Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“GONORRHEA”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas2
Dosen Pengampu :

Atun Raudotul, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 8 :

1. Syuban Afif Kuntoro (170103089)


2. Tastrya Nur Yunita (170103090)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 4A
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat, ridho
dan hidayah dari – Nya lah sehingga pada hari ini kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “gonorrhea” ini dengan sebaik mungkin. Kami sadar dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak.
Kami sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
akan menerima dengan tangan terbuka atas saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
lebih sempurnanya makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami semua
pada umumnya dan bagi pembaca pada khususnya.

Purwokerto , 1 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru PMS
(penyakit menular seksual) di negara berkembang seperti di Afrika, Asia, Asia Tenggara,
dan Amerika Latin. Di negara industri prevalensinya sudah dapat diturunkan, namun di
negara berkembang prevalensi gonore menempati tempat teratas dari semua jenis PMS.
Dalam kaitannya dengan infeksi HIV/AIDS, United States Bureau of Census pada 1995
mengemukakan bahwa di daerah yang tinggi prevalensi PMS-nya, ternyata tinggi pula
prevalensi HIV/AIDS dan banyak ditemukan perilaku seksual berisiko tinggi. Kelompok
seksual berperilaku berisiko tinggi antara lain commercial sex workers (CSWs).
Berdasarkan jenis kelaminnya, CSWs digolongkan menjadi female commercial sexual
workers (FCSWs) ‘wanita penjaja seks’ (WPS) dan male commercial sexuall workers
(MCSWs).
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi di antara
penyakit menular seksual lainnya. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena
sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisiten terhadap penisilin
dan disebut Penicilinase Producing Neisseria gonorrhoeae.
Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis
PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS
menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 74%–50%.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi tentang Neisseria Gonorrhoeae ?
2. Bagaiamana gejala dari Neisseria Gonorrhoeae ?
3. Apakah penyebab dari Neisseria Gonorrhoeae ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Neiserria Gonorrhoeae ?
5. Bagaiaman pengobatan dari Neisseria Gonorrhoeae ?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui definisi tentang Neisseria Gonorrhoeae
2. Mengetahui gejala dari Neisseria Gonorrhoeae
3. Mengetahui penyebab dari Neisseria Gonorrhoeae
4. Mengetahui penyebaran dari Neiserria Gonorrhoeae
5. Mengetahui pengobatan dari Neisseria Gonorrhoeae
6. Memenuhi tugas dari mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Gonorrhea
Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae yang merupakan
bakteri diplokokus Gram negatif dan manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah
untuk gonokokus. Infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual
Gonorrhea atau gonore merupakan penyakit kelamin yang bersifat akut yang pada
permulaan keluar nanah dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan
kelamin. Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan mudah di daerah lembab hangat, dari saluran reproduksi,
termasuk serviks (membuka rahim), uterus (rahim), dan tabung fallopi (saluran telur)
pada wanita , dan di uretra (saluran urin) pada wanita dan laki-laki. Bakteri juga dapat
tumbuh di mulut, tenggorokan, mata, dan anus.
Gonore merupakan penyakit kelamin yang bersifat akut yang pada permulaan
keluar nanah dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan kelamin.
Gonore juga merupakan infeksi menular seksual tertua yang pernah dilaporkan dalam
berbagai literatur.
Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan mudah di daerah lembab hangat, dari saluran reproduksi,
termasuk serviks (membuka rahim), uterus (rahim), dan tabung fallopi (saluran telur)
pada wanita , dan di uretra (saluran urin) pada wanita dan laki-laki. Bakteri juga dapat
tumbuh di mulut, tenggorokan, mata, dan anus.

B. Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879
dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok
Neisseria sebagai N. gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat tiga spesies lain, yaitu N.
meningitidis, dan dua lainnya yang bersifat komensal yaitu N. catarrhalis serta N.
pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Neisseria gonorrhoeae
Gonokok termasuk golongan diplokokus Gram negatif, tak bergerak, diameternya
kira-kira 0,8 mikrometer. Bila sendiri-sendiri, kokus berbentuk seperti ginjal; bila
organisme ini terlihat berpasangan, bagian yang rata atau cekung saling berdekatan.
Neisseria paling baik tumbuh pada lingkungan aerob.
Sebagian besar bakteri ini meragikan karbohidrat, membentuk asam, tetapi tidak
menghasilkan gas. N. gonorrhoeae menghasilkan oksidase dan memberi reaksi oksidase
positif. Bakteri ini dengan cepat mati oleh pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah,
dan berbagai disinfektan. Bakteri ini menghasilkan enzim autolitik yang cepat
mengakibatkan pembengkakan dan lisis in vitro pada suhu 25𝑜 C dan pada pH Basa.
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas empat tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai protein pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai
protein pili dan bersifat nonvirulen. Protein pili adalah alat mirip rambut yang menjulur
ke luar beberapa mikrometer dari permukaan gonokokus yang dibentuk oleh tumpukan
protein pilin. Protein pili membantu pelekatan pada sel inang dan resistensi terhadap
fagositosis.

Gambar Sruktur Neisseria gonorrhoeae


(Sumber: Mikrobiologi)

Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum
pubertas. Gonokokus dapat menyerang selaput lendir saluran genitourinari,mata, rektum,
dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan.
Hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis.
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala Pada Pria
Uretritis anterior akut adalah manifestasi yang paling umum terjadi pada pria. Masa
inkubasinya berkisar antara 1 sampai 14 hari atau lebih lama. Gejala yang sering
ditimbulkan adalah sekret dari uretra dan disuria. Keluhan subjektif berupa rasa gatal,
panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, dapat pula disertai
nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan
ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Lima belas
persen uretritis pada pria menunjukan gejala minimal atau tidak menunjukan gejala
tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya.
Pada sebagian besar kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejala yang
mengganggu. Uretritis pada pria yang tidak diobati dapat berkurang dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu, tetapi biasanya telah terjadi komplikasi lokal seperti
epididimitis, seminal vesikulitis, dan prostatitis.
2. Gejala Pada Wanita
Kanalis endoservikalis merupakan tempat yang paling utama untuk infeksi
gonokokus pada wanita. Infeksi juga dapat terjadi pada kelenjar Skene atau kelenjar
Bartholin.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam tujuh sampai dua puluh satu hari.
Gejala yang muncul yaitu peningkatan sekret vagina, disuria, perdarahan uterus diluar
siklus menstruasi dan menorrhagia.
Pemeriksaan fisik menunjukan sekret serviks yang purulen atau mukopurulen,
eritema, edema dan perdarahan mucosal yang mudah di induksi dengan melakukan
apus endoserviks. Sekret purulen dapat muncul dari uretra, kelenjar periuretra, atau
kelenjar Bartholin.
Infeksi menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen,
dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati. Infeksi N. gonorrhoeae tidak
atau sedikit menimbulkan gejala pada 25% sampai 50% perempuan. Perempuan yang
tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan berisiko
mengalami penyulit.

D. Patofisiologi
Bakteri gonokokus merusak membran yang melapisi selaput lendir terutama
kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rektum dapat
dijumpai pada kedua jenis kelamin. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara
mukosa ke mukosa. Risiko penularan laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada
penularan perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang
terpajan dan eksudat yang berdiam lama di vagina.
Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula
seminalis, epididimis, dan testis pada laki-laki. Pada perempuan infeksi dapat menyebar
ke uretra, kelenjar Skene, kelenjar Bartholin, endometrium, tuba falopii, dan rongga
peritoneum, yang dapat menyebabkan Pelvic Inflammatory Disease (PID) pada
perempuan. Pelvic Inflammatory Disease adalah penyebab utama infertilitas pada
perempuan.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan
bakteremia. Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan
berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid karena terjadinya
peningkatan pH diatas 4,5 saat menstruasi. Penularan perinatal kepada bayi saat lahir,
melalui ostium serviks yang terinfeksi, dapat menyebabkan konjungtivitis dan akhirnya
kebutaan pada bayi apabila tidak didiagnosis dan diobati.
E. Pathway
F. Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia.Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, Littritis (radang kelenjar Littre), dan Cowperitis (radang kelenjar Cowper).
Selain itu, infeksi dapat pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis,
vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari
uretra pars posterior dapat mengenai trigonum kandung kemih yang menimbulkan
trigonitis. Gejala trigonitis adalah poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
Pada wanita, infeksi pada serviks (servisitis gonore) dapat menimbulkan
komplikasi salpingitis, ataupun penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul yang
simtomatik ataupun asimtomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga
menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Bila infeksi mengenai uretra dapat
terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholin akan menyebabkan terjadinya
bartholinitis.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitidis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat
hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi
non-genital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis.

G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Spesifik Gonore
Sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi telah resisten terhadap penisilin,
tetrasiklin, dan antimikroba terdahulu lainnya, sehingga obat-obat ini tidak bisa
digunakkan lagi untuk pengobatan gonore. Kanamisin dan tiamfenikol telah
menunjukan keampuhannya kembali di Indonesia setelah lama di tinggalkan.
Secara umum dianjurkan pada semua pasien gonore juga diberikan pengobatan
bersamaan dengan obat anti klamidiosis oleh karena infeksi campuran antara
klamidiosis dan gonore sering dijumpai.
a. Regimen pengobatan yang dianjurkan
1) Sefiksim : 400 mg per oral, dosis tunggal
2) Levofloksasin : 250 mg per oral dosis tunggal
b. Pilihan pengobatan lain
1) Kanamisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau,
2) Spektinomisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau,
3) Tiamfenikol : 3,5 gr per oral dosis tunggal
Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat
diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian yang
lebih lama, yaitu selama empat minggu untuk endokarditis.

2. Obat-obatan Infeksi Gonore


a. Sefalosporin
Beberapa sefalosporin generasi ketiga seperti Seftriakson dosis 125 mg
atau 250 mg i.m, dan sefiksim 400 mg per oral dosis tuggal menunjukan
efektifitas dalam pengobatan gonore tanpa komplikasi dan memberi angka
kesembuhan lebih dari 95%. Sefiksim memiliki kelebihan karena disamping
efektif terhadap galur Penicilinase Producing Neisseria gonorrhoeae juga dapat
diberikan per oral.
Kemanjuran pengobatan sefriakson terhadap gonore telah terbukti. Di sini
terdapat hubungan yang kuat antara konsentrasi hambat minimum (minimum
inhibitory concentration) penisilin dan sefalosporin. Selain untuk pengobatan
gonore ano-genital tanpa komplikasi, pemberian seftriakson dosis tunggal juga
efektif untuk oftalmia nenonatorum, konjungtivitis, dan infeksi faring yang
disebabkan oleh gonokokus.
b. Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah
alergi penisilin.3
c. Ampisilin dan Amoksisilin
Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan
amoksisilinv3 gram + 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan.
Kontraindikasinya adalah alergi penisilin.3
d. Spektinomisin
Dosisnya adalah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin,
dan yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin.3
e. Kanamisin
Dosisnya adalah 2 gram i.m. Kebaikan obat ini sama dengan
spektinomisin. Kontraindikasinya adalah kehamilan.3
f. Tiamfenikol
Dosisnya adalah 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian
pada kehamilan.
g. Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400
mg, siprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Mengingat
pada beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin
semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin
250 mg per oral dosis tunggal.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Penyakit gonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Di Indonesia, infeksi gonore menempati
urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS (penyakit menular seksual). Karena
gonorrhea ini sangat menular namun seringkali tidak menampakkan gejala-gejala khusus.
Seseorang yang pernah melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan
sebaiknya memeriksakan dirinya dengan teratur.

B. Saran
Penggunaan kondom dapat mencegah penularan. Selain itu perlu terus waspada,
karena sekali seseorang terinfeksi, tidak berarti selanjutnya ia menjadi kebal atau imun.
Banyak orang terserang gonorrhea ini lebih dari sekali.
Pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah dibandingkan dengan pengobatan.
Perlu di tinjau kembali perilaku seksual sekarang, dan segera meninggalkan perilaku seks
yang beresiko dan tidak bertanggung jawab. Hindarilah berganti pasangan. Kemudian
bersikap setia terhadap pasangan juga merupakan tindakan yang baik untuk pencegahan
penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular panduan klinis.
Bandung : ALFABETA, cv
Gant, Norman F dan Gary Chuninngham. 2010. Dasar-dasar ginekologi & Obstetri.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Murtiastutik D, Barakbah J. 2008. Buku ajar infeksi menular seksual. Surabaya:
Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai