Anda di halaman 1dari 31

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Matematika

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir.1 Karena

itu matematika sangat diperlukan, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun

dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan

kepada setiap peserta didik disemua jenjang pendidikan. Kalau tidak, peserta

didik akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi

memerlukan matematika yang sesuai.2

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat tentang definisi tunggal

dari matematika. Hal ini terbukti dengan adanya puluhan definisi matematika

yang belum mendapat kesepakatan diantara para matematikawan. Beragamnya

definisi itu disebabkan oleh luasnya wilayah kajian matematika yang meliputi

seluruh kehidupan manusia. Selain itu juga disebabkan oleh penelaahan

matematika itu sendiri tidaklah konkrit melainkan abstrak.3

Secara bahasa (lughowi), kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani

yaitu “mathema” atau mungkin juga “mathematikos” yang artinya hal-hal yang

dipelajari.4
1
Herman Hujodo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:
UMN, 2005), hal 35
2
Lilis Aminatus Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Realistic Education (RME) pada Materi Bangun Ruang di Kelas VIII MTs Assyafi’iyah
Gondang Tulungagung Pelajaran 2007/2008.(Tulungagung:Skripsi tidakditerbitkan,2008) Hal 14
3
Hamzah, Pembelajaran Matematika Teori Belajar Konstruktivisme, http://guru-
beasiswa.blogsot.com/2007/12/Pembelajaran-matematika-dengan-teori.html. diakses 27 Oktober 2009.
4
Abdusyasyakir, Ketika Kyai Mengajar Matematika (Malang: UIN Malang Press, 2007),hal 5
18

Nasoetion dan abdusysyakir menyatakan bahwa matematika berasal dari


bahasa Yunani “mathein” yang artinya “mempelajari”. Orang Belanda menyebut
matematika dengan wiskunde yang artinya ilmu past, sedangkan orang Arab
menyebut matematika dengan “Ilmu Hisab”, artinya berhitung. Di Indonesia,
matematika disebut dengan ilmu pasti atau ilmu hitung.5

Secara istilah definisi matematika banyak dikemukakan oleh beberapa

tokoh menurut sudut pandangnya masing-masing. Menurut E.T Ruseffendi,

matematika adalah ratunya ilmu (Mathematics is the queen of the science).6

Sementara itu menurut Sujono dan Herman Hujodo, matematika merupakan ilmu

pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan

dengan bilangan.7

Sementara itu R.Soejadi mengembangkan beberapa pendapat mengenai

hakekat matematika yaitu:8

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara


sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang unsur-unsur yang ketat.

5
Ibid, hal 5
6
E.T Ruseffendi, Pengantar Pada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam
Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung:Tarsito, 1988), hal 260
7
Herman Hujodo, Pengembangan Kurikulum………, hal 96
8
R.Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Dikti,1999), hal 11
19

Meskipun tidak ada kesepakatan untuk menentukan definisi yang tepat,

namun pada dasarnya terdapat ciri khas matematika. Menurut R.Soejadi ciri

khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara

umum adalah:9

a. Memiliki objek kajian abstrak.

b. Bertumpu pada kesepakatan.

c. Berpola pikir deduktif.

d. Mempunyai simbol yang kosong dari arti.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan

f. Konsisten dalam sistemnya.

Masing-masing karakteristik tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Memiliki Objek Abstrak

Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga

disebut objek mental. Menurut Abdusysyakir, objek matematika bersifat

abstrak karena matematika abstraksi dari dunia nyata dapat dipahami

maknanya.10

Sementara itu menurut R.Soejadi dasar matematika meliputi fakta, konsep,

operasi dan prinsip.11

b. Bertumpu pada kesepakatan.

9
Ibid,hal 13.
10
Abdusyasyakir, Ketika Kyai….., hal 7
11
R.Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika……, hal 13
20

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.

Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif.

Aksioma adalah kesepakatan atau pernyataan pangkal yang sering dinyatakan

dan tidak perlu dibuktikan. Sedangkan konsep primitive adalah pernyataan-

pangkal yang tidak perlu didefinisikan. Keduanya sangat diperlukan dalam

pembuktian-pembuktian dalam matematika.12

c. Berpola pikir deduktif.

Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola

fikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal

dari hal yang bersifat umum diterapkan dan diarahkan kepada hal yang

bersifat khusus. Disamping itu ada pendapat lain yang mengatakan bahwa

berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan

kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.13

d. Mempunyai simbol yang kosong dari arti.

Dalam matematika jelas sekali banyak simbol-simbol yang digunakan, baik

huruf maupun bukan huruf. Suatu rangkaian simbol-simbol bisa membentuk

suatu model matematika yang dapat berupa persamaan, pertidaksamaan,

bangun geometri tertentu dan sebagainya

Misalnya, huruf yang digunakan dalam model persamaan x = y = z, model

tersebut masih kosong dari arti, terserah kepada yang akan memanfaatkan

12
Ibid, hal 16
13
Jujun S. Surisumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,2003), hal 196
21

model itu. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model

matematika kedalam berbagai pengetahuan dan memasuki medan garapan

ilmu bahasa (linguistik).

e. Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan simbol yang kosong dari arti tersebut diatas menunjukkan

dengan jelas bahwa dalam matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup

apa suatu model dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka

simbol-simbol diartikan bilangan. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut

semesta pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada tidaknya penyelesaian

suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya.

Misalnya, semesta pembicaraan bilangan bulat, terdapat model 2x = 10, maka

penyelesaiannya adalah x = 5. Jadi jawaban yang sesuai dengan semestanya

adalah x = 5. Jadi jawaban yang sesuai dengan semestany adalah “ada

jawabannya” yaitu x = 5.

f. Konsisten dalam sistemnya.

Didalam matematika terdapat banyak sistem. Sistem ada yang mempunyai

kaitan satu sama lain. Misalnya dikenal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem

geometri. Sistem aljabar dan geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu

sama lain, tetapi di dalam aljabar sendiri terdapat sistem yang lebih kecil yang

terkait satu sama lain. Demikian juga dalam geometri, terdapat sistem yang

lebih kecil yang terkait satu sama lain.


22

Jadi matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan, karena dalam

matematika terdapat komponen-komponen yaitu bahasa yang dijalankan oleh

para matematikawan, pernyataan yang digunakan oleh para matematikawan serta

terdapat ide-ide dan lambang atau simbol-simbol yang memiliki arti dari makna

yang diberikan kepadanya.

B. Proses Belajar

Definisi belajar sebenarnya sangat beragam, beragamnya definisi tersebut

dikarenakan oleh masing-masing orang yang memaknai belajar dengan

perspektif berbeda.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki

arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan menurut Hilgrad

dan Bower, belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension,

or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory;

memorize; 3)to acquire trough experience; 4) to become in forme of to find out.

Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan

atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai

pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.14

“Morgan dan kawan-kawan, menyatakan bahwa belajar adalah perubahan


tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau
pengalaman.”15

14
Baharudin.Esa Nur Wahyuni.2. Teori Belajar dan Pembelajaran.(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media,2009). Hal 13
15
Ibid. hal 14
23

Skinner (1985) dalam bukunya educational psychology menyatakan bahwa

belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung

progresif.16

“Oemar Hamalik mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau


memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing)”.17

Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan

peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-

pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

Belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai suatu

kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam

kehidupan.18

Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri

belajar, yaitu:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).

b. Perubahan perilaku relative permanent.

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal
90
17
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal 36
18
Mulyati. Psikologi Belajar.(Yogyakarta:Andi,2005). Hal 5
24

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang

memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah

tingkah laku.19

Secara umum tujuan pendidikan (behavioral) digolongkan ke dalam tiga domein

(ranah) yaitu domein kognitif, afektif, dan psikomotorik.20

1. Domein Kognitif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada

kemampuan-kemampuan intelektual, kemampuan berfikir maupun

kecerdasan yang akan dicapai.

2. Domein Afektif menunujukkan tujuan pendidikan yang terarah pada

kemampuan-kemampuan bersikap dalam menghadapi realitas atau masalah-

masalah yang muncul disekitarnya.

3. Domein Psikomotorik menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah pada

keterampilan-keterampilan.

Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase, yakni (1)

informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi. Dalam tiap pembelajaran kita peroleh

sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada

yang memperluas dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan

dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Informasi itu harus dianalisa,

diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual

agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Kemudian kita nilai

19
Baharudin.Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar ………. Hal 15-16
20
Soejadi, kiat Pendidikan….., hal 62
25

manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan

untuk memahami gejala-gejala lain.21

Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf

individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara

mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat

diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan

sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif,

maupun psikomotoriknya.22

Proses belajar mengajar dengan menginformasikan (informing), sejalan

dengan upaya memudahkan pembelajar untuk mengakses materi agar dipahami

sebagai pengetahuan deklaratif (intelligible), materi diakses sebagai konten yang

berfungsi sebagai unit dasar pengetahuan. Proses belajar mengajar

mengembangkan (elicting), sejalan dengan upaya pembelajar memahami materi

sebagai pengetahuan prosedural (plausible), materi diakses sebagai substansi

yang berfungsi sebagai bangunan dari pengetahuan. Proses belajar mengajar

mengarahkan (directing), sejalan dengan upaya pembelajar mamahami materi

keterampilan intelektual, materi diakses sebagai sintaktikal yang berfungsi

sebagai keterampilan intelektual, yang berperan dalam membangun pengetahuan

menggunakan hukum, aturan, teori, dan lain-lain untuk menjamin agar bangunan

21
Nasution.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. (Jakarta:Bumi
Aksara,2008),hal 9-10
22
Baharudin.Esa Nur Wahyuni.Teori Belajar ……….. Hal 16
26

yang dihasilkan mempunyai dasar dan menjamin bangunan tersebut tidak

berantakan.23

Proses-proses belajar yang terjadi dalam diri pelajar dapat dipengaruhi oleh

peristiwa-peristiwa eksternal dilingkungannya. Peristiwa-peristiwa eksternal

mempunyai peran yang secara kritis dapat dipakai untuk mendukung proses

belajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.24 Proses belajar mengajar

merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai

pemegang peranan utama.25

Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri

dilakukan secara kontinyu, karena kehierarkian matematika dimana pengalaman

belajar yang lalu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi

matematika tersebut. Sebagaimana pendapat Hudojo yaitu mempelajari

matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada

pengalaman belajar yang lalu.26 Lebih lanjut Hudojo menyatakan bahwa

mengajar akan efektif bila kemampuan berfikir anak diperhatikan dan karena itu

perhatian ditujukan kepada kesiapan struktur kognitif siswa.27

23
Yanti Herlanti. Science Education Research Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan
Sains. (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,2006). Hal 57
24
Eka. Prinsip-prinsip Guru dalam Pembelajaran. (Tulungagung: Makalah tidak
diterbitkan,2006).
25
Samrudin. Tugas, Peran dan Kompetensi Guru. (Tulungagung: Makalah tidak diterbitkan.
2006),hal 1
26
Herman Hudojo, Strategi Mengajar……,hal 4
27
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan
Kelas, (Surabaya: Usaha Nasional), hal 20
27

C. Pembelajaran Matematika

Secara umum pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih

baik.28

Secara khusus pengertian pembelajaran adalah sebagai berikut .

1. Menurut aliran Behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru membentuk

tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

2. Menurut pandangan konstruktivis, pembelajaran adalah cara guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami

apa yang sedang dipelajari.

3. Menurut pandangan Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan

materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah

mengorganisirnya menjadi gestalt (pola bermakna).

4. Menurut pandangan Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan

kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai

dengan minat dan kemampuannya. 29

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri–ciri pembelajaran dapat

dikemukakan sebagai berikut.

a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

28
Max Darsono, et.,all. Belajar dan Pembelajaran. (Semarang: CV IKIP Semarang
Press,2000). Hal 24.
29
Ibid. hal 24-25
28

c. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik

maupun psikologis.

d. Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik dan menantang

siswa

e. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

f. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan

bagi siswa.

Karena matematika berkaitan dengan ide-ide, gagasan-gagasan, aturan, dan

hubungan yang diatur secara logis, maka seseorang yang belajar matematika harus

mencapai pemahaman agar dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman merupakan aspek yang fundamental dalam belajar dan setiap

pembelajaran matematika seharusnya fokus utamanya adalah bagaimana

menanamkan konsep matematika berdasarkan pemahaman. Pemahaman

matematika memerlukan suatu proses untuk menempatkan secara tepat informasi

atau pengetahuan yang sedang dipelajari ke dalam struktur kognitif siswa. Untuk

dapat menempatkan secara tepat informasi atau materi matematika yang dipelajari,

dilakukan dengan memperhatikan hubungan keserupaan atau hubungan perbedaan

antara informasi tersebut.

Sehubungan dengan pembelajaran matematika guru perlu mengenal dan

dapat melaksanakan dengan baik berbagai pedoman tentang (1) strategi

pembelajaran, (2) pendekatan pembelajaran, (3) metode pembelajaran, dan (4)


29

teknik pembelajaran.30 Dari sini seorang guru matematika dituntut untuk mampu

menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien sekaligus

menyenangkan bagi siswa.

D. Pembelajaran Matematika dengan LKS

Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan melalui

pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol,

tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Secara umum, sasaran

pembelajaran matematika sekolah sebagaimana yang dikeluarkan NCTM dan

pendapat Lappan adalah:”Students must learn mathematics with understanding,

actively building new knowledge from experience and prior knowledge”.31 Siswa

yang belajar matematika secara bermakna dicirikan oleh pemahamannya secara

konseptual dan procedural. Menurut Yuwono, pemahaman konseptual mengacu

pada pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan masalah, sedangkan

pemahaman prosedural mengacu pada keterampilan melakukan pekerjaan

procedural.32

Salah satu yang mendasar dalam pembelajaran matematika menurut

konstruktivis adalah suatu pendekatan dengan jawab tak terduga sebelumnya


30
Soejadi. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstalasi Keadaan Masa Kini Menuju
Harapan dan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, 2000), hal 101
31
Ipung Yuwono, Pembelajaran Matematika Secara Membumi, (Malang: Depdiknas
Universitas Negeri Malang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan
Matematika,2001), hal 6
32
Ibid, hal 7
30

dengan suatu ketertarikan yang cerdik dalam mempelajari karakter, keaslian,

cerita, dan implikasinya.33

Confrey mengatakan: “….sebagai seorang kontruktivis ketika saya


mengajarkan matematika, saya tidak mengajarkan siswa tentang struktur
matematika yang objeknya ada di dunia ini. Saya mengajar mereka, bagaimana
mengembangkan kognisi mereka, bagaimana melihat dunia melalui sekumpulan
lensa kuantitatif yang saya percaya akan menyediakan suatu cara yang powerful
untuk memahami dunia, bagaimana merefleksikan lensa-lensa itu untuk
menciptakan lensa-lensa yang lebih kuat, dan bagaimana mengapresiasi peranan
dari lensa dalam memainkan pengembangan kultur mereka. Saya mencoba untuk
mengajarkan mereka untuk mengembangkan satu alat intelektual yaitu
matematika.” Hal ini mencerminkan bahwa matematika hanyalah sebagai alat
untuk berfikir, focus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa
untuk berfikir mengkontruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan
oleh ahli-ahli sebelumnya.34

Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar

pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis

dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan

baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menpelajari matematika diperlukan strategi yang tepat dan efektif

agar pembelajaran lebih mudah. Mempelajari matematika diperlukan kemampuan

berfikir secara integral. Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan

dapat tercapai dalam belajar matematika adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

33
Herman Suherman,. Strategi Pembelajaran……...hal 77
34
Ibid.Hal 78
31

2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.

3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

gagasan atau pernyataan matematika.

4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan),

menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan

masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.35

Siswa dituntut memahami konsep secara rinci, yang tersusun mulai dari

konsep-konsep yang umum atau luas sampai pada konsep yang lebih spesifik,

bahkan diharapkan siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu, guru matematika harus memiliki teknik tertentu dalam menyampaikan

pelajaran, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai maka peneliti

menggunakan LKS berbasis life skill sebagai media pengajaran. Karena di dalam

LKS ada langkah-langkah pengerjaan, sehingga peserta didik dapat memahami

konsep dari yang diajarkan dengan mudah.

E. Pembelajaran Matematika dengan LKS berbasis Life Skill

35
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah
Pertama dan Madrasah Tsanawiyah .(Pemerintah Kota Malang Dinas Pendidikan SMP Negeri 19:tidak
diterbitkan), hal 3
32

Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk menciptakan atau

menemukan pemecahan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta,

konsep, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Kecakapan hidup tersebut

diharapkan dapat dicapai melalui berbagai pengalaman belajar siswa. Disamping

itu hendaknya kecakapan hidup itu diupayakan pencapaiannya dengan

mengintegrasikannya pada topik dan pengalaman belajar yang relevan dengan

kehidupan sehari-hari.36

Kecakapan hidup mencakup kecakapan dasar dan kecakapan instrumental.

Kecakapan dasar meliputi: (1) kecakapan belajar mandiri, (2) kecakapan

membaca, kecakapan menulis, dan menghitung, (3) kecakapan berkomunikasi, (4)

kecakapan berfikir ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, sistem, kreatif, eksploratif,

reasoning, pengambilan keputusan, (5) kecakapan kalbu atau personal, (6)

kecakapan mengelola raga, (7) kecakapan merumuskan kepentingan dan upaya-

upaya untuk mencapainya, dan (8) kecakapan bersosialisasi sosial. Kecakapan

instrument meliputi: (1) kecakapan memanfaatkan teknologi, (2) kecakapan

mengelola sumber daya, (3) kecakapan bekerjasama dengan orang lain, (4)

kecakapan mencari informasi, (5) kecakapan menggunakan sistem, (6) kecakapan

berwirausaha, (7) kecakapan memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir,

dan (9) kecakapan menyatukan bangsa.37


36
Ninik Sri Widayati. Perencanaan Pembelajaran. Disampaikan dalam Seminar Sehari
Menyongsong Kurikulum 2004 dan Deklamasi Forum Komunikasi Guru Bantu dalam Rangka
Peningkatan Mutu Pendidikan di Tulungagung. (Tulungagung: LBB Piramida,2004). Hal 1
37
Irma Yulia Basri. Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, dan Kompetensi Mahasiswa melalui
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill.(Jurnal Kajian Teori dan Praktik
Pendidikan.Universitas Negeri Padang Sumatera Barat. Jurnal Tahun ke-34 Nomor 2 Tidak
33

Pengembangan kecakapan hidup didasarkan atas pokok pikiran bahwa hasil

proses pembelajaran selain berupa penguasaan siswa terhadap kompetensi,

kompetensi dasar dan materi pembelajaran tertentu, juga berupa kecakapan lain

yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Berangkat dari pemikiran diatas,

dalam mengembangkan pembelajaran perlu dipilih alternatif pengalaman belajar

yang semaksimal mungkin membantu siswa mempunyai kecakapan hidup yang

relevan dengan kebutuhannya dalam hidup bermasyarakat.38 Jenis- jenis kecakapan

hidup tersebut adalah:

a. Kecakapan mengenal diri (Self Awareness Skill)

Skill ini berguna untuk mengembangkan potensi dalam diri. Dengan skill ini

akan lebih menghayati sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,

anggota masyarakat dan warga Negara, serta menyadari dan mensyukuri

kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, sekaligus menggunakannya sebagai

modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri

sendiri dan lingkungan. Skill ini juga mendorong untuk lebih percaya diri. Skill

ini dikembangkan melalui pendalaman materi dan keterampilan.

b. Kecakapan berfikir rasional (Thinking Skill)

Matematika adalah ilmu yang rasional. Semua gejala dapat dijelaskan secara

ilmiah. Agar selalu berpikir ilmiah, maka harus rajin menggali dan menemukan

Diterbitkan, 2007).hal 153


38
Ninik Sri Widayati. Perencanaan Pembelajaran.hal 6
34

informasi, mengolah informasi dan kecakapan memecahkan masalah secara

kreatif.

c. Kecakapan social atau kecakapan interpersonal (Social Skill)

Kecakapan komunikasi dan menemukan informasi.

d. Kecakapan akademik (Academic Skill)

Kecakapan yang lebih mengarah pada kegiatan keilmuan. Kecakapan

akademik mencakup diantaranya kecakapan melakukan identifikasi variabel

dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu, merumuskan

hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian, merancang, dan melaksanakan

penelitian untuk membuktikan suatu gagasan dan keingintahuan.

e. Kecakapan Vokasional (Vocational Skill)

Skill ini berkaitan dengan bidang pekerjaan tertentu di masyarakat. Dengan

kata lain, harus menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan

bermasyarakat.39

Kecakapan hidup tersebut diharapkan dapat dicapai melalui berbagai

pengalaman belajar peserta didik. Dari berbagai pengalaman mempelajari berbagai

mata pelajaran, diharapkan peserta didik memperoleh hasil sampingan yang positif

berupa pemanfaatkan pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur untuk

memecahkan masalah baru dalam bentuk kecakapan hidup. Di samping itu,

kecakapan hidup tersebut hendaknya diupayakan pencapaiannya dengan

mengintegrasikannya pada topik dan pengalaman belajar yang relevan. Selain

39
Tri Haryanto, et. all.Geografi untuk Kelas 1 SMU,(Klaten:Intan Pariwara,2003)
35

kecakapan yang bersifat teknis, kecakapan hidup mencakup juga kecakapan sosial

(life skill), misalnya kecakapan mengadakan negosiasi, kecakapan memilih dan

mengambil posisi diri, kecakapan mengelola konflik, kecakapan mengadakan

hubungan antar pribadi, kecakapan memecahkan masalah, kecakapan mengambil

keputusan secara sistematis, kecakapan bekerja dalam sebuah tim, kecakapan

berorganisasi, dan lain sebagainya.40

Ciri pembelajaran life skill adalah (1) terjadi identifikasi kebutuhan belajar,

(2) terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama, (3) terjadi keselarasan

kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha

bersama, (4) terjadi penguasaan kecakapan personal, social, vocasional, akademik,

manajerial, kewirausahaan, (5) terjadi proses pemberian pengalaman dalam

melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu, (6) terjadi

proses interaksi saling belajar dari ahli, (7) terjadi proses penilaian kompetensi, (8)

terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.41

F. Materi Segitiga

1. Pengertian Segitiga.

Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai:

a. Tiga sisi. Ketiga ujung sisi saling bertemu dan membentuk tiga buah sudut.

b. Tiga buah sudut. Jumlah besar ketiga sudutnya 1800


40
Toif.Pedoman Umum Pengembangan Silabus. (Tulungagung:Makalah tidak diterbitkan,
2006). Hal 12
41
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skills Education). (Bandung: Alfabeta,2004),
hal.6
36

Garis-garis khusus pada segitiga:

1. Garis sumbu: Garis yang membagi masing-masing sisi segitiga menjadi dua

bagian sama besar dan tegak lurus pada sisi tersebut.

2. Garis tinggi: Garis yang ditarik dari titik sudut dan tegak lurus pada sisi di

hadapan sudut itu

Dalil-dalil garis tinggi:

a. Garis-garis tinggi suatu segitiga berpotongan di satu titik.

b. Dua garis tinggi suatu segitiga berbanding terbalik dengan sisi tempat garis

tinggi itu42

Segitiga biasanya dilambangkan dengan “ “

Pada gambar tersebut menunjukkan

segitiga ABC.

a. Jika alas = AB maka tinggi = CD

b. Jika alas = BC maka tinggi = AE

c. Jika alas = AC maka tinggi = BF

Jadi, pada segitiga setiap sisinya dapat dipandang sebagai alas, dimana tinggi

tegak lurus alas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Alas segitiga merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan

tingginya adalah garis yang tegak lurus dengan sisi alas dan melalui titik sudut

yang berhadapan dengan sisi alas.


42
Negoro dan Harahap.Ensiklopedia Matematika,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2005).hal 310
37

2. Jenis-jenis Segitiga

Jenis-jenis segitiga dapat ditinjau berdasarkan

a. Panjang sisi-sisinya;

b. Besar sudut-sudutnya;

c. Panjang sisi dan besar sudutnya.43

a. Jenis-jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya

(i) Segitiga sama kaki

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi yang sama

panjang.

A Gambar disamping menunjukkan segitiga sama

kaki ABC, dengan sisi AB dan AC sama

panjang. AB dan AC disebut kaki-kaki segitiga

B C

(ii) Segitiga sama sisi

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama

panjang dan tiga buah sudut sama besar.

A Gambar disamping menunjukkan

segitiga sama sisi ABC dengan AB = BC

= AC.

B C

43
Dewi Nuharini; Tri Wahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya.( Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008).hal 234-235
38

A Pada gambar disamping AD, BE, dan CF

F E adalah sumbu-sumbu simetri. Bila ABC

a dilipat menurut garis AD, maka:

B C B C, B C. jadi B = C.

Bila ABC dilipat menurut garis BE, maka:

A C, A C. jadi A = C.

Bila ABC dilipat menurut garis CF, maka:

A B, A B. jadi A = B.

Sumbu simetri adalah sumbu yang membagi suatu bangun menjadi dua

bagian yang sama dan sebangun.

(iii) Segitiga sembarang

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak sama

panjang. Demikian juga, besar ketiga sudutnya tidak sama.

C Gambar disamping menunjukkan

segitiga sembarang ABC. Jadi, AB

BC AC, dan A B C.44

A B

b. Jenis-jenis segitiga ditinjau dari besar sudutnya

Secara umum ada tiga jenis sudut yaitu:

1) Sudut lancip ( 00 < x < 900 )

44
Syamsul Junaidi; Eko Siswono. Matematika untuk SMP dan MTs Kelas VII 1. (Surabaya:
Gelora Aksara Pratama, 2005). Hal 272-273.
39

2) Sudut tumpul ( 900 < x < 1800)

3) Sudut refleks (1800 < x < 3600 )45

Berkaitan dengan hal tersebut, jika ditinjau dari besar sudutnya, ada tiga

jenis segitiga sebagai berikut.

Jika besar salah satu sudut dalam segitiga adalah 900, maka segitiga tersebut

dinamakan segitiga siku-siku. C

A B

Jika besar setiap sudut dalam sebuah segitiga adalah kurang dari 900, maka

segitiga tersebut dinamakan segitiga lancip. C

A B

Dan jika besar sebuah sudut dalam segitiga adalah lebih dari 900, maka segitiga

tersebut dinamakan segitiga tumpul.46

c. Jenis-jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya

45
Dewi Nuharini; Tri Wahyuni. Matematika Konsep……….. hal 235
46
Adrian Soekotjo Loedji, Willa. Pelajaran Matematika Bilingual untuk SMP/MTs Kelas VII.
(Bandung: CV. Yrama Widya, 2009). hal 371
40

Ada dua jenis segitiga jika ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya

sebagai berikut.

(i) Segitiga siku-siku sama kaki

Segitiga siku-siku sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama

panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (900).

C Pada gambar ABC siku-siku di A, dengan

AB = AC

A B

(ii) Segitiga tumpul sama kaki

Segitiga tumpul sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama

panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul.47

(iii) Segitiga lancip sama kaki

(iv) Segitiga lancip sembarang

(v) Segitiga tumpul sembarang

(vi) Segitiga siku-siku sembarang48

3. Keliling Segitiga

Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi yang

membatasinya, sehingga untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga dapat

ditentukan dengan menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga tersebut.

47
Dewi Nuharini; Tri Wahyuni. Matematika Konsep ………..hal 236
48
Modul Bangkit Matematika untuk Kelas VIII Semester Genap SLTP dan MTs Berdasarkan
Kurikulum yang Berlaku. 2009/2010.Tulungagung:CV Utomo. hal 62-63.
41

C Keliling
= c +a+b
b a = a+b+c

A c B Jadi keliling adalah a + b + c

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu segitiga dengan panjang a,
49
b, dan c, kelilingnya adalah K= a + b + c

4. Luas Segitiga

Dalam menentukan luas disamping, dapat dilakukan dengan membuat

garis bantuan, sehingga terbentuk persegi panjang ABFE


E C F

A D B
sama dan sebangun dengan dan sama dan sebangun

dengan , sedemikian sehingga diperoleh

Luas dan

Luas

Luas

49
Dewi Nuharini; Tri Wahyuni. Matematika Konsep ………..hal 246
42

= +

= +

Secara umum luas segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t adalah

50
L=

G. Paradigma Penelitian dan Kerangka Berfikir

a. Paradigma Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo, yang menyimpulkan bahwa

pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik probing dengan

menggunakan instrumen berupa LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas I MAN3 Malang pada pokok bahasan Barisan dan Deret.51

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurwahyuni Latif, yang menyimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan LKS

50
Ibid.hal 247
51
Sujarwo. Pembelajaran Matematika dengan Menggunkan Teknik Probing dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I MAN3 Malang.
http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/6:3129/q/pengarang:IMAM/offset/0/limit 15. diakses tanggal 14
agustus 2010.
43

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI IA-I SMA

Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan Limit Fungsi.52

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Johar Maknun, Liliasari, Benny Suprapto

B dan As’ari Djohar, yang menyimpulkan bahwa pentingnya pembelajaran life

skill dalam meningkatkan penguasaan konsep-konsep Fisika topik Besaran dan

Satuan dalam program Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Bidang Keahlian Teknik Bangunan.53

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinny Eritha Ningrum, yang

menyimpulkan bahwa Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

dengan life skill dapat mengatasi kesulitan belajar Bahasa Inggris siswa kelas II

semester I SMP Negeri I Brangsong Kendal.54

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurseha, yang menyimpulkan bahwa

penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran Berbasis

Kompetensi mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas

X semester 2 SMA Negeri 8 Semarang.55

52
Nurwahyuni Latif. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok Bahasan Limit Fungsi.
http://www.docstoc.com/docs/20485548/skripsi-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-NHT. diakses
tanggal 15 agustus 2010
53
Johar Maknun,et.all. Efektivitas Pembelajaran Fisika SMK dalam Meningkatkan
Penguasaan Konsep Fisika Topik Besaran dan Satuan Bidang Keahlian Teknik Bangunan.
http://wsclick.infospace.com/clickserver%3DDirektori%2FPRODI.PENDIDIKAN%2520IPA
%2520JOHAR%2520MAKNUN%3Defektifitas-pembel-fis-smk. Diakses tanggal 15 agustus 2010
54
Dinny Eritha Ningrum.2004. Pendekatan Contextual Teaching ang Learning (CTL) dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II Semester I SMP Negeri I Brangsong
Kendal. http://www.docstoc.com/docs/21122714/Efektifitas-pendekatan-kontekstual-(CTL)-dalam-
mengatasi-kesulitan. Diakses tanggal 15 agustus 2010
55
Nurseha.2007. Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran Berbasis
Kompetensi Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 8 Semarang.
http://www.docstoc.com/docs/25918766/pengaruh-penggunaan-lembar-kerja-siswa-DALAM-
PEMBELAJARAN-BERBASIS. diakses tanggal 15 agustus 2010
44

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Senam, yang menyimpulkan bahwa

Pembelajaran Kimia dengan menggunakan LKS Kimia Berbasis Life Skill di

kelas eksperimen lebih efektif dibandingkan pembelajaran yang dilakukan

dikelas kontrol.56

Dari hasil yang diperoleh oleh peneliti dalam penelitian yang terdahulu maka

paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Paradigma penelitian

Menentukan
Masalah
Nilai awal kelas kontrol
penelitian
dan eksperimen

Telaah teori hipotesis

Pengujian fakta Hasil

kesimpulan

b. Kerangka Berfikir

Agar pembelajaran matematika bermakna, maka pembelajaran matematika

yang bersifat abstrak harus dihubungkan dengan nilai-nilai dalam kehidupan

56
Senam, et.all,.Efektifitas Pembelajaran Kimia untuk Siswa SMA Kelas XI dengan
Menggunakan LKS Kimia Berbasis Life Skill.(Jurnal Pendidikan pengembangan Kurikulum dan
Teknologi Pembelajaran.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman Samarinda
Kalimantam Timur. Didaktika,Volume 9 Nomor 3 Tidak diterbitkan,2008).
45

nyata. Pembelajaran matematika yang dihubungkan dengan nilai-nilai dalam

kehidupan nyata dapat direalisasikan ke dalam LKS yang berbasis life skill

yang meliputi Personal skill, social skill, academic skill, vocational skill.

Proses pembelajaran diaplikasikan dalam pengembangan kompetensi life skill.

Setelah proses belajar mengajar selesai diadakan evaluasi berdasarkan

kompetensi life skill.

Salah satu dari kriteria keberhasilan belajar adalah adanya pengaruh yang

besar dari interaksi belajar mengajar yang berupa komunikasi yang baik antara

siswa dengan yang lain dan siswa dengan guru. Selain itu suasana belajar yang

baik juga mempengaruhi keberhasilan dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu

pemilihan model pembelajaran yang melibatkan interaksi belajar mengajar dan

proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran

sangat penting bagi keberhasilan belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam

berinteraksi dengan teman-temannya dan berupaya mengaktifkan belajar siswa

adalah pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis life skill.

Pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis life skill adalah pendekatan

pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih

inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

Dengan diterapkannya pembelajaran dengan LKS berbasis life skill diharapkan

siswa dapat aktif berinteraksi dengan teman-temannya dalam menggali


46

informasi pembelajaran, selain itu dengan pembelajaran menggunakan LKS

berbasis life skill akan lebih memandirikan siswa dalam melakukan penemuan

pengetahuan sendiri (inquiry) dan yang pasti akan membuat siswa merasa

senang dengan suasana pembelajaran karena termotivasi dan percaya terhadap

kemampuan siswa sendiri.

Kecakapan dasar yang harus dimiliki oleh seorang siswa sebagai modal

awal untuk meraih keberhasilan di dalam hidup kelak adalah kecakapan

matematika. Berdasarkan kurikulum yang dikembangkan saat ini, kurikulum

2006 atau KTSP diharapkan dapat mengembangkan kecakapan matematika

siswa. Kurikulum 2006 erat hubungannya dengan masalah kontekstual, masalah

yang dekat dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu peneliti memilih model

pembelajaran menggunakan LKS berbasis life skill yang mengangkat masalah

kontekstual dalam setiap pembelajaran, sehingga model pembelajarn ini

diharapkan dapat mengimplementasikan kurikulum 2006. Namun

permasalahannya adalah model pembelajaran menggunakan LKS berbasis life

skill masih terlalu kaku untuk dilaksanakan dan masih sulit bagi siswa SMP

pada umumnya. Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran matematika biasanya

dilakukan dengan pemberian algoritma dari suatu pemecahan masalah,

sedangkan pada model pembelajaran berbasis masalah menggunakan LKS

berbasis life skill siswa harus dapat memecahkan algoritmanya sendiri.

Gambar 2. Kerangka berfikir

Matematika Nilai-nilai kehidupan nyata


47

abstrak

LKS
Life skill

Personal skill,
social skill,
academic skill,
vocational skill

Pengembangan evaluasi Pengembangan kompetensi


berdasarkan kompetensi Life Skill
Life Skill

H. Hipotesis

Pembelajaran matematika menggunakan LKS berbasis Life Skill lebih efektif

dibanding dengan pembelajaran matematika konvensional.

Anda mungkin juga menyukai