Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

SEJARAH DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH

I. PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI


Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alamdan perhitungan yang memiliki
sifat perhitungan absolut. Sebagai bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya bersifat
akumulatif, maka setiap penemuan metode baru dalam akuntansi akan menambah dan
memeperkaya ilmu akuntansi tersebut. Bahkan pemikir akuntansi pada awal
perkembangannya merupakan seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa Al
Khawarizmy.
Akuntansi dalam Islam merupakan alat untuk melaksanakan perintah Allah SWT
dalam ( QS 2:282 ) untuk melaksanakan pencatatan transaksi usaha. Implikasi lebih jauh
adalah keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan
terpadu dan komprehensif.
Islam memandang akuntansi tidak sekadar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam
(islamic value) sesuai ketentuan syariah.
Akuntansi yang kita kenal sekarang diklaim berkembang dari peradaban barat (sejak
Paciolli ) padahal apabila dilihat lebih mendalam dari proses lahir sampai perkembangannya,
terlihat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau oeradaban sebelumnya baik Yunani maupun
Arab Islam.
Perkembangan akuntansi, dengan domain “aritmatic quality” nya, sangat ditopang
oleh ilmu lain khususnya arithmatic, algebra, mathematics, algorithm,pada awal abad ke – 9
M. Ilmu ini lebih dulu berkembang sebelum perkembangan bahasa. Ilmu penting ini ternyata
dikembangkan oleh filosof Islam yang terkenal yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi
yang lahir tahun 801 M. Juga Al Karki (1020) dn Al-Khawaizmy yang merupakan asal kata
dari alGorithm, algebra juga berasal dari kata Arab “al Jabr “. Demikian juga penemuan Al
Khawarizmy berupa sistem nomor,desimal dan angka “0” (zero, sifr, kosong,nol) yang kita
pakai sekarang yang disebut angka Arab sudah dikenal sejak 830 M, yang sudah diakui oleh
Hendriksen penulis buku “Accounting theory” merupakan sumbangan Arab Islam terhadap
akuntansi.
Ibnu Khaldun (lahir 1332) adalah filosof Islam yang telah berbicara tentang politik,
sosiologi, ekonomi, bisnis, dan perdagangan. Bahkan ada dugaan kuat bahwa pemikiran
mereka itulah yang sebenarnya dikemukakan oleh filosof barat yang belakangan muncul pada
abad ke 18 M. Sebenarnya Al Khawarizmy lah yang memberikan kontribusi besar bagi
perkembangan matematika moderen Eropa. Akuntansi moderen yang dikembangkan dari
persamaan algebra dengan konsep-konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan persoalan
pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan syariah yang ada di Al-Qur’an, perkara
hukum (law suit) dan praktik bisnis perdagangan.
Sebenarnya sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui akuntansi Islamitu,
misalnya GE Gambling, William Roget, Baydoun, Hayashi dari Jepang dan lain-lain. Seperti
Paciolii dalam memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu matematika, sistem
akuntansi dibangun dari kesamaan akuntansi Aset = Liabilitas + Ekuitas (A=L+E). Karena
aljabar ditemukan pertama-tama oleh ilmuwan muslim dizaman keemasan Islam, maka
sangat logis jika ilmu akuntansi juga telah berkembang pesat di zaman itu, paling tidak
menjadi dasar perkembangannya.

II. SEJARAH AKUNTANSI


Suatu sistem keuangan atau moneter sudah diperkenalkan sejak masyarakat mengenal
istilah perdagangan. Bahkan bukti tentang suatu sistem pencatatan sudah diperkenalkan
berdirinya kerajaan Babilonia sejak 4500 SM, Fir’aun Mesir dan kode – kode Hammurabi
(2250 SM).
Luca Paciolli dikenal sebagai bapak akuntansi modern. Paciolli merupakan seorang
ilmuan yang mengajar di beberapa universitas di Italia pada 1445. Paciolli dalam bukunya
Summa de Arithmetica Geometria et Proportionalita, menerangkan mengenai double entry
book keeping, closing entries, trial balance, ledger, dan dasar – dasar akuntansi lainnya.
Sistem double entry book keeping, sebenarnya bukanlah ditemukan pertama kali pada
abad 13 atau pertama kali dikemukakan oleh Paciolli. Bahkan hal tersebut juga diakui oleh
Paciolli sendiri. Bahkan kemungkinan sistem pencatatan serupa dengan ini sudah dilakukan
sejak peradaban manusia saling berinteraksi baik dalam konteks ekonomi atau hubungan
dalam masyarakat lainnya.
Perkembangan akuntansi dalam islam itu sendiri, mencatat suatu perkembangan yang
pesat. Angka arab dianggap memiliki andil yang besar dalam perkembangan ilmu akuntansi.
Bahkan sederet ilmuan mslim juga memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, termasuk ilmu ekonomi. Bahkan pada masa pemimpinan Nabi
Muhammad SAW, sudah didirikan Baitul Maal.
Bangsa arab dikenal sebagai bangsa dengan tingkat perdagangan yang maju. Dengan
tingkat perkembangan perdagangan yang sedemikian pesat tentunya kemungkinan besar
pelaku ekonomi muslim akan mengembangkan suatu teknik pencatatan terkait kegiatan
ekonomi mereka, misalnya untuk keperluan perhitungan zakat.
Apa yang dilakukan oleh Luca Paciollimemiliki kemiripan dengan apa yang telah
disusun oleh para pemikir muslim pada abad ke 8-10 M. Hal ini kemungkinan dapat terjadi
karena perintah untuk berdakwah, sehingga selain dakwah kemungkinan juga terjadi pula
penyebaran ilmu pengetahuan.

III. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH


Zaman Awal Perkembangan Islam
Negara Islam di Madinah (622 M atau 1 H) : Seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan
secara bersama-sama dan gotong royong di kalangan muslimin. Muhammad
Rasulullah SAW bertindak sebagi kepala Negara merangkap sebagai Ketua
Mahkamah agung, Mufti besar, Panglima perang tertinggi, dan penanggung jawab
administrasi negara.
Tradisi bangsa Arab yaitu melakukan perjalanan perdagangan selama 2 kali, pada
musim dingin dengan tujuan ke Yaman dan musim panas dengan tujuan ke Asy-syam
hingga berkembang ke Eropa.
Perkembangan selanjutnya mulai terbentuk kewajiban zakat dan Ushr (Pajak
Pertanian dari Muslim), dan perluasan wilayah yang dikenal dengan Jizyah (Pajak
perlindungan dari Non Muslim) dan Kharaj (Pajak hasil pertanian dari Non Muslim).
Pada Awal abad ke-7 Rosul mendirikan Baitul Maal untuk mengatur sistem keuangan
pada zaman tersebut. Konsep Baitul Maal adalah memisahkan penerimaan yang
dikumpulkan dengan oemimpin negara dan dikelurakan untuk kepentingan negara.
Rosul juga menunjuk petugas Qadi , ditambah para sekretaris dan pencatat
administrasi pemerintah.
Ada empat pembagian kerja Baitul Maal antara lain Sekretaris pernyataan, Sekretaris
hubungan dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.
Zaman Empat Khalifah
Abu Bakar:Penerimaan dan pengeluaran seimbang , hampir tidak pernah ada sisa
Umar Bin Khattab :
Perubahan yang signifikan dilakukan salah satunya adalah adanya Diwan . Diwan
adalah tempat pekerja duduk untuk mencatat perhitungan akuntansi dan disimpan,
fungsinya untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah umar menunjuk beberapa
orang persia untuk mencatat dan mengelola serta mengawasi pembukuan baitul Maal.
Pendirian Diwan ini adalah usulan dari tahanan persia – Homozan. Selain itu Baitul
maal juga tidak terpusat hanya di Madinah namun juga di daerah taklukan Islam.
o Struktur Diwan terdiri dari 14 departemen dan 17 kelompok menunjukkan
adanya pembagian tugas dalam sistem keuangan dan pelaporan
keuangan.Istilah awal pembukuan dikenal dengan Jarridah atau Journal dalam
bahasa Inggris.
o Fungsi Akuntansi yang paling terkenal adalah yang ditunjukkan oleh Al-Kateb
yang fungsinya orang yang bertanggungjawab untuk menuliskan dan mencatat
infrmasi baik keuangan maupun non keuangan. Akuntan yang secara khusus
dikenal dengan Muhasabah/muhtasib.
o Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas lembaga Al-Hisba dan
pengawasan pasar tidak hanya menyangkut masalah ibadah. Tugas Muhtasib
adalah menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukan dalam
berbagai bidang kehidupan termasuk mengawasi orang yang tidak berpuasa,
tidak shalat, iri dengki, bohong, melakukan kecurangan, mengurangi
timbangan, praktik kecurangan dalam industri, perdagangan, agama dsb.
o Tiga kewajiban Muhtasib menurut Akram Khan adalah :
1. Pelaksanaan Hak Alloh termasuk kegiatan ibadah : Sholat dan
pemeliharaan Masjid
2. Pelaksanaan hak masyarakat: Perilaku di pasar, kebenaran timbangan,
kejujuran bisnis
3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan,
lampu jalan, bangunan yang mengganggu masyarakat dsb.
o Beberapa departemen dalam Diwan antara alain : Diwan pengeluaran (Diwan
An-Nafaqat), militer ( Diwan Al Jayash), pengawasan , pemungutan hasil dsb.
Diwan pengawasan keuangan disebut Diwan Al-Kharaj

o Khitabat al Rosul Was Sirr : pemelihara pencatatan rahasia


o Shahib Al Shurta : Untuk menjamin dilaksanakannya hukum. Pejabat di
dalamnya adalah muhtasib pengawasan agama dan moral serta muhtasib pelayanan
umum.

o Sistem administrasi baitul Maal baik di tingkat pusat dan lokal telah berjalan
dengan baik, sehingga terjadi surplus yang hasilnya dibagikan secara
proporsional sesuai tuntunan Rasulullah.

IV. SEKILAS PROSEDUR DAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN


Ada 7 hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan negara Islam (Al-Khawarizmy
dan Al-Mazendarany dalam (Zaid, 2004) )
1. Sistem akuntansi kebutuhan hidup, sistem ini di bawah koordinasi seorang manajer.
2. Sistem akuntansi konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek pembangunan
pemerintah.
3. Sistem akuntansi pertanian merupakan sistem yang berbasis non-monetor.
4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara.
5. Sistem akuntansi mata uang, sistam ini telah dilakukan oleh negara Islam abad ke-14
M.Sistem ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah emas dan perak
yang diterima pengelola menjadi koin sekaligus mendistribusikannya.
6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem yang mencatat seluruh binatang
ternak.
7. Sistem Akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran harian negara baik nilai uang atau barang.
Prosedur dalam sistem akuntansi Islam (Zaid, 2004)
Transaksi dicatat setelah terjadi, Transaksi dikelompokan berdasarkan jenisnya (nature),
Penerimaan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran di sebelah kiri serta sumber
penerimaan harus dijelaskan, Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang
memadai disisi kanan halaman, Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan
secara hati-hati, Harus diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri dan harus diberi garis
penutup (Attarkeen), Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara
menghapus atau menulis ulang , jika Al Kateb melakukan kesalahan maka harus diganti,
Jika akun telah ditutup maka akan diberi tanda, Seluruh transaksi yang dicatat dibuku
jurnal (Al Jaridah) akan dipindahkan pada buku khusus berdasarkan pengelompokan
transaksi, Orang yang melakukan pencatatan pengelompokan berbeda dengan yang
melakukan pencatatan harian, Saldo (Al Hassel) diperoleh dari selisih, Laporan harus
disusun setiap bulan dan tahun, detail dan memuat informasi penting, Pada akhir tahun
laporan yang disampaikan Al Kateb harus menjelaskan dengan detail barang dan dana
yang dibawah wewenangnya, Laporan tahunan yang dilaporkan akan diperiksa dan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan disimpan di Diwan Pusat.
Berbagai istilah terkait prosedur di atas:
1. Al Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi (koran/jurnal), Al jaridah perlu
dicap dengan stempel sultan. Jaridah Al-Kharaj
a. Jaridah Annafakat
b. Jaridah Al-Maal
c. Jaridah Al-Musadereen
2. Daftar Al Yaumiah (Buku Harian/ Ruzmanah (bahasa persia)), daftar ini digunakan
untuk dasar pembuatan jurnal voucher. Jurnal voucher merupakan tanggung jawab al
kateb disetujui pimpinan diwan dan menteri.
a. Daftar Attawjihat: untuk mencatat anggaran pembelanjaan baik berupa
Mukarriyah (operasional) dan Itlakiyah (anggaran untuk pos diskresi dari raja)
b. Daftar Attahwilat: untuk mencatat keluar masuknya dana antar wilayah dan pusat
pemerintahan.
3. Al khawarizmy membagi beberapa jenis daftar (Siswantoro,2003)
Kaman al-kharadj merupakan dasar-dasar survei, Al-Awardj menunjukan daftar utang
individu dan cicilan, Al-Ruzmamadj daftar pembayaran dan pemeriaan setiap hari, Al-
Khatma merupakan laporan dan pendapatan per bulan, Al-Khatma Al-Djami’a
merupakan laporan tahunan, Al-Ta’ridj merupakan tambahan catatan untuk
menunjukan kategori secara keseluruhan, Al-Arida merupakan 3 kolom jurnal yang
totalnya dikolom ke 3, Al-Bara’a merupakan penerimaan dari pembayar pajak, Al-
Muwafaka wal-djama’a mmerupakan akuntansi yang komprehensif yang disajikan
oleh amil.
4. Beberapa jenis laporan keuangan
a. Al Khitmah, merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan dan menunjukan
total penerimaan dan pengeluaran
b. Al Khitmah Al Jameeah merupakan laporan yang disiapkan oleh Al Khateb secara
tahunan dan diberikan kepada atasannya (Al Mawafaka)
c. Bentuk perhitungan dan laporan zakat, dikelompokan dalam laporan keuangan
yang dibagi:
1) Al-Raj Minal Mal (dapat tertagih)
2) Al-Munakasir Minal Mal (Piutang tidak dapat tertagih)
3) Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wa Muta’akkid (piutang yang sulit dan
piutang yang bermasalah)

Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa perkembangan ilmu
akuntansi (Islam) telah ada sejak zaman dinasti Abbasiah, yaitu pada kurun waktu 750 – 1258
M. Sedangkan perkembangan akuntansi modern, baru mulai berkembang sekitar tahun 1202
M, yang diperkenalkan oleh Luca Paciolli, seorang ilmuwan asal Italia.

Saat itu, Luca Paciolli telah mengadopsi tata cara pencatatan yang dilakukan oleh
ilmuwan Arab. Namun, dalam pelaksanaannya Ia melakukan double entry dalam
pencatatannya. Menurut Paciolli, dalam setiap transaksi harus dicatat dua kali di sisi sebelah
kredit kemudian di sebelah debit. Hal ini memperkuat dugaan bahwa Paciolli menerjemahkan
hal tersebut dari bahasa Arab, yang menulis dari sebelah kanan. Mengenai keabsahan
informasi tesebut masih dalam kajian dan penelitian sampai sekarang oleh para ilmuwan,
terkait sejarah dan perkembangan akuntansi Islam maupun akuntansi modern.

Terlepas dari bagaimana sejarah perkembangan akuntansi, terdapat beberapa


kesamaan antar akuntansi modern dengan akuntansi Islam, seperti yang diuraikan oleh Merza
Gamal, seorang pengkaji sosial ekonomi Islam. Persamaan antar keduanya terdapat pada
beberapa hal berikut, yaitu:

1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan berupa prinsip unit ekonomi


2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu (tahun pembukuan)
3. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang
4. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan biaya
5. Prinsip kontinuitas (istimariah) dengan kesinambungan perusahaan
6. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Selain persamaan tersebut, terdapat pula hal-hal yang membedakan antara akuntansi
modern dan akuntansi Islam, seperti yang dikutip oleh Gamal dari tulisan Husein Syahatah,
dalam buku “Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam”. Beberapa perbedaan tersebut,
diantaranya:

1. Cara menentukan nilai untuk melindungi modal pokok


2. Modal dalam konsep akuntansi modern, terbagi dalam dua bagian, yaitu modal
tetap (aktiva tetap) dan modal lancar (aktiva lancar). Sedangkan dalam konsep
akuntansi Islam, barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang dan harta berupa
barang (stock), yang seanjutnya dibagi lagi menjadi barang milik dan barang
dagang.
3. Dalam konsep Islam, mata uang berupa emas, perak dan barang lain yang sama
kedudukannya bukan tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara
untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga.
4. Dalam konsep modern terdapat pencadangan dan ketelitian dari menanggung
semua kerugian dalam perhitungan dan mengesampingkan laba yang bersifat
mungkin. Sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara
penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta
membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko.
5. Terdapat penerapan laba universal dalam konsep konvensional, mencakup laba
dagang, modal pokok, transaksi. Sedangkan konsep Islam, dibedakan antara laba
dari aktivitas pokok dan laba dari aktivitas kapital (modal pokok) dengan yang
berasal dari transaksi.
6. Konsep modern mengatakan bahwa laba hanya terjadi saat adanya jual-beli.
Sedangkan konsep Islam, memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya
perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun
yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba,
dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.

Sumber: Pengantar akuntansi syariah di Indonesia, Sri Nurhayati dan Wasilah Salemba
Empat

Anda mungkin juga menyukai