Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS


XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

Ira Daniati
Universitas Negeri Malang

Abstrak
Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi yang
dilakukan di MAN 2 Probolinggo adalah ceramah, pemberian tugas, dan kerja
kelompok. Metode yang digunakan masih kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa cenderung hanya menerima apa yang diberikan oleh
guru. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Hal itu terlihat dari hasil
belajar siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 34% dan rata-rata kelasnya
sebesar 69,4. Jumlah ketuntasan belajar siswa itu kurang dari standar ketuntasan
minimal (SKM) untuk mata pelajaran Geografi sebesar > 70 dan ketuntasan
belajar klasikalnya sebesar > 85%. Hasil belajar tersebut perlu diperbaiki dengan
menerapkan metode Inkuiri, karena metode ini mengajak siswa untuk lebih aktif
dan membangun pengetahuan siswa, sehingga dengan diskusi yang membangun
pengetahuan siswa, diharapkan pengetahuan siswa akan bertambah, dan hasil
belajarnya juga meningkat.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya untuk
mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada
bulan Oktober-Nopember 2011. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI IPS yang
berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, Teknik pengumpulan
data melalui tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan mulai dari pra tindakan ke siklus 1 dan siklus 1 ke siklus 2. Rata-rata
hasil belajar siswa pada pra tindakan sebesar 69,4 pada siklus 1 meningkat
menjadi 74,5 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 84,8. Ketuntasan belajar juga
mengalami peningkatan, pada proses pembelajaran pra tindakan sebesar 34%,
siklus 1 sebesar 63%, dan pada siklus 2 menjadi 88%.
Berdasarkan hasil tersebut, disarankan: (1) bagi guru geografi agar
menggunakan metode Inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (2) bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran agar menggunakan metode Inkuiri dengan
subjek penelitian yang berbeda. (3) guru harus bisa membatasi waktu untuk
presentasi hasil diskusi masing-masing kelompok. (4) guru harus menjelaskan
kepada siswa tahapan-tahapan dalam memecahkan masalah agar siswa tidak
bingung.

Kata Kunci : Pembelajaran Inkuiri dan Hasil Belajar


Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran geografi terus dilakukan oleh
berbagai pihak, terutama guru geografi yang berkaitan langsung dengan
permasalahan. Salah satu upaya peningkatan kualitas pembelajaran geografi
diarahkan pada metodologi pembelajaran. Perbaikan dimaksudkan agar
pembelajaran geografi dapat memenuhi hakekatnya, yaitu meningkatkan
kemampuan intelektual, grafis, keterampilan dalam berkomunikasi, kemampuan
sosial, politis dan ekonomi (Astina, 2005:45). Pencapaian tujuan pembelajaran
tidak mudah, karena beberapa faktor, misalnya metode yang digunakan kurang
menarik siswa, keinginan siswa untuk belajar geografi kurang dan keterbatasan
media atau guru tidak mampu untuk menghubungkan pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari.
Dalam Standar Isi mata pelajaran geografi yang telah ditetapkan tujuan
mata pelajaran geografi. Ada tiga tujuan mata pelajaran geografi, yakni:
(1) Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta
proses yang berkaitan. (2) Menguasai keterampilan dasar dalam
memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan
menerapkan pengetahuan geografi. (3) Menampilkan perilaku
peduli terhadap lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya
alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman
budaya masyarakat. (Permendiknas, 22/2006).

Menelaah tujuan mata pelajaran geografi secara keseluruhan sudah cukup


memadai. Secara substansial, tujuan mata pelajaran geografi tidak hanya
mencakup aspek kognitif berupa pengetahuan peserta didik tentang pola spasial,
lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan dengannya, tetapi juga
mencakup aspek keterampilan yang berupa keterampilan untuk memperoleh,
mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya, serta aspek
afektif yang berupa kepedulian pada lingkungan dan toleransi terhadap keragaman
budaya tempat siswa berada. Hal yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai yang
dibutuhkan bagi peserta didik agar tujuan tersebut dapat mengarahkan anak didik
pada kehidupan sekarang dan kehidupan di masa yang akan datang.
Pembelajaran geografi merupakan suatu pembelajaran yang mempelajari
tentang fakta. Konsep, prinsip, teori dan keterampilan dalam mengungkap gejala
alam dan kehidupan di muka bumi dengan berbagai pendekaan geografi. Geografi
dan pengajaran geografi yang menyajikan fakta, gejala dan masalah kehidupan
sebagai hasil hubungan keruangan di permukaan bumi, dapat mengembangkan
penalaran, kesadaran dan keterampilan, sehingga pengetahuan serta
kemampuannya bertambah (Suwarna, 2004:18).
Pembelajaran geografi bukan sekedar memberikan materi saja, tetapi juga
menghubungkan pelajaran dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Siswa dituntut untuk mencari tahu apa penyebab terjadinya permasalahannya,
menjelaskan kesimpulan apa yang telah diperoleh dan bagaimana cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
Pembelajaran geografi menurut Rifai (1972) bukan untuk menjadikan anak
didik sebagai geograf, melainkan untuk membekali siswa nilai-nilai, sikap dan
pengetahuan agar menjadi warga negara Indonesia yang hidupnya lebih baik,
bermanfaat dan lebih bertanggung jawab. Pelajaran geografi bukan menjadikan
seorang anak harus tahu tentang semua yang ada di dalam geografi, tetapi siswa
diajarkan untuk mengenal lingkungan sekitar dan agar mereka dapat bersosialisasi
dengan alam ataupun masyarakat. Siswa juga diajarkan untuk dapat
memanfaatkan pengetahuannya di dalam ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
geografi.
Pembelajaran geografi yang dilakukan di MAN 2 Probolinggo memiliki
Standar Ketuntasan Minimal (SKM) ≥ 70. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru, menunjukkan ketuntasan belajar siswa kelas XI IPS masih rendah yaitu
sebesar 34% dan rata-rata kelasnya sebesar 69,4%. Ketuntasan belajar tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai < 70 sebanyak 21 siswa, siswa
yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 siswa dan siswa yang mendapat nilai > 70
sebanyak 7 siswa, sehingga ketuntasan belajar siswa masih rendah atau hampir
setengah lebih siswa kelas XI IPS tidak tuntas dalam pembelajaran geografi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan September 2011
di kelas XI IPS diketahui bahwa dalam pembelajaran geografi masih
menggunakan metode ceramah, pemberian tugas dan kerja kelompok. Metode
yang digunakan masih kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa cenderung hanya menerima apa yang diberikan oleh guru dan
jarang secara mandiri berupaya memperoleh pengetahuan. Sebagai dampaknya
penguasaan materi dalam kompetensi yang dipelajari belum optimal. Di dalam
kegiatan diskusi juga belum diterapkan diskusi yang membangun pengetahuan
siswa.
Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru kurang memperhatikan
karakteristik siswa dalam pembentukan kelompok. Guru menyerahkan
sepenuhnya kepada siswa untuk memilih teman dalam kelompok, sehingga siswa
lebih cenderung berkelompok dengan teman yang disukai saja atau siswa yang
pandai. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, ada siswa yang memiliki
kemampuan rendah, sedang dan tinggi. Hal ini menyebabkan proses belajar
bersama belum tercapai secara optimal.
Kondisi belajar yang demikian menuntut alternatif metode yang bisa
membantu perbaikan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan dapat
memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif bekerja sama dengan teman yang
lain dan juga dapat membangun pengembangan pengetahuan siswa. Salah satu
solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan ini adalah penerapan
metode inkuiri, dalam metode ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok, satu
kelompok terdiri dari 6 orang siswa.
Peneliti memilih metode inkuiri, karena metode ini mengajak siswa untuk
lebih aktif dan membangun kemampuan berpikir siswa secara individu maupun
kelompok, sehingga dengan diskusi yang membangun pengembangan
pengetahuan siswa, diharapkan kemampuan siswa akan bertambah dan hasil
belajar siswa dapat meningkat.
Dengan adanya metode inkuiri diharapkan pengetahuan siswa akan
berkembang dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti mata
pelajaran geografi. Adapun keunggulan dari metode inkuiri adalah (1) dapat
mengembangkan siswa yang mandiri dan bertanggung jawab, (2) dapat membantu
pertumbuhan keinginan belajar yang positif, karena belajar merupakan sesuatu
yang menggembirakan bagi siswa, (3) siswa dapat belajar berorientasi di dalam
lingkungan kelas, (4) siswa tidak hanya dapat mempraktekkan keterampilan
berpartisipasi dalam kelompok, tetapi juga mengerti manfaat kerja sama di dalam
kelompok, (5) sebagai sarana yang alami untuk mentransfer pembelajaran,
sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri. Siswa
benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar

Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),


penelitian ini dilakukan pada kelas XI IPS MAN 2 Probolinggo dengan tujuan
untuk memperbaiki suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan
tindakan-tindakan agar terjadi pembaharuan ke arah perbaikan. Penelitian ini
merupakan kolaboratif antara peneliti dan guru bidang studi geografi yang
mengajar di kelas XI IPS MAN 2 Probolinggo. Peneliti sebagai pelaksana
penelitian tindakan kelas dan guru sebagai observer. Instrumen penelitian yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan persetujuan guru dan dosen pembimbing.
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang
bersifat refleksi oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki
kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran itu dilakukan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan rancangan penelitiannya yaitu
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dan dilakukan dua
siklus.Penelitian tindakan kelas dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu
(1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi.
Tahap Refleksi dilakukan setelah data hasil observasi diperoleh. Dari hasil
observasi dan evaluasi yang telah dilakukan guru dapat merefleksi diri, apakah
kegiatan (tindakan) yang telah dilaksanakan telah dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil analisis ini akan digunakan untuk perencanaan pada siklus II.
Refleksi dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya agar hasil belajar dapat diperbaiki dan semakin meningkat.
Data yang diperoleh adalah kuantitatif yang selanjutnya akan dianalisis secara
deskriptif. Data ini diperoleh dari hasil tes akhir pada setiap siklus, data ini untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat
pada peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya. Selain itu,
keberhasilan tindakan pada penelitian ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kelas
dan hasil pengamatan aktivitas siswa.
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehiungga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan.
P = Rata-rata nilai
∑x = Jumlah nilai keseluruhan
n = Jumlah siswa
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar, maka pada penelitian ini rata-
rata skor hasil belajar pada siklus I akan dibandingkan dengan rata-rata skor hasil
belajar pada siklus II.
Analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang
ditentukan dengan ketuntasan belajar siswa secara individual dan secara klasikal.
Kriteria peningkatan penguasaan minimal dengan hasil belajar yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Individual, dianggap telah ”tuntas belajar” apabila daya serap mencapai 70%
2. Klasikal, dianggap telah ”tuntas belajar” apabila mencapai 85% dari jumlah
yang mencapai daya serap 70%
Untuk mengetahui Ketuntasan Belajar (TB) secara klasikal menggunakan
rumus sebagai berikut.
TB= ∑ siswa yang memperoleh skor > 70 x 100%
∑ seluruh siswa
Tabel 3.1 Penentuan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar
Nilai Interval Huruf Kriteria
≥ 80 A Sangat baik
70 – 79 B Baik
60 – 69 C Cukup
50 – 59 D Kurang
≤ 49 E Sangat kurang
Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan
dalam penelitian. Lembar observasi berisi jabaran aktivitas-aktivitas yang
dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Data ini digunakan sebagai
dasar untuk refleksi sehingga ada perbaikan pada siklus selanjutnya

Paparan Data dan Temuan

Permasalahan pembelajaran Geografi di MAN 2 Probolinggo dapat


diketahui dengan melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran di
kelas, serta wawancara dengan Guru Geografi. Kegiatan observasi dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Tujuan dilaksanakan observasi awal
untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa di dan untuk mengetahui
metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran Geografi selama
ini.
Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan pada bulan September 2011
dengan guru Geografi MAN 2 Probolinggo kelas XI, diketahui bahwa terjadi
permasalahan pembelajaran Geografi di kelas XI IPS yaitu ceramah, dengan
menggunakan metode seperti itu siswa kurang bisa memecahkan masalah dan
keaktifan siswa kurang sekali. Data yang diperoleh sebelum diadakan penelitian
pada observasi yaitu hanya 7 siswa yang mempunyai nilai baik, 4 siswa yang
mempunyai nilai sedang dan siswa yang nilainya kurang sebanyak 21 siswa.
Kebanyakan siswa tidak mendengarkan temannya saat presentasi, mereka lebih
asik berbicara dengan teman sebangkunya dan ada yang izin keluar dengan alasan
ke belakang. Dengan adanya metode inkuiri diharapkan siswa dapat memecahkan
masalah apalagi diberi permasalahan mengenai kehidupan sehari-hari.
Selain itu, berbagai tingkah laku yang ditunjukkan siswa saat
pembelajaran berlangsung yaitu mengobrol, melamun, sibuk mengerjakan tugas
pelajaran lain. Kondisi tersebut disebabkan mata pelajaran Geografi berlangsung
pada jam terakhir yaitu pada jam ke 7-8 sehingga siswa sudah merasa lelah.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS tahun ajaran 2011-2012.
Jumlah siswa di kelas tersebut adalah sebanyak 32 orang.
Sebelum dilakukan siklus I, terlebih dahulu menganalisis data awal yang
diperoleh dari hasil ulangan harian yang dilakukan sebelum proses pembelajaran.
Data awal dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi sebelum
mengadakan penelitian. Dari hasil refleksi awal akan dijadikan sebagai bahan
perbandingan pada siklus I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pada siklus I. Data awal diperoleh dari hasil ulangan harian di kelas XI IPS pada
materi sebelumnya sebagai berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan di Kelas XI IPS
Tahun Pelajaran 2011/2012
Interval Nilai Frekuensi Persen Kriteria
≥ 80 0 0 Sangat baik
70 – 79 11 34 Baik
60 – 69 16 50 Cukup
50 – 59 5 16 Kurang
≤ 49 0 0 Sangat kurang
Jumlah 32 100
Berdasarakan Tabel 4.1, ketuntasan individu siswa yang dapat dinyatakan
tuntas sebesar 34% siswa, karena telah mampu mencapai tingkat ketuntasan siswa
> 70, sedangkan sebanyak 66% siswa belum mampu mencapai ketuntasan belajar
karena nilainya masih di bawah 70, jika dibandingkan dengan standar atau
patokan ketuntasan individual, maka siswa yang dianggap telah tuntas apabila
mendapat nilai ketuntasan > 70. Tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
nilai siswa yang tergolong sangat baik, sehingga proses pembelajaran ini harus
dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk mencapai kompetensi.
Hasil perhitungan dari data yang diperoleh, ketuntasan klasikal kelas XI
IPS diperoleh sebesar 34%. Nilai ketuntasan tersebut masih dikatakan belum
tuntas secara klasikal karena belum mencapai ketuntasan > 85%, hal itu
membutuhkan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar tercapai
ketuntasan dan dapat mencapai kompetensi pembelajaran.
Hasil kegiatan pada siklus I diperoleh data tentang hasil belajar siswa.
Data hasil belajar yang diperoleh pada siklus I adalah ketuntasan individu dan
klasikal. Data tersebut diperoleh melalui tes belajar di akhir siklus I. Berikut ini
adalah data nilai hasil belajar siswa.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I di Kelas XI IPS Tahun
Pelajaran 2011/2012
Interval Nilai Frekuensi Persen Kriteria
≥ 80 1 3 Sangat baik
70 – 79 19 59 Baik
60 – 69 12 38 Cukup
50 – 59 0 0 Kurang
≤ 49 0 0 Sangat kurang
Jumlah 32 100
Berdasarkan Tabel 4.2 ketuntasan individu siswa yang dapat dinyatakan
tuntas sebanyak 62% siswa, karena telah mampu mencapai nilai ketuntasan siswa
> 70, sedangkan sebanyak 38% siswa belum mampu mencapai ketuntasan belajar
karena nilainya masih di bawah 70.
Jika dibandingkan dengan standar atau patokan ketuntasan individual,
maka siswa yang dianggap telah tuntas apabila mandapat nilai ketuntasan > 70.
Tabel 4.2 ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang
dilihat dari jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar ini karena diterapkan metode Inkuiri.
Hasil perhitungan dari data hasil belajar siswa kelas XI IPS pada siklus I adalah
sebesar 63%. Nilai ketuntasan tersebut masih dikatakan belum tuntas secara
klasikal karena belum mencapai ketuntasan > 85%. Hal itu membutuhkan
perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar tercapai ketuntasan dan
dapat mencapai kompetensi pembelajaran.
Hasil kegiatan pada siklus II diperoleh data tentang hasil belajar siswa.
Data hasil belajar yang diperoleh pada siklus II adalah ketuntasan individu dan
klasikal. Data tersebut diperoleh melalui tes belajar di akhir siklus II. Berikut ini
adalah data nilai hasil belajar siswa.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II di Kelas XI IPS Tahun
Pelajaran 2011/2012
Interval Nilai Frekuensi Persen Kriteria
≥ 80 14 44 Sangat baik
70 – 79 14 44 Baik
60 – 69 4 12 Cukup
50 – 59 0 0 Kurang
≤ 49 0 0 Sangat kurang
Jumlah 32 100
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang digolongkan nilai sangat
baik sebanyak 14 siswa dengan persen 44% dan siswa yang digolongkan dengan
nilai baik sebanyak 14 siswa dengan persen 44%, dan siswa yang digolongkan
dengan nilai cukup sebanyak 4 siswa dengan persen 12%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dengan
banyak siswa yang tuntas secara individu. Hanya 1 siswa saja yang tidak tuntas.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dengan menerapkan metode
Inkuiri yang dilakukan untuk mencapai ketuntasan belajar siswa. Hasil
perhitungan ketuntasan belajar siswa diperoleh data ketuntasan klasikal kelas XI
IPS adalah 88%. Nilai ketuntasan tersebut sudah dikatakan tuntas secara klasikal
karena sudah mencapai ketuntasan > 85%. Hal itu karena proses pembelajaran
siswa yang dilakukan berjalan dengan baik.
Peningkatan hasil belajar pada tahap pra tindakan, siklus I, dan siklus II
akan dipaparkan dalam tabel Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Belajar Siswa di Kelas XI IPS Tahun Pelajaran
2011/2012
Hasil Belajar Siswa
Tahapan Hasil Rata-rata Ketuntasan Individual Ketuntasan
Kelas
Tuntas Tidak Klasikal
Pra Tindakan 69,4 11 21 34%
Siklus I 74,5 20 12 63%
Siklus II 84,8 28 4 88%
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan rata-rata kelas siswa
sebelum dan setelah tindakan. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar
74,5 dan ketuntasannya 63%. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan data
awal (pra tindakan) yaitu 69,4 dengan nilai ketuntasanya 34%, kemudian
meningkat pada siklus II sebesar 84,8 dengan nilai ketuntasan 88%. Jumlah siswa
yang sudah tuntas sebelum tindakan sebesar 11 siswa kemudian pada siklus I
meningkat menjadi 20 siswa, dan pada siklus II meningkat menjadi 28 siswa.
Berdasarkan diskripsi tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
dari data awal sebelum penelitian, siklus I dan siklus II.
Pembahasan

Hasil analisis data yang diperoleh dari tahap pra tindakan menunjukkkan
nilai rata-rata kelas sebesar 69,4. Nilai ini berada pada kategori cukup. Siswa yang
sudah dianggap tuntas pada tahap pra tindakan ini baru sejumlah 11 atau 34%
siswa, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 21 atau 66% siswa. Dilihat dari
hasil belajar siswa pada tahap pra tindakan ternyata siswa masih belum optimal
dalam penguasaan materi yang telah diberikan oleh guru. Salah satu penyebab
adalah kurangnya konsentrasi siswa selama proses pembelajaran, dan metode
pembelajaran yang digunakan belum mampu meningkatkan kemampuan berfikir
dalam mencapai kompetensi pembelajaran, dalam kegiatan diskusi kelompok
kurang adanya variasi, dan juga tidak ada kegiatan diskusi yang membangun
pengetahuan siswa, sehingga di kelompok dia tidak dapat menemukan ide baru.
Pada hasil tahap pra tindakan, proses pembelajaran perlu diperbaiki
dengan menggunakan metode Inkuiri. Metode ini mengajak siswa untuk lebih
aktif dan membangun kemampuan berpikir siswa secara individual maupun
kelompok. Sehingga dengan diskusi yang membangun pengembangan
pengetahuan siswa, diharapkan pengetahuan siswa akan bertambah, dan hasil
belajarnya juga meningkat. Pada siklus I didapat hasil belajar siswa mengalami
kenaikan. Hasil penelitian pada siklus I didapat data bahwa nilai rata-rata kelas
sebesar 74,5 dengan kategori baik, hal ini menunjukkan kenaikan rata-rata kelas
dari rata-rata awal dengan nilai 69,4 menjadi 74,5. Jumlah siswa yang berhasil
mencapai tingkat ketuntasan juga bertambah dari 11 siswa menjadi 20 siswa,
sedangkan yang tidak tuntas mengalami penurunan dari 21 siswa menjadi 12
siswa.
Pada siklus I ketuntasan klasikalnya sebesar 63%. Jumlah ini telah
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan data awal yaitu 34%, hal itu
berarti ketuntasan klasikal telah meningkat sebesar 29%. Peningkatan terjadi
akibat dari penerapan metode Inkuiri. Penerapan metode tersebut dapat
menambah pengetahuan siswa pada saat berdiskusi. Kegiatan diskusi ini akan
membentuk pengetahuan siswa agar pengetahuan tersebut menjadi kompleks.
Kegiatan mengobservasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis,
menganalisis data dan membuat kesimpulan, serta mempresentasikan hasil diskusi
dapat meningkatkan pengembangan pengetahuan siswa, dan siswa menjadi lebih
aktif dalam berdiskusi, serta memberikan informasi baru kepada kelompok lain
pada saat presentasi, hal itu sejalan dengan pendapat Nurhadi, 2004: 73)
mengemukakan bahwa selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat
mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, sehingga siswa dihadapkan pada suatu
masalah, kemudian siswa dilatih untuk memecahkan masalah, membuat
keputusan dan memperoleh keterampilan. Dari teori tersebut dapat dikatakan
bahwa penerapan pembelajaran diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa
secara individual melalui proses kerja sama yang baik dalam pencapaian
kompetensi siswa, seperti yang telah dicobakan dalam penelitian ini.
Pembelajaran Inkuiri dilakukan dengan pendekatan kelompok yang
diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap
anak untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing,
sehingga terbina kesetiakawanan sosial. Anak didik dibiasakan hidup bersama,
bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan
dan kelebihan. Anak didik yang mempunyai kelebihan diharapkan dapat
membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang
mempunyai kelebihan tanpa rasa minder. Persaingan positif pun terjadi di kelas
dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal (Djamarah, 2002: 63-
64). Hal ini berarti bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan kelompok
terdapat pembelajaran antar siswa, sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.
Dengan adanya kegiatan kelompok maka siswa lebih aktif menemukan
sendiri atau bersama kelompoknya terhadap suatu permasalahan yang diberikan
guru. Pada siklus I siswa yang sebelumnya kurang aktif dalam belajar kelompok
dapat menjadi lebih aktif karena adanya pembagian tugas yang jelas untuk saling
bertukar pendapat dengan anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, apabila salah
satu anggota kelompok mengalami kesulitan, maka anggota tersebut dapat
memecahkan kesulitan itu dengan cara bertukar pendapat dengan anggota
kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, jumlah siswa yang aktif dalam proses
pembelajaran semakin meningkat. Pembelajaran Inkuiri ini selain dapat
meningkatkan keaktifan, siswa juga berlatih untuk menghargai pendapat orang
lain, hal ini juga merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki metode Inkuiri.
Dalam metode Inkuiri kecenderungan siswa menjadi lebih bermakna. Kelemahan
metode Inkuiri adalah membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan
observasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, menganalisis data dan
membuat kesimpulan, serta mempresentasikan kepada kelompok lain.
Proses pembelajaran yang menerapkan metode Inkuiri dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk berkerjasama dan belajar bersama dengan
teman sebaya. Peningkatan hasil belajar siswa masih relatif kecil karena adanya
hambatan pada siklus I. Hambatan-hambatan yang dimaksud dalam siklus ini,
antara lain, (1) siswa belum terbiasa dengan metode Inkuiri. (2) Sebagian besar
siswa tidak mempunyai buku pegangan, mereka hanya memiliki LKS saja. (3)
Dalam kegiatan mengobservasi gambar, merumuskan masalah, membuat
hipotesis, menganalisis data dan membuat kesimpulan siswa masih kesulitan,
karena hanya beberapa siswa yang aktif. Hambatan-hambatan yang terjadi pada
siklus I harus dapat diantisipasi agar hasil penelitian pada siklus II memperoleh
hasil yang lebih optimal.
Siklus II metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan
metode Inkuiri. Pada siklus II ini siswa diharapkan sudah lebih paham dengan
metode Inkuiri. Selain itu berusaha melengkapi kekurangan yang ditemui pada
siklus I. Dalam siklus II ini kegiatan mengobservasi gambar, merumuskan
masalah, membuat hipotesis, menganalisis data dan membuat kesimpulan siswa
masih kesulitan, maka guru memberikan sedikit pengarahan kembali kepada siswa
dan mengajak siswa untuk lebih semangat dan aktif dalam berdiskusi dengan
demikian pengembangan pengetahuan siswa dapat berjalan dengan baik, sehingga
mereka dapat menemukan ide-ide dari beberapa anggota kelompok.
Siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 84,8 yang dikategorikan
sangat baik. Hal ini berarti terjadi kenaikan nilai rata-rata siswa dari siklus I
dengan siklus II dari nilai rata-rata 74,5 menjadi 84,8. Pada siklus II menunjukkan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Keberhasilan ketuntasan
belajar siswa ini, meningkat dari 20 orang menjadi 28 siswa. Sedangkan siswa
yang belum tuntas mengalami penurunan dari 12 orang pada siklus I menjadi 4
siswa pada siklus II. Pada siklus II ketuntasan klasikalnya juga mengalami
peningkatan dari 63% menjadi 88%. Hal ini berarti terjadi kenaikan ketuntasan
klasikal sebesar 25%. Dari perhitungan ketuntasan klasikal yang diperoleh pada
siklus II, dapat dinyatakan sudah mencapai ketuntasan karena sudah mencapai
lebih dari 85%.
Peningkatan hasil belajar terjadi karena dengan kegiatan diskusi dengan
menggunakan metode Inkuiri, dapat menambah pengetahuan siswa. Dengan
demikian, jika salah satu anggota kelompok tidak dapat menemukan ide, maka
anggota kelompoknya mencari informasi dari buku pegangan lain atau dari
handout yang telah diberikan oleg guru supaya bisa menemukan ide baru.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan


metode Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar
menjelaskan pemanfaatan sumber daya alam secara arif. Peningkatan hasil belajar
tersebut terlihat pada perubahan hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal
pada siklus I sebesar 63% dengan nilai rata-rata 74,5 menjadi 88% dengan nilai
rata-rata 84,8 pada siklus II.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka diajukan beberapa saran yang perlu


dipertimbangkan yaitu:
1. Bagi guru geografi agar menggunakan metode Inkuiri untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis
dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran agar menggunakan metode
Inkuiri dengan subjek penelitian yang berbeda.
3. Guru harus bisa membatasi waktu untuk presentasi hasil diskusi masing-
masing kelompok.
4. Guru harus menjelaskan kepada siswa tahapan-tahapan dalam memecahkan
masalah agar siswa tidak bingung.

Daftar Rujukan

Busami. 2003. Pengajaran dengan Pendekatan Kontekstual Metodel Inkuiri untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas 1 MAN Sumenep
tahun pelajaran 2003/2004. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.
Royani, E. 2005. Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Minat
Mempelajari Geografi dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam
Kerangka Pembelajaran Konstruktivisme di SMP Negeri Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM
Sunarya, Y. Dkk. 2001. Pengembangan Medote Inkuiri dalam Pembelajaran
Kimia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dan Keterampilan
Proses Sains Siswa SMU Jurnal Pengajaran MIPA UPI,Vol.2:139-142.

Anda mungkin juga menyukai