangan tiba-tiba menjadi
dingin,(penyimpangan dari keadaan normal).

3. Cara umpan balik negatif


Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan
abnormal tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.

Umpan balik negative untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi


contohnya : apabila tekanan darah meningkat maka akan meningkatkan
baroreceptor dan merunkan rangsanga pada simpatik serta menaikan
rangsangan pada para simpatik, menurunkan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi serta dilatasi pembuluh darah dan akirnya menurunkan tekanan
darah sampai pada keadaan normal melalui feedback mekanisme.

4. Umpan balik positif

Umpan balik positif untuk mengkoresi ketidak seimbangan fisiologis. Sebagai


contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan
denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.

VII. Fungsi Homeostasis


1. Menstabilkan cairan disekitar sel-sel oranisme multi sel atau cairan extrasel
(CES) (Siagian, 2008).
2. Untuk kelangsungan hidup sel
3. Memungkinkan organisme beradaptasi pada lingkungan luar yang mempunyai
jumlah dan habitat yang lebih luas.
4. Menyediakan keadaan dalam (lingkungan dinamis dalam badan organisme)
yang stabil supaya sel-sel dapat menjalankan hidup dengan efisien.
5. Memungkinkan kadar metabolisme diatur secara efisien pada saat tertentu.
6. Memungkinkan enzim-enzim menjalankan fungsinya dengan optimum

VIII. Faktor yang Mempengaruhi Homeostasis


Salah satu fungsi dari homeostasis adalah menstabilkan atau menyeimbangan
cairan, dan faktor yang mempengaruhu keseimbangan cairan tersebut adalah :
1. Usia
Dengan bertambahnya usia organisme, maka organ yang
mengatur keseimbangan akan menurun fungsinya, dengan begitu hasil
untuk kesimbangan pun akan menurun.
2. Temperatur lingkungan
Dengan sesuatu organisme banyak terdapat di lingkungan yang
panas, maka akan terjadi proses evaporasi, sehingga dimungkinkan
cairan banyak yang keluar.
3. Makanan
Makanan yang dimaksud adalah, makanan yang sekiranya
terlalu mengandung asam ataupun terlalu mengandung basa.
4. Obat-obatan
5. Stres
Stres dapat mempengaruhi beberapa hal diantaranya adalah,
Mempengaruhi metabolisme sel, meningkatkan gula darah,
meningkatkan osmotik dan ADH akan meningkat sehingga urine
menurun.
6. Sakit
Misalnya gagal ginjal, maka organisme akan mengeluarkan
cairan yang banyak sehingga dapat menggau keseimbangan di dalam
tubuh organism tersebut. (Irawan, 2008).

IX. Faktor Internal yang Membantu Tubuh Mengatur dan


Mempertahankan Homeostasis
1. Suhu : manusia sebagai makhluk berdarah panas akan mempetahankan
suhu lingkungan internal mereka. Panas dari berbagai organ dan system
orgam dalam tubuh mengatur suhu tubuh. Contohnya hati dan otot yang
berkontraksi bertanggung jawab menghasilkan panas dalam tubuh. Jika
suhu tubuh lebih besar dari lingkungan kulit kehilangan panas.tubuh
memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi dari sekitarnya.
Penguapan juga merupakan sarana pendinginan suhu tubuh dan
menyingkirkan kelebihan panas. Otak juga menghasilkan banyak panas.
Sistem pembuluh darah yang terdiri dari kepala, memungkinkan kelebihan
panas loloskan diri dan mendinginkan kepalanya.
2. Osmoregulasi : Osmoregulasi melibatkan pengaturan tekanan osmotik
cairan tubuh. Tubuh memastikan bahwa kadar air dalam tubuh tidak
menjadi terlalu encer atau terlalu konsentrasi contohnya ginjal yang
menghapus ion yang berlebih dalam darah lalu diekskresikan sebagai urin
dan mempengaruhi tekanan osmotic
3. Exercise/aktivitas
4. Hormon
5. Sistem Saraf
6. Asupan makanan
7. Usia
8. Irama sirkadian
9. Stress
10. Lingkungan
11. Demam

X. Faktor yang dapat Menstabilkan Lingkungan Internal


1. Konsentrasi molekul-molekul nutrien
2. Konsentrasi 𝑂2 dan 𝐶𝑂2
3. Konsentrasi zat-zat sisa
4. pH
5. Konsentrasi air, garam dan elektrolit lain.

XI. Homeostasis pada Penderita Hipertensi


Suatu kondisi dimana tekanan darah berada diatas normal disebut dengan
hipertensi. Apabila tidak terkontol maka akan menyebabkan terjadinya gangguan pada
organ-organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, retina, aorta dan pembuluh darah tepi
(Santoso, 1989)
Dalam keadaan hipertensi, tubuh akan melakukan regulasi homeostasis agar kondisi
tekanan darah normal kembali (normal dianggap sekitar 90 mmHg).
Dalam kasus hipertensi ini, mekanisme homeostasis ini melibatkan adanya
feedback negatif, yang mana hasil dari feedback negatif ini adalah merubah suatu
deviasi / penyimpangan terhadap set point ke arah sebaliknya atau bisa dikatakan
normal kembali.
Biasanya, orang yang terkena hipertensi ditandai dengan sakit kepala atau pusing
yang disebabkan oleh stress fisik (trauma, suhu yang tinggi) perubahan kimia
(penurunan O2 atau pH, peningkatan CO2 atau prostagladin) dan peningkatan aktivitas
jaringan.
Dalam semua sistem yang menjadi integrator adalah otak yaitu hipotalamus.
Hipotalamus memerintahkan jantung untuk memproduksi protein ANP (atrial
natriuretic peptide). ANP merupakan protein yang di produksi oleh sel-sel otot
jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole yang sangat penting dalam
mengembalikan volume darah dan tekanan darah kembali normal. ANP bekerja pada
ginjal untuk menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan penurunan reabsorpsi
natrium oleh duktus koligentes. Hasil Kerja gabungan dari ANP akan menimbulkan
peningkatan eksresi garam dan air yang membantu mengkompensasi kelebihan
volume darah, inilah yang menjadi efektor dalam komponen mekanisme homeostasis
pada kasus hipertensi ini yaitu volume urin yang diproduksi semakin banyak
dikarenakan ANP meningkatkan ekskresi ion sodium pada ginjal.

Hipotalamus – jantung (ANP) – ANP (ginjal)

XII. Homeostasis dan Kontrol Suhu


Siklus 1

1. Suhu tubuh mengalami peningkatan diatas suhu normal (37 derajat celcius
/ 98.6 derajat Fahrenheit).
2. Sistem saraf pembuluh darah epidermis membesar/mengembang dan
kelenjar keringat mengalami ekskresi.
3. Panas tubuh hilang ke sekitarnya.
4. Sehingga suhu tubuh turun menuju ke normal.

Siklus 2

Manusia memiliki pusat pengaturan suhu tubuh (termostat), terletak di bagian


otak yang disebut dengan hipotalamus. Pusat pengaturan suhu tubuh itu mematok
suhu badan kita di satu titik yang disebut set point. Hipotalamus bertugas
mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37°C.

1. Suhu tubuh dibawah normal.


2. Sistem saraf pembuluh darah epidermis mengerut dan kelenjar keringat
tidak aktif. (jika suhu tubuh terus menurun, sistem saraf otot berkontraksi
tanpa sadar. Aktivitas otot menghasilkan panas tubuh)
3. Panas tubuh tetap bertahan sampai suhu tubuh akhirnya meningkat menuju
ke normal.

XIII. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah


1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir
dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi
sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang
memungkinkan percepatan pemindahan panas dari
tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi
sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas
kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan
pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga
mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari
metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran
keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika
suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran
keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area
preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf
simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan
rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat,
yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat
juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan
dari epinefrin dan norefineprin.

c. Penurunan pembentukan panas


Beberapa mekanisme pembentukan panas,
seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat
dengan kuat.

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :


a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus posterior.

b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor
pili yang melekat pada folikel rambut berdiri.
Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada
binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan
berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.

c. Peningkatan pembentukan panas


Pembentukan panas oleh sistem metabolisme
meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan
panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan
sekresi tiroksin. Lingkungan sel tubuh sebenarnya
merupakan komponen interstial CES. Karena fungsi sel
yang normal tergantung dari konstanta cairan ini. Maka
tidak mengherankan bahwa dalam organisma
multiseluler besar sekali jumlah mekanisme regulasi
yang telah disusun untuk memepertahankannya
(Ganong, 1995).

XIV. Gangguan Pada Sistem Homeostasis


1. Asidosis dan Alkalosis

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,


tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis
metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis
respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan
(Widayanti, 2010).

1. Asidosis

Asidosis adalah suatu keadaan darah terlalu banyak mengandung asam


(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah.

Penyebab utama asidosis metabolik :

 Gagal ginjal
 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
 Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
 Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
 Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, ileostomi atau kolostomi.

2. Alkalosis

Alkalosis adalah suatu keadaan darah terlalu banyak mengandung basa


(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan
meningkatnya pH darah.

a. Alkalosis Respiratorik

Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi


basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga
menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut
hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah kadar oksigen


darah yang rendah dan demamb.

b. Alkalosis Metabolik

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam


keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

Penyebab : Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan


terlalu banyak asam.

Contoh:

 kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang


berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang
lambung (terutama setelah pembedahan perut).
 mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.
 kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak
mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.

(Widayanti, 2010)

2. Hipotemia dan Hipertermia

1. Hipotermia

Hipotermia adalah suatu kondisi di mana inti suhu turun di bawah yang
diperlukan untuk metabolisme dan fungsi tubuh yang didefinisikan
sebagai. Suhu tubuh biasanya dikelola dekat tingkat konstan melalui
homeostasis biologis atau thermoregulation.

Jika terkena dingin dan mekanisme internal yang mampu mengisi panas
yang sedang hilang setetes di inti suhu terjadi. Sebagai suhu tubuh
berkurang karakteristik gejala terjadi seperti shivering dan mental
kebingungan.

Hipotermia adalah kebalikan dari hipertermia yang hadir dalam panas


kelelahan dan panas stroke.

2. Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya


terjadi karena infeksi. Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu
tubuh yang terlalu panas atau tinggi. Umumnya, manusia akan
mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Namun, pada
keadaan tertentu, suhu dapat meningkat dengan cepat hingga pengeluaran
keringat tidak memberikan pengaruh yang cukup. Hipertermia cenderung
lebih sering terjadi pada bayi dan anak di bawah usia 4 tahun dan orang tua
yang berumur 65 tahun ke atas. Selain itu, orang yang kelebihan berat
badan, sedang sakit, atau berada dalam pengobatan tertentu juga memiliki
risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertermia. Suhu tubuh yang
terlalu tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Pada penderita
hipertermia parah, gejala yang akan timbul meliputi kondisi mental
kelelahan, cemas, tubuh kejang, dan dapat mengakibatkan koma.

XV. Kesimpulan

 Hubungan Sel, Sistem Tubuh, dan Homeostasis

 Hal – hal yang harus dijaga dalam Kisaran

1. Suhu tubuh
2. Tekanan darah
3. pH darah
4. Konsentrasi 𝑂2 dan 𝐶𝑂2
5. Keseimbangan osmoregulasi air
6. Glukosa
DAFTAR PUSTAKA
Sarmin, 2010. Thermoregulasi. Presentasi Kuliah Pengantar 24 Februari 2010 Fakultas
Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta

Widayanti, R., 2010. Keseimbangan Asam Basa. Presentasi Kuliah Pengantar 24 Maret 2010
Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta

Kowalak, Jennifer P, dkk.Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to


Pathophysiology).Jakarta : EGC.2011;hal.1-2

Soft file

http://www.scribd.com/doc/228286467/Komposisi-Elektrolit-Pada-Cairan-Tubuh-
Sangat-Penting-Untuk-Keberlangsungan-Hidup-Yang-Dipresentasikan-Dalam-
Bentuk-Ionogram.

http://www.slideshare.net/setiast12/

http://www.sridianti.com/peran-pentingnya-homeostasis-dalam-tubuh-
manusia.html

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/minarma.siagian/material/homeostasismsho.
pdf

http://amrilaril.blogspot.com/2011/01/homeostasis-dan-hemodinamik.html

http://nizhathecheerfulgirl.blogspot.com/2013/02/homeostasis-pada-penderita-
hipertensi.html

http://biologi12.wordpress.com/2012/02/24/homeostasis/

http://aristinacoretankebidanan.blogspot.com/2011/11/homeostasis.html

http://senjadisoreitu.blogspot.com/2011/08/homeostasis.html

Anda mungkin juga menyukai