PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengukuran adalah membandingkan antara dua besaran atau lebih dengan
alat ukur yang standar atau sejenis (Herman. S.Pd M.Pd: 2014) untuk
mengetahui besaran listrik DC maupun AC seperti tegangan, arus, resistansi,
daya, faktor kerja, dan frekuensi maka digunakan alat ukur listrik. Pada
mulanya digunakan alat-alat ukur analog dengan penunjukan skala jarum dan
pembacaan dari skala. Dewasa ini banyak dipakai alat ukur listrik digital yang
representatif dan hasilnya dapat dilihat pada layar display dan dapat digunakan
untuk mengukur beberapa besaran, misalnya pada multimeter yang dapat
mengukur tegangan AC dan DC, arus listrik DC dan AC dan Hambatan
(resistansi). Secara praktis untuk mengukur besaran tertentu, masih tetap
dipakai alat ukur tunggal, misalnya untuk mengukur tegangan saja, atau daya
listrik saja. Sampai saat ini alat ukur analog masih tetap digunakan karena
ekonomis, dan praktis. Demikian pula alat ukur digital yang semakin luas
pemakaiannya di masyarakat, karena lebih praktis dalam pemakaian, dan
penunjukan skalanya lebih akurat dan presisi dibandingkan alat ukur analog.
Dalam sistem pengukuran khususnya sistem pengukuran listrik, terdapat
dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Pada sistem
analog berkaitan dengan informasi dan data analog. Data analog dapat
berbentuk sinyal analog berupa fungsi kontinyu, misalnya pada penunjukan
temperatur dapat ditunjukkan oleh skala, penunjukan jarum pada skala, atau
penunjukan skala elektronik. Adapun sistem digital berkaitan dengan informasi
dan data digital. Adapun penunjukan angka digital berupa angka diskret dan
pulsa diskontinyu yang berhubungan dengan waktu. Pada penunjukan angka
digital dapat dilihat pada layar display dari tegangan atau arus berupa angka
(digit) tanpa harus membaca dari skala meter sebagaimana multimeter analog.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prinsip dasar pengukuran tegangan, kuat arus, dan resistansi
dengan multimeter digital ?
2. Bagaimana cara menentukan resistansi sebuah resistor beserta toleransinya
berdasarkan nilai tertera, pembacaan langsung multimeter digital dan
pengukuran dengan hukum Ohm.
C. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah :
1. Memahami prinsip dasar pengukuran tegangan, kuat arus, dan resistansi
dengan multimeter digital.
2. Memahami cara menentukan resistansi sebuah resistor beserta toleransinya
berdasarkan nilai tertera, pembacaan langsung multimeter digital dan
pengukuran dengan hukum Ohm.
BAB II
KAJIAN TEORI
Alat ukur yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat yang berkaitan
dengan rangkaian listrik dan elektronika adalah multimeter. Multimeter dapat
dipergunakan untuk mengukur besaran listrik, seperti : hambatan, arus, dan
tegangan. Karena dirancang untuk mengukur tiga besaran tersebut, maka
multimeter sering disebut dengan AVO meter (Amper Volt Ohm) (Sri, 2008).
Multimeter digital (Digital Multi Meter) tipikal memperagakan hasil
pengukuran berupa angka diskrit ini lebih baik dari pada penunjukan simpangan
jarum pada skala sebagaimana yang digunakan pada instrument analog. DMM
bertambah popular karena harga instrument menjadi kompetitif. Keunggulan
dibanding meter analog hasil pengukuran terbaca langsung mengurangi kesalahan
manusia, kesalahan paralaks dan pengukuran lebih cepat. Pengembangan
selanjutnya adanya otomasi cakupan pengukuran dan polaritas sehingga dapat
mengurangi kesalahan pengukuran dan lebih jauh lagi tidak ada kemungkinan
kerusakan meter yang disebabkan oleh adanya beban lebih atau terbalik
polaritasnya. Dalam beberapa kasus disediakan hard copy hasil pengukuran dalam
bentuk kartu atau pita berlubang. Digital multimeter sampai sekarang masih
terbatas dalam parameter non linier tidak dapat diukur.Lebih jauh lagi keakuratan
sekarang initidak sebanding dengan harganya (Sri, 2008).
Adapun bagian-bagian Multimeter Digital
a. Pencacah / Peraga : bagian ini terdiri pencacah 3 ½ digit, memory, decoder
dan piranti peraga. Bagian ini memiliki input, count, transfer dan reset. Dari
bagian pencacah juga memberikan keluaran untuk mengontrol fungsi
pengukuran analog.
b. Control Logic : bagian ini berfungsi membangkitkan pulse yang diperlukan
oleh rangkaian untukperputaran masukan, dihitung dan mengontrol fungsi
pencacah.
c. Master Clock : rangkaian ini terdiri kristalosilator, pembagi frekuensi untuk
pewaktuan semua pengukuran.
d. Pembentuk gelombangmasukan (Input Wave Shaper) : rangkaian ini
difungsikan selama pengukuran frekuensi, perioda mengubah sinyal
masukan ke dalam bentuk yang tepat untuk dihubungkan ke rangkaian logic.
e. Time Control : Fungsi bagian ini digunakanuntuk memulai
danmenghentikan pencacah padasaat pengukuran.
f. Voltmeter dan PengubahAnalog ke Digital : Bagian ini berisi
rangkaianimpedansi masukan yang tinggi,penyearah, pengubah teganganke
waktu dual-ramp digunakanuntuk pengukuran tegangan danresistansi (Sri,
2008).
Tegangan adalah tekanan listrik. Jenis ini diukur menggunakan Voltmeter
meskipun alat lainseperti osiloskop dapat pula digunakan. Dua jenis Voltmeter
digunakan saat ini yakni analog dan digital. Voltmeter analog menggunakan
pergerakan jarum untuk memainkan tegangan yang diukur diatas skala terkalibrasi
(gambar 1). Tegangan yang diukur oleh meter digital muncul sebagai angka
Resistor tetap mempunyai nilai resistansi yang tidak dituliskan pada badan
komponen tetapi dikonversikan dalam bentuk kode-kode gelang warna dengan
ketentuan tertentu dan bagi pengguna yang mempunyai cacat-mata tertentu (buta
warna primer dan atau sekunder) akan mempunyai kesulitan untuk dapat
menghitung nilai resistansinya. Terdapat instrumen yang dapat digunakan untuk
mengukur nilai resistor tetap, yaitu analog multimeter SANWA® YX-360TRX
yang sebelum digunakan harus dilaku-kan beberapa hal, yaitu : (1) melakukan
kalibrasi jarum penunjuk (skala resistansi) ke posisi angka nol; (2) memilih skala
pengkuran nilai resistansi maksimum; dan (3) mata pembacaharus melihat tegak-
lurus tepat di atas jarum (sampai tidak melihat bayangan jarum di cermin) untuk
mencegah kesalahan paralax. Digital multimeter SANWA® CD800a mempunyai
kinerja yang lebih baik dibanding YX-360TRX dalam meng-ukur resistansi resistor
karena mempunyai layar display digital 3,5 digit sehingga dapat me-nampilkan
secara visual nilai resistansi resistor yang diukur (Wisnu, 2017).
Sistem pengukuran resistansi ditunjukkan pada gambar 3. Metode yang digunakan
dengan melewatkan arus pada R yang tidak diketahui besarnya, kemudian diukur
besarnya tegangan drop pada R tersebut.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Kegiatan 1 : Penentuan resistansi secara langsung
Kegiatan 2 : Penentuan resistansi secara pengukuran
Variabel terukur = Resistansi resistor pada Ohmmeter
Variabel terhitung = Nilai toleransi
Kegiatan 3 : Penentuan resistansi metode ammeter – voltmeter
Variabel terukur = Tegangan (V), Arus (I)
Variabel terhitung = Resistansi resistor
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Resistansi resistor merupakan nilai hambatan dari resistor yang diukur
dengan menggunakan DMM sebagai Ohmmeter. Resistansi resistor yang
digunakan bernilai 1 kΩ, 5.6 kΩ, dan 10 kΩ. Satuan resistansi resistor yaitu
Ohm (Ω).
2. Tegangan V, merupakan besarnya tegangan sumber yang digunakan dalam
rangkaian pada Kegiatan 3 yakni penentuan Resistansi Metode Voltmeter-
Ammeter. Tegangan yang digunakan dalam percobaan yakni sebesar 5 V
yang diukur dengan menggunakan DMM sebagai Voltmeter dengan satuan
Volt
3. Kuat arus I, ialah besarnya kuat arus terukur yang mengalir dalam rangkaian
pada Kegiatan 3. Kuat arus diukur dengan menggunakan DMM sebagai
Ammeter, dengan satuan mili Ampere (mA).
A. ANALISIS
Hasil Pengamatan
R1 = 1 kΩ
R2 = 5.6 kΩ
R3 = 10 kΩ
Tabel 4.1 Penentuan Resistansi Secara Langsung
Resistansi
Nilai toleransi (Ω) Nilai Min. (Ω) Nilai Maks. (Ω)
Tertera (Ω)
1× 103 ± 0.05 × 103 0.95 × 103 1.05 × 103
5.6 × 103 ± 0.28 × 103 5.32 × 103 5.88 × 103
10 × 103 ± 0.5 × 103 9.5 × 103 10.5 × 103
= 5.45 Ω
Rambat ralat hukum Ohm (∆R) :
𝛿𝑅 𝛿𝑅
∆R = |𝛿𝑉| ∆V + | 𝛿𝐼 | ∆I
𝛿(𝑉𝐼 −1 ) 𝛿(𝑉𝐼 −1 )
=| | ∆V + | | ∆I
𝛿𝑉 𝛿𝐼
= 0.25 Ω
Nilai minimum = R − ∆R
= 5.45 Ω − 0.25 Ω
= 5.2 Ω
Nilai minimum = R + ∆R
= 5.45 Ω + 0.25 Ω
= 5.7 Ω
Dengan cara yang sama diperoleh
Tabel 4.6 Hasil Penentuan Resistansi Metode Ammeter - Voltmeter
Tegangan Arus ΔI Resistansi (Ω)
ΔV (V)
(V) (mA) (mA) V/I ΔR Min. Maks.
9.75 ± 0.11 1.79 ± 0.06 5.45 ± 0.25 5.2 5.7
9.74 ± 0.11 9.88 ± 0.17 0.99 ± 0.03 0.96 1.02
9.75 ± 0.11 0.99 ± 0.04 9.85 ± 0.50 9.35 10.35
B. PEMBAHASAN
Telah dilakukan pengukuran dasar multimeter digital untuk mamahami
prinsip dasar pengukuran tegangan, kuat arus, dan resistansi dengan
menggunakan multimeter digital dan menentukan resistansi sebuah resistor
beserta toleransinya berdasarkan nilai tertera, baik pembacaan langsung pada
multimeter digital, maupun pengukuran dengan hukum Ohm.
Pada kegiatan pertama penentuan resistansi resistor secara langsung dengan
cara melihat spesifikasi yang ada pada resistor tersebut telah dilakukan dimana
pada badan resistor terdapat spesifikasi nilai dan toleransinya dengan
persentase sebesar 5% kemudian dari nilai toleransi diperoleh nilai minimum
dan maksimumnya. Untuk mengetahui pengukuran itu baik atau tidak maka
nilai yang terdapat pada badan resistor harus berada antara nilai minimum dan
maksimum resistor. Pada kegiatan pertama ini hasil pengukuran dapat
dikatakan efektif karena nilai resistansinya berada diantara nilai minimum dan
maksimumnya yaitu untuk R1 nilainya 1 kΩ dengan toleransi 0.05 kΩ berada
antara nilai minimum dan maksimum yaitu 0.95 kΩ dan nilai maksimum 1.05
kΩ, untuk R2 nilai resistansinya sebesar 5.6 kΩ dengan toleransi 0.28 kΩ yang
juga berada diantara nilai maksimum dan minimum yaitu sebesar 5.32 kΩ dan
5.88 kΩ dan untuk R3 nilai resistansinya 10 kΩ dengan toleransi 0.5 kΩ dan
berada diantara nilai maksimum dan minimum yaitu 9.5 kΩ dan 10.5 kΩ.
Pada kegiatan kedua penentuan nilai resistansi resistor telah dilakukan
dengan menggunakan alat ukur yaitu multimeter digital dalam mode
ohmmeter. Pada pengukuran ini dihasilkan R1, R2 dan R3 dengan masing-
masing harganya yaitu 0.990 kΩ, 5.44 kΩ dan 9.86 kΩ. dan nilai toleransi
untuk masing-masing resistor yaitu 0.017 kΩ, 0.12 kΩ dan 0.17 kΩ, dari hasil
tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai yang tertera dalam badan resistor
dimana tidak terjadi perbedaan yang begitu signifikan. Dari nilai yang
diperoleh berdasarkan pengukuran dan didapatkan nilai toleransinya melalui
nilai toleransi alat ukur yang digunakan dimana toleransinya sebesar (1,2% +
5 digit) sehingga diperoleh nilai minimum dan maksimum yang sebenarnya,
kemudian diamati tentang kualitas data yang diperoleh. Pada nilai resistansi
yang terukur telah memenuhi syarat dimana nilainya berada diantara nilai
minimum dan maksimumnya, untuk R1 dengan nilai resistansi sebesar 0.990
kΩ berada diantara nilai minimum dan maksimum yaitu 0.973 kΩ dan 1.007
kΩ demikian pula untuk R2 sebesar 5.6 kΩ yang berada diantara nilai
minimum dan maksimum yaitu sebesar 5.32 kΩ dan 5.56 kΩ dan untuk R3
yaitu sebesar 9.86 kΩ juga berada diantara nilai minimum dan maksimumnya
yaitu 9.69 kΩ dan 10.3 kΩ.
Pada kegiatan ketiga berdasarkan hukum kirchoff digunakan nilai kuat arus
dan tegangan listrik untuk mencari nilai hambatannya. Dimana untuk ketelitian
voltmeter yaitu sebesar (0.9% + 2 digit) dan ketelitian ammeter yaitu sebesar
(1.4% + 3 digit) dari hasil pengukuran untuk masing masing nilai V1, V2 dan
V3 yaitu sebesar 9.75 V, 9.74 V dan 9.75 V dengan masing masing toleransi
sebesar 0.11 V, 0.11 V dan 0.11 V. Sementara untuk masing masing nilai kuat
arus listrik diperoleh A1, A2 dan A3 sebesar 1.79 mA, 9.88 mA dan 0.99 mA
demikian pula nilai toleransinya yaitu sebesar 0.06 mA, 0.17 mA dan 0.04 mA.
Dari hasil perhitungan untuk nilai kuat arus dan beda potensial listrik diperoleh
masing masing nilai hambatan R1, R2 dan R3 sebesar 5.45 kΩ, 0.99 kΩ dan
9.85 kΩ dengan masing masing toleransi yaitu 0.25 kΩ, 0.03 kΩ dan 0.50 kΩ.
Untuk R1 dengan nilai resistansinya sebesar 5.45 kΩ yang berada diantara nilai
minimum dan maksimum yaitu 5.2 kΩ dan 5.7 kΩ kemudian untuk R2 0.99
kΩ juga berada diantara nilai minimum dan maksimum yaitu sebesar 0.96 k Ω
dan 1.02 kΩ dan untuk R3 sebesar 9.85 kΩ juga berada diantara nilai minimum
dan maksimumnya yaitu sebesar 9.35 kΩ dan 10.35 kΩ.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Prinsip dasar dalam pengukuran tegangan adalah menggunakan multimeter
digital dengan resistor yang dirangkai secara paralel dengan power supply
sedangkan pada pengukuran arus, multimeter dirangkai secara seri dengan
power supply dan resistor. Adapun resistansi dapat diukur secara langsung
menggunakan ohmmeter atau dengan menggunakan hukum ohm.
2. Untuk penentuan nilai resistansi sebuah resistor beserta toleransinya
berdasarkan nilai yang tertera dapat dilihat pada spesifikasi resistor tersebut
selanjutnya dihitung nilai toleransinya sesuai dengan nilai huruf yang tertera
pada resistor misalnya “J” yang tertera pada resistor bernilai 5% maka untuk
resistor 1× 103Ω dengan resistansi 5% diperoleh nilai toleransi sebesar
±0.05 × 103 Ω. Adapun dengan pembacaan langsung menggunakan
multimeter digital nilai resistansi yang diperoleh dapat langsung dilihat
hasilnya namun untuk mengetahui nilai toleransinya maka nilai resistansi
yang terukur harus dikalikan dengan ketelitian alat ukur yang digunakan
misalnya multimeter yang berfungsi sebagai ohmmeter DMM (SANWA
CD771) = ± (1.2% + 5 digit).Selanjutnya dengan menggunakan hukum
Ohm maka resistor dirangkai secara paralel dengan voltmeter dan secara seri
dirangkai dengan menggunakan amperemeter. Kemudian untuk
menentukan nilai dari masing-masing alat ukur maka digunakan hukum
ohm untuk mendapatkan nilai resistansi dan toleransinya.
B. SARAN
Diharapkan kedepannya praktikan lebih terampil dalam melakukan
pengukuran agar hasil dan analisis pengukuran yang di peroleh lebih baik dan
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Wulayanti, Sri., dkk. 2008. Alat Ukur Dan Teknik Pengukuran Jilid 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Djatmono, Wisnu. 2017. Prototipe Resistansi Meter Digital. Jakarta: Kampus
Universitas Negeri Jakarta.