Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Notariil, Vol. 1, No.

2, Mei 2017, 13-22


Available Online at https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/notariil
DOI: 10.22225/jn.2.1.150.13-22

Aspek Hukum Benda Tidak Bergerak Sebagai


Obyek Jaminan Fidusia
Celina Tri Siwi K
Universitas Katolik Widya Karya
Celin_fh@widyakarya.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menganalisis aspek hukum harta sebagai objek fidusia
jaminan. Studi ini adalah hukum normatif dengan menggunakan empat (4) pendekatan: pendekatan
perundang-undangan, pendekatan konseptual, pendekatan analisis dan kasus pendekatan.
Pengumpulan dan pengolahan bahan hukum primer dan sekunder bahan hukum berkaitan dengan
fidusia. Selain itu, dikenal pasti dengan aturan hukum yang langsung berhubungan dengan
perumusan masalah-masalah penelitian, dari identifikasi, sistematisasi bahan-bahan dilakukan
penelitian telah dikumpulkan. Analisis deskriptif kemudian dilakukan dengan penjelasan yang
koheren.
Hasil studi ini menjelaskan bahwa berkaitan dengan aspek-aspek hukum objek tidak bergerak
seperti fidusia objek dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) periode, yaitu periode sebelum hukum 4
1996 pada hipotek, periode setelah diberlakukannya undang-undang-undang No. 4 tahun 1996 pada
hipotek, dan periode setelah undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang fidusia. Ketentuan
mengenai objek tak bergerak di sini adalah untuk mengakomodasi kredit kebutuhan untuk
membangun pemilik tanpa hak tanah dimana bangunan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi
sesuai dengan prinsip horisontal pemisahan.

Kata Kunci: aspek hukum, harta, fidusia

Abstract
This study aims to find and analyze legal aspects immovable as a fiduciary guarantee object. This
study is a normative law by using four (4) approach: statutory approach, conceptual approach, an
analytical approach and case approach. Collection and processing of legal materials both primary
and secondary legal materials relating to the fiduciary. Furthermore, identified with the rule of law
that is directly related to the formulation of research problems, from identification, systematization
conducted research material has been collected. Descriptive analysis was then performed with a
coherent explanation.
The results of this study explained that with regard to the legal aspects of the object is not
moving as fiduciary object can be categorized into 3 (three) period, namely a period before Law 4 of
1996 on Mortgage, the period after the enactment of Law No. 4 of 1996 on Mortgage, and the
period after the Law No. 42 of 1999 on Fiduciary. The provisions concerning immovable object here
is to accommodate the credit needs for building owners without rights on land where the building
has a high economic value in accordance with the principle of horizontal separation.

Keywords : legal aspects, immovable, fiduciary

1. PENDAHULUAN menggunakan lembaga jaminan gadai


Lembaga jaminan fidusia pertama kali dalam memperoleh kredit, maka akan
timbul atas dasar kebutuhan masyarakat terbentur dengan adanya syarat
akan kredit dengan jaminan benda-benda inbezitstelling. Inbezitstelling adalah syarat
bergerak, namun masih memerlukan benda mutlak yang harus dipenuhi dalam gadai
-benda itu untuk dipakai sehari-hari dalam yang mensyaratkan bahwa baranggadai
menjalankan usaha atau untuk keperluan harus dibawa keluar dari kekuasaan si
bekerja sehari-hari. Jika ditempuh dengan pemberi gadai. Memenuhi syarat

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 14
inbezitstelling dari gadai ini adakalanya pokok (perjanjian utang piutang) kepada
dirasakan berat oleh si pemberi gadai, kreditur, akan tetapi yang diserahkan
karena benda-benda jaminan ini justru hanya haknya saja secara juridische
sangat dibutuhkan untuk keperluan hidup levering dan hanya dimiliki oleh kreditur
sehari-hari atau untuk keperluan secara kepercayaan saja (sebagai jaminan
menjalankan usaha. hutang) sedangkan barangnya tetap
Fidusia tidak diatur di dalam BW. dikuasai oleh debitur, tetapi bukan lagi
Konstruksi hukum ini timbul dari putusan sebagai eigenaar maupun bezitter
Mahkamah Agung Belanda tahun 1929. melainkan hanya sebagai detentor untuk
Berdasarkan putusan itu fidusia hanya dan atas nama kreditur eigenaar.
berlaku bagi benda bergerak. Pada Untuk mengadakan jaminan fidusia
prinsipnya, apabila suatu barang penyerahan dilakukan secara constitutum
dijaminkan dengan fidusia berarti possessorium, yang merupakan suatu
kepemilikan atas barang tersebut beralih bentuk penyerahan tetapi barang yang
kepada kreditur tetapi penguasaan barang diserahkan dibiarkan tetap berada dalam
itu tetap pada debitur. Bahkan barang itu penguasaan pihak yang menyerahkan, jadi
masih berada di tangan debitur. yang diserahkan hanya hak miliknya saja.
Penguasaan semacam itu didasarkan atas Penyerahan demikian tidak dikenal dalam
perjanjian pinjam pakai. Apabila utang KUHPerdata, akan tetapi penyerahan
telah dbayar oleh debitur, barang yang secara constitutum possessorium itu tetap
dijaminkan harus dialihkan kepada pemilik dapat dilakukan secara sah karena pada
semula1. dasarnya para pihak bebas memperjanjikan
Subekti berpendapat jaminan dalam apa yang mereka kehendaki.
fidusia itu sendiri mengambil wujud Di dalam praktek perkreditan sebelum
”penyerahan hak milik secara diundangkannya Undang-Undang No. 42
kepercayaan” (fides) atau lazim disebut Tahun 1999, penyerahan hak milik secara
Fiduciaire Eigendoms Overdracht. Faktor fidusia telah berkembang sedemikian rupa
kepercayaan dalam ”penyerahan hak milik sehingga tidak hanya meliputi barang
secara kepercayaan” ditujukan kepada bergerak berupa inventaris perusahaan,
kepercayaan yang diberikan secara barang perniagaan, hasil pertanian, akan
bertimbal balik oleh satu pihak kepada tetapi juga barang-barang rumah tangga,
yang lain, bahwa apa yang ”ke luar barang tetap seperti tanah yang belum
ditampakkan sebagai pemindahan milik”, terdaftar, bangunan di atas tanah hak sewa
sebenarnya (ke dalam, intern) hanya atau hak pakai dan sebagainya. Tanah
sebagai suatu ”jaminan” saja untuk suatu yang belum memenuhi persyaratan
hutang, kepercayaan debitur kepada administratif sebagai hak atas barang (real
kreditur bahwa hak miliknya akan kembali right) dapat dijaminkan secara fidusia.
setelah hutang-hutangnya dilunasi2. Pada tahun 1985 terjadi perkembangan
Oleh karena itu, kepada lembaga baru, yaitu fidusia diatur di dalam Undang-
jaminan fidusia dapat diberikan suatu Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang
pengertian sebagai suatu cara pengoperan Rumah Susun, yang menentukan bahwa
hak milik dari pemiliknya (debitur) fidusia dapat dibebankan pada rumah
berdasarkan adanya suatu perjanjian susun yang didirikan di atas tanah hak

1. Peter Mahmud Marzuki, Menyongsong Berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia, makalah
2. Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit (Termasuk Hak Tanggungan) Menurut Hukum Indonesia.
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 15
pakai atas tanah milik negara (Pasal 12 dagangan, piutang, peralatan mesin dan
ayat 1b) dan pada Pasal 13 ditentukan kendaraan bermotor. Akan tetapi dalam
bahwa hak milik atas satuan rumah susun perkembangannya, dengan dikeluarkannya
dapat dijadikan jaminan utang dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999
dibebani fidusia, jika tanahnya berstatus Tentang jaminan fidusia, maka benda yang
tanah hak pakai atas tanah negara. Dalam menjadi objek jaminan fidusia termasuk
Pasal 15 UU No. 16 Tahun 1985 ditentukan juga kekayan benda bergerak tidak
bahwa ”pemberian fidusia dilakukan berwujud, maupun benda tidak bergerak
dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah yang tidak dapat dibebani dengan hak
dan didaftarkan pada Kantor Agraria tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
Kabupaten atau Kota madya untuk dicatat UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
pada buku tanah dan sertifikat hak yang Tanggungan.
bersangkutan. Bagaimanakah aspek hukum benda
Pada penjelasan Pasal 12 UU No. 16 tidak bergerak sebagai objek jaminan
Tahun 1985 disebutkan bahwa mengenai fidusia
penggunaan fidusia sesuai dengan tujuan Penelitian ini merupakan penelitian
diciptakannya lembaga tersebut adalah hukum normatif dengan menggunakan 4
untuk mengisi kekosongan dalam (empat) pendekatan yakni pendekatan
ketentuan hukum. Fidusia juga diatur undang-undang (statutory approach ),
dalam Undang-Undang Perumahan dan pendekatan konsep (conseptual approach),
Pemukiman, seperti ditentukan dalam Pasal pendekatan analitis (analytical approach)
15 bahwa pembebanan fidusia atas rumah dan pendekatan kasus (case approach).
dilakukan dengan akta autentik yang Pengumpulan dan pengolahan bahan
dibuat akta notaris sesuai dengan hukum baik bahan hukum primer dan
peraturan perundang-undangan yang sekunder yang berkaitan dengan fidusia.
berlaku. Demikian juga halnya dalam Selanjutnya, diidentifikasi dengan aturan
penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor hukum yang secara langsung terkait
7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang dengan rumusan masalah penelitian, dari
menentukan bahwa tanah girik dapat i d en ti fi ka si , k em ud ia n d il ak uk a n
diletakkan sebagai jaminan bank. Bentuk sistematisasi bahan penelitian yang telah
jaminan yang dapat digunakan untuk tanah dikumpulkan yang terakhir dilakukan
girik adalah fidusia. analisis deskriptif dengan penjelasan secara
Kemudian dalam perkembangannya runtut.
dengan adanya UU No. 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia dimaksudkan 2. PEMBAHASAN
untuk menampung kebutuhan masyarakat
akan peraturan jaminan fidusia sebagai Kajian tentang benda tidak bergerak
salah satu sarana untuk membantu sebagai objek jaminan
kegiatan usaha dan untuk memberikan Berdasarkan Pasal 504 Kitab Undang-
kepatian hukum kepada para pihak yang Undang Hukum Perdata (“KUHPer”), benda
berkepentingan. dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu benda
Pada awalnya, benda yang dijaminkan bergerak dan benda tidak bergerak.
atau yang menjadi objek jaminan fidusia Mengenai benda tidak bergerak, diatur
terbatas pada kekayaan benda bergerak dalam Pasal 506 – Pasal 508 KUHPer.
yang berwujud yang terdiri dari benda Sedangkan untuk benda bergerak, diatur
dalam persediaan (inventory), benda dalam Pasal 509 – Pasal 518 KUHPer.

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 16
suatu benda yang bergerak, lijfrenten,
3
Subekti , dalam bukunya yang berjudul surat-surat sero dari suatu perseroan
Pokok-Pokok Hukum Perdata, suatu benda perdagangan, surat-surat obligasi negara,
dapat tergolong dalam golongan benda dan sebagainya.
yang tidak bergerak (“onroerend”) pertama Menurut Frieda Husni Hasbullah 4
karena sifatnya, kedua karena tujuan mengatakan bahwa untuk kebendaan tidak
pemakaiannya, dan ketiga karena memang bergerak dapat dibagi dalam tiga golongan:
demikian ditentukan oleh undang-undang. 1) Benda tidak bergerak karena sifatnya
Lebih lanjut, Subekti menjelaskan bahwa (Pasal 506 KUHPer) misalnya tanah dan
adapun benda yang tidak bergerak karena segala sesuatu yang melekat atau
sifatnya ialah tanah, termasuk segala didirikan di atasnya, atau pohon-pohon
sesuatu yang secara langsung atau tidak dan tanaman-tanaman yang akarnya
langsung, karena perbuatan alam atau menancap dalam tanah atau buah-
perbuatan manusia, digabungkan secara buahan di pohon yang belum dipetik,
erat menjadi satu dengan tanah itu. Jadi, demikian juga barang-barang tambang.
misalnya sebidang pekarangan, beserta 2) Benda tidak bergerak karena
dengan apa yang terdapat di dalam tanah peruntukannya atau tujuan
itu dan segala apa yang dibangun di situ pemakaiannya (Pasal 507 KUHPer)
secara tetap (rumah) dan yang ditanam di misalnya pabrik dan barang-barang
situ (pohon), terhitung buah-buahan di yang dihasilkannya, penggilingan-
pohon yang belum diambil. penggilingan, dan sebagainya. Juga
Tidak bergerak karena tujuan perumahan beserta benda-benda yang
pemakaiannya, ialah segala apa yang dilekatkan pada papan atau dinding
meskipun tidak secara sungguh-sungguh seperti cermin, lukisan, perhiasan, dan
digabungkan dengan tanah atau lain-lain; kemudian yang berkaitan
bangunan, dimaksudkan untuk mengikuti dengan kepemilikan tanah seperti
tanah atau bangunan itu untuk waktu yang rabuk, madu di pohon dan ikan dalam
agak lama, yaitu misalnya mesin-mesin kolam, dan sebagainya; serta bahan
dalam suatu pabrik. Selanjutnya, ialah bangunan yang berasal dari reruntuhan
tidak bergerak karena memang demikian gedung yang akan dipakai lagi untuk
ditentukan oleh undang-undang, segala membangun gedung tersebut, dan lain-
hak atau penagihan yang mengenai suatu lain.
benda yang tidak bergerak. 3) Benda tidak bergerak karena ketentuan
Pada sisi lain masih menurut Subekti, undang-undang misalnya, hak pakai
suatu benda dihitung termasuk golongan hasil, dan hak pakai atas kebendaan
benda yang bergerak karena sifatnya atau tidak bergerak, hak pengabdian tanah,
karena ditentukan oleh undang-undang. hak numpang karang, hak usaha, dan
Suatu benda yang bergerak karena sifatnya lain-lain (Pasal 508 KUHPer). Di samping
ialah benda yang tidak tergabung dengan itu, menurut ketentuan Pasal 314 Kitab
tanah atau dimaksudkan untuk mengikuti Undang-Undang Hukum Dagang, kapal-
tanah atau bangunan, jadi misalnya barang kapal berukuran berat kotor 20 m3 ke
perabot rumah tangga. Tergolong benda atas dapat dibukukan dalam suatu
yang bergerak karena penetapan undang- register kapal sehingga termasuk
undang ialah misalnya vruchtgebruik dari kategori benda-benda tidak bergerak.

1. Subekti, 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Intermasa, hal. 61-62


2. Frieda Husni Hasbullah, 2005. Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi Kenikmatan., nd-Hil-Co,
2005, hlm. 43-44

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 17
tentu adalah pemilik benda tersebut.
5
Lebih lanjut, Frieda Husni Hasbullah
menerangkan bahwa untuk kebendaan 2) Penyerahan (levering)
bergerak dapat dibagi dalam dua Menurut Pasal 612 KUHPer, penyerahan
golongan: benda bergerak dapat dilakukan dengan
(1)Benda bergerak karena sifatnya yaitu penyerahan nyata (feitelijke levering).
benda-benda yang dapat berpindah Dengan sendirinya penyerahan nyata
atau dapat dipindahkan misalnya ayam, tersebut adalah sekaligus penyerahan
kambing, buku, pensil, meja, kursi, dan yuridis (juridische levering). Sedangkan
lain-lain (Pasal 509 KUHPer). Termasuk menurut Pasal 616 KUHPer, penyerahan
juga sebagai benda bergerak ialah kapal benda tidak bergerak dilakukan melalui
-kapal, perahu-perahu, gilingan-gilingan pengumuman akta yang bersangkutan
dan tempat-tempat pemandian yang dengan cara seperti ditentukan dalam
dipasang di perahu dan sebagainya Pasal 620 KUHPer antara lain
(Pasal 510 KUHPer). membukukannya dalam register.
(2)Benda bergerak karena ketentuan Dengan berlakunya Undang-Undang No.
undang-undang (Pasal 511 KUHPer) 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
misalnya: Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”), maka
a) Hak pakai hasil dan hak pakai atas pendaftaran hak atas tanah dan
benda-benda bergerak; peralihan haknya menurut ketentuan
b) Hak atas bunga-bunga yang Pasal 19 UUPA dan peraturan
diperjanjikan; pelaksananya.
c) Penagihan-penagihan atau piutang-
piutang; 3 Pembebanan (bezwaring)
d) Saham-saham atau andil-andil dalam Pembebanan terhadap benda bergerak
persekutuan dagang, dan lain-lain. berdasarkan Pasal 1150 KUHPer harus
Manfaat pembedaan benda bergerak dilakukan dengan gadai, sedangkan
dan benda bergerak akan terlihat dalam pembebanan terhadap benda tidak
hal cara penyerahan benda tersebut, cara bergerak menurut Pasal 1162 KUHPer
meletakkan jaminan di atas benda harus dilakukan dengan hipotik. Sejak
tersebut, dan beberapa hal lainnya. berlakunya Undang-Undang No. 4
Menurut Frieda Husni Hasbullah6, Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
sebagaimana kami sarikan, pentingnya Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
pembedaan tersebut berkaitan dengan Berkaitan Dengan Tanah, maka atas
empat hal yaitu penguasaan, penyerahan, tanah beserta benda-benda yang
daluwarsa, dan pembebanan. Keempat hal berkaitan dengan tanah hanya dapat
yang dimaksud adalah sebagai berikut: dibebankan dengan Hak Tanggungan.
Sedangkan untuk benda -benda
1. Kedudukan berkuasa (bezit) bergerak juga dapat dijaminkan dengan
Bezit atas benda bergerak berlaku lembaga fidusia menurut Undang-
sebagai titel yang sempurna (Pasal 1977 Undang No. 42 Tahun 1999 tentang
KUHPer). Tidak demikian halnya bagi Jaminan Fidusia.
mereka yang menguasai benda tidak
bergerak, karena seseorang yang 4. Daluwarsa (verjaring)
menguasai benda tidak bergerak belum Terhadap benda bergerak, tidak dikenal

5. Ibid, hlm 44-45


6. Ibid, hlm. 45-48

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 18
daluwarsa sebab menurut Pasal 1977 juga meliputi benda tidak bergerak. Pasal
ayat (1) KUHPer, bezit atas benda 12 ayat (1) undang-undang ini
bergerak adalah sama dengan menyebutkan bahwa rumah susun berikut
eigendom; karena itu sejak seseorang tanah tempat bangunan itu berdiri serta
menguasai suatu benda bergerak, pada benda lainnya yang merupakan atau
saat itu atau detik itu juga ia dianggap kesatuan dengan tanah tersebut dapat
sebagai pemiliknya. Terhadap benda dijadikan jaminanhutang dengan:
tidak bergerak dikenal daluwarsa a. Dibebani hipotik, jika tanahnya tanah
karena menurut Pasal 610 KUHPer, hak hak milik atau hak guna bangunan;
milik atas sesuatu kebendaan diperoleh b. Dibebani fidusia, jika tanahnya tanah
karena daluwarsa hak pakai atas tanah Negara.
Di dalam Pasal 13 ditegaskan juga hak
Aspek hukum benda tidak bergerak milik atas satuan rumah susun dapat
sebagai objek jaminan fidusia dijadikan jaminan hutang dengan :
a) Dibebani hipotik, jika tanahnya hak milik
Sebelum keluarnya Undang-Undang atau hak guna bangunan;
Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak b) Dibebani fidusia, jika tanahnya hak
Tanggungan pakai atas tanah Negara.
a. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Pengaturan lembaga fidusia dalam
Tahun 1985 Tentang Rumah Susun Undang-Undang Rumah Susun tersebut
Apabila kita berbicara tentang objek masih bersifat sumir, tetapi cukup
jaminan fidusia, tidak bisa meninggalkan memberikan kepastian hukum khususnya
prinsip pembagian benda sebagai yang tentang pengertian dan objek jaminan
dianut oleh KUHPerdata. Sebagaimana kita fidusia. Dalam Undang-Undang Rumah
ketahui, benda di dalam KUHPerdata Susun, fidusia diartikan sebagai hak
antara lain dibagi dalam dua kelompok jaminan yang berupa penyerahan hak atas
besar, yaitu benda bergerak dan benda benda berdasarkan kepercayaan yang
tetap atau benda tidak bergerak (Pasal 504 disepakati sebagaijaminan bagi pelunasan
KUHPerdata). Pembagian benda dalam dua kredit, sesuai Pasal 1 angka 8 Undang-
kelompok seperti itu, mendapat Undang Rumah Susun.
penjabarannya lebih lanjut dalam hukum Dalam rumusan ini belum terlihat
jaminan, yaitu untuk masing-masing karakter kebendaan dari lembaga fidusia
kelompok benda oleh KUHPerdata misalnya kedudukan kreditur fidusia
diberikan lembaga jaminannya masing- terhadap kreditur lainnya (kreditur
masing. Untuk benda bergerak disediakan preferen). Selain itu tidak dijelaskan sifat
lembaga jaminan gadai (Pasal 1150 penyerahan yang menjadi ciri khas dari
KUHPerdata dan selanjutnya), sedangkan fidusia yakni benda yang dialihkan tetap
untuk benda tetap disediakan lembaga berada pada pemberi fidusia. Demikian
jaminan hipotik (Pasal 1162 KUHPerdata pula tidak disebutkan tentang apa yang
dan selanjutnya). dialihkan kepada kreditur fidusia karena hal
Di Indonesia perkembangan jaminan ini juga merupakan unsur penting dari
fidusia cukup menggembirakan para fidusia itu yakni kepemilikan yang berupa
pemakainya karena pada mulanya diatur hak bukan bendanya.
dalam yurisprudensi kemudian mendapat Mengenai benda apa yang diserahkan
pengakuan dalam Undang-Undang No 16 juga tidak disebutkan secara jelas, tetapi
Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dapat dipahami bahwa yang dimaksudkan
ditegaskan bahwa objek jaminan fidusia adalah rumah susun dan hak milik atas
satuan rumah susun yang didirikan di atas
Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 19
tanah hak pakai atas tanah milik Negara. pemilikan rumah olehbukan pemilik hak
Penggunaan fidusia terhadap hak pakai atas tanah dengan persetujuan tertulis
atas tanah negera adalah untuk pemilik hak atas tana, dapat dijadikan
menempung kebutuhan masyarakat, jaminan hutang dengan dibebani fidusia.
mengingat fidusia merupakan lembaga Dalam Undang-Undang Perumahan dan
hukum yang hidup dan dalam Pemukiman Nomor 4 Tahun 1992 ini jelas
kenyataannya diperlukan oleh masyarakat. bahwa jaminan fidusia adalah hak jaminan
Dengan undang-undang ini maka fidusia yang diperuntukkan kepada benda bukan
dikukuhkan menjadi hukum positif, yang tanah. Jadi, yang menjadi objek jaminan
awalnya walaupun tidak diatur dalam fidusiaadalah rumahnya bukan hak atas
peraturan perundang-undanganlembaga tanahnya. Dalam undang-undang ini tidak
fidusia dibenarkan dan dikukuhkan oleh dijelaskan bagaimana status hak atas
yurisprudensi. Oleh karena itu, fungsinya tanah. Hal ini menunjukkan bahwa Undang
tidak lain adalah untuk mengisi kekosongan -Undang Perumahan dan Pemukiman
hukum, ini sesuai dengan Penjelasan Pasal mengabut prinsip horizontal, prinsip ini
12 ayat (1) Undang-Undang Rumah Susun. membuka pengecualian terhadap
a. Pengaturan fidusia dalam Undang- pembebanan rumah8.
Undang Rumah Susun merupakan
perkembangan yang revolusioner dalam Setelah Keluarnya Undang-Undang
hukum jaminan antara lain untuk Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak
mengantisipasi kebutuhan Tanggungan
pembangunan sehingga fidusia yang Setelah keluarnya Undang-Undang
mulanya hanya dapat dibebankan Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak
terhadap benda bergerak, sekarang Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
dengan Undang-Undang Rumah Susun Benda yang Berkaitan dengan Tanah
tidak lagi terbatas terhadap benda khususnya Pasal 29, hipotik dan
bergerak tetapi juga meliputi benda credietverband sebagai lembaga jaminan
tidak bergerak7. tidak dikenal lagi. Selanjutnya diganti
b. Menurut Undang-Undang Nomor 4 dengan Hak Tanggungan Atas Tanah
Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Beserta Benda-Benda yang berkaitan
Pemukiman dengan tanah. Berdasarkan Pasal 4 ayat
Pengakuan fidusia dalam undang- (1) UUHT disebutkan bahwa, benda-benda
undang dinyatakan juga dalam Undang- yang dapat dibebani Hak Tanggungan
Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang adalah (a) Hak Milik, (b) Hak Guna Usaha,
Perumahan dan Pemukiman. Dalam (c) Hak Guna Bangunan. Sementara itu di
Undang-Undang ini dikatakan bahwa dalam ayat (2) ditegaskan bahwa Hak
pemilikan rumah dapat dijadikan jaminan Pakai atas tanah Negara yang menurut
utang, sesuai dengan Pasal 15 ayat (1). ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan
Lebih lanjut ayat (2) huruf (a) menegaskan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan
bahwa, pembebanan fidusia atas rumah dapat juga dibebani Hak Tanggungan.
dilakukan dengan akta otentik yang dibuat Dalam ayat (4) disebutkan bahwa Hak
oleh notaris sesuai dengan peraturan Tanggungan dapat juga dibebankan pada
perundang-undangan yang berlaku. Di hak atas tanah berikut bangunan, tanaman
dalam penjelasan pasal ini ditegaskan dan hasil karya yang telah ada atau aka

7. Tan Kamelo. Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT Alumni, Bandung,, 2004,
hlm.122
8. Ibid, hlm. 124

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 20
nada yang merupakan satu kesatuan dimengerti, sebab jaminan fidusia
dengan tanah tersebut, yang merupakan merupakan penerobosan terhadap jaminan
milik pemegang hak atas tanah yang gadai, khususnya tentang adanya
pembebanannya dengan tegas dinyatakan keharusan benda objek gadai berada di
dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan tangan penerima gadai. Dalam
yang bersangkutan. perkembangannya untuk memenuhi
Dengan demikian sesuai dengan Pasal 4 kebutuhan lalu lintas ekonomi maka
ayat (1), ayat (2) dan ayat (4) UUHT, maka lembaga ini diperluas, yakni juga meliputi
bangunan yang berdiri di atas tanah Hak benda tetap yang tidak dapat dibebani
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna dengan hak tanggungan. Hal ini setelah
Bangunan dan Hak pakai atas tanah berlakunya Undang-Undang Jaminan
Negara, yang wajib didaftar dan dapat Fidusia, khususnya Pasal 1 ayat (4)
dialihkan, bisa dibebani dengan Hak menegaskan bahwa yang dimaksud benda
Tanggungan. adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki
Setelah berlakunya UUHT, maka dan dialihkan, baik yang berwujud maupun
ketentuan hak jaminan yang diatur dalam yang tidak berwujud, yang terdaftar
Undang-Undang Rumah Susun dinyatakan maupun yang tidak terdaftar, yang
tidak berlaku lagi, seperti yang disebutkan bergerak maupun yang tak bergerak yang
dalam Pasal 27 undang-undang ini. Hak tidak dapat dibebani hak tanggungan atau
Tanggungan dapat dibebankan pada hipotik.
rumah susun dan hak milik atas satuan Ruang lingkup jaminan fidusia menurut
rumah susun yang didirikan di atas tanah Undang-Undang Jaminan Fidusia lebih luas
Hak pakai atas tanah Negara, jadi bukan dari sebelum adanya undang-undang ini
lagi merupakan objek jaminan fidusia. yaitu sekarang selain benda-benda
Sebaliknya UUHT tidak bermaksud bergerak, fidusia juga berlaku untuk
untuk mengubah ketentuan hak jaminan bengunan-bangunan yang tidak bisa
dalam undang-undang perumahan dan dijaminkan melalui Hak Tanggungan10.
pemukiman. Dalam hal tertentu objek Hak Sebagaimana telah diuraikan diatas, di
Tanggungan dapat juga meliputi dalam jaminan fidusia objek atau benda
bangunan, tanaman dan hasil karya yang yang dapat dibebani jaminan fidusia adalah
merupakan satu kesatuan dengan tanah. benda yang dapat dimiliki dan dialihkan,
UUHT bertitik tolak dari hak atas tanah, dengan ketentuan untuk benda tidak
sedangkan Undang-Undang Perumahan bergerak khususnya bangunan yang tidak
dan Permukiman menekankan hak jaminan dapat dibebani hak tanggungan menurut
atas rumah/bangunan. Jadi, landasan UUHT. Yang dimaksud dengan itu antara
berpikirnya berbeda. Rumah memiliki arti lain adalah bangunan yang berdiri di atas
yuridis tersendiri dan mempunyai nilai tanah milik orang lain, misalnya adalah
ekonomi untuk dilibatkan dalam transaksi bangunan-bangunan yang berdiri di atas
bisnis9. Hak Sewa yang diberikan dari Hak Milik,
bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan
Setelah Keluarnya Undang-Undang bahkan bangunan di atas tanah Hak Adat.
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Karena gadai, hipotik, dan hak tanggungan
Jaminan Fidusia tidak bisa menampung kebutuhan
Pada mulanya objek jaminan fidusia jaminanitu, maka fidusia bisa menjadi jalan
hanyalah benda bergerak. Hal ini bisa keluarnya. Bahkan, dalam praktek

9. Ibid, hlm. 125


10. J. Satrio. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 154-155

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 21
perbankan dalam waktu belakangan ini, mempunyai nilai ekonomis tinggi sesuai
penjaminan secara fidusia rumah atau dengan asas pemisahan horizontal
bangunan di atas tanah Hak Sewa, sudah sehingga orang mempunyai hak milik atas
biasa11. tanaman, bangunan dan rumah terlepas
Perkembangan demikian kiranya sangat dari tanahnya.
memenuhi kebutuhan masyarakat dan Dengan demikian bangunan dapat
perlindungan terhdap ekonomi lemah, dipindahtangankan terlepas dari tanahnya.
dimana justru tidak mempunyai hak milik di Demikian juga dapat menjaminkan
atas tanah yang dapat dijaminkan melalui bangunan itu terlepas dari tanah dimana
Hak Tanggungan dan hipotik, sedangkan bangunan itu berdiri terpisah dari
barang jaminannya cukup berharga yaitu tanahnya13. Secara normatif dan ekonomis,
bangunan, maka jalam keluarnya ialah bangunan di atas tanah orang lain dapat
lewat fidusia12. dibebani dengan jaminan hutang. Karena
Syarat benda tidak bergerak khususnya Hak Tanggungan tidak dimungkinkan untuk
bangunan yang dapat dijaminkan melalui itu, dicari jalan keluarnya melalui jaminan
jaminan fidusia, yaitu: fidusia. Dengan keluarnya Undang-Undang
a) Pemilik rumah atau bangunan dengan Jaminan Fidusia menambah kepastian
pemilik hak atas tanah, adalah orang hukum bahwa pihak pemberi kredit tidak
yang berbeda. Dengan kata lain perlu ragu lagi untuk mengikat bangunan
pemilikan rumah oleh bukan pemilik hak terlepas dari hak atas tanahnya dengan
atas tanah; jaminan fidusia. Perkembangan hukum
b) Ada bukti kepemilikan bangunan yang jaminan fidusia tersebut menunjukkan
terpisah dengan kepemilikan tanah; bahwa pembentuk undang-undang cukup
c) Ada izin dari pemilik tanah; merespon realitas bisnis dan
d) A d a klausul perjanjian atau memperhatikan prinsip hukum tanah yang
kesepakatan; dianut dalam UUPA.
e) Untuk bangunan yang didirikan di atas
tanah Hak Pengelolaan, harus ada 3. SIMPULAN
pernyataan dari penerima fidusia bahwa Aspek hukum benda tidak bergerak
jika status tanah ditingkatkan dari Hak sebagai obyek jaminan fidusia dapat
Pengelolaan menjadi Hak Milik dan Hak dikategorikan menjadi 3 (tiga) periode
Guna Usaha ataupun Hak Guna yakni masa sebelum UU No. 4 Tahun 1996
Bangunan, maka Jaminan Fidusia harus tentang Hak Tanggungan, masa setelah
dicabut. Ini sesuai dengan Surat Edaran diberlakukannya UU No. 4 Tahun 1996
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum tentang Hak Tanggungan, dan masa
Umum dan Hak Asasi Manusia Republik setelah UU No. 42 Tahun 1999 Tentang
Indonesia Nomor C.HT.01.10-22 Jaminan Fidusia. Ketentuan mengenai
tertanggal 15 Maret 2005 tentang objek tidak bergerak di sini adalah untuk
Standardisasi Prosedur Pendaftaran mengakomodasi kebutuhan kredit untuk
Fidusia, pada point (8) delapan sub (a) pemilik bangunan tanpa hak atas tanah di
dan sub (b). mana bangunan ini memiliki nilai ekonomi
Ketentuan mengenai benda tidak yang tinggi sesuai dengan prinsip
bergerak di sini lebih untuk pemisahan horizontal.
mengakomodasi akan kebutuhan kredit Berdasarkan hasil penelitian, maka
bagi pemilik bangunan tanpa memiliki hak penulis memberikan saran sebagai berikut:
atas tanah dimana bangunan tersebut

13. Ibid

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 2 Mei 2017, 22
a. Pemerintah perlu melakukan peninjauan Sri Soedewi Maschun Sofwan. 1980. Hukum
Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok
tentang Jaminan Fidusia sehingga dapat H ukum Jam i na n da n Jam i na n
diperbaharui atau direvisi dengan Perorangan,Liberty, Yogjakarta.
Subekti. 1996. Jaminan-jaminan Untuk
penambahan ketentuan-ketentuan yang
Pemberian Kredit (Termasuk Hak
belum diatur atau dibuat peraturan Tanggungan) Menurut Hukum
pelaksana yang mengatur. Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya
b. Masyarakat perlu diberdayakan untuk Bakti, 1996
Subekti, 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata.
memahami hukum secara utuh
Intermasa.
khususnya di bidang hukum jaminan
Tan Kamelo. 2004. Hukum Jaminan Fidusia,
fidusia. Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT
Alumni, Bandung,.
Peter Mahmud Marzuki. Menyongsong
UCAPAN TERIMA KASIH Berlakunya Undang-Undang Nomor 42
Penulis mengupkan terimakasih kepada Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
Mitra Bestari atas masukan-masukan yang Kitab Undang-undang Hukum Perdata
telah diberikan untuk perbaikan substansi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
artikel saya ini. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan
DAFTAR PUSTAKA Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Frieda Husni Hasbullah, 2005 . Hukum Jaminan Fidusia
Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Memberi Kenikmatan., nd-Hil-Co. Undang Undang Pokok Agraria
J. Satrio. 2007. Hukum Jaminan Hak Jaminan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
Kebendaan Fidusia, PT. Citra Aditya Tentang Rumah Susun
Bakti.

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X

Anda mungkin juga menyukai