Disusun Oleh:
Kelompok 8
3. Khoirunnisa 07031181520200
Dosen Pembimbing :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
berkat rahmat-Nya. Kami dapat menyusun makalah Sistem Sosial Budaya
Indonesia khususnya tentang pembahasan “Kemiskinan pada Etnis Papua”.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Rogaiyah M.Si.,
selaku Dosen Sistem Soaial Budaya Indonesia di Universitas Sriwijaya yang telah
membimbing kami. Teman-teman kami khususnya kelompok 8. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber inspirasi makalah ini.
Makalah ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan karena kami juga
masih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
para pembaca. Terima kasih atas perhatiannya dan jikalau ada kesalahan kata
maupun tulisan Kami mohon maaf.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Bab I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.................................................................... 2
Bab II : BATASAN KONSEP
2.1 Definisi Paradigma dan Definisi Sosial...............................................3
2.2 Pengertian Teori Etnometodologi.................................................5
2.3 Hubungan Paradigma Definisi Sosial dengan Teori Etnometodologi..8
Bab III : PEMBAHASAN
3.1 Masalah Kemiskinan pada Etnis Papua................................................10
3.2 Penyebab Kemiskinan pada Etnis Papua.......................................19
3.3 Upaya Mengatasi Kemiskinan pada Etnis Papua..............................20
Bab IV : PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................22
Daftar Pustaka......................................................................................23
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ada nilai positif dan negatif dari keanekaragaman yang ada di Indonesia.
Sisi positifnya adalah Indonesia akan penuh dengan keragaman budaya karena
tidak semua Negara mempunyai keanekarageman seperti yang ada di
Indonesia.Sisi negatifnya adalah rawan terjadi konflik di kalangan masyarakat.
Jika terjadi konflik di kalangan masyarakat secara terus menerus tentunya akan
menurunkan citra Indonesia di mata internasional serta, mengancam ketahanan
nasional. Bukan hanya ketahanan yang akan terancam tetapi persatuan dan
kesatuan antarmasyarakat di Indonesia juga akan terpecah sehingga
mengakibatkan banyak Negara yang akan memanfaatkan keadaan tersebut.
Hal ini berhubungan erat dengan teori dalam ilmu Sosiologi dalam
meninjau permasalahan dalam masyarakat terutama persoalan yang menyangkut
etnis, dalam makalah ini kami mengangkat konflik yang terjadi di Papua untuk
dianalisis lebih lanjut mengenai penyebab masalah pada etnis Papua melalui
Paradigma Definisi Sosial. Selain daerah yang rentan terjadi konflik antar suku,
Papua juga dimasukkan ke dalam daerah dengan angka indeks kemiskinan yang
tinggi dan daerah yang mempunyai tingkat perbedaan yang tinggi dengan Jakarta.
Tantangan-tantangan yang berhubungan dengan kemiskinan di Indonesia tidak
4
hanya berkaitan banyaknya jumlah penduduk miskin, tetapi juga besarnya
perbedaan antar daerah-daerah, propinsi-propinsi, kabupaten-kabupaten dan kota-
kota.
5
BAB II
BATASAN KONSEP
Istilah paradigma cenderung merujuk kepada dunia pola pikir atau pun
teknis penyelesaian masalah yang dilakukan oleh manusia. Istilah yang satu ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuan bernama Thomas Kuhn melalui
buku buatannya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution. Saat
pertama kali diperkenalkan, istilah Paradigma tidak dijelaskan secara gamblang
oleh Thomas Khun. Pada waktu itu, paradigma hanya diutarakan sebagai
termonologi kunci yang dipakai dalam model perkembangan ilmu pengetahuan
saja. Beberapa saat kemudian, barulah istilah Paradigma terdefenisi secara jelas
oleh Robert Fridrichs (merupakan orang pertama yang mengungkapkan apa itu
paradigma secara jelas dan gamblang).
Thomas Kuhn
6
Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma adalah landasan berpikir atau
pun konsep dasar yang digunakan / dianut sebagai model atau pun pola yang
dimaksud para ilmuan dalam usahanya, dengan mengandalkan studi – studi
keilmuan yang dilakukannya.
Menurut Patton(1975)
Sebuah pandangan dunia, sebuah sudut pandang umum, atau cara untuk
menguraikan kompleksitas dunia nyata.
C. J. Ritzer (1980)
Guba
Paradigma sosial tidak berangkat dari sudut pandang fakta sosial yang
objektif, seperti struktur-struktur makro dan pranata-pranata sosial yang
ada di dalam masyarakat. Paradigma definisi sosial justru bertolak dari
proses berpikir manusia itu sendiri sebagai individu. Dalam merancang
7
dan mendefinisikan makna dan interaksi sosial, individu dilihat sebagai
pelaku tindakan yang bebas tetapi tetap bertanggung jawab. Artinya, di
dalam bertindak atau berinteraksi seseorang tetap di bawah pengaruh
bayang-bayang struktur sosial dan pranata-pranata dalam masyarakat.
Tetapi fokus perhatian paradigma ini tetap pada individu dengan
tindakannya itu. Jadi, menurut paradigma definisi sosial tindakan sosial
tidak pertama-tama menunjuk kepada struktur sosial tetapi, sebaliknya
bahwa struktur sosial itu merujuk pada agregat definisi (makna tindakan)
yang telah dilakukan oleh individu-individu anggota masyarakat itu.
(Veeger, 1993).
Sebagaimana yang akan kita lihat, Etnometodologi tak lebih hanya dari teori
perilaku yang abstrak. Ia merupakan teori yang empiris mengenai bagaimana
orang menangkap pengalaman sosialnya sehari-hari. Secara empiris
Etnometodologi mempelajari konstruksi realitas seseorang disaat interaksi
berlangsung.
8
“Kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan
pertimbangan (metode) yang dengannya masyarakat bisa dapat memahami,
mencari tahu, dan betindak berdasarkan situasi dimana mereka menemukan diri
mereka sendiri.” (Heritage, 1984:4)
Diversifikasi Etnometodologi
1
Teori Sosiologi Modern, George Ritzer- Douglas j. Goodman, 2008, halaman 324
9
dan kantor polisi. Tujuannya adalah memahami bagaimana orang atau pekerja
menjalankan tugas-tugas resmi mereka, dalam proses tersebut, membangun
institusi tempat dijalankannya tugas-tugas tersebut.
Metode kualitatif seperti yang didefinisikan oleh Tylor dan Bogdan adalah
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Arti deskriptif itu
sendiri mengacu pada ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari
orang – orang (aktor/subyek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukan
plot daripada sang aktor dalam setting itu secara keseluruhan, individu dalam
batasan yang sangat holistik (Furchon, 1992:19-20 & Maleong, 2004:4).
2
www.pustaka.ut.ac.id
10
(Maleong, 2004:14-24). Seperti yang diketahui etnometodologi berkutat pada
studi dunia subyektif tentang kesadaran, persepsi dan tindakan individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya sesuai dengan kaidah penelitian
kualitatif. Persamaannya adalah sama – sama menek ankan pada dunia subyektif
dengan fisiografi sosial yang dilibatinya.
Namun para ahli sosiologi menyadari bahwa harus ada tindakan untuk
membatasi perkembangan etnometodologi karena dianggap berkembang ke arah
berlawanan dengan sintetis teoritis.
3
Teori Sosiologi Modern, George Ritzer- Douglas j. Goodman, 2008, halaman 352
11
Menurut Ritzer metode penilitian yang kita gunakan sangat tergantung pada
paradigma yang kita anut. Paradigma Definisi sosial berorientasi pada karya Max
Weber mengenai tindakan sosial dalam paradigma ini pokok bahasan s.osiologi
terdiri atas definisi situasi serta dampaknya terhadap tindakan sosial
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
2. Tidak memiliki kemungkinan unruk memperoleh aset produksi
dengan kekuatan sendiri seperti untuk memiliki tanah garapan dan
modal usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah
dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan
penghasilan.
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed)
berusaha apa saja.
5. Banyak tinggal di kota berusia muda, dan tidak mempunyai
keterampilan.
1. Kemiskinan absolut
14
2. Kemiskinan Relatif yaitu kemiskinan yang dilihat berdasarkan
perbandingan antara tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan
lainnya. Contoh, seseorang tergolong kaya (mampu) pada desa
tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa lainnya.
Disamping itu,terdapat bentuk-bentuk kemiskinan tertentu yang
sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula
kemiskinan), yaitu : (1). Kemiskinan natural, (2) kultural, (3)
struktural.
a. Kemiskinan natural, keadaan miskin karena awalnya memang
miskin. Kelompok masyarakat ini tergolong miskin karena tidak
memiliki sumber daya, baik sumber daya alam, manusia,
pembangunan atau kalupun mereka ikut serta dalam pembangunan
mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah. Menurut
Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan
oleh factor-faktor alamiah karena cacar, sakit, usia lanjut, atau
bahkan bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini menurut
Kartasasmita disebut “persisten porverty” artinya kemiskinan yang
kronis atau turun-temurun. Daerah seperti ini pada umumnya
adalah daerah yang kritis sumber dayanya atau daerah yang
terisolasi.
b. Kemiskinan kultural, mengacu pada sikap seseorang atau
kelompok, masyarakat yang disebabkan gaya hidup,kebiasaa hidup
dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasas
kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk
diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha
memperbaiki dan mengubah tingkat kehidupannya. Akibatnya,
tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai
secara umum. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Baswir
bahwa ia miskin karena factor budaya seperti malas, tidak disiplin
dan boros.
15
c. Kemiskinan struktural, kemiskinan yang disebabkan oleh factor-
faktor manusia, seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil,
distribusi asset produksi yang tidak merata,korupsi dan kolusi serta
tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok
masyarakat tertentu. Selanjutnya Sumodiningrat mengatakan
bahwa munculnya kemiskinan structural disebabkan karena
menangggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan
bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena
pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak
merata, kesempatan yang tidak sama, menyebabkan keikutsertaan
masyarakat menjadi tidak merata pula. Sehingga menimbulkan
struktur masyarakat yang timpang.
16
Selo Soemardjan mendefinisikan kemiskinan struktural sebagai
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena
struktur sosial masyarakat ini memungkinkan golongan masyarakat ini
tidak menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya
tersedia bagi mereka. Secara teoritis, kemiskinan struktural dapat
diartikan sebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh masyarakat
yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial yang berlaku
sedemikian rupa sehingga keadaan kelompok yang termasuk golongan
miski tampak tidak berdaya mengubah nasibnya dan tidak mampu
mengubah keadaan hidupnya. Strukur sosial telah mengurung dan
mengekang mereka dalam suasana kemiskinan secara turun temurun
selama bertahun-tahun.
17
berkontribusi dalam lokalisasi kekerasan struktural dan menimbulkan
kekecewaan di kalangan penduduk asli Papua. Di bagian selatan
Papua, pendatang non-Papua didatangkan untuk bekerja pada pelbagai
perkebunan investasiminyak kelapa sawit yang direncanakan akan
melebihi jumlah pekerja dari kalangan penduduk asli Papua.
Hal ini terlihat dari keadaan sebagai berikut: Papua memiliki dua
sektor perekonomian yang dominan, pertambangan dan pertanian,
yang menyumbangkan 76% dari total PDRB. Salah satu karakter
utama dari penduduk asli Papua adalah subsistensi. Namun, karakter
ini tidak sesuai dengan kesempatan yang disediakan oleh dunia usaha;
industri pertambangan padat modal menghasilkan 57% PDRB dan
hanya menyerap 0,6% angkatan kerja, sedangkan sektor pertanian
menghasilkan 19% PDRB dengan 75% angkatan kerja. Dalam sektor
bisnis, keterlibatan penduduk asli Papua sangat rendah dan hampir
semua pengusaha adalah migran. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan
perekonomian tidak mencerminkan keadilan distribusi termasuk akses
terhadap kebutuhan dasar. Ketidakadilan kesempatan berakar dari
prasangka dan rasisme yang diakibatkan oleh penduduk asli Papua
yang diposisikan sebagai inferior seperti yang terdokumentasi dalam
gagasan-gagasan dasar yang menjadi latar belakang perumusan
18
3.1.4 Data Sekunder : Berdasarkan Wawancara dengan Mahasiswa
Universitas Sriwijaya yang berasal dari Etnis
Papua
Kostan Gaston Ewani adalah mahasiswa FKIP jurusan penjas yang lahir
di Jayapura tanggal 10 Oktober 1996. Ia tinggal di Sintani yang berdekatan
dengan bandara Jayapura. Menurut pengamatan Kostan keadaan sosial di daerah
tempat tinggalnya masyarakat cenderung hidup mengelompok, sehingga terlihat
jelas adanya batasan antar suku. Mayoritas pekerjaan masyarakat di daerah tempat
tinggalnya berprofesi sebagai petani, nelayan, dan berdagang. Ia mengamati
keadaan ekonomi di daerah tempat tinggalnya melalui perbandingan harga barang
kebutuhan di Papua dengan kota Palembang ternyata berbeda jauh, harga barang
kebutuhan di Papua relatif lebih mahal mengingat barang yang dibutuhkan harus
didatangkan dari luar kota melalui akses pesawat terbang.
19
masih memegang teguh budaya-budaya lama yang menyebabkan mereka sulit
untuk menerima kemajuan-kemajuan zaman.
Air Mineral
Air mineral di Papua harganya bisa dibilang sangat-sangat mahal. Anda
perlu mengeluarkan Rp. 7.500 untuk segelas air mineral, dan Rp.
40.000 untuk ukran 1,5 liter. Sungguh sebuah harga yang fantastis
hanya untuk segelas air minum.
Gas Elpiji
Gas elpiji 12 kilogram non-subsidi di Kota dan Kabupaten Sorong,
Provinsi Papua Barat belakangan ini mengalami kelangkaan serta harga
di tingkat pengecer mencapai Rp 500 ribu per tabung.
20
Nasi Padang
Jika di Pulau Jawa kita cukup membayar Rp.20.000-Rp.30.000 per
porsi nasi padang, di Papua tampaknya kita akan lebih memilih untuk
membawa bekal sendiri dari rumah. Harga seporsi nasi padang di Papua
mencapai Rp. 80.000 per porsinya. Cukup untuk makan 3-4 orang jika
kita membelinya di pulau Jawa.
Bensin
Gubernur Papua Lukas Enembe merasa heran dengan hiruk pikuk yang
terjadi di Jakarta terkait rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) beberapa waktu lalu. Tentu saja, masyarakat Papua sudah sejak
lama harus membeli bensin dengan harga selangit, jauh dari harga
normal yan berlaku di pulau Jawa. Harga BBM di Papua lebih mahal
puluhan kali lipat daripada di Jakarta. Warga Papua harus membayar
sebesar Rp. 100.000 per liternya
Semen
Tak heran sangat sulit mendapatkan harga yang murah untuk sebuah
rumah permanen di Papua. Hal itu tentu sangat beralasan, sebab harga
semen di Papua sangatlah mahal, bahkan bisa lebih mahal dari upah
tukang bangunannya sendiri, yaitu mencapai 2 juta Rupiah per saknya.
Beras Kualitas Rendah
Bahan pangan yang sangat esensial bagi kehidupan warga Indonesia
yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok ini, juga tak luput
dari banderol yang sangat mahal di tanah Papua. Di Papua, kita harus
membayar kurang lebih 750 ribu untuk 25 kilogram beras. Harga
sefantastis itu semakin mencengagkan karena hanya diganjar dengan
beras kualitas rendah pula.
Sumber : http://infoterkini-15.blogspot.co.id/2016/02/harga-mahal-di-
papua.html
21
3. 2 Penyebab Kemiskinan Masyarakat Papua
2. KurangnyaKreativitas
Jika seseorang dapat menggunakan kretivitasnya, tidak dipungkiri
mereka dapat memiliki penghasilan yang dapat menaikkan taraf hidup
mereka. Mereka dapat menggunakan sarana prasarana dan segala aspek
yang ada untuk mencari dan mendapatkan sumber penghasilan.
22
arus kemiskinan. Apalagi individu-individu dalam kelompok tersebut
adalah individu-individu yang tidak mampu mengurusi dirinya sendiri
dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya serta berada dalam
gelombang kebodohan atau kelompok yang anggota kelompoknya
senantiasa malas untuk bekerja.
5. Keturunan
23
4. Membuka Pusat Logistik untuk Titik-Titik Strategis Pembangunan karena
luas wilayah papua sulit dijangkau kalau terpusat di Jayapura;
5. Pembentukan TIM Terpadu Untuk Mempermudah Pelayanan agar dalam
pembangunan saling koordinasi antar unit pemerintah;
6. Konsisten untuk Membangun Kepercayaan;
7. Memberi Kepercayaan Berdasarkan Kompetensi sehingga tidak asal
menempatkan pejabat;
8. Perlu Kebijakan Penggunaan Anggaran Bersifat Khusus karena di papua
tidak semua sistem penggunaan anggaran nasional bias dijalankan;
9. Bekerja Ibarat Mesin Disertai Remunerasi. Penerapan renumerasi agar
tidak terjadi korupsi;
10. Pengawasan dan Pengendalian juga demi memastikan pembangunan
berjalan dan minimalisasi korupsi;
11. Perlunya Lembaga Satuan Anti Korupsi (SAK) di Papua;
12. Welcome Pada Investor Untuk Publik Private Partnership;
13. Membangun Perumahan dan Permukiman;
14. Mengembangkan Komunikasi Yang Humanis dan Rendah Hati;
15. Revitalisasi Pendidikan dan Revolusi Pengembangan SDM di Papua;
16. Distribusi Anggaran Melalui Tiga Komponen (Pemerintah, Adat dan
Agama);
17. Revitalisasi Kesehatan di Propinsi Papua.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sumule, Ph.D, Mencari Jalan Tengah: Otonomi Khusus Provinsi Papua.
2003. Jakarta: Gramedia.
Natalis, Pigai. Edisi 29 Juli 2012.Dialog Solusi Jakarta dan Papua. Jakarta: Opini
Koran Sinar Harapan.
26