Anda di halaman 1dari 17

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 tidak lepas dari campur tangan bangsa-bangsa Eropa yang
pernah datang ke Indonesia. Kamu masih ingat nggak, Squad sejak kapan Bangsa Eropa datang ke sini?
Tenang, RG akan kasih tahu perkembangan kolonialisme dan imperialisme Eropa di Indonesia, baca artikel
ini sampai habis ya, Squad!

Indonesia dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah dicari bangsa Eropa karena
manfaatnya sebagai penghangat dan bisa dijadikan pengawet makanan. Selain karena harganya yang mahal,
memiliki rempah-rempah juga menjadi simbol kejayaan seorang raja pada saat itu. Dari faktor-faktor itu,
banyak Bangsa Eropa yang berusaha untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah, salah satunya
Indonesia.

Portugis

Bartholomeus Diaz melakukan penjelajahan samudra dan sampai di Tanjung Harapan, Afrika Selatan, pada
1488. Penjelajahan lalu diteruskan Vasco da Gama yang sampai di Gowa (India) pada 1498, lalu pulang ke
Lisboa, Portugal, dengan membawa rempah-rempah. Portugis pun semakin gigih dalam mencari sumber
rempah-rempah. Untuk itu, Portugis melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin Alfonso
d’Albuquerque untuk menguasai Malaka. Ia berhasil menguasai Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-
rempah di Asia Tenggara pada 10 Agustus 1511.
Spanyol

Orang Spanyol yang pertama kali melakukan penjelajahan samudra adalah Christopher Columbus. Ia berlayar
ke arah barat melewati Samudra Atlantik sesuai Perjanjian Tordesillas menuju India sekitar tahun 1492-
1502. Ternyata ada kesalahan, karena sebenarnya ia sampai di benua Amerika; yang ia pikir adalah India.
Penjelajahan berikutnya dilakukan Magelhaens dari Spanyol ke barat daya melintasi Samudra Atlantik
sampai di ujung selatan Amerika, kemudian melewati Samudera Pasifik dan mendarat di Filipina pada tahun
1521. Pelayaran Magelhaens berpengaruh bagi dunia ilmu pengetahuan karena dirinya berhasil
membuktikan bahwa bumi itu bulat. Penjelajahan Magelhaens kemudian dilanjutkan Sebastian del Cano.
Pada 1521, Sebastian del Cano berhasil berlabuh di Tidore, namun kedatangan mereka dianggap melanggar
Perjanjian Tordesillas. Untuk menyelesaikan permasalahan keduanya, Portugis dan Spanyol melakukan
Perjanjian Saragosa pada 1529.

Baca juga: 7 Strategi Perlawanan Indonesia terhadap Belanda Sampai Awal Abad 20.

Belanda

Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap Belanda yang kurang ramah dan
berusaha memonopoli perdagangan di Banten membuat Sultan Banten saat itu marah. Akibatnya, ekspedisi
ini terbilang gagal. Sekitar 1598-1600, pedagang Belanda mulai berdatangan kembali. Kedatangannya kali ini
dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil mendarat di Maluku dan membawa rempah-rempah. Keberhasilan van
Neck menyebabkan semakin banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia.

Inggris

Masuknya bangsa Inggris ke Indonesia juga bertujuan mencari rempah-rempah. Tokoh penjelajahnya adalah
Sir Henry Middleton dan James Cook. Henry Middleton mulai menjelajah di tahun 1604 dari Inggris
menyusuri perairan Cabo da Roca (Portugal) dan Pulau Canary. Henry Middleton lanjut menuju perairan
Afrika Selatan hingga Samudra Hindia. Ia sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir 1604. Ia berlayar ke
Ambon (1605) lalu ke Ternate serta Tidore dan mendapat rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh.
Sedangkan ada James Cook sampai ke Batavia tahun 1770, setelah dari Australia.

Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama berada di Indonesia. Hingga
akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di Indonesia. Meski telah bangkrut, sampai sekarang,
perusahaan ini tercatat sebagai salah satu perusahaan terkaya di dunia lho. Ada yang bisa menebak nama
perusahaannya?

Vereenigde Oostindische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC merupakan perusahaan dagang tersebut.
VOC didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt. Kepemimpinannya dipegang oleh 17 orang
pemegang saham (Heeren Zeventien) yang berkedudukan di Amsterdam. Tujuan pembentukannya adalah:

(1) menghindari persaingan sesama pedagang Belanda.

(2) Memperkuat Belanda dalam persaingan dengan Bangsa Eropa lain.

(3) Memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik. VOC memiliki
hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan
perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang,
dan mendirikan benteng. VOC pun memiliki beberapa kebijakan, yaitu:

1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.

2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC. Kebijakan ini
berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram.

3. Ekstirpasi: menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak berlebihan sehingga harga dapat
dipertahankan.

4. Pelayaran hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau penanaman dan perdagangan
rempah-rempah oleh petani.

Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi, menanggung utang
akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di
Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Perancis.

Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte,
mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk mempertahankan pulau
Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi
Perancis. Adapun kebijakan Daendels adalah:
Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta hubungan dengan
raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak perlawanan. Daendels ditarik ke Eropa, lalu
digantikan Gubernur Jenderal Janssens pada tahun 1811. Masa pemerintahannya tidak lama, karena pasukan
Inggris datang menyerang. Janssens dan pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian
Tuntang, sehingga selanjutnya Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.

Masa Pemerintahan Inggris

Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford Rafflesyang berada di
Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa Inggris tidak berlangsung lama. Sejak 1816 Inggris
menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda. Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan
Belanda.

Masa Pemerintahan Belanda


Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan dalam menghapuskan peran
penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan rakyat, sehingga muncul banyak perlawanan
dari rakyat. Belanda juga mengutus Johannes van den Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda
yang kosong akibat perang dengan masyarakat Nusantara dan Bangsa Eropa lainnya.

Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa ( cultuur stelsel) sejak tahun 1830. Penerapan cultuur
stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang melebihi usia tanam padi, tanah yang
seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya.
Meski begitu, Tanam Paksa juga berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman
baru dan mengetahui cara tanam yang baik.

Pada tahun 1870 Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang dalam UU Agraria
1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan pemerintah. Di sini, mulai diberlakukan politik
pintu terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan
sistem kerja paksa diganti dengan sistem kerja bebas.
Perkembangan Agama Kristen

Agama Katolik dibawa oleh kaum misionaris Portugis, salah satunya St. Fransiskus Xaverius (1506-1552)
yang mengunjungi Ambon, Ternate dan Halmahera pada tahun 1546-1547. Selain Portugis, Belanda juga
menyebarkan agama Protestan oleh Ludwig Ingwer Nommensen. Ia berhasil melakukan kristenisasi di
Sumatera Utara. Hingga kini, Protestan merupakan agama yang dominan di Provinsi Sumatera Utara.

PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA

Squad, pasti kamu sudah tahu 'kan kalau negara kita tercinta ini pernah dijajah oleh bangsa Belanda selama
3,5 abad? Pasti kamu bertanya-tanya, apakah bangsa kita tidak pernah melakukan perlawanan untuk
bisa merdeka hingga bisa dijajah begitu lamanya.Eits jangan salah, ternyata masyarakat Indonesia pada saat
itu sudah melakukan berbagai perlawanan yang dipelopori oleh beberapa pahlawan hebat. Apa saja ya
perang yang telah terjadi demi membebaskan Indonesia dari pemerintah Belanda? Yuk, kita lihat.

Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian agama Islam di
Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti
berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk
menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun
1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat

Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum
Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Salah satu tokoh pemimpin
Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam
Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda.
Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.

Perang Pattimura

Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku yang
dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-
besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan
Martha Christina Tiahahu.

Perang Diponegoro

Pangeran Diponegoro (Sumber: pinterest.com)


Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran
Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena
Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi
tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu setiap
daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan
benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.

Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro. Belanda akhirnya menggunakan
tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro, padahal sebenarnya itu berupa
penangkapan. Setelah penangkapan, gerak pasukan Diponegoro mulai melemah. Belanda dapat
memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar karena perang tersebut menguras biaya
dan tenaga yang banyak.

Perang Jagaraga Bali

Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang memberik hak
kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta muatannya yang terdampar di Bali.
Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-habisan)
antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda berhasil
menguasai Bali karena kekuatan militer yang lebih unggul.

Perang Banja

Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta keikut-campuran
Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan Pangeran
Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran terus
terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena
pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan
perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang
ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.

PerangAceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda bebas meluaskan
wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak
Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang
dengan jihad, sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.

Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan karakter rakyat
Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental
rakyat semakin terkikis, dan memecahbelah rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok.

Perlawanan Rakyat Batak

Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini adalah bangsa
Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen.
Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan
Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu
Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.

DAMPAK KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

Disadari atau tidak, bentuk pemerintahan kita sekarang juga merupakan “warisan” dari pemerintahan
kolonial Belanda. Zaman dahulu, sistem kepemimpinan kita bersifat pamong praja. Jabatan yang sifatnya
turun-temurun dan upetinya didapat dari rakyat. Artinya, kalau kamu baru bisa menjadi "penguasa" kalau
kamu keturunan raja. Kalau tidak, ya tidak.

Daendels dan Raffles kemudian mengubahnya menjadi pemerintahan modern. Bupati dijadikan pegawai
negeri dan digaji. Bagi mereka, bupati adalah alat kekuasaan. Ya, baik Belanda maupun Inggris melakukan
intervensi terhadap kerajaan. Alhasil, elit kerajaan kurang leluasa dalam pergerakan politik.

Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera Indonesia juga mengakibatkan hal lain: aktivitas
pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini akhirnya terbawa sampai sekarang. Meskipun saat ini kita sudah
melakukan desentralisasi, tapi tetap terasa bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat pemerintahan.

Tentu, saat pemerintah kolonial Belanda menguasai Indonesia, tidak sedikit perlawanan yang menghadang.
Salah satunya adalah perlawanan ciamik lewat dunia politik. Kebanyakan rakyat bergerak melalui organisasi
dalam maupun luar negeri.

Sayangnya, kedatangan kolonial memperburuk sosial budaya kita. Adanya Belanda membuat kita terbiasa
hidup dalam kotak-kotak masyarakat. Mereka, dengan sengaja membuat kasta antargolongan. Buat mereka,
bangsa eropa adalah yang tertinggi. Disusul Asia, Timur Jauh, dan, kasta terendah adalah kaum pribumi.

Tidak hanya itu, penindasan dan pemerasan secara kejam juga terjadi. Upacara adat di istana-istana kerajaan
dihilangkan. Merka menggantinya dengan tradisi pemerintahan Belanda.

Kebiasaan pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, di sisi lain, membawa pengaruh tersendiri.
Sedikit banyak kita punya bahasa serapan yang berasal dari bahasa Belanda. Kantor yang berasal dari kata
“Kantoor”. Dan koran yang berasal dari kata “krant”.

Baca juga: Perkembangan Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia

Pengaruh lain dari Belanda ada pada karya sastra kita. Belanda yang memperkenalkan surat kabar pada
tahun 1659 tentu membantu dalam penyebaran informasi. Bahkan, penyebaran Katolik dan Protestan juga
dapat ditemui dari koran.

Karena tujuan Belanda di Indonesia untuk mencari rempah-rempah, mereka harus membuat infrastruktur
untuk mengangkut pasokan bahan makanan. Makanya, mereka punya andil dalam pembuatan pembangunan
rel kereta dan jalan raya. Bahkan mereka juga membangun waduk dan saluran irigasi. Selain itu. Mereka juga
membangun industri pertambahan dengan membuka kilang minyak bumi di Tarakan, Kalimantan Timur.
Oke, mungkin paragraf di atas membuat kamu merasa kalau “Belanda itu baik” karena membangun
infrastruktur dan perekonomian kita. Tapi, satu hal yang perlu diingat adalah, cara mereka memperlakukan
rakyat kita. Kebijakan tanam paksa dan ekonomi liberal yang mereka bentuk membuat rakyat Indonesia
dipaksa menjadi penghasil bahan mentah aja. Alhasil, kita tidak punya jiwa “Entrepreneur”. Lha,
wong disuruh menanam pala terus.

Yah, monopoli dagang yang dibuat VOC juga membuat perdagangan Nusantara di kancah internasional jadi
mundur. Karena kita cuman tahu bikin bahan mentah, tapi tidak tahu cara mengolah lebih lanjut.

Di bidang pendidikan, Pemerintah Kolonial berhasil memanfaatkan rakyat kita untuk dijadikan pegawai
administrasi yang terdidik, terampil, tapi dihargai murah. Secara pendidikan formal, Belanda menyusun
kurikulum pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Makanya, ada kecenderungan politik dan kebudayaan
yang dimasukkan melalui pendidikan.

Masalahnya, akses untuk pendidikan ini dibatasi oleh mereka. Belanda lagi-lagi membuat sekat dan kasta.
Karena mereka takut kalau rakyat kita terlalu pintar, kita bisa bersatu untuk menggulingkan kekuasaan
mereka. Makanya, hanya orang-orang "berada" yang bisa masuk. Seperti keturunan raja, bangsawan, dan
pengusaha kaya.
Lama-kelamaan, hal ini membuat sebagian kalangan menjadi geram. Alhasil, mulai bermunculan akademisi
yang mementingkan pendidikan di Indonesia. Mulai dari bedirinya Budi Utomo. Masuknya pendiidikan
berbasis agama seperti Muhammadiyah. Dan, tentu saja, lewat bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.

Ekspedisi Malaka oleh Bangsa Portugis

Ekspedisi Malaka ini disebabkan oleh Faktor Politik bangsa Eropa yang mulai mencari rempah-
rempah di Indonesia yang saat itu sedang mengalami perkembangan pesat meskipun dengan harga
yang tinggi!. Kemudian Raja Portugis mengutus Diogo Lopes de Sequira untuk ekspedisi Malaka, ia
tiba disana pada tahun 1509

Pada awal tiba di Malaka semua berjalan baik dan disambut oleh Sultan Mahmud Syah namun lama
kelamaan beliau berbalik melawan Diogo Lopes de Sequira

Pelayaran Alfonso de Albuquerque

Alfonso de Albuquerque merupakan seorang tokoh penjelajah Samudra dari Portugis dimana pada
tahun 1511 iya melakukan pelayaran dari daerah Goa (India) menuju Malaka. Tidak lama setelah
kedatangan Alfonso, ia disambut 'meriah' dengan peperangan melawan Sultan Mahmud dan
akhirnya Malaka berhasil dikuasai oleh Portugis

Setelah menguasai Malaka, Alfonso memerintahkan Francisco Serrao untuk mencari rempah-
rempah di pulau tersebut sementara Alfonso kembali ke India dengan barang rampasan yang besar
di kapalnya. Namun naas saat di laut lepas Pantai Sumatra, kapal yang ditungganginya karam

Akhir Ekspedisi Portugis


Pada tahun 1512 Francisco Serrau berhasil menemukan pulau rempah-rempah yang beranama
Pulau Hitu dan pada tahun 1522, Portugis mengadakan persekutuan dengan Ternate dan
membangun benteng di sana

Namun hubungan mereka tak berjalan lama karena penduduk Ternate geram dengan Kristenisasi
penduduk Islam di sana dan sikap Portugis yang tidak sopan. Perlawan rakyat ternate dipimpin oleh
Sultan Hairun dengan mengepung Benteng Santo Palo milik Portugis namun gagal. Akhirnya pada
tahun 1575 orang-orang portugis diusir dari ternate oleh Sultan Baabullah walau memakan perang
dengan cara mengepung selama 5 tahun

Tentu saja dengan akhir seperti itu tidak serta merta menjadikan Kolonialisme dan Imperialisme di
Indonesia berhenti, masih ada negara lain yang melakukan hal tersebut
Ekspedisi Bangsa Belanda

Bangsa Belanda menyusul bangsa Portugis dan Spanyo melakukan penjelajahan dunia sampai ke
Kepulauan Indonesia. Pertengahan abad ke-16, Belanda sedang bersaing dengan bangsa Portugal dan
Spanyol. Belanda di bawah jajahan Spanyo berusaha untuk merdeka.
Para perualang Belanda beruntung karena mereka memperoleh informasi perjalanan bangsa Portugis di
Asia dan Indonesia dari Jan Hugyen van Linschoten, orang Belanda yang ikut bersama orang-orang
Portugis ke Indonesia. Tiga buah kapal di antaranya, mampu mencapai pelabuhan Banten pada 1596.

Jawa

Setelah bersaing dengan bangsa Portugis, bangsa Indonesia juga harus berhadapan dengan bangsa
Eropa lainnya, yaitu bangsa Belanda. Oleh karena bersikap kasar dan melakukan penghinaan terhadap
penduduk di pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, dia kehilangan banyak awak.

Maluku

Petualang dari Belanda akhirnya datang juga di Maluku. Akibat dari kekayaan rempah-rempah yang
dimilikinya, warga Maluku harus menerima banyak kapal dagang Belanda, baik yang berminat untuk
berdagang ataupun yang ingin menguasai sumbernya.

Penjelajahan Bangsa Belanda

Bangsa Belanda menyusul bangsa Portugis dan Spanyo melakukan penjelajahan dunia sampai ke
Kepulauan Indonesia. Pertengahan abad ke-16, Belanda sedang bersaing dengan bangsa Portugal dan
Spanyol. Belanda di bawah jajahan Spanyo berusaha untuk merdeka.
Para perualang Belanda beruntung karena mereka memperoleh informasi perjalanan bangsa Portugis di
Asia dan Indonesia dari Jan Hugyen van Linschoten, orang Belanda yang ikut bersama orang-
orang Portugis ke Indonesia. Tiga buah kapal di antaranya, mampu mencapai pelabuhan Banten pada
1596.

Ekspedisi Bangsa Spanyo

Bangsa Spanyo menyusul bangsa Portugis melakukan penjelajahan dunia dan menjadi pelopor
kolonialisme. Antara 1492-1502, Christopher Colombus (1451-1506) melakukan empat kali pelayaran
ke Amerika dan menemukan Kepulauan Karibia.
Niat untuk mencari jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan oleh bangsa Spanyol. Penguasa
Spanyol, Charles V, menugaskan Ferdinand Magellan (1480-1521) untuk menemukan jalur langsung
ke kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil rempah-rempah. Pelayaran Magellan berpengaruh
besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan membuktikan teori Colombus bahwa dunia ini bulat.
Penjelajahan bangsa Spanyol ke benua Amerika diikuti dengan penaklukan dan kolonisasi.

Munculnya dan Berkembangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia


Munculnya dan Berkembangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
Jatuhnya Jaringan Perdagangan Islam di Indonesia

Jaringan perdagangan Indonesia, terutama yang diperlopori oleh para pedagang Islam, mengalami
kehancuran akibat monopoli perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Portugis dan Belanda.
Quote:
Hak octrooi yang diberikan kepada VOC yaitu:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan.
b. VOC memperoleh hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri.
c. VOC dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia.
d. VOC berhak mengadakan perjanjian.
e. VOC berhak memaklumkan perang dengan nama lain.
f. VOC berhak menjalankan kekuasaan kehakiman.
g. VOC berhak mengadakan pemungutan pajak.
h. VOC berhak memiliki angkatan perang sendiri.
i. VOC berhak mengadakan pemerintahan sendiri.

Akibat hak-hak monopoli yang dimilikinya, VOC bisa memaksakan kehendaknya pada perusahaan-
perusahaan perdagangan Indonesia. Untuk mempertahankan monopoli perdagangannya, kekuatan
militer pun ditingkatkan.
VOC mengalami kemunduran yang disebabkan: merajalelanya korupsi pada para pegawai VOC kuatnya
persaingan di antara kongsi-kongsi perdagangan lain terlalu banyak biaya untuk menumpas berbagai
pemberontakan rakyat dan meningkatnya kebutuhan untuk gaji pegawai VOC.
Menuru Ricklefs, kemunduran VOC disebabkan:
“Meskipun VOC merupakan organisasi milik Belanda, tetapi sebagian besar anggotanya bukanlah orang
Belanda. Para petualang, gelandangan, penjahat, dan orang-orang yang bernasib jelek dari seluruh
Eropalah yang mengucapkan sumpah setia pada VOC. Ketidakberdayagunaan, ketidakjujuran,
nepotisme, dan alakoholisme tersebar luas dikalangan anggota VOC.”
Hal itu pula yang melatarbelakangi sikap operasional VOC terhadap bangsa pribumi yang cenderung
kejam, sewenang-wenang, dan tanpa kompromi
Indonesia pada Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels (1808-1811)

Indonesia yang terletak jauh dari kawasan Eropa ternyata pernah menjadi bagian dari konflik antarnegara
Eropa. Pemerintah Kerajaaan Belanda yang sudah menjadi bagian dari Imperium Prancis harus
berhadapan dengan Inggris, musuh Napoleon Bonaparte yang belum dapat ditaklukkan.
Sementara itu, di Indonesia, kedudukan Belanda yang sudah jatuh ke Prancis sangant terancam. Untuk
kepentingan perang Prancis dengan Inggris, bangsa Indonesia harus menghadapi penderitaan di bawah
pemerintahan Daendels. Untuk membiayai proyek tersebut, rakyat dibebani dengan pajak-pajak tertentu
yang cukup besar. Dengan demikian, sistem wajib penyerahan model VOC diteruskan oleh Daendels.
Kehidupan keraton di Jawa juga terancam akibat ulah Daendels. Demikian juga dengan intervensinya
terhadap kehidupan di Yogyakarta yang menimbulkan keresahan di kalangan keraton.

Indonesia pada Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles (1811-1816)

Serangan terhadap kekuasaan Imperium Prancis di Indonesia terbukti pada 1811. Pada 8 Agustus 1811,
60 kapal Inggris melakukan serangan ke Batavia. Akhirnya Batavia dan daerah-daerah sekitanya jatuh ke
tangan Inggris pada 26 Agustus 1811.
Mungkin tidak disadari bahwa pada masa penjajahan Inggris wilayah Indonesia secara ekonomis dan
politis pernah bersatu dengan wilayah India. Raffles lebih bersifat liberal dalam menjalankan
pemerintahannya.
Quote:
Beberapa tindakan Raffles:
a. Menghapuskan sistem kerja paksa (rodi), kecuali untuk daerah Priangan dan Jawa Tengah;
b. Menghapuskan pelayaran hongi dan segala jenis tindak pemaksaan di Maluku;
c. Melarang adanya perbudakan;
d. Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan hasil bumi;
e. Melaksanakan sistem landrente stelsel (sistem pajak bumi), dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Membagi Pulau Jawa menjadi 16 Keresidenan;
b) Mengurangi kekuasaan para bupati;
c) Menerapkan sistem pengadilan dengan sistem juri.

Raffles menggambarkan dirinya sebagai seorang pembaru yang hebat(dalam buku History of
Java yang ditulisnya).

Perubahan Ekonomi, Demografi, dan Sosial Budaya dan Berbagai Daerah pada Masa Kolonial
Perubahan Ekonomi

Setelah kekuasaan Inggris berakhir, Indonesia kembali dikuasai oleh Belanda. Setelah
mendapat kritikan dari kaum humanis dan kaum demokrat di negeri Belanda dan di Hindia Belanda,
akhirnya Sistem Tanam Paksa dihapuskan pada 1870.
Akibat dari dilaksanakannya Sistem Ekonomi terbuka bagi bangsa-bangsa diluar Belanda,
seperti Inggris, Belgia, Prancis, Amerika Serikat, Cina, dan Jepang berdatangan ke Indonesia.
Dengan adanya Sistem Ekonomi Terbuka, perkebunan di Jawa dan Sumatraberkembang dengan pesat.
Dengan demikian, eksploitasi terhadap penduduk pribumi tetap berjalan, walaupun dengan
menggunakan sistem ekonomi modern, Sistem Ekonomi Terbuka. Pada 1881, pemerintah kolonial
Belanda mengeluarkan Koelie Ordonantie yang mengatur para kuli.
Kuli Ordonantie mendapat kecaman dari Amerika Serikat. Masuknya bangsa Eropa ke perairan
Indonsesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke daerah pedalaman. Dengan feodalisme,
rakyat pribumi, terutama di wilayah-wilayah pedesaan, dipaksa untuk tunduk dan patuh terhadap para
tuan tanah Belanda dan Timur Asing yang dijaga oleh para centeng penguasa lokal/pribumi.
Penderitaan penduduk Indonesia dikritisi oleh kaum humanis Belanda. Menurut Van Devender ada tiga
cara untuk menyehatkan, mencerdaskan dan memakmurkan rakyat Indonesia, yakni
memajukan pengajaran (edukasi), memperbaiki pengairan (irigasi), dan melakukan perpindahan
penduduk (transmigrasi). Gagasan ini disebut Politik etis.
Pada awalnya, pemerintah Belanda tidak langsung menerima gagasan Van Deventer, tetapi lambat laun
dijalankan juga. Meskipun hasil Politik Etis lebih diarahkan untuk kepentingan kolonial Belanda, sebagian
rakyat Indonesia memperoleh manfaat.

Komersialisasi Ekonomi dan Perubahan Sosial di Pedesaan dan Perkotaan

Setelah Sistem Tanam Paksa dihapuskan pada 1870, pemerintah kolonial menerapkan sistem ekonomi
baru yang lebih liberal. Dalam sistem perburuhan dikeluarkan aturan yang ketat.
Walaupun Wajib kerja dihapuskan sesuai dengan semangat liberalisme, pemerintah kolonial menetapkan
pajak kepala pada 1882. Di bidang ekonomi, penetrasi kapitalisme sampai pada tingkat individu, baik di
pedesaan maupun di perkotaan

Anda mungkin juga menyukai