LAPORAN PENDAHULUAN
DEMENSIA
BALAI REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA GAU MABAJI
Oleh:
NURFADILA, S.Kep
70900118019
(...........................................) (...........................................)
A. Pengertian
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia
65-75 tahun. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai
belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu
memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-
mempertahankan dirinya.
B. Klasifikasi
ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling
mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses
2
peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada perkembangan). World
1. Teori Biologik
oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi
c. Autoimune
khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
d. Teori stress
dipakai.
3
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
b. Teori Pembebasan
a) Kehilangan peran
c) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
3. Teori Psikologi
4
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa
dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
5
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
kejaringan.
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
Penglihatan
6
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
skala.
Pendengaran.
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia
meningkatnya kreatin.
makan berkurang.
Peraba
7
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
volumenya.
4) Atropi vulva.
8
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada
dan LH.
zat.
testosteron.
(stess).
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
9
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
h. Sistem muskuloskeletal
3) Kyphosis.
berkurang ).
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
rambut kelabu.
10
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.
menurun.
3) atropi payudara.
berangsur berangsur.
kesehatan baik.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (herediter)
5. Lingkungan
keluarga.
11
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
F. Perubahan Spiritual
kematian.
secara tepat.
12
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan
abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
kemunduran kepribadian.
B. ETIOLOGI
13
secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang
3. Khorea Huntington
3. Gangguan nutrisi
C. MANIFESTASI KLINIS
14
3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
13. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
D. KLASIFIKASI DEMENSIA
a. Tipe Alzheimer
progresif,
5. Kehilangan inisiatif.
b. Demensia Vascular
15
berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena
2. Menurut Umur:
2. Inkontinensia urin.
3. Demensia.
a. Demensia proprius
b. Pseudo-demensia
E. PATOFISIOLOGI
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun)
16
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia penderita demensia tidak
sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu
adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai
namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan
masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.
Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan
biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja
demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Faktor Psikososial
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi
17
sebelum sakit maka semakin tinggi juga kemampuan untuk
akan menghilang.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Imaging
3. Pemeriksaan EEG
18
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik
dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium
periodik.
5. Pemeriksaan genetika
meningkat.
(MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk
status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai
19
signifikan pada penderita berpendidikan tinggi.(Asosiasi Alzheimer
Indonesia,2003).
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Farmakologi
Memantine
20
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya
3. Terapi Simtomatik
meliputi :
a. Diet
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif.
21
PATHWAY
Gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, penyakit degenerative, factor usia, dll.
Dementia
D. Alzheimer D. Vaskular
A. PENGKAJIAN
kepada klien sebagai tes awal untuk mengetahui kondisi kognitif klien
2014).
23
II. REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda yang tidak 3
berhubungan (apel, meja, koin). Klien diminta
mengulangi nama benda.
Sebutkan tiga benda dengan perlahan kira-kira 1
detik untuk masing-masing benda. Setelah
disebutkan ketiganya, klien diminta mengulangi
ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama
benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat
menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan.
III. ATENSI DAN KALKULASI
4 Klien diminta menghitung mundur: mengurangi 5
100 dengan 7. Hentikan setelah klien memberikan 5
jawaban. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.
Jika klien tidak dapat melakukannya, minta klien
mengeja terbalik kata ”DUNIA”. Nilai diberi pada
huruf yang benar sebelum kesalahan,misalnya aiund
= 2 nilai.
IV. MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Klien diminta menyebut kembali 3 nama benda 3
yang telah disebutkan pada poin registrasi. Satu
poin untuk setiap jawaban benar.
V. BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan 2 nama benda yang 2
ditunjuk (pensil, buku). Satu poin untuk setiap
jawaban benar.
7 Klien diminta mengulang kalimat yang telah 1
disebutkan terlebih dahulu ”namun”, ”tanpa”,
”bila”. Satu poin untuk setiap pengulangan
sempurna.
8 Klien diminta melakukan perintah: ”Ambil kertas 3
ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua, dan
letakkan di lantai”. Satu poin untuk setiap perintah
yang dilakukan dengan benar.
9 Klien diminta membaca dan melakukan perintah 1
”Pejamkanlah mata anda” yang tertulis di selembar
kertas. Satu poin untuk perintah yang dilakukan
dengan benar.
10 Pasien diminta menulis kalimat dengan spontan. 1
Jangan mendikte kalimat. Kalimat minimal terdiri
dari subyek dan predikat. Ejaan dan tanda baca
tidak diperhitungkan. Satu poin jika klien dapat
melakukannya.
11 Klien diminta meniru gambar. Satu poin untuk 1
salinan gambar yang sesuai.
24
Setelah format terisi, maka selanjutnya dilakukan penilaian.
dan informan
25
2. Lakukan penilaian dan tentukan nilai terhadap masing-masing
c. 1 : gangguan ringan
d. 2 : gangguan sedang
e. 3 : gangguan berat
algoritma.
sendiri.
26
b. Stage 2: CDR-0,5 atau gangguan dipertanyakan
personal hygiene.
27
pula, pasien mengalami disorientasi waktu dan tempat. Pasien
pribadi pasien.
1. Konfusi akut
b. Penyebab :
1) Delirium
2) Demensia
5) Penyalahgunaan zat
28
a. Definisi : tidak mampu melakukan atau meyelesaikan aktivitas
perawatan diri
b. Penyebab :
1) Gangguan musculoskeletal
2) Gangguan neuromuscular
3) Kelemahan
5) Penurunan motivasi/minat
3. Defisit nutrisi
metabolism
b. Penyebab :
b. Penyebab :
1) Gangguan penglihatan
2) Gangguan pendengaran
29
3) Gangguan penghiduan
4) Gangguan perabaan
5) Hipoksia serebral
6) Penyalahgunaan zat
7) Usia lanjut
mengatasi masalah
b. Penyebab :
masalah
7) Krisis situasional
8) Kerentanan personalitas
9) ketidakpastian
6. Koping defensif
b. Penyebab :
30
2) Takut mengalami kegagalan
eksternal
b. Penyebab
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
3. Kurangnya privasi
4. Restrain fisik
8. Risiko cedera
kondisi baik
b. Faktor risiko :
1) Eksternal
a) Terpapar pathogen
31
b) Terpapar zat kimia toksik
d) Ketidakamanan transportasi
2) Internal
c) Perubahan sensasi
d) Disfungsi autoimun
e) Disfungsi biokimia
f) Hipoksia jaringan
h) Malnutrisi
system simbol
b. Penyebab :
2) Gangguan neuromuscular
3) Gangguan pendengaran
4) Gangguan musculoskeletal
5) Kelainan pallatum
krikotiroidektomi)
32
7) Hambatan individu (mis. ketakutan, kecemasan, merasa malu,
asing)
33
C. INTERVENSI (SIKI, 2018)
No Diagnosis keperawatan Luaran Intervensi Rasional
keperawatan
1. Konfusi akut b/d Delirium, Konfusi akut Manajemen Delirium
Demensia, Fluktuasi siklus membaik 1. Observasi
tidur-bangun, Usia lebih dari a. Identifikasi faktor risiko delirium Mengetahui penyebab delirium
60 tahun, Penyalahgunaan (mis. usia >75 tahun, disfungsi
zat, ditandai dengan : kognitif, gangguan
DS : penglihatan,/pendengaran, penurunan
1. Kurang motivasi untuk kemampuan fungsional, infeksi
memulai/menyelesaikan hipo/hipertermia, hipoksia, malnutrisi,
perilaku berorientasi efek obat, toksin, gangguan tidur,
tujuan stres) Mengetahui tipe delirium
2. Kurang motivasi untuk b. Identifikasi tipe delirium (mis.
memulai/menyelesaikan hipoaktif, hiperaktif, campuran) Mengetahui adanya kelainan neurologis
perilaku terarah c. Monitor status neurologis dan tingkat
3. Salah persepsi delirium Menstimulasi otak
DO : 2. Terapeutik Membantu orientasi realita
1. Fluktuasi fungsi kognitif a. Berikan pencahayaan yang baik
2. Fluktuasi tingkat b. Sediakan jam dan kalender yang Mengurangi kebisingan
kesadaran mudah terbaca
3. Fluktuasi aktivitasi c. Hindari stimulus sensorik berlebihan
psikomotorik (mis. televisi, pengumuman interkom)
4. Halusinasi d. Lakukan pengekangan fisik, sesuai Menambah pengetahuan pasien
5. Gelisah indikasi
e. Sediakan informasi tentang apa yang
terjadi dan apa yang dapat terjadi Menghindari pasien salah dalam
34
selanjutnya mengambil keputusan
f. Batasi pembuatan keputusan Tidak menmperberat misinterpretasi
g. Hindari memvalidasi mispersepsi atau pasien
interpretasi realita yang tidak akurat Menghindari sensifitas pasien terhadap
(mis. halusinasi, waham) persepsi realitas yang diberikan
h. Nyatakan persepsi dengan cara yang Membantu memperbaiki
tenang, menyakinkan dan tidak misinterpretasi pasien
argumentif
i. Fakus pada apa yang dikenali dan Rutinitas yang konsisten membuat
bermakna saat interaksi interpersonal pasien lebih meningkatkan orientasinya
j. Lakukan reorientasi Meningkatkan perilaku yang sesuai
k. Sediakan lingkungan fisik dan dengan oreintasi realitas
rutinitas harian yang konsisten
l. Gunakan isyarat lingkungan untuk
stimlasi memori, reorientasi dan Informasi yang sedikit tapi sering
meningkatkan perilaku yang sesuai diulang-ualng akan menstimulasi otak
(mis. tanda, gambar, jam, kalender, untuk selalu ingat
dan kode warna pada lingkungan) Menginagtkan pasien pada keluarganya
m. Berikan informasi baru secara Membantu pasien agar tidak salah
perlahan, sedikit demi sedikit diulang- sensori dan persepsi
ulang
3. Edukasi
a. Anjurkan kunjungan keluarga, jika Mengurangi ansietas dan /atau agitasi
perlu
b. Anjurkan penggunaan alat bantu
sensorik (mis. kacamata, alat bantu
dengar, dan gigi palsu)
4. Kolaborasi
35
a. Kolaborasi pemberian obat ansietas
atau agitasi
36
3. Defisit nutrisi b/d kurangnya Nutrisi membaik Manajemen nutrisi
asupan makanan, 1. Observasi
ketidakmampuan menelan a. Identifikasi status nutrisi Menghindari akibat buruk yang
makanan, ketidakmampuan b. Identifikasi alergi dan intoleransi disebabkan karena alergi makanan.
mencerna makanan, makanan Mengetahui status nutrisi pasien dan
ketidakmampuan c. Identifikasi makanan yang disukai adanya tanda diabetes mellitus
mengabsorbsi nutrien, d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis Mengetahui adanya kekurangan cairan
peningkatan kebutuhan nutrient Mual muntah dapat menurunkan nafsu
metabolisme, faktor ekonomi e. Identifikasi perlunya penggunaan makan
(mis. finansial tidak selang nasogastric
mencukupi), faktor f. Monitor asupan makanan Semi fowler atau fowler tinggi
psikologis (mis. stress, g. Monitor berat badan mempermudah turunnya makanan dari
keengganan untuk h. Monitor hasil pemeriksaan mulut ke esophagus
makan)ditandai dengan : laboratorium Untuk mencegah konstipasi
DS 2. Terapeutik
1. Cepat kenyang setelah a. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
makan jika perlu Menambah pengetahuan pasien dan
2. Kram/nyeri abdomen b. Fasilitas menentukan pedoman diet keluarga
3. Nafsu makan menurun (mis. piramida makanan) Dapat meningkatkan keteraturan dan
DO c. Sajikan makanan secara menarik dan keseimbangan pola makan
1. Berat badan menurun suhu yang sesuai
minimal 10% dari d. Berikan makanan tinggi serat untuk Memperbaiki status gizi pasien
rentang ideal mencegah konstipasi
2. Bising usus hiperaktif e. Berikan makanan tinggi kalori dan
3. Otot pengunyah lemah tinggi protein Untuk mempertahankan intake cairan
4. Otot mnelan lemah f. Berikan makanan tinggi kalori dan yang adekuat
5. Membrane mukosa pucat tinggi protein
6. Sariawan g. Berikan supplement makanan, jika Asupan oral memudahkan pasien
37
7. Serum albumin turun perlu makan dengan porsi yang banyak dan
8. Rambut rontok h. Hentikan pemberian makanan konsistensi yang padat
berlebihan melaluin selang nasogastric jika
9. Diare asupan oral dapat ditoleransi Mencegah adanya reflus lambung
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan Mengurangi sakit dan mual muntah
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antieemetik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan akhli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4. Gangguan persepsi sensori Persepsi sensori Minimalisasi rangsangan
b/d Gangguan penglihatan, membaik 1. Observasi
Gangguan pendengaran, a. Periksa status mental, status sensori, Mengetahui kondisi pasien untuk
Gangguan penghiduan, dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri, melanjutkan intervensi
Gangguan perabaan, kelelahan)
Hipoksia serebral, 2. Terapeutik
Penyalahgunaan zat, Usia a. Diskusikan tingkat toleransi terhadap Mengetahui keinginan dan batas
lanjut, Pemanjaan toksin beban sensori (mis. cahaya, suara, toleransi pasien terhadap stimulus
lingkungan, ditandai dengan aktivitas)
: b. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu Kegiatan yang rutuin akan
DS : istirahat memudahkan asien untuk
1. Mendengarkan suara atau c. Kombinasi prosedur/tindakan dalam mengingatnya
melihat bayangan satu waktu, sesuai kebutuhan Mengurangi kejenuhan akibat tindakan
2. Merasakan sesuatu 3. Edukasi yang lama
38
melalui indera perabaan, a. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus Menambah pengetahuan pasien
penciuman atau (mis. mengatur pencahayaan ruangan,
pengecapan mengurangi kebisingan, membatasi
3. Menyatakan kesal kunjungan)
DO : 4. Kolaborasi
1. Distorsi sensori a. Kolaborasi dalam meminimalkan Mengurangi adanya rangsangan
2. Respon tidak sesuai prosedur atau tindakan berlebihan akinat tindakan/prosedur
3. Bersikap seolah melihat, b. Kolaborasi pemberian obat yang Membantu meningkatkan persepsi
mendengar, mengecap, mempengaruhi persepsi stimulus stimulus yang positif
meraba atau mencium
sesuatu
4. Menyendiri
5. Melamun
6. Konsentrasi buruk
7. Disorientasi waktu,
tempat, orang atau situasi
8. Curiga
9. Melihat kesatu arah
10. Mondar-mandir
11. Bicara sendiri
5. Koping tidak efektif b/d Koping Dukungan pengambilan keputusan
Ketidakpercayaan terhadap membaik 1. Observasi
kemampuan diri mengalami a. Identifikasi persepsi mengenai Mengetahui kondisi dan masalah yang
masalah, Ketidakadekuatan masalah dan informasi yang memicu dialami pasien
system pendukung, konflik
Ketidakadekuatan strategi 2. Terapeutik Membantu membuat pilihan
koping, Ketidakteraturan a. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
atau kekacauan lingkungan, harapan yang membantu membuat
39
Ketidakcukupan persiapan pilihan Membantu pasien dalam memikirkan
untuk menghadapi stressor, b. Diskusi kelebihan dan kekurangan keputusan yang akan diambil
Disfungsi system keluarga, dari setiap solusi Mengembalikan keadaan pasien ke hal
Krisis situasional, c. Fasilitasi melihat situasi yang realistis yang realistic
Kerentanan personalitas, d. Motivasi mengungkapkan tujuan Mengetahui harapan pasien
ketidakpastian, ditandai perawatan yang diharapkan
dengan : e. Fasilitasi pengambilan keputusan
DS : secara kolaboratif Agar pasien merasa dihargai
1. Mengungkapkan tidak f. Hormati hak pasien untuk menerima
mampu mengatasi atau menolak informasi Meningkatkan harga diri pasien
masalah g. Fasilitasi menjelaskan keputusan
2. Tidak mampu memenuhi kepada orang lain, jika perlu Membina hubungan social pasien
kebutuhan dasar h. Fasilitasi hubungan antara pasien,
3. Kekhawatiran kronik keluarga, dan tenaga kesehata lainnya
DO : 3. Edukasi Memberikan pengetahuan kepada
1. Tidak mampu memenuhi a. Informasikan alternatif solusi secara pasien
peran yang diharapkan jelas Menambah pengetahuan pasien
(sesuai harapan) b. Berikan informasi yang diminta pasien
2. Menggunakan 4. Kolaborasi Membantu pasien dalam mengambil
mekanisme koping yang a. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan keputusan
tidak sesuai lain dalam memfasilitasi pengambilan
3. Penyalahgunaan zat keputusan
4. Memanpulasi orang lain
untuk memenuhi
keinginannya sendiri
5. Perilaku tidak asertif
6. Partisipasi sosial kurang
40
6. Koping defensif b/d Konflik Koping defensif Promosi kesadaran diri
antara persepsi dan system membaik 1. Observasi
nilai, Takut mengalami a. Identifikasi keadaan emosional saat ini Mengetahui keadaan pasien untuk
kegagalan, Takut mengalami b. Identifikasi respons yang ditunjukkan melanjutkan intervensi
penghinaan, Takut terhadap berbagai situasi Mengetahui respons pasien
dampak situasi yang 2. Terapeutik
dihadapi, Kurangnya rasa a. Diskusikan nilai-nilai yang Mengetahui konsep diri pasien
percaya kepada orang lain, berkontribusi terhadap konsep diri
Kurangnya kepercayaan diri, b. Diskusikan tentang pikiran, perilaku Membantu pasien agar sadar kondiri
Kurangnya dukungan system atau respons terhadap kondisi dan perilakuna
pendukung (support sistem), c. Diskusi dampak penyakit pada konsep Menambah pengetahuan pasien
Harapan yang tidak realistis, diri
ditandai dengan : d. Ungkapkan penyangkalan tentang Membantu pasien menerima kenyataan
DS : kenyataan
1. Menyalahkan orang lain e. Motivasi dalam meningkatkan
2. Menyangkal adanya kemampuan belajar
masalah 3. Edukasi Mambatu pasien mengenali dirinya
3. Menyangkal kelemahan a. Anjurkan mengenali pikiran dan
diri perasaan tentang diri Menyadarkan pasien bahwa hidup
4. Merasionalisasi b. Anjurkan menyadari bahwa setiap bersosial itu penting
kegagalan orang unik Mengetahui kondisi emosia pasien
5. Meremehkan orang lain c. Anjurkan mengungkapkan perasaan
DO : (mis. marah atau depresi) Menumbuhkan sifat social pasien
1. Hipersensitif terhadap d. Anjurkan meminta bantuan orang lain,
kritik sesuai kebutuhan Meningkatkan kepercayan diri pasien
2. Melemparkan tanggung e. Anjurkan mengubah pandangan diri
jawab sebagai korban Agar pasien dapat sadar dan meminta
3. Tawa permusuhan f. Anjurkan mengidentifikasi perasaan maaf
41
4. Sikap superior terhadap bersalah Kecemasan akan menyebabkan stress
orang lain g. Anjurkan mengidentifikasi situasi ang yang dapat mengganggu kesehatan
5. Tidak dapat membedakan memicu kecemasan Meningkatkan kesadaran diri pasien
realitas h. Anjurkan mengevalusi kembali
6. Kurang minat mengikuti persepsi negatif tentang diri Menumbuhkan sifat social
perawatan/pengobatan i. Anjurkan dalam mengekspresikan diri
7. Sulit membangun atau dengan kelompok sebaya Membuat hidup pasien lebih terarah
mempertahankan j. Ajarkan cara membuat prioritas hidup Meningkatkan harga diri dan
hubungan k. Latih kemampuan positif yang kepercayaan diri pasien
dimiliki
7. Gangguan pola tidur b/d Pola tidur Dukungan tidur
hambatan lingkungan (mis. membaik 1. Observasi
kelembaban lingkungan a. Identifikasi pola tidur/aktivitas pasien Mengetahui kondisi dan pola tidur
sekitar, suhu lingkungan, b. Identifikasi faktor pengganggu tidur pasien
pencahayaan, kebisingan, (fisik dan/atau psikologis) Mengetahuai jumlah jam tidur pasien
bau tidak sedap, jadwal c. Identifikasi makanan dan minuman
pemantauan,/pemeriksaan/tin yang mengganggu tidur (mis. kopi, Meningkatkan kenyamanan untuk
dakan), kurangnya kontrol teh, alkohol, makan mendekati waktu memancing tidur
tidur, kurangnya privasi, tidur, minum banyak air sebelum
ditandai dengan : tidur)
DS d. Identifikasi obat tidur yang
1. Mengeluh susah tidur dikonsumsi Menambah pengetahuan kepada pasien
2. Mengeluh sering terjaga 2. Terapeutik dan keluarga
3. Mengeluh tidak puas a. Modifikasi lingkungan (mis.
tidur Pencahayaan, kebsingan, suhu, matras
4. Mengeluh pola tidur dan tempat tidur)
berubah b. Batasi waktu tidur siang, jika perlu Meningkatkan/memancing untuk tidur
5. Mengeluh istirahat tidak c. Fasilitasi menghilangkan stress
42
cukup sebelum tidur Meningkatkan kenyamanan
DO d. Tetapkan jadwal tidur rutin
(tidak tersedia) e. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, Mengatur jadwal tidur terjaga pasien
pengaturan posisi, terapi akupresur)
f. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga Menambah pengetahuan pasien
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup Pola tidur yang teratur
selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu Meningkatkan kualitas tidur
tidur
c. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu Meningkatkan kualitas tidur
tidur
d. Anjurkan penggunaan obat tidur yang
mengandung supresor terhadap tidur Menambah pengetahuan pasien
REM
e. Ajarkan faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis.
psikologis, gaya hidup, sering berubah Memberikan ketenangan dan
shift bekerja) kenyamanan atau rasa rileks
f. Ajarkan teknik relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi lainnya
43
8. Risiko cedera dibuktikan Risiko cedera Pencegahan cedera
dengan faktor risiko : menurun 1. Observasi
1. Eksternal a. Identifikasi area lingkungan yang Mengetahui kondisi pasien untuk
a) Terpapar pathogen berpotensi menyebabkan cedera menentukan intervensi
b) Terpapar zat kimia b. Identifikasi obat yang berpotensi Menghindari cedera yang potensi untuk
toksik menyebabkan cedera terjadi
c) Terpapar agen c. Identifikasi kesesuaikan alas kaki atau Menghindari cedera pada kaki dengan
nosocomial stocking elastis pada ekstremitas penggunaan alas kaki yang tidak sesuai
d) Ketidakamanan bawah Memberikan penglihatan terhadap
transportasi 2. Terapeutik lingkungan dengan jelas
2. Internal a. Sediakan pencahayaan yang memadai Memberikan pencahyaan yang redup
a) Ketidaknormalan b. Gunakan lampu tidur selama jam tidur ketika tidur agar tidur tidak terganggu
profil darah c. Sosialisasikan pasien dan keluarga Memudahkan menghubungi orang lain
b) Perubahan orientasi dengan lingkungan ruang rawat (mis. saat terjadi cedera
afektif penggunaan telpon, tempat tidur,
c) Perubahan sensasi penerangan ruangan dan lokasi kamar Menghindari cedera pada kaki
d) Disfungsi autoimun mandi)
e) Disfungsi biokimia d. Gunakan alas kaki jika beresiko Menghindari jatuh
f) Hipoksia jaringan mengalami cedera serius Jika pasien sangat berisiko jatuh
g) Kegagalan e. Sediakan alas kaki antislip
mekanisme f. Sediakan pispot atau urinal untuk Memudahkan menghubungi bantuan
pertahanan tubuh eliminasi ditempat tidur, jika perlu jika terjadi sesuatu yang tidak
h) Malnutrisi g. Pastikan bel panggilan atau telpon diinginkan
i) Perubahan fungsi mudah untuk dijangkau
psikomotor h. Pastikan baranng-barang pribadi Memudahkan pasien untuk turun dari
j) Perubahan fungsi mudah dijangkau tempat tidur
kogniif i. Pertahankan posisi tempat tidur Agar tempat tidur tidak mudah
diposisi terendah saat digunakan bergerak
44
j. Pastikan roda tempat tidur atau kursi Menghindari cedera
roda dalam kondisi terkunci
k. Gunakan pengaman tempat tidur
sesuai dengan kebijakan fasilitas Jika pasien tidak mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bel panggilan atau pasien tidak sadar
l. Pertimbangkan penggunaan alarm
elektronik pribadi atau alarm sensor Membantu pergerakan dan latihan otot
pada tempat tidur atau kursi pasien
m. Diskusikan mengenai latihan dan Memudahkan mobilisasi mandiri
terapi fisik yang diperlukan pasien
n. Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai (mis. tonkat atau Mencegah cedera pasien dengan
alat bantu jalan) adanya pendampingan
o. Diskusikan bersama anggota keluarga Mengetahui kondisi pasien dengan
yang dapat mendampingi pasien peningkatan pengawasan
p. Tingkakan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan Menambah pengetahuan pasien
3. Edukasi
a. Jelaskan alasan intervensi pencegahan Memposikan tubuh ke keadaan yang
jatuh kepada pasien dan keluarga yang stabil, termasuk dalam sirkulasi
b. Anjurkan berganti posisi secara tubuh
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
9. Gangguan komunikasi verbal Komunikasi Promosi komunikasi : deficit pendengaran
b/d Penurunan sirkulasi verbal membaik 1. Observasi
serebral a. Periksa kemampuan pendengaran Mengetahui kemampuan pendengaran
Gangguan neuromuscular b. Monitor akumulasi serumen pasien untuk menentukan intervensi
Gangguan pendengaran berlebihan Serumen yang berlebihan akan
45
Gangguan musculoskeletal c. Identifikasi metode komunikasi yang menghambat pendengaran
Kelainan pallatum disukai pasien (mis.lisan, tulisan, Membina komunikasi dengan pasien
Hambatan fisik (mis. gerakan bibir, bahasa isyarat)
terpasang trakheostomi, 2. Terapeutik
intubasi, krikotiroidektomi) a. Gunakan bahasa sederhana Bahasa sederhana akan memudahkan
Hambatan individu (mis. b. Gunakan bahasa isyarat, jika perlu pasien berkomunikasi
ketakutan, kecemasan, c. Verifikasi apa yang dikatakan atau Memastikan agar apa yang dimaksud
merasa malu, emosional, ditulis pasien pasien sudah sesuai dengan
kurang privasi) d. Fasilitasi penggunaan alat bantu pemahaman perawat
Hambatan psikologis (mis. dengar Membantu memudahkan pendengaran
gangguan psikotik, gangguan e. Berhadapan kontak mata selama pasien
konsep diri, harga diri berkomunikasi Kontak mata sebagai isyarat kepada
rendah, gangguan emosi) f. Pertahankan kontak mata selama pasien bahwa sedang diajak
Hambatan lingkungan (mis. berkomunikasi berkomunikasi
ketidakcukupan informasi, g. Hindari merokok, mengunyah, Untuk menghindari salah persepsi pada
ketiadaan orang terdekat, makanan, atau permen karet, dan pasien
ketidaksesuaian budaya, menutup mulut saat berbicara
bahasa asing), ditandai h. Hindari kebisingan saat Memudahkan pasien mendengar apa
dengan : berkomunikasi yang dikatakan
DS : i. Hindari berkomunikasi lebih dari 1
1. (tidak tersedia) meter dari pasien
DO : j. Lakukan irigasi telinga, jika perlu Mengurangi serumen otot
1. Tidak mampu berbicara k. Pertahankan kebersihan telinga Kebersihan telinga akan memudahkan
atau mendengar 3. Edukasi pendengaran
2. Menunjukkan respon a. Anjurkan menyampaikan pesan
tidak sesuai dengar isyarat
3. Afasia b. Ajarkan cara membersihkan serumen
4. Disfasia dengan tepat
46
5. Apraksia
6. Disleksia
7. Disartria
8. Afonia
9. Dislalia
10. Pelo
11. Gagap
12. Tidak ada kontak mata
13. Sulit memahami
komunikasi
14. Sulit mempertahankan
komunikasi
15. Sulit menggunakan
ekspresi wajah atau
tubuh
16. Tidak mampu
mengunakan ekspresi
wajah atau tubuh
17. Sulit menyusun kalimat
18. Verbalisasi tidak tepat
19. Sulit mengungkapkan
kata-kata
20. Disorientasi orang,
ruang, waktu
21. Deficit penglihatan
22. delusi
47
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R. Siti & dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut danPerawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
48