Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS INDONESIA

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN MELALUI


TELENURSING DI RUMAH SAKIT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


SIM Keperawatan

Dosen pembimbing:

Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS

Oleh:

Retno Koeswandari
NPM: 0906594671

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA
2010

Retno Koeswandari/SIM Page 1


PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN MELALUI
TELENURSING DI RUMAH SAKIT

Retno Koeswandari*

Abstrak

Perkembangan teknologi komunikasi dalam era sekarang ini telah membuat


terobosan yang sangat besar, khususnya dalam pemanfaatan teknologi informasi.
Hampir semua orang telah menggunakan telepon sebagai bahan untuk melakukan
aktifitasnya, termasuk bidang keperawatan dengan mengembangkan telenursing.
Penggunaan perangkat telepon dan data komputer sebagai pendukung pemberi
layanan keperawatan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
pemberian layanan kepada pasien serta meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Pemanfaatan telenursing dalam pelayanan keperawatan dapat
dilakukan dengan melakukan pembicaraan kepada pelanggan melalui telepon,
dapat juga digunakan untuk konsultasi, pembimbingan keperawatan bagi
masyarakat yang mempunyai penyakit kronis dan membutuhkan perawatan, juga
dapat digunakan untuk menjalin hubungan dengan pasien dan perjanjian serta
mengingatkan untuk selalu melakukan perawatan kesehatan dengan baik. Metode
telenursing adalah melakukan konsultasi dan komunikasi antara pasien dengan
petugas kesehatan di rumah sakit sehingga tercipta komunikasi yang harmonis
untuk mencapai tujuan keperawatan yang diinginkan. Berbagai sarana dan
prasarana pendukung sangat dibutuhkan untuk keberhasilan telenursing tersebut.
Meskipun demikian di Indonesia masih perlu adanya upaya perbaikan dalam
infrastruktur, integrasi data kesehatan, maupun sumber daya manusia sebagai
provider.

Kata Kunci: telenursing, pelayanan keperawatan, perawat, pasien

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang begitu cepat menyebabkan perubahan disegala


bidang termasuk dalam pemberian pelayanan kesehatan. Saat ini di Indonesia
menurut survey dari Kementrian kominfo hampir 45 juta penduduk Indonesia
telah memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana komunikasi dan informasi
dalam menjalankan tugasnya. Kondisi demikian maka akan semakin
memperpendek jarak antara satu orang dengan orang lain dalam melakukan
aktifitasnya, seperti mengirimkan pesan, melakukan transaksi, dan aktifitas
lainnya.
Dalam bidang kesehatan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang demikian pesat telah membawa dampak perubahan yang sangat signifikan

Retno Koeswandari/SIM Page 2


termasuk pelayanan keperawatan dengan memunculkan suatu upaya terobosan
melalui suatu model pelayanan keperawatan dengan memanfaatkan teknologi
informasi melalui telenursing.
Telenursing adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi melalui telepon secara
jarak jauh dengan bantuan teknologi sebagai dasar untuk melakukan aktifitas
pelayanan keperawatan. Melakukan pekerjaan dengan telenursing adalah
memerlukan pengetahuan yang intensif dan sangat kompleks, seorang perawat
harus mempunyai berbagai pengalaman klinis, dan juga harus bisa bekerja secara
mandiri, dapat membuat suatu keputusan tentang perlu tidaknya perawatan lebih
lanjut, dan memberikan saran perawatan diri atau merujuk kepada pelayanan yang
lebih lanjut (Ernesater. A, et all, 2009).
Telenursing telah berkembang dengan baik di Negara Swedia, menunjukkan
bahwa penggunaan pelayanan keperawatan menggunakan telenursing dimulai
dengan menerapkan telepon secara Nasional dan menjangkau semua wilayah,
dukunagn perangkat elektronik seperti telepon dan perangkat lain sangat menjadi
prasyarat untuk keberhasilan implementasi telenursing tersebut, seperti
pendokumentasian data base pasien, jumlah pemberi pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dan lainnya (The National Board of Health and Welfare,1993).
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak
secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien atau antara beberapa perawat.
Telenursing dalam kesehatan telah membawa keuntungan bagi pasien dan petugas
kesehatan: misalnya, peningkatan alokasi sumber daya, waktu dan akses bagi
pasien. Namun, teknik ini mungkin juga menemui kesulitan etis. Salah satu
masalah utama untuk telenursing adalah mereka tidak dapat melihat pasien secara
langsung. Mereka merasa tanggung jawabnya yang cukup besar dan mereka takut
membuat keputusan yang salah
Menurut penelitian yang dilakukan Bohnenkam, et all (2002), bahwa pasien yang
menerima perawatan dengan menggunakan telenursing mengatakan bahwa
pengetahuan mereka meningkat dan merasa lebih nyaman dengan yang disarankan
oleh perawat. Selain itu, pengunaan sistem ini lebih mudah di akses dan mereka

Retno Koeswandari/SIM Page 3


umumnya lebih menyukai telenursing daripada harus menunggu untuk kunjungan
face to face, tetapi mereka masih percaya bahwa face to face adalah yang terbaik
(http://www.pubmed.gov).

B. Kajian Literatur
1. Prinsip Kerja Telenursing
a. Persiapan infrastruktur
Pengembangan telenursing mencakup persiapan komponen-komponen
seperti: jaringan komputer, internet, web camera, dan kesiapan sumber
daya manusia dalam mengoperasionalkannya. Pada saat menjalankan
aplikasi telenursing ini, dibutuhkan paling tidak bandwidth komunikasi
yang relatif besar karena trafik data pada aplikasi ini cukup besar.
Percakapan audio visual, sebagaimana percakapan melalui keyboard, juga
dapat dilakukan antara dua pihak maupun lebih dari dua. Peralatan yang
dibutuhkan untuk pengiriman gambar dan suara adalah video camera dan
audio card berikut microphone. Untuk penerimaan, cukup dengan monitor
dan penambahan speaker pada audio card. Sebagai aplikasi yang bersifat
real-time, aplikasi video/audio conference untuk telenursing ini sangat
sensitif terhadap delay. Oleh karena itu, aplikasi ini baru dapat berjalan
dengan baik jika kita memiliki infrastruktur jaringan telekomunikasi yang
dapat memberikan kecepatan dan bandwidth komunikasi yang cukup.
Seperti dalam skema berikut ini:

Retno Koeswandari/SIM Page 4


b. Aplikasi Telenursing
Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain
untuk membantu pasien dengan berbagai penyakit kronis belajar cara
memanage kondisi mereka. Sistem arsitektur ditunjukkan pada figure 1.
Database server yang berlokasi di regional university health care
centre, berfungsi untuk mengumpulkan, meneruskan dan memenuhi
autorisasi pasien, perawat dan dokter memasuki dan melihat informasi
pada website yang ditunjukkan pada figure 2. Subcentre kesehatan
dengan staffnya adalah seorang perawat professional yang mengetahui
tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular mengunjungi
pasien yang terdaftar dan memberikan perawatan berkelanjutan melalui
sistem telenursing.
Sistem ini mempunyai tiga jenis informasi. Pertama e-mail dari pasien
yang melaporkan status kesehatan mereka dan hal lainnya. Kedua
meliputi data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi
dan temperature. Ketiga adalah video-mail, yang meningkatkan evaluasi
pasien. Pasien mengakses informasi kesehatan pada website sebelum
tidur malam. Informasi kemudian dikumpulkan pada regional health-
care centre dan pada keesokan harinya perawat yang memutuskan

Retno Koeswandari/SIM Page 5


apakah akan memberikan perawatan melalui telenursing atau
mengunjungi pasien.

Kegiatan komunikasi antar pasien dengan petugas dapat digambarkan sebagai


berikut:

Video-mail dapat direkam menggunakan USB yang disambung ke PC camera


dan Windows Moviemaker. Panjangnya perekaman tergantung pada informasi
yang dibutuhkan untuk dikirim. Penggunaan video-mail membantu
menyampaikan informasi nonverbal seperti perubahan ekspresi dan penampilan
yang sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata.

Retno Koeswandari/SIM Page 6


c. Persiapan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan
telenursing di rumah sakit memang sangat ditentukan oleh ketrampilan
tenaga pengelola sistem tersebut. Kehadiran telenursing justru menjadikan
pelayanan kesehatan tidak langsung kepada pasien menjadi masalah
tersendiri. Komitmen pimpinan organisasi dalam menyediakan ruang dan
gerak bagi para professional kesehatan untuk telenursing juga sangat
menentukan.

2. Aspek Sosial Dan Etik Dalam Pelayanan Keperawatan:


a. Etika dalam keperawatan
Etika telah lama dianggap sebagai konsep sentral dalam keperawatan.
Pendidikan keperawatan dan etika merupakan bagian dari kompetensi
keperawatan. Etika berkaitan dengan pertanyaan seperti bagaimana kita
seharusnya menjalani kehidupan kita, bagaimana berhubungan dengan
orang lain dan berperilaku terhadap orang lain. Teori tindakan hakim
filsafat moral dari konsekuensi mereka (misalnya pemikiran utilitarian)
atau pada apakah mereka sesuai dengan tugas etika atau aturan (berpikir
deontologis). Sejak tahun 1970-an, dilema etis dalam kesehatan (yaitu,
situasi ketika norma-norma dan konflik nilai-nilai dan ada alasan yang
baik untuk lebih dari satu tindakan) telah banyak dibahas, dan telah
dibagi menjadi empat prinsip etika mapan: otonomi, sifat tidak

Retno Koeswandari/SIM Page 7


mencelakakan, kebaikan dan keadilan. Prinsip-prinsip ini juga
tercermin dalam International Council of Nurses 'Kode Etik
(http://www.icn.ch/about-icn/code-of-ethics-for-nurses/code-of-ethics-
for-nurses.html )
b. Etika dilema dalam telenursing .
Studi telah melaporkan berbagai jenis dilema etis bahwa perawat
menemui hal tersebut dalam praktek sehari-hari. Demikian
juga,peningkatan dilema etika telah menciptakan reaksi stres antara
personil kesehatan. Moral distress dapat didefinisikan sebagai gejala
stres negatif yang terjadi karena situasi di mana penyedia layanan
kesehatan telah mengidentifikasi sebuah dilema etis dan menganggap
dia tahu hal yang benar untuk dilakukan, tetapi kendala kelembagaan
menghalangi dirinya dari mengejar program tindakan yang diinginkan.
marabahaya moral tersebut yang telah dipelajari di kalangan perawat
khususnya. Meskipun telenursing membawa keuntungan besar bagi
pasien dan personil, misalnya, sumber daya, alokasi waktu dan akses
pasien yang membaik, mungkin juga mendapatkan kesulitan etis.
c. Otonomi versus kebaikan
Swedia adalah sebuah masyarakat multikultural dan beberapa
telenursing mengalami jenis konflik etika dalam kaitannya dengan
pertemuan lintas budaya. Misalnya, seorang perempuan muda dalam
budaya yang saling berhubungan dengan kehormatan kadang-kadang
tidak diperbolehkan untuk menghubungi layanan kesehatan sendiri,
sehingga percakapan harus melalui pihak ketiga, yang pada gilirannya
dapat membuat dilema etis bagi telenursing tersebut.
d. Integritas dan dokumentasi
Salah satu aspek dari beberapa pengalaman telenurses sebagai etis yang
mengganggu pada saat pertemuan melalui telepon adalah perawat
mengalami kesulitan untuk mengkaji pasien melalui bahasa tubuh dan
ekspresi wajah. Ini berarti bahwa keputusan harus didasarkan hanya
pada informasi verbal penelepon yang diungkapkan, selanjutnya,

Retno Koeswandari/SIM Page 8


perawat tidak dapat sepenuhnya memastikan identitas penelepon,
meskipun fakta bahwa penelepon memberikan nama dan nomor
jaminan sosial. Hal ini menimbulkan pertanyaan etis tentang bagaimana
untuk memastikan integritas penelepon dalam telenursing. Salah satu
cara untuk mengatasi dilema ini adalah tentang informasi tentang
penyakit sebelumnya dan telenurse harus berhati-hati ketika informasi
sensitif yang harus didokumentasikan, misalnya, penyakit kejiwaan,
kelamin atau ginekologi. Pada kesempatan tersebut, telenurse hanya
dapat mencatat 'rujukan' dalam catatan, yang merupakan notasi yang
benar tetapi tidak terlalu informatif.

3. Riset tentang Telenursing


Sebuah studi tentang dukungan dan hambatan komputer untuk
pengambilan keputusan berkaitan dengan pengalaman telenursing dengan
menggunakan telepon untuk intervensi keperawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien telah dilakukan di Swedia
pada tahun 2006. Data dianalisis dengan menggunakan content analisis
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok
kategori dalam mendukung pelaksanaan telenursing yaitu dukungan,
hambatan dan peningkatan kualitas mutu layanan. (Ernessater A, et all,
2009)
Penelitian yang dilakukan oleh (Beebe H, et all, 2008) mempromosikan
kepatuhan minum obat pada pasien dengan skizofrenia tentang kepatuhan
obat antipsikotik Penelitian ini menguji telepon intervensi pemecahan
masalah (telephone intervention problem solving /TIPS) untuk pasien
rawat jalan dengan skizofrenia, sebanyak 29 orang masyarakat yang
tinggal dengan skizofrenia, selama 3 bulan. Dengan hasil orang yang
menerima TIPS memiliki kepatuhan secara signifikan lebih tinggi pada
obat-obat psikiatri selama periode penelitian, F (1, 20) p = 5,47, = 0,0298.
Kesimpulannya adalah bahwa dokter harus mempertimbangkan untuk

Retno Koeswandari/SIM Page 9


menggunakan TIPS sebagai tambahan untuk melakukan telenursing untuk
mendukung kepatuhan pada orang yang beresiko.
Penelitian yang dilakukan Jerant (2003) membandingkan 3 model nursing
care post-hospitalisasi untuk menurunkan CHF (Congestive Heart Failure)
readmission charge selama 180 hari follow up. Subjek menerima
kunjungan personal pada baseline dan 60 hari plus 1 dari 3 modalitas care
(a). video-based home telecare (b) telepon call dan (c) usual care. CHF
related readmission charge >80% menurun pada kelompok telenursing
dibandingkan usual care dan kelompok ini juga secara signifikan lebih
kecil dalam hal CHF related kunjungan emergensi. Pada kunjungan
personal 3 kali lebih panjang daripada kunjungan telenursing (p<0.0001)
hanya sebagian berhubungan dengan waktu kunjungan. Kepatuhan pasien
self-care, medikasi, status kesehatan dan kepuasan tidak signifikan
diantara kelompok. Telenursing dapat menurunkan hospitalisasi CHF dan
meningkatkan frekuensi komunikasi pada pasien.

4. Keuntungan Penggunaan Telenursing


a. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan
b. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan
jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
c. Dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di rumah
sakit
d. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis
e. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan ( model
distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan.
f. Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning

Retno Koeswandari/SIM Page 10


5. Kendala Penggunaan Telenursing
Penggunaan telenursing pada negara yang baru memulai pemanfaatannya
tentu mengalami kendala, diantaranya:
a. Membutuhkan sumber daya perawat yang memiliki kemampuan lebih
yaitu mampu memahami dan memanfaatkan teknologi, yang pada
umumnya tidak mudah pengadaannya, membutuhkan pendidikan
kekhususan spesialis informasi yang menurut penulis saat ini mungkin
masih kurang peminatnya.
b. Teknologi informasi dan pemanfaatan komputer untuk semua fihak yang
terkait dengan layanan keperawatan akan membutuhkan banyak biaya.
Sedangkan untuk pengadaan sarana teknologi tersebut yang dirasakan
cukup banyak membutuhkan biaya, dimana hal ini sulit diwujudkan oleh
suatu masyarakat yang berada disuatu negara berkembang seperti di
Indonesia.

C. Pembahasan
Praktik telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam
meningkatkan akses keperawatan, biaya dan outcomes. Namun peningkatan
penggunaan teknologi dan efek dehumanizing akan mempengaruhi hubungan
nurse/client dan kualitas perawatan. Untuk tetap mempertahankan nursing-
client center, teknologi seharusnya tidak menggantikan perawatan. Tetapi
sebagai alat untuk memperluas dan meningkatkan penerimaan perawatan
(ANA, 1996).
Praktik telenursing tidak terlepas dari isu seputar legalitas. Seperti uraian
diatas bahwasanya hubungan perawat klien tidak dapat digantikan dengan
teknologi, tetapi pemberian asuhan keperawatan tanpa sentuhan langsung dari
tangan perawat atau menggunakan komunikasi teleconference, menurut
penulis dapat dikatakan sebagai asuhan keperawatan yang legal. Didalam
sistem telenursing, perawat menggunakan pengetahuan, ketrampilan,
pertimbangan dan pemikiran kritis yang yang tidak bisa dipisahkan dari ilmu
keperawatan. Definisi legal ilmu perawatan hampir selalu meliputi 1)

Retno Koeswandari/SIM Page 11


Penggunaan ilmu perawatan pendidikan, 2) Pemikiran kritis, dan 3)
Pengambilan keputusan. Jadi jelas bahwa telenursing merupakan bentuk
asuhan keperawatan yang legal.
Praktik telenursing di Australia ataupun Amerika dapat melintasi antar negara
bagian maupun internasional. sehingga membutuhkan regulasi dan lisensi.
dari pemerintah, tentang hukum dan regulasi keperawatan diantara negara
bagian. Dalam memberikan asuhan keperawatan, pembuat kebijakan dan
praktisioner memastikan bahwa sistem di tempat praktik sesuai dengan
regulasi praktik dan praktisioner, kebijakan dan standar demi keamanan,
praktik professional dan etik, kenyamanan, privasi dan konfidensiality.
Praktik telenursing umumnya memiliki keterbatasan data sensori, sehingga
keberhasilan tergantung pada pengkajian dan ketrampilan decision-making
perawat.. Dibutuhkan pedoman protokol dan standar untuk memberikan
perawatan secara efektif, efisien dan konsisten.
Di Indonesia berdiri organisasi yang bergerak dalam layanan asuhan
keperawatan di rumah ( Home Care.) Home care di Indonesia belum
menggunakan sistem telenursing, akan tetapi masih bersifat home visit,
artinya perawat mendatangi rumah-rumah pasien untuk dilakukan perawatan
secara langsung tidak menggunakan teknologi canggih. Media yang
digunakan masih sebatas penggunaan media telepon sebagai call center.
Asuhan keperawatan model home care sebenarnya bisa dikatakan sebagai
asuhan keperawatan telenursing walaupun sangat sederhana. Setidaknya
organisai profesi dapat segera membangun konsep pengembangan pelayanan
keperawatan jarak jauh dengan mengembangkan home care yang sudah mulai
berjalan dengan meningkatkan cakupan layanan ke daerah-daerah dan pada
akhirnya benar-benar bisa mengembangkan pelayanan melalui penggunaan
fasilitas teknologi yang lebih canggih.

D. Kesimpulan dan Rekomendasi


Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan jarak jauh terutama pada pasien dengan kondisi kronis yang

Retno Koeswandari/SIM Page 12


membutuhkan self management seperti pada pasien diabetes, CHF, dsb.
Penggunaan telenursing terbukti bermanfaat baik dalam hal cost, tingkat
kepuasan dan lama hari rawat di rumah sakit. Namun, praktik telenursing
tidak terlepas dari isu seputar legal aspek. Penulis merekomendasikan, sudah
saatnya perawat Indonesia maju dalam mengikuti kemajuan teknologi
informasi, salah satunya adalah telenursing. Telenursing bisa diterapkan
dalam segala tatanan pelayanan keperawatan, baik di rumah sakit maupun di
komunitas. Para manajer maupun pengelola agar segera melengkapi dengan
segala fasilitas hardware dan software yang mendukung pelaksanaan
telenursing, demi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien.
Telenursing bukan untuk bergaya modern namun merupakan suatu kebutuhan
untuk kemajuan keperawatan Indonesia.

REFERENSI
Adapted from WHO.(1999).Portfolio of Innovative Practice in Primary Health
Care Nursing and Midwifery. Copenhagen, WHO, European Office.

Agency for Health Care Research and Quality. (2000). The Characteristics of
Long-Term Care Users. Rockville, M.D: AHRQ

American Nurses Association. (1996). Telehealth-Issues for Nursing. Dalam


http://ana.org/readroom/tele2.htm. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.

Ball. (2000). A Study of Home Telenursing. Dalam


http://www.nursingworld.org/ojin. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.
Beebe LH, et all. (2008). Telenursing Intervention Increases Psychiatric
Medication Adherence in Schizophrenia Outpatients. Journal of The
American Nurses Association June/July 2008 vol. 14 no. 3 217-224.
Dalam http://jap.sagepub.com/content/14/3/217.abstract Diperoleh tanggal
30 Oktober 2010.

Bohnenkam, et al. (2002). Telenursing on Patient’s Perspcetive. Dalam


http://www.pubmed.gov. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.

Ernesater A, Holmstrom & Engstrom, (2009), Telenurses’ experience of working


with computerized decision support : supporting, inhibiting and quality
improving
http://id.search.yahoo.com/search?fr=ffds1&p=Telenurses%E2%80%99+e
xperience+of+working+with+computerized+decision+support+%3A+supp

Retno Koeswandari/SIM Page 13


orting%2C+inhibiting+and+quality+improving Diperoleh tanggal 29
Oktober 2010.

Hardin S. (2001). Telehealth’s Impact on Nursing and Development of the


Interstate Compact. Dalam www.proquest.umi/pqdweb. Diperoleh tanggal
29 Oktober 2010.

Hartford K. (2005). Telenursing and recovery phase from bypass surgery. Dalam
www.ingentaconnect.com. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.

International Council of Nurses. Code of Ethics for Nurses. Dalam


http://www.icn.ch/about-icn/code-of-ethics-for-nurses/code-of-ethics-for-
nurses.html. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.

Jerant, AF. (2003). A randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization


for Heart failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators.
Dalam www.hawortpress.com/store/research.asp. Diperoleh tanggal 29
Oktober 2010.

Kawaguchi, T. (2004). Development of a Telenursing System for Patients with


Chronic Conditions. Dalam http://www.japaneseministry.gov. Diperoleh
tanggal 29 Oktober 2010.

National Council. (1997). The National Council of Boards of Nursing Position


Paper on Telenursing: A Challenge to Regulation. Dalam
http://www.en.wikipedia.org.wiki. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.

The Kaisar Permanente Organization. (2000). Telephone Nursing: Evidence of


Client and Organizational Benefits. Dalam http://www.bmj.com.
Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.

The National Board of Health and Welfare,1993. Dalam


http://en.wikipedia.org/wiki/National_Board_of_Health_and_Welfare_(Sweden
). Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.

Thome,M. and Adler. B A. (1999). Telephone Intevention to reduce fatigue and


symptom distress in mothers with difficult infants in the community.
Journal of Advanced Nursing.

..........., http://www.lintasarta.net

Retno Koeswandari/SIM Page 14

Anda mungkin juga menyukai