Hasil Belajar
Hasil Belajar
Ira Daniati
Universitas Negeri Malang
Abstrak
Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi yang
dilakukan di MAN 2 Probolinggo adalah ceramah, pemberian tugas, dan kerja
kelompok. Metode yang digunakan masih kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa cenderung hanya menerima apa yang diberikan oleh
guru. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Hal itu terlihat dari hasil
belajar siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 34% dan rata-rata kelasnya
sebesar 69,4. Jumlah ketuntasan belajar siswa itu kurang dari standar ketuntasan
minimal (SKM) untuk mata pelajaran Geografi sebesar > 70 dan ketuntasan
belajar klasikalnya sebesar > 85%. Hasil belajar tersebut perlu diperbaiki dengan
menerapkan metode Inkuiri, karena metode ini mengajak siswa untuk lebih aktif
dan membangun pengetahuan siswa, sehingga dengan diskusi yang membangun
pengetahuan siswa, diharapkan pengetahuan siswa akan bertambah, dan hasil
belajarnya juga meningkat.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya untuk
mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada
bulan Oktober-Nopember 2011. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI IPS yang
berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, Teknik pengumpulan
data melalui tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan mulai dari pra tindakan ke siklus 1 dan siklus 1 ke siklus 2. Rata-rata
hasil belajar siswa pada pra tindakan sebesar 69,4 pada siklus 1 meningkat
menjadi 74,5 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 84,8. Ketuntasan belajar juga
mengalami peningkatan, pada proses pembelajaran pra tindakan sebesar 34%,
siklus 1 sebesar 63%, dan pada siklus 2 menjadi 88%.
Berdasarkan hasil tersebut, disarankan: (1) bagi guru geografi agar
menggunakan metode Inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (2) bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran agar menggunakan metode Inkuiri dengan
subjek penelitian yang berbeda. (3) guru harus bisa membatasi waktu untuk
presentasi hasil diskusi masing-masing kelompok. (4) guru harus menjelaskan
kepada siswa tahapan-tahapan dalam memecahkan masalah agar siswa tidak
bingung.
Metodologi Penelitian
Hasil analisis data yang diperoleh dari tahap pra tindakan menunjukkkan
nilai rata-rata kelas sebesar 69,4. Nilai ini berada pada kategori cukup. Siswa yang
sudah dianggap tuntas pada tahap pra tindakan ini baru sejumlah 11 atau 34%
siswa, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 21 atau 66% siswa. Dilihat dari
hasil belajar siswa pada tahap pra tindakan ternyata siswa masih belum optimal
dalam penguasaan materi yang telah diberikan oleh guru. Salah satu penyebab
adalah kurangnya konsentrasi siswa selama proses pembelajaran, dan metode
pembelajaran yang digunakan belum mampu meningkatkan kemampuan berfikir
dalam mencapai kompetensi pembelajaran, dalam kegiatan diskusi kelompok
kurang adanya variasi, dan juga tidak ada kegiatan diskusi yang membangun
pengetahuan siswa, sehingga di kelompok dia tidak dapat menemukan ide baru.
Pada hasil tahap pra tindakan, proses pembelajaran perlu diperbaiki
dengan menggunakan metode Inkuiri. Metode ini mengajak siswa untuk lebih
aktif dan membangun kemampuan berpikir siswa secara individual maupun
kelompok. Sehingga dengan diskusi yang membangun pengembangan
pengetahuan siswa, diharapkan pengetahuan siswa akan bertambah, dan hasil
belajarnya juga meningkat. Pada siklus I didapat hasil belajar siswa mengalami
kenaikan. Hasil penelitian pada siklus I didapat data bahwa nilai rata-rata kelas
sebesar 74,5 dengan kategori baik, hal ini menunjukkan kenaikan rata-rata kelas
dari rata-rata awal dengan nilai 69,4 menjadi 74,5. Jumlah siswa yang berhasil
mencapai tingkat ketuntasan juga bertambah dari 11 siswa menjadi 20 siswa,
sedangkan yang tidak tuntas mengalami penurunan dari 21 siswa menjadi 12
siswa.
Pada siklus I ketuntasan klasikalnya sebesar 63%. Jumlah ini telah
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan data awal yaitu 34%, hal itu
berarti ketuntasan klasikal telah meningkat sebesar 29%. Peningkatan terjadi
akibat dari penerapan metode Inkuiri. Penerapan metode tersebut dapat
menambah pengetahuan siswa pada saat berdiskusi. Kegiatan diskusi ini akan
membentuk pengetahuan siswa agar pengetahuan tersebut menjadi kompleks.
Kegiatan mengobservasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis,
menganalisis data dan membuat kesimpulan, serta mempresentasikan hasil diskusi
dapat meningkatkan pengembangan pengetahuan siswa, dan siswa menjadi lebih
aktif dalam berdiskusi, serta memberikan informasi baru kepada kelompok lain
pada saat presentasi, hal itu sejalan dengan pendapat Nurhadi, 2004: 73)
mengemukakan bahwa selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat
mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, sehingga siswa dihadapkan pada suatu
masalah, kemudian siswa dilatih untuk memecahkan masalah, membuat
keputusan dan memperoleh keterampilan. Dari teori tersebut dapat dikatakan
bahwa penerapan pembelajaran diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa
secara individual melalui proses kerja sama yang baik dalam pencapaian
kompetensi siswa, seperti yang telah dicobakan dalam penelitian ini.
Pembelajaran Inkuiri dilakukan dengan pendekatan kelompok yang
diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap
anak untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing,
sehingga terbina kesetiakawanan sosial. Anak didik dibiasakan hidup bersama,
bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan
dan kelebihan. Anak didik yang mempunyai kelebihan diharapkan dapat
membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang
mempunyai kelebihan tanpa rasa minder. Persaingan positif pun terjadi di kelas
dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal (Djamarah, 2002: 63-
64). Hal ini berarti bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan kelompok
terdapat pembelajaran antar siswa, sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.
Dengan adanya kegiatan kelompok maka siswa lebih aktif menemukan
sendiri atau bersama kelompoknya terhadap suatu permasalahan yang diberikan
guru. Pada siklus I siswa yang sebelumnya kurang aktif dalam belajar kelompok
dapat menjadi lebih aktif karena adanya pembagian tugas yang jelas untuk saling
bertukar pendapat dengan anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, apabila salah
satu anggota kelompok mengalami kesulitan, maka anggota tersebut dapat
memecahkan kesulitan itu dengan cara bertukar pendapat dengan anggota
kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, jumlah siswa yang aktif dalam proses
pembelajaran semakin meningkat. Pembelajaran Inkuiri ini selain dapat
meningkatkan keaktifan, siswa juga berlatih untuk menghargai pendapat orang
lain, hal ini juga merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki metode Inkuiri.
Dalam metode Inkuiri kecenderungan siswa menjadi lebih bermakna. Kelemahan
metode Inkuiri adalah membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan
observasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, menganalisis data dan
membuat kesimpulan, serta mempresentasikan kepada kelompok lain.
Proses pembelajaran yang menerapkan metode Inkuiri dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk berkerjasama dan belajar bersama dengan
teman sebaya. Peningkatan hasil belajar siswa masih relatif kecil karena adanya
hambatan pada siklus I. Hambatan-hambatan yang dimaksud dalam siklus ini,
antara lain, (1) siswa belum terbiasa dengan metode Inkuiri. (2) Sebagian besar
siswa tidak mempunyai buku pegangan, mereka hanya memiliki LKS saja. (3)
Dalam kegiatan mengobservasi gambar, merumuskan masalah, membuat
hipotesis, menganalisis data dan membuat kesimpulan siswa masih kesulitan,
karena hanya beberapa siswa yang aktif. Hambatan-hambatan yang terjadi pada
siklus I harus dapat diantisipasi agar hasil penelitian pada siklus II memperoleh
hasil yang lebih optimal.
Siklus II metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan
metode Inkuiri. Pada siklus II ini siswa diharapkan sudah lebih paham dengan
metode Inkuiri. Selain itu berusaha melengkapi kekurangan yang ditemui pada
siklus I. Dalam siklus II ini kegiatan mengobservasi gambar, merumuskan
masalah, membuat hipotesis, menganalisis data dan membuat kesimpulan siswa
masih kesulitan, maka guru memberikan sedikit pengarahan kembali kepada siswa
dan mengajak siswa untuk lebih semangat dan aktif dalam berdiskusi dengan
demikian pengembangan pengetahuan siswa dapat berjalan dengan baik, sehingga
mereka dapat menemukan ide-ide dari beberapa anggota kelompok.
Siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 84,8 yang dikategorikan
sangat baik. Hal ini berarti terjadi kenaikan nilai rata-rata siswa dari siklus I
dengan siklus II dari nilai rata-rata 74,5 menjadi 84,8. Pada siklus II menunjukkan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Keberhasilan ketuntasan
belajar siswa ini, meningkat dari 20 orang menjadi 28 siswa. Sedangkan siswa
yang belum tuntas mengalami penurunan dari 12 orang pada siklus I menjadi 4
siswa pada siklus II. Pada siklus II ketuntasan klasikalnya juga mengalami
peningkatan dari 63% menjadi 88%. Hal ini berarti terjadi kenaikan ketuntasan
klasikal sebesar 25%. Dari perhitungan ketuntasan klasikal yang diperoleh pada
siklus II, dapat dinyatakan sudah mencapai ketuntasan karena sudah mencapai
lebih dari 85%.
Peningkatan hasil belajar terjadi karena dengan kegiatan diskusi dengan
menggunakan metode Inkuiri, dapat menambah pengetahuan siswa. Dengan
demikian, jika salah satu anggota kelompok tidak dapat menemukan ide, maka
anggota kelompoknya mencari informasi dari buku pegangan lain atau dari
handout yang telah diberikan oleg guru supaya bisa menemukan ide baru.
Kesimpulan
Saran
Daftar Rujukan