Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................1

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................1

DAFTAR TABEL.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4

2.1 Terapi Oksigen Hiperbarik........................................................................................4

2.1.1 Definisi dan Sejarah...........................................................................................4

2.1.2 Prinsip Terapi Oksigen Hiperbarik.....................................................................5

2.1.3 Mekanisme dan Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik..........................................6


(4)
2.1.4 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ......................................................7

2.1.5 Macam Terapi Oksigen Hiperbarik.....................................................................8

2.2 Atherosklerosis.......................................................................................................13

2.2.1 Definisi.............................................................................................................13

2.2.2 Faktor Resiko...................................................................................................13

2.2.3 Epidemiologi.....................................................................................................14

2.2.4 Patogenesis.....................................................................................................14

2.2.5 Manifestasi Klinik.............................................................................................17

2.3.6 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................18

2.3.7 Penatalaksanaan Medis...................................................................................19

2.3.8 Pencegahan.....................................................................................................19

2.3.9 Hubungan Atherosclerosis dengan Transforming Growth Factor (TGF β) dan


Matrix Metalloproteinase (MMP)...............................................................................20

BAB III KERANGKA KONSEP.........................................................................................25

1
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................26

LAMPIRAN.......................................................................................................................28

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kadar Oksigen Darah....................................................................................7

Gambar 2.2 Kamar Oksigen Hiperbarik..........................................................................13

Gambar 2.1 Peran Makrofag dalam Patogenesis Atherosklerosis.................................17

Gambar 2.2 Patogenesis Atherosklerosis.......................................................................17

Gambar 2.3 Remodelling Vaskular..................................................................................18

Gambar 2.4 Peran TGF β pada Stabilisasi Plak.............................................................23

Gambar 2. 5 Peran MMP dalam Pathogenesis Atherosklerosis.....................................25

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kontraindikasi Absolut Terapi Oksigen Hiperbarik.............................................8

Tabel 2.2 Kontraindikasi Relatif Terapi Oksigen Hiperbarik..............................................9

Tabel 2.3 Tabel 5 Terapi Oksigen Hiperbarik...................................................................10

Tabel 2.4 Tabel 6 Terapi Oksigen Hiperbarik...................................................................11

Tabel 2.5 Tabel 6A Terapi Oksigen Hiperbarik.................................................................12

Tabel 2.6 Tabel Kindwall Modifikasi Guritno....................................................................13

4
BAB I
PENDAHULUAN

Arteriosklerosis merupakan keadaan pada pembuluh arteri yang ditandai


adanaya penebalan arteriol dan pengerasan pada pembuluh darah arteri diakibatkan
oleh penumpukan lemak yang menembus sampai tunika media arteri.

Aterosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan cabang-cabang aorta yang


besar dan arteri berukuran sedang, seperti arteri yang menyuplai darah ke bagian-
bagian ekstremitas, otak, jantung dan organ dalam utama.

Sekarang aterosklerosis tak lagi dianggap merupakan proses penuaan saja.


Timbulnya "bercak-bercak lemak" di dinding arteria koronaria merupakan fenomena
alamiah bahkan sejak masa kanak-kanak dan tidak selalu harus menjadi lesi
aterosklerotik; terdapat banyak faktor saling berkaitan yang dapat mempercepat proses
aterogenik. Telah dikenal beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya
aterosklerosis koroner pada individu tertentu.

Aterosklerosis juga disebabkan faktor genetik serta intensitas dan lama paparan
faktor lingkungan (hemodinamik, metabolik, kimiawi eksogen, infeksi virus dan bakteri,
faktor imunitas dan faktor mekanis), dan atau interaksi berbagai faktor tersebut.

Melihat dari data yang telah dikembangkan, banyaknya pasien yang tercatat
menderita aterosklerosis kemudian berlanjut ke jantung koroner, penulis tertarik untuk
mempelajari tentang ateroskleosis lebih dalam.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Oksigen Hiperbarik

2.1.1 Definisi dan Sejarah

Terapi Oksigen Hiperbarik adalah terapi pernafasan menggunakan oksigen


100% dengan tekanan atmosfer di atas 1 ATA. Penggunaan ruangan hiperbarik
pertama kali dikenalkan oleh seorang klergi bernama Henshaw dari Inggis pada tahun
1600. Ruangan ini disebut domicillium dan bertujuan untuk menyembuhkan beberapa
penyakit. (4)

2.1.2 Prinsip Terapi Oksigen Hiperbarik

Prinsip terapi hiperbarik mengacu pada hukum gas ideal

1. Hukum Boyle (P1V1 =P2V2) digunakan pada terapi dekompresi, karena semakin
tinggi tekanan semakin rendah volume gelembung gas.

2. Hukum Charles (P1V1/T1 = P2V2/T2) mengatakan bahwa temperatur akan


meningkat jika ruangan tertutup diberikan peningkatan tekanan.

3. Hukum Henry mengatakan bahwa jumlah gas terlarut dalam cairan sama dengan
jumlah tekanan parsial gas yang ada di permukaan cairan. Hukum ini memungkinkan
kadar oksigen yang terlarut dalam plasma akan meningkat jika diberikan tekanan tinggi.
(4)

6
Gambar 2.1 Kadar Oksigen Darah

2.1.3 Mekanisme dan Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Mekanisme kerja terapi hiperbarik sesuai dengan masing-masing indikasinya,


antara lain (4) :

1. Hiperoksigenasi : DCS, keracunan CO, oklusi arteri retina centralis, crush injury,
compartment syndome, anemia berat akibat kehilangan darah, stroke

2. Kompesi : DCS, emboli gas

3. Vasokonstriksi : Crush injury

4. Angiogenesis : Luka trauma, luka akibat radiasi, luka tranplantasi kulit

7
5. Proliferasi fiboblas, sintesis kolagen

6. Leukosit oxidative killing

7. Inhibisi toxin

8. Sinergi antibiotik

9. Infeksi

2.1.4 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik (4)

2.1.4.1 Kontraindikasi Absolut

Tabel 2.1 Kontraindikasi Absolut Terapi Oksigen Hiperbarik

8
2.1.4.2 Kontraindikasi relatif

Tabel 2.2 Kontraindikasi Relatif Terapi Oksigen Hiperbarik

2.1.5 Macam Terapi Oksigen Hiperbarik

Penggunaan Terapi Hiperbarik tergantung dari kondisi yang dialami pasien. Saat
(8)
ini digunakan tiga macam indikasi terapi oksigen hiperbarik di Indonesia

1. Terapi OHB untuk kasus penyelaman

 Tabel 5/6/6A US Navy, 1-2x sehari

2. Terapi OHB untuk kasus klinis

 2,4 ATA , 3x30’ , 5 menit istirahat

3. Terapi OHB untuk kebugaran

 2,4 ATA , 3x30’, 5-3-2

9
Tabel 2.3 Tabel 5 Terapi Oksigen Hiperbarik

10
Tabel 2.4 Tabel 6 Terapi Oksigen Hiperbarik

11
Tabel 2.5 Tabel 6A Terapi Oksigen Hiperbarik

12
Tabel 2.6 Tabel Kindwall Modifikasi Guritno

Gambar 2.2 Kamar Oksigen Hiperbarik

13
2.2 Atherosklerosis
2.2.1 Definisi

Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau ASVD


berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur) dan sklerosis (indurasi dan
pengerasan). Atherosklerosis mengacu pada kumpulan degenerasi lemak dan
(2)
kekakuan pada pembuluh darah dan penebalaran intramural pada bagian subintimal

2.2.2 Faktor Resiko

Fakto Resiko atherosklerosis dapat dibagi menjadi 2 :

1. Yang tidak dapat diubah

 Usia

Resiko atherosklerosis semakin meningkat pada orang yang berusia


lanjut. Kebanyakan kasus atherosklerosis terjadi pada usia 40 tahun ke
atas, namun semakintua maka morbiditas dan mortalitas semakin tinggi.
Sekitar 82% dari orang yang meninggal karena penyakit atherosklerosis
berusia 65 tahun ke atas. (2)

 Jenis kelamin

Prevalensi penderita laki-laki lebih tinggi karena kebiasaan hidup seperti


merokok, alkohol. Namun diatas 40 tahun, jumlah penderta wanita dan
laki-laki seimbang. Hal ini diperkirakan karena pengaruh hormon estrogen
dan progesteron (2)

 Riwayat keluarga
 Ras

Ras kulit hitam memiliki mortalitas dan morbiditaslebih tinggi dibandingkan


dengan kulit putih. Hal ini disebabkan ras kulit hitam memiliki rasio
hipertensi dan sindrom metabolikyang lebih tinggi. Ras India dan Asia juga
memiliki resiko 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kulit putih.

14

2. Yang dapat diubah dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Mayor
o Peningkatan lipid serum

o Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid berupa kenaikan atau


penurunan fraksi lipid pada plasma. Kelainan fraksi lipid yang meingkat adalah
kenaikan LDL dan trigliserid dan penurunan kolesterol LDL.

o Hipertensi
o Merokok

 Mekanisme yang dapat menyebabkan rokok meningkatkan resiko


atheroskerosis adalah kerusakan endotel akibat agen pada rokok
(karbon monoksida, nikotin, tar yang menginduksi inflamasi pada
dinding pembuluh darah.

o Gangguan toleransi glukosa


o Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
B. Minor
o Gaya hidup yang kurang bergerak
o Stress psikologik
o Tipe kepribadian

2.2.3 Epidemiologi
Penyakit kardiovaskular akibat atherosklerosis merupakan penyebab kematian
utama di dunia. Pada tahun 2007, setidaknya 1/3 kematian di Amerika akibat penyakit
jantung, penyakit serebrovaskular, dan hipertensi. Setiap hari ada 3000 serangan
jantung. (9)

2.2.4 Patogenesis
Patogenesis atherosklerosis berawal dari kerusakan berulang dari dinding
vaskular. Hal ini memicu respon hiperplastik dengan komponen pro inflamasi. Beberapa
agen yang menyebabkan peningkatan lemak darah, tekanan darah, peningkatan

15
glukosa darah. Menyebabkan potensi kerusakan dan autoimmune dari vaskular. Plak
pada vaskular yang memiliki fibrous cap yang tipis, berpotensi untuk ruptur sehingga
melepaskan kolesterol dan faktor koagulasi dalam darah yang mengancam nyawa.
Beberapa faktor yang mendukung proses atherogenik : (1,9)
- Trauma fisik atau stress
- Hipertensi
- Kadar ROS yang tinggi dalam darah, berasal dari asap rokok atau polutan udara
- Hiperlipidemia (Kadar LDL atau VLDL yang tinggi dalam darah)
- Kadar gula yang tinggi dalam jangka waktu yang lama
- Homosisteinemia

Pertumbuhan Plak dan Remodeling Vaskular

Lesi atherosklerosis terjadi karena beberapa faktor hemodinamik yang


berhubungan faktor endothel. Atherosklerosis membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk
berkembang, dan terjadi pada pembuluh darah yang bercabang dimana terjadi
perubahan kecepatan dan turbulensi sehingga mendukung terjadinya atherogenesis.

Lesi awal atherosklerosis adalah fatty streak, yang ditemukan pada aorta dan
pembuluh darah besar pada orang berusia 20 tahun. Fatty streak adalah hasil
akumulasi lipoprotein serum dalam tunika intima pembuluh darah. Fatty streak dapat
berubah menjadi plak fibrous akibat akumulasi lipid yang progresif dan migrasi dari sel
otot polos. Beberapa faktor seperti Platelet-derived growth factor, insulin-like growth
factor, transforming growth factors alpha dan beta (TGF alfa dan β), thrombin, and
angiotensin II (A-II) adalah mitogen poten yang berperan dalam inflamasi di dinding
pembuluh darah. Perumbuhan plak fibrous memicu terjadinya remodelling vascular.
Remodelling vaskular ada 2 macamyaitu remodelling positif dan negatif. (2)

16
Gambar 2.3 Peran Makrofag dalam Patogenesis Atherosklerosis

(Sumber : Libby P: Inflammation in Atherosclerosis. Nature 202;420:868)

Gambar 2.4 Patogenesis Atherosklerosis

(Sumber : Libby P: Inflammation in Atherosclerosis. Nature 202;420:868)

17
Gambar 2.5 Remodelling Vaskular

(Sumber : Boudi, 2016)

Denudasi dari endothelium atau ruptur plak dapat mengakibatkan pelepasan


faktor trombogenik dari plak yang bersirkulasi dalam darah. Sel T limfosit mengatur
pelepasan interferon gamma yaitu sitokinyang penting dlam mengatur proliferasi sel
otot polos dan sintesis kolagen. Kemudianmakrofag akan memproduksi matrix
metalloproteinase yang berfungsi dalam degradasi kolagen. Sel T yang nerada tempat
ruptur memproduksi sitokin interferon gama yang menghambat sintesiskolagen.
Kolagen yang telah terbentuk didegradasi oleh makrofag yang memproduksi enzim
(2)
metalloproteinase (MMP). MMP diinduksi oleh makrofag, IL-1 dan TNF alfa.

2.2.5 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung


koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan
mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi
terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya.

18
Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian
tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut
oksigen ke jaringan

Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada
saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala
aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri
oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi
secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri maka gejalanya akan
timbul secara mendadak.
2.3.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan atherosklerosis dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.pemeriksaa fisik yang dapat dilakukan : Adanya
kelemahanatau ketiadaan denyut di daerah penyempitan arteri, suara bising di seluruh
arteri, penurunan tekanan darah pada salah satu ektermias yang terpengaruh, dan
adanya xanthelasma pada kelopak mata.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
aterosklerosis yaitu dengan cara:

1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di


pergelangan kaki dan lengan,
2. pemeriksaan doppler di daerah yang terkena ,
3. skening ultrasonik duplex,
4. CT scan di daerah yang terkena,
5. arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena,
6. IVUS (intravascular ultrasound).
7. Tes darah : Tes darah meliputi pemeriksaan profil lipid seperti LDL, HDL, TG.
8. EKG
9. Treadmill
10. Radiologi
11. Kateterisasi jantung

19
2.3.7 Penatalaksanaan Medis
Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk
pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk
menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol,
asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah, dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan
clopidogrel atau anti-koagulan.
Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan
aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu
pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur
yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan
untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.

Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam
darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol,
lovastatin).
Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi
resiko terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah
yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat
invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk
membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.

2.3.8 Pencegahan
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-
faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang
hendaknya:

 Menurunkan kadar kolesterol darah


 Menurunkan tekanan darah
 Berhenti merokok
 Menurunkan berat badan

20
 Berolah raga secara teratur.

2.3.9 Hubungan Atherosclerosis dengan Transforming Growth Factor (TGF β) dan


Matrix Metalloproteinase (MMP)

2.3.9.1 Hubungan Atherosclerosis dengan Transforming Growth Factor (TGF


Beta)

Transforming Growth Factor (TGF β) adalah sitokin yang berperan dalam


pertumbuhan, proliferasi, migrasi, diferensiasi, matriks ekstraseluler, dan efek
immunomodulator. TGF β disintesis di sel kardiak jantung dan diduga memiliki efek anti
atherogenik. TGF β memiliki hubungan terbalik dengan tingkat pertumbuhan lesi
atheroma. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa efek TGF β yang dihambat
dengan antibodi spesifik menunjukkan eksaserbasi dari atherosklerosis. Sebaliknya
Penelitian eksperimental dengan TGF β dengan kadar yang tinggi di jantung dan
(6)
plasma menunjukan peran atheroprotektif.

Penelitian menunjukkan TGF β ditemukan dalam kadar tinggi pada apoE HDL
,yang menunjukkan kadar TGF β yang tinggi merupakan bagian dari kondisi vaskular
yang normal. Hiperlipidemia diketahui dapat membuat reseptor sinyal TGF β tidak
berjalan dengan baik, statin sendiri juga dapat meningkatkan kinerja TGF β pada
(9)
dinding vaskular.

TGF β diketahui dapat memnbuat dinding arteri menjadi kaku, dan mengurangi
komplians arteri, sehingga dapat mengubah sintesis nitric oxide dan menganggu aliran
darah. (9)

Inflamasi subkronis pada dinding pembuluh drah juga berperan terhadap


terjadinya atherosklerosis. Beberapa komponen antiinflamasi juga berperan pada
atherosklerosis, seperti lipoxin, relaxin glukokortikoid dan TGF B. TGF β merupakan
salah satu antiinflamasi yanh paling poten. Glukokortikoid juga meningkatkan kerja
melalui interaksi dengan jalurTGF β/SMAD . TGF β juga menekan inflamasi melalui
(9)
supresi marker inflamasi seperti nitrit oxide syntase dan mealui jalur SMAD.

21
TGF β juga berasosiasi dengan stabilitas plak. TGF β dengan kadar rendah
berasosiasi dengan instabilitas plak. TGF dengan kadar tinggi ditemukan pada keadaan
plak yang stabil. (9)

Efek TGF β pada sel endotel vaskular

TGF β berasosiasi dengan inhibisi dan migrasi dan proliferasi sel vaskular.. TGF
β juga memiliki efek yang bergantung dosis. TGF β dengan konsentrasi rendah
menstimulasi migrasi dan proliferasi endotel, namun TGF konsentrasi tinggi
(9)
menghambat migrasi dan proliferasi endotel.

Efek TGF β pada sel otot polos vaskular

TGF β memicu terjadinya apoptosis dari sel otot halus vaskular, dan sel endotel.
TGF β juga dapat menghambat migrasi dan proliferasi endotel pada otot halus aorta
orang dewasa. (9)

Efek TGF β pada makrofag.

TGF β menghambat perubahan monosit menajdi makrofag, suatu tahap kunci


dari atherogenesis. TGF β dengan konsentrasi tinggi juga menghambat kemotaksis
melalui jalur Rho (9)

Efek TGF β pada limfosit

Proliferasi limfosit dihambat oleh TGF β, dan merupakan faktor immunosupresif


utama pada tubuh. TGF juga menginduksi apoptosis dari limfosit pada konsentrasi
sangat rendah (9)

TGF β memiliki variasi peran dalam proses pembentukan atheroskleoris. TGF


dapat menghambat migrasi dan proliferasi endothel, namun di sisi lain TGF β juga
dapat membuat arteri menjadi kaku dan mengurangi komplians arteri sehingga
meperberat reduksi ukuran arteri. (9)

22
Pada penelitian Taleb (2014), TGF β memiliki peran protektif pada
atherosklerosis, dengan bantuan regulasi TH 17 dan interleukin 6 dengan stablisasi
plak ateroma.

Gambar 2.6 Peran TGF β pada Stabilisasi Plak

(Sumber : Taleb, 2014)

2.3.9.1 Hubungan Atherosclerosis dengan Matrix Metalloproteinase (MMP)

Matrix metalloproteinases (MMPs) adalah keluarga dari enzim zinc dependent


proteolitik yang mendegradasi berbagai komponen matriks ekstraselular dan memediasi
nya untuk remodeling baik dalam proses fisiologis dan patologis. Fungsi utama dari
MMPs adalah degradasi matriks ekstraselular untuk mempermudah perkembangan
migrasi sel dan invasi.

Matriks metalloproteinase merupakan enzim yang paling penting dalam


degradasi molekul makro matriks ekstra selular dalam jaringan penyambung yaitu
proteinase atau endopeptidase yang memecah ikatan peptida internal dari suatu
protein. Mereka dapat ditemukan didalam lisosom yang mana bekerja saat terjadi
proses pengambilan protein secara endositosis atau dapat juga ditemukan ekstraselular

23
(3)
didalam ruang periselular dan jauh dari sel .

Sintesis MMPs diregulasi oleh ekspresi gen. Dalam jaringan ikat normal,
ekspresi MMPs secara fisiologis rendah, tetapi meningkat pada proses patologis seperti
pada kondisi OA dan RA. MMP-1, MMP-3, MMP-9, dan MMP-13 diinduksi oleh IL-1
beta dan TNF-alpha. IL-1 beta dan TNF-alpha meregulasi gen MMP melalui jalur
tranduksi signal seperti MAPKs (Mitogen-Activated Protein Kinases). Dengan
demikian,jalur MAPKs sangat penting sebagai signal mediator dari sitokin pada proses
inflamasi. (3)

Selain itu MMPs diinhibisi oleh tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMPs).


(3)
TIMPs diproduksi oleh jaringan ikat sel yang membuat MMPs

MMP diduga memiliki peran terhadap proses patologi dari atherosklerosis. MMP
mendegradasi kolagen dan membuat sel otot polos bermigrasi dalam dinding pembuluh
darah. Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kerja MMP adalah
(10)
homosistein, hidrogen disulfida dan nitrit oksida.

Inhibisi dari MMP saat ini dalam penelitian sebagai target terapi dalam
atheroskleoris. (Roycik 2013). MP juga berperan dalam degradasi matriks ekstraseluler
sehingga menimbulkan remodelling vaskular yang meruhgikan pada patogensess
atherosklerosis. (11)

Pada penelitian Niu (2010), terapi HBO dapat menurunkan jumlah produksi MMP
yang disebabkan karena penurunan jumlah sitokin IL-1 akibat block sinyal MAPK serta
didapatkan peningkatan jumlah TIMP (5)

Penelitan Zhang (2013) menunjukkan bahwa pemberian terapi HBO 100% 2.4
ATA selama 90 menit selama 7hari menyebabkan penurunan jumlah MMP pada luka
kronis dan peningkatan ekspresi TIMP-2 sehingga secara konsisten mengurangi
(12)
terjadinya degradasi dari matrix.

24
Gambar 2. 7 Peran MMP dalam Pathogenesis Atherosklerosis

(Sumber : Andriou 2015)

25
BAB III
KERANGKA KONSEP

HBO

Fatty Streak

SMC + Migrasi TGF β


endothel

IL-6 IL-23
Stable Plaque

TIMP MMP Inflamasi

Unstable Plaque

Ruptur Plaque

26
BAB IV
PENUTUP

Aterosklerosis adalah penyakit yang disebabkan oleh sempitnya pembuluh darah


akibat timbunan lemak yang meningkat di dinding pembuluh darah sehingga aliran
darah menjadi tersumbat. Timbunan tersebut bukan hanya lemak tetapi ada juga
substansi lain berupa trombosit, makrofag, leukosit, produk sampah seluler, kalsium
dan lain-lain.

Awalnya seluruh endapan lemak terbentuk di dalam lapisan arteri.di seluruh


lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Pertumbuhan ini disebut dengan
plak.

Penyakit ini adalah penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang silih
berganti. Perubahan gejala kliniknya tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan
rupture plak.

Patofisiologi atherosklerosis melibatkan peran inflamasi kronis, migrasi dan


proliferasi endotel. Proses ini melibatkan beberapa faktor, salah satunya TGF β dan
Matrix Metalloproteinase. TGF β memiliki hubungan dengan stabilnya plak
atherosklerotik, sedangkan metalloproteinase dihubungkan dengan kejadian rupturnya
plak.

Pada beberapa penelitian, TGF β mememiliki kemampuan sebagai antiinflamasi


pada lesi atherosklerotik dan menghambat migrasi sel otot polos sehingga dapat
menghambat progresivitas dan rupturnya plak. Namun pada beberapa penelitian, TGF
β dapat mengurangi komplians pembuluh darah sehingga dapat mengurangi aliran
darah dan memperberat gejala atheroskleoris.

Penelitian lain mengungkapkan metalloproteinase (MMP) memiliki peran yang


tinggi pada kejadian plak ruptur.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendalami hubungan MMP dan TGF β
dengan kejadian atherosklerosis sehingga menjadi target terapi masa depan sehingga
morbiditas dan mortalitas penderita bisa ditekan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Andreau, 2015. miRNAs in atherosclerotic plaque initiation, progression, and


rupture. Volume 21, Issue 5 p 307-318, May 2015
2. Boudi et al, 2016. Coronary Artery Atherosclerosis. Drugs &
Diseases > Cardiology
3. Burrage PS1, Mix KS, Brinckerhoff CE. Matrix metalloproteinases: role in
arthritis. Front Biosci. 2006 Jan 1;11:529-43.
4. Latham et al. Hyperbaric Oxygen Therapy. 2017. Drug and Diseases. Clinical
Procedures.
5. Niu et al. 2010. Beneficial effects of hyperbaric oxygen on human degenerated
intervertebral disk cells via suppression of IL-B and p38 MAPK signal. Pub online
in Wiley Online Library. Volume 29, Issue 1 Pages 14–19
6. Refienberg, 2012. Overexpression of TGF-ß1 in Macrophages Reduces and
Stabilizes Atherosclerotic Plaques in ApoE-Deficient Mice PLoS ONE 7(7):
e40990. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0040990.

7. Roycik et al. 2013. Matrix metalloproteinase inhibition in atherosclerosis and


stroke. Curr Mol Med. 2013 Sep;13(8):1299-313.

8. RSAL dr. Mintohardjo. Hiperbarik Center.

9. Toma et al, 2012. Transforming growth factor-β and atherosclerosis: interwoven


atherogenic and atheroprotective aspects Jan;347(1):155-75. doi:
10.1007/s00441-011-1189-3. Epub 2011 May 31.

10. Vacek et al. 2015. Matrix metalloproteinases in atherosclerosis: role of nitric


oxide, hydrogen sulfide, homocysteine, and polymorphisms. Vasc Health Risk
Manag. 2015; 11: 173–183.

11. Watanabe N1, Ikeda U. 2004. Matrix metalloproteinases and atherosclerosis.


Curr Atheroscler Rep. 2004 Mar;6(2):112-20.

12. Zhang dan Gould. 2013. Hyperbaric Oxygen Reduces Matrix Metalloproteinases
in Ischemic Wounds through a Redox-Dependent Mechanism. Journal of

28
investigative Dermatology. Jan;134(1):237-246. doi: 10.1038/jid.2013.301. Epub
2013 Jul 18.

LAMPIRAN

29
30
31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai