Anda di halaman 1dari 38

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127
Telp.: 0751-31746 Fax: 0751-32838
Email: fk2unand@pdg.vision.net.id

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 6


BAGIAN 2 (BLOK 3.5)
SEMESTER 6

Tropical Infection and Emerging Diseases

1. PROMKES
2. Resusitasi Cairan 3
3. Darah 7

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan karena telah
selesai menyusun PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK untuk kegiatan akademik pada blok
3.5. Terdapat tiga jenis ketrampilan yang dilatihkan yakni ketrampilan komunikasi, procedural
dan laboratorium. Masing-masing ketrampilan pada blok ini akan diteruskan pada blok atau
semester berikutnya. Materi yang diberikan merupakan kompetensi yang harus dilatihkan kepada
mahasiswa sehingga secara umum mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
cukup dan memadai untuk menjadi seorang dokter. Oleh karena itu dituntut keseriusan
mahasiswa dalam berlatih dan dedikasi yang tinggi dari instruktur untuk melatih mahasiswa.

Penuntun ketrampilan klinik ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dan instruktur
dalam melakukan kegiatan ketrampilan klinik pada blok ini. Namun diharapkan juga mereka
dapat menggali lebih banyak pengetahuan dan ketrampilan melalui referensi yang
direkomendasikan. Semoga penuntun ini akan memberikan manfaat bagi mahasiswa dan
instruktur ketrampilan klinik yang terlibat.

Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan. Akhirnya kepada
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan penuntun ini, kami ucapkan
terima kasih.

Padang, Maret 2017

Penyusun

2
JADWAL KEGIATAN KK PADA BLOK 3.5

SEMESTER 6 TA. 2017/2018

JUMLAH RUANGAN
PERTEMUAN
No. KEGIATAN*
(Latihan dan ujian)

1. Promosi Kesehatan: Penyakit Tropis 2x

2. Resusitasi Cairan 3: 2x
Pemasangan Infus dan NGT

3. DARAH 6: 4x Lab.Sentral
Hitung jumlah dan jenis leukosit

DARAH 7:

4. pembuatan & pemeriksaan sediaan tebal & tipis 2x Lab.Sentral


malaria & filaria

 Rincian jadwal per minggu sesuai dengan daftar dari Bagian Akademik

3
I. KETERAMPILAN KOMUNIKASI

PROMOSI KESEHATAN DAN MEDIA PENYULUHAN

1. PENGANTAR
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik,
emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun
berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat
keputusan yang sehat.
Permasalahan berkaitan dengan perilaku yang sehat, dari penelitian-penelitian yang ada
didapatkan bahwa, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang
kesehatan, namun perilaku kesehatan masyarakat masih rendah.
Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian
secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang digunakan dalam promosi kesehatan.
Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka materi atau bahan
isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan diserap
oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan Perilaku sehat lebih mudah terwujud.
Penuntun skills lab ini berisi tentang metode, media promosi kesehatan, serta bagaimana cara
membuat media grafis promosi kesehatan, sehingga mahasiswa mampu membuat media sesuai
dengan kearifan lokal. Diharapkan agar mahasiswa mempunyai peran memberikan informasi dan
pelajaran ketrampilan promosi kesehatan
a. Waktu dan Lokasi
Waktu : 2 x 50 menit dalam 3 pertemuan
Lokasi : ruang skills-lab
b. Prasyarat
Sudah mendapat tentang :
 Pengetahuan komunikasi
 Pengetahuan tentang penyakit tropis di masyarakat
c. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan membuat salah satu media sesuai dengan kearifan local,
metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, mudah diterima, dicerna
dan diserap oleh sasaran.
d. Penilaian
Penilaian berdasarkan proses dan hasil penugasan. Proses meliputi intensitas dan
kreativitas mahasiswa selama diskusi dan penyajian. Penugasan berupa leaflet atau poster

4
2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Tujuan umum:
Mahasiswa mampu memahami promosi kesehatan, dan media yang tepat dalam promosi
kesehatan.
Tujuan khusus:
Kegiatan ini merupakan kegiatan individual yang diawali dengan diskusi kelompok, agar
Mahasiswa mampu dan dapat memahami;
 Definisi dan pengertian promosi kesehatan
 Media yang diperlukan dalam promosi kesehatan.
 Membuat salah satu media promosi kesehatan
 Mempresentasikan kegiatan promosi kesehatan

3. STRATEGI PEMBELAJARAN:
 Responsi
 Pembuatan media promosi

4. TEORI YANG TERKAIT

Konsep dari promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam
mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan
merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986). Promosi Kesehatan merupakan
program yang dirancang untuk memberikan perubahan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan
lingkungan.

Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada,


menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera
strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri, yaitu:
1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan
2. Lingkungan yang Mendukung
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan
4. Keterampilan Individu
5. Gerakan Masyarakat
Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang pengaruhi status kesehatan (Blum) Upaya
intervensi perilaku dalam 2 bentuk. Pertama berupa; Tekanan (enforcement) contohnya, dalam
bentuk peraturan, tekanan dan sanksi. Perubahan perilaku akan cepat tapi tidak langgeng. Kedua,
berupa Edukasi (education), contohnya melalui persuasi, himbauan, ajakan, kesadaran dll. Perubahan
perilaku diperlukan waktu yang lama tapi dapat langgeng.

Dimensi Intervensi Perilaku meliputi:


• Perubahan Perilaku
Perubahan dari perilaku yang tidak kondusif ke yang kondusif bagi kesehatan
• Pembinaan Perilaku

5
Mempertahankan perilaku sehat
• Pengembangan Perilaku
Membiasakan hidup sehat bagi anak-anak

Tujuan Intervensi Perilaku antara lain:


1. Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan
Contoh : mengurangi kebiasaan merokok
2. Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan
Contoh : mencegah meningkatnya perilaku ‘seks bebas’
3. Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan
Contoh: mendorong kebiasaan olah raga
4. Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan
Contoh : mencegah menurunnya perilaku makan kaya serat

MEDIA PROMOSI KESEHATAN

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar
komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang
harus diperhatikan, yaitu : Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan Ide
atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan : dapat
menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir dan dapat memperjelas apa yang
diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap, apa yang diterangkan akan lebih lama diingat,
terutama hal-hal yang mengesankan, dapat menarik serta memusatkan perhatian, dapat memberi
dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :


a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah
dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
- Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
- Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol
- pengawet, dll
- Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll

6
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan.
Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli
yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam
bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.


 Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan
dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang
misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain.
Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.

Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan


pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang
mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat
mendorong untuk bertindak.

 Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi
tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau
disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD,
pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri
dengan perbanyakan sederhana seperti di fotokopi.

d. Gambar Optik. seperti foto, slide, film, dll


 Foto
Sebagai bahan untuk alat peraga, foto digunakan dalam bentuk :
- Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu
cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa
dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di
diskusikan. Misalnya album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk
merubah kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat
pengakuan resmi dari Bupati.

7
- Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan
dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian.
Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll

 Slide
Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup
efektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali, dibahas lebih
mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini
lebih “trendi” dibanding dengan gambar, leaflet, dan sebagainya.

 Film
Film merupakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan
yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal.

MEDIA GRAFIS / GAMBAR

Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian visual
(menekankan persepsi indera penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Dalam media grafis
tidak termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis misalnya Poster, Leaflet,
Reklame, billboard, Spanduk, dll

1. PESAN DALAM MEDIA


Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk
khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Command attention
Kembangkan suatu idea atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu
pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khalayak sasaran dan
mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.

b. Clarify the message


Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan
informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media
diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.

c. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah masyarakat
percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare, dan untuk itu harus
dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat didekat tempat tinggalnya.

8
d. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi
membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana
anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya

e. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun
secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.

f. Cater to the heart and head


Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif
tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-
nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.

g. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khalayak sasaran untuk bertindak
sesuatu. “ Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat” adalah contoh ungkapan
yang memotivasi kearah suatu tindakan.

2. HIMBAUAN DALAM PESAN

Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, atau pesan itu untuk
menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.

a. Himbauan Rasional
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasiona.
Contoh pesan “Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak Anda. Imunisasi
melindungi anak dari penyakit berbahaya” para ibu mengerti pesan itu, namun kadang
tidak bertindak karena keraguan.

b. Himbauan Emosional
Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih didasarkan pada emosi daripada
hasil pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukan bahwa pesan dengan menggunakan
imbauan emosional sering lebih berhasil dibanding dengan imbauan dengan bahasa
rasional. Contoh: “Diare penyakit berbahaya, merupakan penyebab kematian bayi.
Cegahlah dengan stop BAB Sembarangan” Kombinasikan dalam poster hubungan
gagasan dengan unsur visual dan non verbal, misal dengan gambar anak balita sakit,
kemudian tertera pesan “Lindungi anak Anda”:

9
c. Himbauan Ketakutan
Penggunaan imbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan harus digunakan secara
berhati-hati. Ada sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut
dengan imbauan semacam ini, tetapi sebaliknya kelompok orang yang memiliki tingkat
kecemasan tinggi, pesan semacam ini akan lebih efektif.

d. Himbauan Ganjaran
Pesan dengan imbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan
diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini dirasa cukup masuk akal, karena
pada kenyataannya orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan
memperoleh imbalan (terutama materi) yang cukup.

e. Himbauan Motivasional
Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbauan motivasi yang menyentuh kondisi
internal diri si penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan
biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seperti
kasih sayang, keagamaan, prestasi, dll

3. BEBERAPA MEDIA GRAFIS

Media grafis adalah penyajian visual dua dimensi, yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip
rancangan gambar, dan sangat bermanfaat dan efektif sebagai media penyampai pesan.

3.1. POSTER

Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengan tujuan untuk mempengaruhi
sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi agar seseorang bertindak akan sesuatu
hal. Poster tidak dapat memberi pelajaran dengan sendirinya, karena keterbatasan kata-kata.
Poster lebih cocok kalau diperuntukkan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah
disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster bertujuan untuk mengingat
kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh komunikator.

Dari isi pesan, poster dapat disebut sebagai Tematik poster, Tractical poster dan Practical
poster. Tematik poster yaitu poster yang menerangkan apa dan mengapa, Tractical poster
menjawab kapan dan dimana, sedangkan Practical poster menerangkan siapa, untuk siapa, apa,
mengapa dan dimana.

APA SYARAT-SYARAT YANG PERLU DIPERHATIKAN ?

10
 Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar warna yang,
mencolok
 Dapat dibaca (eye catcher) orang yang lewat
 Kata-kata tidak lebih dari 7 kata
 Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian
 Dapat dibaca dari jarak 6 meter
 Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor IRI, BANGGA, dll
 Ukuran yang besar (50X70) cm, kecil (35X50) cm

DIMANA TEMPAT PEMASANGAN POSTER?


 Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering berkumpul, seperti
pemberhentian bus, dekat pasar, dekat toko/warung,
 Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan sebagainya

APA KEGUNAAN POSTER ?


 Memberikan peringatan, misalnya tentang peringatan untuk selalu mencuci tangan
dengan sabun setelah berak dan sebelum makan
 Memberikan informasi, misalnya tentang pengolahan air di rumah tangga
 Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan mentah dan buah-buahan
dengan air bersih sebelum di makan
 Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar
 Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang dampak dari BAB di
jamban

APA KEUNTUNGAN POSTER?


 Mudah dibuat
 Singkat waktu dalam pembuatanya
 Murah
 Dapat menggapai orang banyak
 Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi
 Bisa dibawa kemana-mana
 Banyak variasi

BAGAIMANA CARA MEMBUAT POSTER?


 Pilih subyek yang akan dijadikan topik, misal kesehatan lingkungan, sanitai, PHBS,dll
 Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal keluarga yang menggunakan jamban untuk BAB
 Gambarkan pesan tersebut dalam gambar, buat sketsa
 Pesan dibuat menyolok, singkat, cukup besar, dan dapat dilihat pada jarak 6 meter. Contoh pesan
misalnya : Stop buang air besar sembarangan
 Buat dalam warna yang kontras sehingga jelas terbaca. Kombinasi warna yang tidak bertabrakan
adalah : biru tua-merah; hitam-kuning; merah-kuning; biru tua-biru muda.
 Hindarkan embel-embel yang tidak perlu
 Gambar dapat sederhana
 Perhatikan jarak huruf, bentuk dan ukuran

11
 Test/uji poster pada teman, apa poster bisa mencapai maksudnya atau tidak.

HAL-HAL APA YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENDESAIN POSTER?


Poster secara umum terdiri atas beberapa bagian, yaitu: (i) Head line (judul), (ii) Sub head line
(sub judul), (iii) Body copy/copy writing dan (iv) Logo dan indentitas.
Head line, harus dapat dibaca jelas dari jarak 6 meter, mudah dimengerti, mudah diingat dan
mudah. Body copy harus menjelaskan head line, melengkapi head line dan menerangkan secara
singkat.
Dalam membuat poster juga perlu adanya ilustrasi. Ilustrasi ini harus atraktif berhubungan
dengan warna, bentuk, format dan jenis gambar. Ilustrasi harus berhubungan erat dengan head
line, dan terpadu dengan penampilan secara keseluruhan.
Warna merupakan salah satu unsur grafis. Pengertian warna bisa meliputi warna simbolik atau
rasa kejiwaan. Warna dapat dibagi menjadi 3 kelompok menurut jenisnya:
 Warna primer : merah, kuning, biru
 Warna sekunder : hijau, kuning lembayung
 Warna tersier : coklat kemerahan, coklat kekuningan, coklat kebiruan

Warna sebagai simbol mempunyai arti tersendiri :


 Merah : berani
 Putih : suci
 Kuning : kebesaran
 Hitam : abadi
 Hijau : harapan
 Merah muda : cemburu

Mengenal rasa warna, dapat diartikan sebagai berikut:


 Merah : warna panas
 Biru : warna dingin
 Hijau muda : warna sejuk

3.2. PAPAN PENGUMUMAN


Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90cm x 120 cm, biasa dipasang
di dinding atau tempat tertentu seperti Balai desa, posyandu, mesjid, puskesmas, sekolah, dan
lain lain. Pada papan tersebut ditempelkan gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik
tertentu.
APA BAHAN YANG DIPERLUKAN
 Plywood ukuran 90 cm X 120 cm
 Kertas berwarna
 Gunting
 Paku payung

12
 Huruf-huruf atau tulisan
 Koleksi gambar-gambar dalam segala ukuran

BAGAIMANA CARA MEMBUAT PAPAN PENGUMUMAN


 Ambil plywood
 Warnai bila diperlukan
 Beri bingkai pada sekeliling papan
 Tempatkan atau dipaku didinding gedung, atau tempat yang memungkinkan
 Tempatkan pada tempat atau lokasi yang mudah dilihat
 Tuliskan judul yang menarik

BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN PAPAN PENGUMUMAN


 Tentukan jangka waktu pemasangan, sehingga tidak membosankan, misal cukup selama
1-2 minggu.
 Gunakan pada peristiwa-peristiwa tertentu saja, misal pada waktu pertemuan besar, hari
libur
 Cari sumber untuk melengkapi displai, misal dari perpustakaan, kantor humas, dan lain-
lain.

APA KEUNTUNGAN PAPAN PENGUMUMAN


 Dapat dikerjakan dengan mudah
 Merangsang perhatian orang
 Menghemat waktu dan membiarkan pembaca untuk belajar masalah yang ada
 Merangsang partisipasi
 Sebagai review/reminder terhadap bahan yang pernah diajarkan.

3.3. LEAFLET

Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak
tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya
20 x 30 cm, berisi tulisan 200 – 400 kata. Isi harus bisa ditangkap dengan sekali baca. Misal
leaflet tentang diare untuk orang-orang yang tinggal di bantaran sungai dan buang air besar
sembarangan.

APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMBUAT LEAFLET


 Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai
 Tuliskan apa tujuannya
 Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet
 Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan
 Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana bentuk
tulisan gambar serta tata letaknya
 Buatkan konsepnya

13
 Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hamper sama dengan
kelompok sasaran
 Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi

UNTUK APA PENGGUNAAN LEAFLET


 Untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasikan
 Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan
 Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak

APA KEUNTUNGAN LEAFLET


 Dapat disimpan lama
 Sebagai refensi
 Jangkauan dapat jauh
 Membantu media lain
 Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi
5. TEKNIS UNTUK PELAKSANAAN MAHASISWA
a. Tentukan topik dan audiens yang menjadi tujuan dari promosi kesehatan yang akan
dibuat.
- Audiens: balita, anak sekolah, remaja, masyarakat luas, kader, petugas kesehatan, dan
sebagainya (pilih satu diantaranya)

- Buatlah salah satu media alat bantu promosi kesehatan Leaflet ataupun poster untuk
topik dibawah ini:
a. Pencegahan Penularan Malaria
b. Pencegahan penyebaran filariasis
c. DHF/ Demam berdarah
d. PUSKESMAS
e. Posyandu
f. ....dst (terkait dengan blok Pengelolaan Penyakit tropis)

b.Hasil kerja dipresentasi di depan kelompok masing-masing

a. Anggota kelompok lainnya berperan sebagi audiens dan mengajukan pertanyaan sesuai
dengan topik promosi kesehatan.

b. Anggota kelompok memberikan tanggapan, pertanyaan, kritikan dan sebagainya untuk


terhadap poster/leaflet yang disajikan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

 Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi


Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008

14
 Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
 Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta 2004

15
DAFTAR TILIK PENILAIAN
PROMOSI KESEHATAN DAN MEDIA PENYULUHAN
KETRAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 TROPICAL INFECTION AND EMERGING DISESASES
SEMESTER 6 TA.207/2018
NAMA :
NO.BP :
KELOMPOK :
SKOR
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2 3
Presentasi
1 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri
2 Memberikan pengantar penyuluhan
3 Menjelaskan isi penyuluhan dengan cara menarik
4 Bahasa yang digunakan mudah dimengerti
5 Memberikan jawaban dengan baik terhadap pertanyaan dari
audiens
6 Melakukan penutupan
Media Promosi
7 Menarik
8 Mudah dimengerti
9 Sesuai dengan aturan pembuatan leaflet atau poster
10 Pesan dan menjawab 5 W + 1 H
11. Inovatif
12 Kreatif
TOTAL

Keterangan,:
0. = Tidak dilakukan
1. = Dilakukan dengan perlu perbaikan
2. = Dilakukan dengan sempurna
3. = Dilakukan dengan tambahan inovatif & kreatif

Nilai = Total Score x 100


36

Padang, ...............................
Instruktur,

(.......................................................)

16
DARAH 7: KETERAMPILAN LABORATORIUM
PEMBUATAN SEDIAAN DARAH MALARIA & MIKROFILARIA

1. PENGANTAR:

Pembuatan sediaan darah malaria & mikrofilaria pada kaca objek berguna untuk menemukan
parasit malaria & mikrofilaria pada sediaan darah seorang pasien.

a. Tujuan/manfaat dari skills :


- Mahasiswa mampu membuat sediaan darah malaria (tebal dan tipis)
- Mahasiswa mampu membuat sediaan darah mikrofilaria
- Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil
b. Kaitan dengan blok/skills sebelum dan sesudahnya
- Pembuatan sediaan ini berhubungan dengan blok Imunologi dan Infeksi dan blok
Pengelolaan Penyakit tropis
c. Waktu yang dibutuhkan
- dua kali pertemuan
d. Lokasi/tempat latihan: di Laboratorium sentral

2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu membuat sediaan darah malaria & mikrofilaria yang baik dan
menginterpretasinya

3. STRATEGI PEMBELAJARAN:
- Latihan pembuatan dan penilaian sediaan darah tebal malaria & mikrofilaria dibawah
pengawasan instruktur
- Mencoba membuat sendiri dengan ambil darah teman, dilanjutkan spesimen darah yang
disediakan
- Responsi

4. PRASYARAT:
- Mengetahui morfologi sel darah merah dan sel darah putih
- Mengetahui morfologi parasit malaria
- Mengetahui morfologi parasit microfilaria

17
5. TEORI
Parasit-parasit yang dapat dideteksi dari dalam darah adalah Parasit malaria, Mikrofilaria,
Trypanosoma dan Leishmania.
Beberapa parasit (mikrofilaria dan trypanosoma) dapat dideteksi dalam darah segar dari
bentuk dan pergerakannya yang khas. Tetapi identifikasi spesifik dari organisme ini
membutuhkan pulasan permanen. Dianjurkan membuat dua sediaan darah.
Pemeriksaan parasit darah biasanya dilakukan dari sediaan apusan darah tebal dan tipis pada
kaca objek. Dengan pemeriksaan darah tebal jumlah darah yang diperiksa lebih banyak, sehingga
pada infeksi ringan kemungkinan menemukan parasit lebih besar. Sedangkan dengan
pemeriksaan darah tipis digunakan untuk menentukan spesies parasit dengan melihat
morfologinya yang khas.
Untuk pemeriksaan parasit malaria, sediaan darah harus dipulas dengan cara Romanowsky,
misalnya dengan pulasan Giemsa, Wright, Kiewit de Jonge atau Leishman. Yang sering
digunakan adalah pulasan Giemsa. W.B. Romanowsky mendapatkan cara pulasan ini dalam
tahun 1881 dengan menggunakan larutan biru metilen yang dicampur dengan larutan eosin.
Interpretasi dari hasil pewarnaan/pulasan dengan campuran itu ialah : sel darah
berwarna merah muda, inti sel darah putih menjadi lembayung tua, protoplasma parasit
malaria menjadi biru dan butir kromatin parasit menjadi merah-karmin.
Akhir-akhir ini ternyata bahwa hasil pulasan itu tidak disebabkan karena campuran biru
metilen dan eosin, melainkan karena campuran eosin dan azur metilen yang merupakan hasil
oksidasi biru metilen.
Hasil pulasan ini dipengaruhi oleh pH buffer yang dipakai untuk pemeriksaan parasit, pH
buffer sebaiknya ± 7,2 dan untuk pemeriksaan hematologi sebaiknya ±6,8

KRITERIA SEDIAAN DARAH YANG BAIK

Sediaan tebal :

a. Sebelum diwarnai : sediaan berbentuk bundar dengan ketebalan sedemikian rupa sehngga
tulisan dibawahnya dapat dibaca
b. Sesudah diwarnai dengan Giemsa :
 Dasar sediaan berwarna merah muda/pucat
 Inti sel leukosit berwarna ungu tua
 Granula eosinofil merah muda
 Inti parasit berwarna merah
 Parasit tampak sebagai bintik-bintik merah berbentuk seperti koma, tanda seru

18
Sediaan darah tipis
c. Sebelum diwarnai : sediaan makin ke ujung makin tipis dan berbentuk seperti lidah dan
tidak ada rongga-rongga.
d. Sesudah diwarnai dengan Giemsa :
 Eritrosit berwarna merah pucat
 Leukosit : Inti ungu, sitoplasma purple pucat
 Granula eosinofil merah muda
 Parasit : di dalam eritrosit
 Inti merah
 Sitoplasma biru telur itik
SEDIAAN DARAH TIPIS

KEUNTUNGAN/KEBAIKAN KEBURUKAN/KELEMAHAN

1. Morfologis parasit dapat dilihat 1. Darah yang diperiksa lebih sedikit,


dengan jelas, sehingga diagnosa lebih sehingga pada infeksi ringan sukar
mudah menemukan parasitnya

2. Perubahan pada eritrosit mudah dilihat


dengan jelas

SEDIAAN DARAH TEBAL

1. Darah yang dapat diperiksa lebih 1. Morfologi parasit mengalami


banyak daripada sediaan darah tipis perubahan sehingga sukar menentukan
spesiesnya

2. Jumlah parasitnya kira-kira 20 x lebih 2. Karena darah sudah dihemolisir maka


banyak dalam satu lapangan pandang, perubahan pada eritrosit tidak dapat
sehingga pada infeksi ringan lebih diketahui
mudah menemukan parasitnya

3. Lebih mudah dipakai untuk hitung


parasit

Kesalahan pemula yg mungkin timbul :


 Sediaan tidak tersebar dengan baik
 Sediaan terlalu tebal
 Kaca objek berlubang
 Giemsa menumpuk atau pewarna tidak baik

19
 Tidak terjadi hemolisis, selanjutnya eritrosit masih ada

6. PROSEDUR KERJA

PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH MALARIA


A. PEMBUATAN SEDIAAN DARAH TIPIS DAN DARAH TEBAL
i. Bahan dan alat :
Sarung tangan (handschoen), masker
Object glass, rak pewarnaan, lanset, kapas alkohol, metanol, Giemsa stok, larutan
buffer pH 7,2, air kran, pipet tetes.
ii. Prosedur :
1. Pasang sarung tangan dan masker sebagai alat perlindungan diri sebelum
bekerja
2. Bersihkan ujung jari tengah (untuk bayi tumit, cuping telinga) dengan kapas
alkohol. Biarkan kering
3. Tusuk ujung jari dengan lanset darah yang steril. Hapus tetesan pertama
dengan kapas kering.
4. Tetesan selanjutnya tampung dengan sebuah kaca benda bersih dan kering
serta tidak berminyak.
5. Dengan bantuan kaca benda lain buat sediaan apus tipis sedemikian rupa
sehingga diperoleh sediaan yang tipis dengan ujung seperti ujung lidah.
Biarkan kering.
6. Dengan kaca objek lain tampung tetesan darah untuk sediaan darah tebal.
Buat sekurang-kurangnya dua tetesan dan lebarkan dengan sudut kaca lain.
Biarkan kering.

20
CDC Web Search at http://www.cdc.gov/search.htm

B. PEMULASAN SEDIAAN DARAH


BAHAN-BAHAN YANG DIPERLUKAN
1. Sediaan darah tipis dan tebal
2. Larutan Giemsa yang sudah diencerkan
dengan larutan buffer pH 7,2(larutan
Giemsa harus disiapkan tiap hari)
3. Metil alohol
4. Air

21
CARA KERJA :
1. Sediaan darah tipis difiksasi dengan metil-alkohol ± ½ menit.

2. Sediaan darah tebal dihemolisir dengan air sampai pucat, biarkan kering.

3. Tuangkan larutan Giemsa yang sudah


diencerkan dengan larutan buffer pH 7,2
( 1 ml larutan Giemsa stok + 14 ml
larutan buffer) ke atas masing-masing
sediaan yang diletakkan diatas rak
secara horizontal.
4. Diamkan selama ± 15 – 30 menit

5. Cuci dengan air mengalir. Larutan Giemsa


tidak boleh dituang lebih dulu, tetapi
larutan tersebut harus dihanyutkan dengan
air. Bila tidak, maka endapan yang
terdapat dalam larutan itu mungkin
melekat pada sediaan sehingga
menyukarkan pemeriksaan.

22
6. Keringkan. Untuk ini sandarkan sediaan pada buku tebal atau barang lain sehingga
air dapat turun.
Hasil:

7. Periksa dibawah miroskop pembesaran okuler 100x dengan oli imersi diteteskan
keatas sediaan. Hasil boleh dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit sedikitnya
dalam 100 lapangan pandang.

MEMBUAT DAN MEMULAS SEDIAAN DARAH MIKROFILARIA

Buatlah sediaan darah tebal pada waktu malam hari sekitar jam 22.00 (20.00-24.00)
Banyaknya darah kira-kira 20 m3 dan lebarkan tetesan darah sebesar diameter 1,5 cm dan
keringkan.

A. PEMBUATAN SEDIAAN DARAH MIKROFILARIA


1. Bersihkan ujung jari tengah (untuk bayi tumit, cuping telinga) dengan kapas
alkohol. Biarkan kering
2. Tusuk ujung jari dengan lanset darah yang steril. Hapus tetesan pertama dengan
kapas kering. Tetesan berikutnya ditampung kedalam tabung mikropipet
3. Tuangkan isi mikropipet keatas sebuah kaca objek sambil memutar berkali-kali
melingkar membentuk sebuah elips sebesar ¾ kaca objek sampai darah didalam
tabung habis. Sehingga terbentuk apusan darah tebal (lihat gambar)
4. Biarkan kering di udara

23
B. PEMULASAN SEDIAAN DARAH
1. Hemolisis sediaan darah dengan air sampai warna merah hilang
2. Keringkan
3. Fiksasi dengan metilalkohol 1-2 menit
4. Pulas dengan larutan Giemsa selam 15 menit
5. Cuci dengan air pipa sampai warna kelebihan hilang (hati-hati jangan sampai
darah tebal terlepas)
6. Keringkan dan periksa dibawah miroskop

24
Gambar tahapan pembuatan sediaan mikrofilaria

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadidjaja P. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran.Balai Penerbit


FKUI.Jakarta.1990
2. Sandjaja B. Protozoologi Kedokteran Buku 1.Prestasi Pustaka Publisher.Jakarta.2007
3. Ismid IS, Winita R, Sutanto I,dkk Penuntun Praktikum Parasitologi
Kedokteran.FKUI.Jakarta.2000
4. Harijanto PN. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
penanganan.EGC.2000
5. Microscopic Procedures for Diagnosing Malaria CDC Web Search at
http://www.cdc.gov/search.htm 02/21/1997
6. Natadisastra D, Agoes R. parasitologi Kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. EGC. Jakarta.2010

25
DAFTAR TILIK PENILAIAN
PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH MALARIA DAN MIKROFILARIA
KETRAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 TROPICAL INFECTION AND EMERGING DISESASES
SEMESTER 6 TA. 2017/2018

Nama Mahasiswa : .........................................


No.BP : ..........................................
Kelompok : ..........................................

No ASPEK PENILAIAN SKOR


0 1 2
1. Menerangkan pada pasien tujuan, prosedur dan waktu pengambilan
2. Melakukan persiapan alat dengan benar
PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH MALARIA
A. PEMBUATAN SEDIAAN DARAH TIPIS DAN TEBAL :
3. Membersihkan ujung jari tengah dengan kapas alkohol, dibiarkan
kering.
4. Menusuk ujung jari dengan lanset darah yang steril dan menghapus
tetesan pertama dengan kapas kering
5. Membuat sedian apus tipis dengan benar
6. Membuat sediaan darah tebal dengan benar
B.PEMULASAN SEDIAAN DARAH
7. Melakukan fiksasi sediaan darah tipis dengan metil-alkohol ± ½
menit
8. Melakukan hemolisasi sediaan darah tebal dengan air sampai pucat,
biarkan kering.
9. Menuangkan larutan Giemsa ke atas masing-masing sediaan yang
diletakkan diatas rak secara horizontal dan didiamkan selama ± 15 –
30 menit
10. Mencuci dengan air pipa dari botol plastik, dibiarkan kering
11. Melakukan pemeriksaan dibawah mikroskop
12. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH MIKROFILARIA
A.PEMBUATAN SEDIAAN DARAH MIKROFILARIA

26
13. Membersihkan ujung jari tengah dengan kapas alkohol, dibiarkan
kering
14. Menusuk ujung jari dengan lanset darah yang steril, meghapus
tetesan pertama dengan kapas kering.
15. Membuat sediaan apus darah tebal
B.PEMULASAN SEDIAAN DARAH
16. Melakukan hemolisa sediaan darah dengan air sampai warna merah
hilang, dibiarkan kering
17. Melakukan Fiksasi dengan metilalkohol 1-2 menit
18. Memulas dengan larutan Giemsa selam 15 menit
19. Mencuci dengan air pipa sampai warna kelebihan hilang,
dikeringkan
20. Melakukan pemeriksaan dibawah mikroskop
21. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan perlu perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian : Jumlah Skor x 100 =

42

Padang, ..............................

Instruktur

(…………………………..)

27
Cairan 3 : VENA PUNCTURE (Pemasangan Infus)

PENGANTAR

Pemasangan kateter intravena (iv line catheter) adalah menempatkan cairan steril melalui
jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium,
kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat. Pemasangan kateter intravena digunakan
untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok,
untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau
glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk memberikan medikasi.

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan persiapan alat dan bahan dan melakukan pemasangan iv
line catheter.

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat dan bahan untuk pemasangan kateter intravena
2. Mahasiswa mampu menentukan ukuran kateter intravena yang digunakan
3. Mahasiswa mampu menentukan lokasi insersi atau penusukan kateter intravena pada
ekstremitas atas
4. Mahasiswa mengetahui persiapan psikologis pasien yang akan dilakukan pemasangan
kateter intravena
5. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter intravena
6. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari pemasangan kateter intravena
Strategi Pembelajaran :

1. Responsi
2. Mengenalkan alat dan bahan untuk pemasangan kateter intravena, mengenalkan warna
dan ukuran kateter intravena, dan mengenalkan lokasi penusukan kateter intravena pada
ekstremitas atas
3. Berlatih melakukan pemasangan kateter intravena
4. Tugas kelompok di rumah (menjelaskan tentang komplikasi pemasangan kateter
intravena)
Intravena Line Catheter

Alat dan Bahan


Dalam melakukan pemasangan infus dibutuhkan alat dan bahan yang sebelumnya harus
dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu :
1. Sarung tangan nonsteril.
2. Kateter plastik yang menyelubungi jarum (jarum infus).
3. Larutan IV untuk cairan.
4. Papan lengan (pilihan).
28
5. Slang infus.
6. Tiang IV (yang diletakkan di tempat tidur atau berdiri sendiri dengan roda)
atau pompa IV.
7. Paket atau perlengkapan pemasangan IV, termasuk torniket (atau manset
tekanan darah); plester-dengan lebar 2,5 cm (atau lebar plester 5 cm), kapas alkohol (atau
antiseptik yang telah direkomendasikan oleh institusi, seperti povidone); balutan kasa
berukuran 5x5 cm; plester perekat ; label perekat.
8. Gunting dan sabun (opsional).
9. Handuk atau penglindung linen

Ukuran Kateter Intravena

Untuk pemilihan kateter intravena, pilihlah alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil
yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar.

Pemilihan Akses Vena

29
An
atomi
Pembuluh darah yaitu arteri dan vena terdiri dari beberapa lapisan,masing-masing dengan
struktur dan fungsi khusus :
1. Tunika intima
Merupakan lapisan paling dalam dan berkontak langsung dengan aliran vena. Lapisan ini
dibentuk oleh lapisan tunggal sel-sel endotel yang menyediakan permukaan yang licin dan
bersifat nontrombogenik. Pada lapisan ini terdapat katup, tonjolan semilunar, yang membantu
mencegah refluks darah. Kerusakan lapisan ini dapat terjadi akibat kanulasi traumatik, iritasi
oleh alat yang kaku atau besar, serta cairan infus dan partikel yang bersifat iritan.
2. Tunika media
Merupakan lapisan tengah, terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serabut muskular dan
elastis. Jaringan ikat ini memungkinkan vena mentoleransi perubahan tekanan dan aliran
dengan menyediakan rekoil elastis dan kontraksi muskular.
3. Tunika adventisia
Merupakan lapisan terluar, terdiri dari serabut elastis longitudinal dan jaringan ikat longgar

Vena perifer atau superfisial terletak di dalam fasia subkutan dan merupakan akses paling
mudah untuk terapi intravena.
1. Metakarpal → Titik mulai yang baik untuk kanulasi intravena.
2. Sefalika → Berasal dari bagian radial lengan. Sefalika aksesorius dimulai pada pleksus
belakang lengan depan atau jaringan vena dorsalis.
3. Basilika → Dimulai dari bagian ulnar jaringan vena dorsalis, meluas ke permukaan anterior
lengan tepat di bawah siku di mana bertemu vena mediana kubiti.
4. Sefalika mediana → Timbul dari fossa antekubiti.
5. Basilika mediana → Timbul dari fossa antekubiti, lebih besar dan kurang berliku-liku
daripada sefalika.

30
6. Anterbrakial mediana → Timbul dari pleksus vena pada telapak tangan, meluas ke arah atas
sisi ulnar dari lengan depan

Lokasi Insersi pada Vena Ekstremitas Atas


Pemilihan
Adapun pemilihan vena untuk tempat insersi dilakukan sebelum
melakukan pemasangan infus berbeda-beda :
1. Pada orang dewasa pemasangan kanula lebih baik pada tungkai atas dan pada tungkai bawah
1. Vena tangan paling sering digunakan untuk terapi IV yang rutin.
2. Vena depan, periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan dibuat.
3. Vena lengan atas, juga digunakan untuk terapi IV.
4. Vena ekstremitas bawah, digunakan hanya menurut kebijaksanaan institusi.
5. Vena kepala, digunakan sesual kebijaksanaan institusi, sering dipilih pada bayi dan anak.

Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sisi Penusukan Vena


Pemilihan tempat insersi untuk penusukan vena juga harus teliti karena ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan tempat insersi yang bisa menyebabkan terjadinya komplikasi.
1. Umur pasien; misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan
mempengaruhi berapa lama IV perifer berakhir.
2. Prosedur yang diantisipasi; misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau
mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruhi apapun.
3. Aktivitas pasien; misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak dan perubahan tingkat kesadaran.
4. Jenis IV: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-tempat
yang optimus (mis: hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer).
5. Terapi IV sebelumnya; flebitis sebelumnya membuat vena tidak baik untuk digunakan:
Kemoterapi membuat vena menjadi buruk (mudah pecah ata sklerosis).
6. Sakit sebelumnya; misalnya jangan digunakan ekstrimitas yang sakit pada pasien stroke.
7. Kesukaan pasien; jika mungkin pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah kiri atau
kanan.
8. Torniquet; gunakan 4 sampal 6 inci diatas sisi pungsi yang diinginkan.
9. Membentuk genggaman; minta pasien membuka dan menutup genggaman berulang-ulang.
10. Posisi tergantung; gantung lengan pada posisi menggantung (misalnya dibawah batas
jantung).

Persiapan Psikologis Pada pasien


Kondisi pasien perlu diperhatikan sebelum dilakukannya pemasangan infus, sebaiknya
lakukan komunikasi dan persiapan yang baik sebelum pemasangan guna agar pasien tidak cemas
saat dilakukan pemasangan infus,
adapun persiapan psikologis pada pasien :
a. Jelaskan prosedur sebelum melakukan dan berikan penyuluhan jika diperlukan.
b. Berikan instruksi tentang perawatan dan keamanan IV.
c. Gunakan terapi bermain untuk anak kecil.
d. Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan atau masalah.

31
Pemasangan infus
Pelaksanaan dalam pemasangan infus harus dilaksanakan sebaik-baiknya guna menghindari
terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan. Berikut cara umum dalam pemasangan infus:
1. Persiapkan alat dan bahan seperti tiga buah potongan plester sepanjang 2,5 cm. Belah dua
salah satu plester sampai ke bagian tengah, jarum atau kateter, kapas alkohol atau antiseptik.
2. Sambungkan cairan infus dengan infus set terlebih dahulu dan periksa tidak ada udara pada
infus set.
3. Pasang torniket pada daerah proksimal vena yang akan dikaterisasi 60-80 mmHg.
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
5. Pilih vena yang akan dilakukan pemasangan, untuk anak-anak lakukan teknik transiluminasi
untuk mendapatkan vena.
6. Dengan kapas alkohol atau antiseptik yang tepat, bersihkan tempat insersi dan biarkan hingga
mengering.
7. Dorong pasien untuk tarik nafas dalam agar pasien relaksasi dan nyaman.
8. Masukkan kateter ke vena sejajar dengan bagian terlurus vena, tusuk kulit dengan sudut 30-45
derajat, setelah keluar darah pada ujung kateter, tarik sedikit jarum pada kateter, dorong
kateter sampai ujung, dan ditekan ujung kateter dengan 1 jari.
9. Lepaskan torniket. Sambungkan kateter dengan cairan infus.
10. Lakukan fiksasi dengan plester atau ikat pita.
11. Lakukan monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya tempat insersi)
12. Mencatat waktu, tanggal dan pemasangan ukuran kateter

Komplikasi terapi intravena


Teknik pemasangan terapi intravena harus dilakukan sebaik-baiknya, adapun faktor-faktor
yang bisa menyebabkan terjadinya komplikasi harus dapat dicegah semaksimal mungkin. Ada
beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada pemasangan infus :
1. Flebitis disebabkan oleh alat intravena, obat-obatan, dan/atau infeksi
2. Infiltrasi disebabkan oleh alat intravena keluar dari vena, dengan kebocoran cairan kedalam
jaringan sekitarnya.
3. Emboli udara disebabkan karena masuknya udara kedalam sistem vaskular
4. Emboli dan kerusakan kateter disebabkan karena kateter rusak pada hubungan dan kehilangan
potongan kateter ke dalam sirkulasi.
5. Kelebihan dan bebn sirkulasi disebabkan karena infus cairan terlalu cepat (anak-anak dan
lansia lebih rentan).
6. Reaksi pirogenik disebabkan karena kontaminasi peralatan interavena dan larutan yang
digunakan degan bakteri.

REFERENSI
1. Smith‐Temple, J., & Johnson Young, J. (2010). Nurses’ guide to clinical procedures
(6th ed). Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.
2. The Joint Commission. (2014). 2014 National patient safety goals. Retrieved April,
2014 from http://www.jointcommission.org/standards_information/npsgs.aspx

32
3. Scales K. 2005. Vascular access: a guide to peripheral venous canulation. Nursing
Standard : 19, 48-52. Date of acceptance : June 13.

PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK


Tujuan Pembelajaran:
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan pemasangan NGT secara benar.
Tujuan Khusus:
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu:
1. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan NGT.
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemasangan NGT
3. Melakukan pemasangan NGT sesuai dengan prosedur.
Media dan alat bantu pembelajaran :
 Daftar panduan belajar Pemasangan NGT.
 Stetoskop, handscoen (sarung tangan), pipa nasogastrik
 Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan
 Audio-visual
Metode pembelajaran :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

Pengertian
Pemasangan Pipa Nasogastrik (NGT) adalah prosedur memasukkan pipa panjang yang terbuat
dari polyurethane atau silicone melalui hidung, esofagus sampai kedalam lambung dengan
indikasi tertentu. Sangat penting bagi mahasiswa kedokteran untuk mengetahui cara pemasangan
pipa NGT dan mengetahui pipa NGT tersebut sudah masuk dengan benar pada tempatnya.

Indikasi
Ada 3 indikasi utama pemasangan NGT :
1. Dekompresi isi lambung
 Mengeluarkan cairan lambung pada pasien ileus obstruktif/ileus paralitik peritonitis dan
pankreatitis akut.
 Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan cairan
lambung)
2. Memasukkan Cairan/Makanan ( Feeding, Lavage Lambung)
 Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab
 Lavage lambung pada kasus keracunan
3. Diagnostik
 Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi lambung.

Kontraindikasi

33
Kontraindikasi pemasangan NGT meliputi:
1. Pasien dengan maxillofacial injury atau fraktur basis cranii fossa anterior. Pemasangan
NGT melalui nasal berpotensi untuk misplacement NGT melalui fossa cribiformis,
menyebabkan penetrasi ke intrakranial
2. Pasien dengan riwayat striktur esofagus dan varises esofagus.
3. Pasien dengan tumor esofagus

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan NGT:
1. Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula esophagotracheal akibat
pemasangan NGT jangka lama.
2. Pneumonia Aspirasi.
3. Hypoxia, cyanosis, atau respiratory arrest akibat tracheal intubation

Bahan dan Alat


o Handscoen
o Selang nasogastrik (Nasogastric tube)
o Jeli silokain atau K-Y jelly
o Stetoscope
o Spoit 10 cc
o Non-allergenic tape
o Curved Basin
o Suction

Prosedur Kerja

1. Melakukan Informed Consent kepada pasien:


a. Menjelaskan indikasi pemasangan NGT sesuai dengan kondisi pasien
b. Prosedur pemasangan NGT.
c. Meminta persetujuan pasien.
2. Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pemasangan NGT.

34
Gambar 1. Peralatan pemasangan NGT

3. Mencuci tangan dan memakai Personel Protective Equipment ( Handscoen).


4. Memposisikan pasien setengah duduk dengan kepala sedikit di tekuk ke depan (High Fowler)
bila pasien sadar.
5. Memposisikan pasien dalam posisi telentang jika pasien tidak sadar.
6. Melakukan pengukuran / perkiraan batas lambung dengan menggunakan NGT, yaitu dari
hidung ke telinga, lalu dari telinga ke processus xiphoideus. Menentukan batas panjang NGT
yang akan dimasukkan dengan melihat indikator yang pada NGT.

Gambar 2. Pengukuran NGT 17

7. Mengoles NGT dengan K-Y Jelly.


8. Memasukkan NGT melalui hidung secara pelan-pelan sampai mencapai lambung (sampai
batas yang telah ditentukan sebelumnya) .
9. Menguji letak NGT apakah sudah sampai lambung dengan menggunakan metode Whoosh tes
:
a. Memasang membran stetoskop setinggi epigastrium kiri.
b. Melakukan aspirasi udara dengan spoit 10 cc.
c. Memasang spoit 10 cc yang telah berisi udara ke NGT.
d. Menyemprotkan udara yang berada di dalam spoit dengan cepat sambil mendengarkan
ada tidaknya suara “whoosh” pada stetoskop. Jika terdengar suara “whoosh” maka NGT
telah masuk ke dalam lambung. Jika tidak terdengar maka selang NGT
dimasukkan/dikeluarkan beberapa cm. Kemudian dilakukan pengulangan metode
“whoosh” hingga terdengar suara pada stetoskop.

35
Gambar 3. Whoosh test

10. Melakukan fiksasi NGT pada hidung dengan menggunakan plester.


11. Menyambungkan NGT dengan botol penampung.
12. Membuka dan membuang handschoen pada tempat sampah medis.
13. Melakukan cuci tangan.

Gambar 4. Fiksasi NGT

36
DAFTAR TILIK PENILAIAN

PEMASANGAN INFUS
KETRAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 TROPICAL INFECTION AND EMERGING DISESASES
SEMESTER 6 TA. 2017/2018

Nama Mahasiswa : .........................................


No.BP : ..........................................
Kelompok : ..........................................
No SKOR

ASPEK PENILAIAN 0 1 2

1. Memperkenalkan diri dan melakukan informed consent tindakan


pemasangan infus

2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemasangan iv line


catheter

3. Menentukan lokasi pemasangan kateter intravena pada vena


ekstremitas atas

4. Menyebutkan persiapan psikologis pasien sebelum memasang


kateter intravena

5. Melakukan pemasasngan infus

6. Menjelaskan intruksi pasca pemasangan infus dan mengucapkan


terima kasih

Keterangan :
Skor Penilaian :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan dengan perlu perbaikan
2 : Dilakukan dengan sempurna dan terstruktur

Nilai = × 100

Nilai Akhir =

Padang, ..........................
Instruktur,

(.......................................)

37
DAFTAR TILIK PENILAIAN
PEMASANGAN NGT
KETRAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 TROPICAL INFECTION AND EMERGING DISESASES
SEMESTER 6 TA .2017/2018
Nama Mahasiswa : .........................................
No.BP : ..........................................
Kelompok : ..........................................

SKOR
No. ASPEK PENILAIAN 0 1 2
1. Memperkenalkan diri dan melakukan informed consent
tindakan pemasangan NGT
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemasangan NGT
3. Memperkirakan ukuran kedalaman NGT yang diinsersikan
4. Menjelaskan persiapan psikologis pasien sebelum
memasang NGT dan instruksi –instruksi selama pemasangan
5. Melakukan pemasangan NGT
6. Menjelaskan intruksi pasca pemasangan NGT dan
mengucapkan terima kasih
Total
Keterangan :
Skor Penilaian :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan dengan perlu perbaikan
2 : Dilakukan dengan sempurna dan terstruktur

Nilai = × 100

Nilai Akhir =

Padang, ..........................
Instruktur,

(.......................................)

38

Anda mungkin juga menyukai