Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS POLITIK HOAX SEBAGAI BENTUK POLITIK ADU DOMBA DI ERA

DIGITAL

Acil Sopandi
170820180049

Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Politik Universitas Padjajaran

ABSTRAK
Munculnya berita palsu (hoax) yang menghiasi jagad dunia maya pada akhirnya terkuak bahwa
hal itu di organisasi secara rapi oleh buzzer yang memang dipelihara oleh individu, politikus,
ataupun kelompok kepentingan demi mengamankan kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Bahkan tak jarang berita palsu (hoax) yang disebarkan mendiskreditkan pemerintah tanpa disertai
data dan fakta yang teruji validitasnya. Dengan pengetahuan masyarakat yang masih minim, maka
penggiringan opini melalui berita bohong (hoax) sangat mudah sekali dilakukan. Ancaman global
yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia, salah satunya dengan maraknya isu-
isu berita hoax, fake news, berita fitnah dan berita bohong yang tersebar luas melalui media
sosial.Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan politik hoax, untuk menjelaskan
perkembangan politik hoax di Indonesia dan untuk menjelaskan politik Hoax sebagai bentuk
politik adu domba di era digital. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Studi ini melihat kebohongan sebagai telah bertindak seperti meme dalam
hal cara mereka membongkar sumber materi yang ada untuk memanfaatkan ide-ide atau sentimen
orang terhubung dengan. Hoax sebagai meme mengubah barang asli menjadi bentuk artefak baru,
dengan pesan baru yang selaras dengan kepercayaan yang ada di masyarakat. Akibatnya, tipuan
dapat menciptakan budaya berdasarkan kepercayaan bersama di antara masyarakat dan, di era
polarisasi yang meningkat, tipuan memiliki potensi untuk menjadi sarana keberpihakan politik.
Namun, dengan kecenderungan untuk mengalahkan kebenaran dan membuat orang menjauh dari
fakta-fakta yang diyakini, tipuan bisa menjadi ancaman bagi demokrasi partisipatif.

Kata kunci: Politik, Hoax, Adu domba, Era digital


PENDAHULUAN berorientasi pada kualitas. Sementara
Hal negatif lain yang kini cenderung menganalisis penggunaan media sosial
mewabah dan berkembang di dunia maya selama kerusuhan politik Pakistan, Mesir,
adalah merebaknya berita palsu (hoax) yang dan Tunisia (Ghannam, 2011), diamati
kian mengganggu kehidupan sosial bahwa wacana politik online memang terjadi
masyarakat. Inter-koneksi dan inter-relasi tidak peduli seberapa terbatas dampaknya
masyarakat sering terbelah ketika informasi terhadap musyawarah politik keseluruhan
yang disampaikan ternyata melenceng jauh negara-negara ini. Para pendukung Internet
dari fakta ketika sampai ke tangan penerima merayakan media sosial sebagai agen
informasi. Apalagi, informasi itu perubahan, demokrasi, kewarganegaraan,
disampaikan melalui saluran komunikasi dan pemberdayaan (Negroponte, 1995;
berupa media sosial seperti facebook, twitter, Papacharissi, 2010). Para penentang,
instagram, WhatsApp serta kanal berita abal- bagaimanapun, berpendapat bahwa secara
abal tanpa disertai klarifikasi akan kebenaran historis selalu manusia yang membawa
berita tersebut. Kondisi ini pada akhirnya perubahan, mempromosikan
mengundang keprihatinan pemerintah. kewarganegaraan dan bekerja menuju
Terlebih banyak masyarakat kita yang tidak pemberdayaan warga biasa (Carey, 2009;
melakukan klarifikasi terhadap kebenaran Hafez, 2007; Thussu, 2000). Mereka
berita yang beredar tetapi justru turut serta berpendapat bahwa teknologi (media baru
menyebarkan berita palsu (hoax) yang belum pada waktu tertentu) selalu digunakan hanya
terverifikasi kebenarannya tersebut. sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Masyarakat kita yang budaya literasinya Penentang determinisme teknologi
masih rendah akhirnya dengan mudah tidak melihat perbedaan antara mesin cetak
termakan berita palsu (hoax). Perdebatan di Gutenberg (abad ke-15) dan Internet abad ke-
dunia maya pun riuh rendah dengan 21 (Carey, 2009). Bagi mereka, kedua
pertarungan pendapat yang tidak berujung medium ini dirayakan dengan cara yang sama
pangkal. oleh para determinis teknologi. Yang lain
Partisipasi warga dalam wacana membandingkan Internet dengan sejarah
politik online di beberapa platform media radio ketika orang berpikir bahwa media ini
sosial seperti YouTube, tetapi wacana akan mengubah seluruh wajah demokrasi dan
semacam ini sangat terbatas dan tidak akan menciptakan ruang politik dan publik
baru berdasarkan jangkauan luasnya ke konflik horizontal. Selain terorganisasi
khalayak. Selain itu, para sarjana pendukung secara rapi, Saracen juga menerima pesanan
percaya bahwa Internet akan mengubah politik dalam rangka pemenangan Pilkada.
makna keterlibatan politik, ruang publik dan Penelitian Arif (2015) tentang
keterlibatan sipil karena kemampuan uniknya Internet as a hope or a hoax for emerging
untuk menyatukan orang-orang dari seluruh democracies: revisiting the concept of
dunia (Habermas, 1989; Negroponte, 1995; citizenship in the digital age menghasilkan
Papacharissi, 2010). Namun, para analisis dari beberapa karya ilmiah
cendekiawan lawan memandang Internet berpengaruh pada gagasan kewarganegaraan
sebagai media pelepasan politik, yang dapat internet membantu kita memahami bahwa era
berakibat fatal bagi nilai-nilai demokrasi komunikasi digital masih berlangsung.
masyarakat yang ada (Fandy, 2000; Sparks, Sejauh ini, kami baru saja mengamati
2005). beberapa gerakan sosial online skala kecil di
Munculnya berita palsu (hoax) yang beberapa lingkungan non-Barat (ambil
menghiasi jagad dunia maya pada akhirnya contoh, pemberontakan politik Tunisia dan
terkuak bahwa hal itu di organisasi secara Mesir tahun 2010/11). Bahkan, kemunculan
rapi oleh buzzer yang memang dipelihara Internet telah dirayakan sebagai platform
oleh individu, politikus, ataupun kelompok komunikasi global, yang berarti potensi dan
kepentingan demi mengamankan ruang lingkup kewarganegaraan Internet jauh
kepentingan pribadi maupun kelompoknya. lebih besar daripada yang diprediksi oleh
Bahkan tak jarang berita palsu (hoax) yang para sarjana komunikasi kita sejauh ini.
disebarkan mendiskreditkan pemerintah Dengan demikian, penelitian ini setuju
tanpa disertai data dan fakta yang teruji dengan Papacharissi (2002) yang percaya
validitasnya. Indikasi adanya kelompok atau bahwa “partisipasi yang lebih besar dalam
individu yang bermain dalam penyebaran diskusi politik bukanlah satu-satunya penentu
berita palsu (hoax) adalah terungkapnya demokrasi. Isi, keragaman, dan dampak dari
jaringan penyebar berita palsu (hoax) diskusi politik perlu dipertimbangkan dengan
Saracen awal bulan Agustus 2017. Saracen hati-hati sebelum kita menyimpulkan apakah
diduga memproduksi konten–konten yang wacana online meningkatkan demokrasi ”(p.
bermuatan SARA dan menebarkan ujaran 18). Singkatnya, makalah ini menunjukkan
kebencian yang dinilai dapat memantik perlunya penelitian lebih lanjut dan lebih
banyak perdebatan ilmiah tentang gagasan Dalam hal bentuk, tipuan yang
kewarganegaraan Internet agar lebih disebarkan di Indonesia selama pemilu
memahami fenomena, daripada menarik Jakarta 2017 adalah dalam bentuk gambar
kesimpulan tergesa-gesa tentang apa yang yang diedit dengan komentar pribadi,
belum datang di era komunikasi digital. pernyataan menipu dengan gambar yang
Penelitian Utami (2018) tentang Hoax tidak diketahui atau tidak terkait untuk
in Modern Politics: The Meaning of Hoax in mendukung informasi palsu, sebuah posting
Indonesian Politics and Democracy yang berisi tautan ke berita palsu blog dan
menghasilkan 15 sampel tipuan yang komentar sendiri, serta narasi palsu dengan
ditemukan melalui www.turnbackhoax. situs klaim profesional atau ilmiah dari tokoh
web id selama Januari-Maret 2017. Dari 15 berpengaruh. Sementara itu, dimensi sikap
tipuan yang dianalisis, 14 di antaranya digambarkan di jalan bahwa pencipta tipuan
menyerang kandidat yang berkuasa, Basuki atau penyebar memposisikan diri mereka
Tjahja Purnama (Ahok), dan hanya 1 yang melawan kandidat politik. Tampak bahwa
ditujukan kepada kandidat saingannya, Anies tiruan dan penyebaran gambar yang diedit
Baswedan (Anies). Ada perbedaan yang dengan pernyataan yang menipu
signifikan dalam statistik sampel tipuan yang mencerminkan peran tipuan sebagai sarana
ditujukan kepada kedua kandidat; Namun, untuk mempertaruhkan posisi politik. Saat
penelitian ini tidak dimaksudkan untuk berbagi konten tipuan bersama dengan
membandingkannya. Ini sebaliknya komentar pribadi yang membenci, jelas
bertujuan untuk menyelidiki karakteristik bahwa pengguna menggunakan tipuan
tipuan yang beredar selama periode pemilu sebagai alat untuk menyerang orang yang
Jakarta pada awal 2017. Berdasarkan analisis mereka lawan, meskipun tidak meyakinkan
dimensi konten, bentuk, dan sikap semua apakah itu berarti mereka mendukung
contoh tipuan, terlihat bahwa konten tipuan kandidat lain. Sebagai praktik memetika,
menyebar di Indonesia selama periode tipuan menyebar di Indonesia selama pemilu
pemilihan dilakukan ide untuk menyerang Jakarta 2017 mengkanibal barang asli dan
seorang kandidat. Gagasan kebohongan mengubahnya menjadi bentuk artefak baru
politik selama Pemilu Jakarta 2017 adalah dengan pesan baru. Bentuk dan pesan baru
bahwa para kandidat itu curang atau tidak selaras dengan keyakinan yang ada di
memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin. masyarakat. Sebagai akibatnya, tipuan dapat
menciptakan budaya yang didasarkan pada membenarkan kebencian berdasarkan
kepercayaan bersama di antara masyarakat. intoleransi'; lihat Weber, 2009: 3), proses
Oleh karena itu, tipuan memiliki potensi hukum telah diajukan terhadap banyak
untuk digunakan sebagai alat keberpihakan. politisi di Eropa barat laut (Donselaar , 1995;
Namun, pada gilirannya, penggunaan tipuan Fennema, 2000). Sebagai contoh, lebih dari
sebagai alat keberpihakan politik bisa 20 politisi Belanda (Donselaar, 1995) dan
berbahaya karena dapat mengalahkan lebih dari 30 Belgia (Vrielink, 2010) telah
kebenaran dan membuat orang menghindari dituntut karena pidato kebencian dalam
fakta-fakta yang memercayai. Pekerjaan beberapa dekade terakhir.
lebih lanjut diperlukan untuk menilai strategi Penuntutan pidato kebencian cocok
untuk melawan efek negatif dari tipuan dengan pola umum tindakan hukum terhadap
terutama dalam politik Indonesia. aktor politik anti-imigrasi. Misalnya, pihak
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berwenang Inggris menggerebek rumah dan
tertarik untuk membahas tentang Analisis kantor anggota partai anti-imigrasi
Politik Hoax sebagai Bentuk Politik Adu berdasarkan Undang-Undang Hubungan Ras
Domba di Era Digital. 1965 (Michael dan Minkenberg, 2007: 1110)
PEMBAHASAN dan otoritas Belanda melarang semua
1. Politik Hoax pertemuan publik pihak anti-imigrasi hingga
Pada tahun 1965, PBB dengan anggun 1996 berdasarkan pada pertimbangan
mengadopsi Konvensi Internasional tentang ketertiban umum (Fennema, 2000: 130;
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Linden dan Klandermans, 2006: 216).
Rasial (ICERD). Dalam 25 tahun, tiga Organisasi yang terhubung dengan pihak
perempat dari semua negara di Dunia antiimigrasi Belgia (Erk, 2005) dan Perancis
menerapkan terapi ini (Banton, 1996: vii). (Donselaar, 1995) dibubarkan. Pihak
Mengikuti ICERD, negara-negara ini berwenang Jerman memantau pihak-pihak
diwajibkan untuk mengadopsi anti-imigrasi (Fennema, 2000: 129) dan
ukuruntukmenyadimenyatakanpertempuran berusaha untuk melarang salah satunya, NPD
(UnitedNations, 1965: Pasal 4). Berdasarkan (Staud, 2006).
larangan pada 'pidato kebencian' (yaitu Studi sistematis sebelumnya belum ada
'semua bentuk ekspresi yang menyebarkan, tentang efek penuntutan ucapan kebencian
menghasut, mempromosikan atau dari aktor politik terhadap perilaku memilih.
Memang, penuntutan pidato kebencian dengan gagasan 'demokrasi militan', bahwa
sebagian besar telah diabaikan dalam literatur sistem demokrasi harus dapat
yang banyak tentang aktor-aktor politik anti- mempertahankan diri terhadap musuh-musuh
imigrasi - kecuali untuk beberapa studi mereka (Brinkmann, 1983; Fox dan Nolte,
deskriptif lainnya (Fennema, 2000; 2000 ; Jaschke, 1991; Klamt, 2007;
Husbands, 2002; Minkenberg, 2006). Loewenstein, 1937a, b; Minkenberg, 2006;
Penuntutan terhadap aktor-aktor politik Sajo, 2004; Tardi, 2004; Thiel, 2009a).
secara umum telah didekati dari berbagai Langkah-langkah seperti pelarangan
sudut. Mungkin pendekatan yang paling sebagian sangat tidak efektif dalam hal rasa
umum untuk subjek adalah untuk hormat. Namun, literatur mengakui bahwa
mengidentifikasi aktor-aktor politik tertentu tindakan seperti itu mungkin juga memiliki
yang tidak diinginkan dan untuk menjawab efek yang tidak diinginkan (Donselaar,
pertanyaan tentang bagaimana memerangi 1995). Penilaian empiris yang ketat tentang
mereka. Berkenaan dengan aktor-aktor efek dari tindakan seperti itu sebagian besar
antiimigrasi, pihak berwenang biasanya tetap tidak ada dari lembaga legislatif, selain
membenarkan penggunaan aparat hukum itu studi yang lebih baik dari demokrasi
terhadap mereka sebagaimana diperlukan Eropa oleh Capoccia (2005). Temuan
dalam perang melawan diskriminasi Capoccia tampaknya menyiratkan bahwa,
(UnitedNations, 1965), dan para sarjana ketika dengan hati-hati dikombinasikan
secara tradisional melakukan pendekatan dengan bentuk akomodasi tertentu, tindakan
yang sama (Bouwetal, 1981; Damen, 2001; hukum yang diambil terhadap aktor politik
De Witte, 1997; De Witte, 1997; De Witte et dapat secara substansial mengurangi
al. ., 1996; Donselaar, 1995; W. Downs, dukungan pemilihan mereka (Capoccia,
2001; Jaschke, 2000). Memang, langkah- 2005).
langkah hukum terhadap aktor politik Dapat kita lihat sendiri saat ini sebagian
tertentu telah dianggap penting untuk besar masyarakat Indonesia memiliki
'mempertahankan demokrasi' (Capoccia, smartphone, mereka beranggapan bahwa
2005; Donselaar, 1995: 297; Pedahzur, smartphone merupakan barang pokok dan
2004). Sejauh ancaman politis yang tidak wajib dimiliki. Pada awalnya alat komunikasi
diinginkan itu terhadap ancaman demokrasi, tersebut dipergunakan dengan tujuan untuk
tindakan hukum terhadap mereka sesuai mempermudah komunikasi, akan tetapi pada
kenyataannya melalui alat komunikasi yang (https://katadata.co.id/berita/2018/10/16/maf
menyebarkan berita bohong (hoax), indo-catat-hoaks-politik-merajalela-jelang-
masyarakat menjadi mudah tersulut emosi pilpres-2019). Hoaks yang akan semakin
bahkan terpecah belah satu sama lain. mendominasi bermuatan isu politik. Selama
Dengan pengetahuan masyarakat yang masih Juli-September 2018, Mafindo mencatat
minim, maka penggiringan opini melalui jumlah hoaks politik mencapai 135 buah atau
berita bohong (hoax) sangat mudah sekali 58,7%. Sisanya, 7,39% bermuatan agama,
dilakukan. Ancaman global yang dapat 7,39% penipuan, 6,69% lalu lintas, dan 5,2%
memecah belah persatuan dan kesatuan kesehatan
Indonesia, salah satunya dengan maraknya (https://katadata.co.id/berita/2018/10/16/maf
isu-isu berita hoax, fake news, berita fitnah indo-catat-hoaks-politik-merajalela-jelang-
dan berita bohong yang tersebar luas melalui pilpres-2019).
media sosial. Sulit untuk meredam
penyebaran berita bohong atau hoax yang
disebarkan oleh orang yang tidak
bertanggungjawab tersebut, setiap individu
atau kelompok dapat dengan mudah
menyebarkan berita yang tidak benar, dan
penerima berita dinilai tidak kritis dalam
mencerna pemberitaan apakah berita tersebut
benar atau tidak.
Gambar 1 Hoaks ancam pilpres 2019
2. Perkembangan Politik Hoax di
Berdasarkan gambar di atas,
Indonesia
informasi cepat menyebar melalui facebook
Sarana yang paling banyak digunakan
sebesar 72,5%. Whatsapp sebesar 58,9 dan
untuk menyusun hoaks itu, yakni narasi dan
internet 46,7. Informasi yang beredar seputar
foto (50,43%), narasi (26,96%), narasi dan
Hoax menjelang pemilu 2019. Hal ini
video (14,78%), dan foto (4,35%). Dari
merupakan suatu keprihatinan dengan
jumlah tersebut, hoaks paling banyak
munculnya politik Hoax ini.
disebarkan di Facebook (47,83%), Twitter
Di dalam dunia politik yang sehat
(12,17%), Whatsapp (11,74%), dan Youtube
seharusnya bijak dalam tata pelaksanaannya,
(7,83%)
saling gotong royong dan kejujuran sangatlah
penting di dalamnya namun,seringkali terjadi Hal tersebut sudah dikonfirmasi oleh pihak
siasat,tipu daya,kelicikan,dan Bank Indonesia melalui akun Twitter
persaingan,hingga saling menjatuhkan. resminya. “ Sobat Rupiah untuk informasi
Apalagi pada saat musim pemilihan tersebut tidaklah benar, Bank Indonesia tidak
gubernur, walikota, bupati, presiden. menerbitkan uang pecahan Rp 200.000,-.
Misalnya kasus yang terjadinya pada Untuk setiap uang pecahan baru yang
akhir-akhir ini yang ramai diperbincangkan diterbitkan, Bank Indonesia akan
yaitu beberapa kasus Hoax yang dibuat oleh mengeluarkan pernyataan resmi melalui
Ratna Sarumpaet yang ingin menjatuhkan media massa dan website http://bi.go.id,”ujar
presiden Joko Widodo. Kasus Hoax yang Bank Indonesia pada 17 April 2018.
pernah dilakukan Ratna Sarumpaet antara 3. Ratna Sarumpaet mengaku kepada Ketua
lain : Tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo-
1. Pada 3 Mei 2018, Ratna Sarumpaet sandi,Nanik S Deyang bahwa ia dipukuli oleh
menyebarkan hoaks mengenai PT.Dirgantara sejumlah orang di sekitar Bandara Husein
Indonesia (PTDI) yang dijual ke RRC. Dalam Sastranegara pada 21 september 2018.
unggahan Twitternya,Ratna Sarumpaet Namun pemukulan yang dialaminya
mengatakan PTDI dijual oleh Presiden Joko hanyalah karangan belaka. Kemudian dalam
Widodo kepada pemerintah Tiongkok. jumpa pers Ratna Sarumpaet mengakui
Bahkan Ratna Sarumpaet juga menyeret bahwa dirinya tidak dipukuli dan muka
Ketua KPK, Ketua DPR, Dan Ketua Dewan lebamnya karena telah menjalani sedot lemak
Pertimbangan Presiden sebagai orang yang di bagian pipi.
menyetujui dijualnya PTDI. Namun, PTDI Seringkali ketika kita berinteraksi di
langsung menyanggah kabar tidak benar media sosial dan kita juga sering menemui
tersebut melalui akun Twitter resminya. kasus-kasus yang belum tentu ada benarnya
2. Ratna Sarumpaet pernah menyebarkan sehingga kita harus lebih berhati-hati dalam
hoaks terkait penyebaran pecahan uang Rp memilah berita. Kita harus lebih pintar dan
200 ribu. Di dalam Twitternya di tuliskan bijak jangan asal gegabah menanggapi
“Masih mau 2 periode ? Pakai akal sebuah kasus yang belum terbukti benar
pikiranmu-Gugah hati nuranimu. CC: namun menjudge seseorang terlebih dahulu.
@jokowi.”
1. Politik Hoax sebagai Bentuk Politik tersebut padahal di waktu itu seharusnya
Adu Domba di Era Digital mereka bekerja bukannya malah
Masyarakat Indonesia saat ini membicarakan berita yang belum jelas
umumnya senang berbagi informasi. kebenarannya. Disitu bisa dilihat kerugiaan
Dibarengi dengan perkembangan teknologi apa saja yang ditimbulkan oleh kabar hoax
sangat memudahkan masyarakat untuk tersebut. Kerugiaan yang ditimbulkan yaitu
mendapatkan berita yang sangat cepat. mereka kehilangan waktu yang seharusnya
Namun hal ini menimbulkan suatu polemik digunakan untuk bekerja malah digunakan
baru. Menurut Putri dan Dewantara (2018) untuk membicarakan hal yang tidak penting
informasi benar dan salah menjadi campur dan itu juga mempengaruhi hasil
aduk. Suatu berita atau pernyataan yang produktivitas. Dengan penurunan
memiliki informasi tidak valid atau berita produktivitas maka yang dihasilkan semakin
palsu yang tidak memiliki kepastian yang berkurang sedikit demi sedikit atau bahkan
sengaja disebarluaskan untuk membuat dengan jumlah yang besar.
keadaan menjadi lebih heboh dan b. Hoax Sebagai Pengalihan Isu
menimbulkan ketakutan disebut dengan Di media sosial ataupun internet
Hoax. Hoax itu sendiri menimbulkan dampak dimanfaatkan sebagai pelancar aksi kejahatan
negatif bagi masyarakat apalagi yang mereka. Apalagi saat musim pemilihan
berhubungan dengan politik Dewantara gubernur,presiden,bupati pasti akan sangat
(2017). Dampak yang dapat ditimbulkan banyak isu-isu yang beredar dari isu yang
yaitu : benar sampai isu yang tidak benar karna
a. Hoax Sebagai Pembuang-buang Waktu hanya ingin menjatuhkan kandidat lain,
Seperti yang dikutip dari kemudian isu tersebut bercampur aduk.
cmsconnect.com, menyatakan bahwa dengan Sebagai contohnya isu yang menerpa
melihat hoax di sosial media mengakibatkan presiden kita Joko Widodo, hoax yang
kerugian bagi individu maupun kelompok. menerpa Joko Widodo tidak hanya sekali
Misalnya saja saat berada di tempat kerja satu tetapi sudah berkali-kali bahkan sering.
orang yang sudah mengetahui kabar berita Namun beliau menanggapi isu tersebut
yang belum tentu kebenarannya (Hoax) dengan santai tanpa amarah sedikitpun.
menyebarkan pada teman kerjanya kemudian Seperti yang dikutip dihalaman detik news
mereka berbicara mengenai kabar berita presiden Joko Widodo mengatakan “saya
udah 4 tahun urusan begitu.saya biasa-biasa 2. Politik Hoax sebagai Bentuk
saja,tapi apakah itu pendidikan yang baik? Kampanye Hitam yang
Mencela dan memfitnah. Sejak Mengancam Persatuan dan
2014,presiden Joko Widodo PKI, coba. PKI Kesatuan
itu dibubarkan tahun 65, 66 saya lahir tahun Kampanye sejatinya usaha untuk
61. Masa umur baru 4 sudah aktifis PK masa memberikan informasi yang benar, tidak
ada PKI balita,”ujarnya.” membutakan masyarakat dengan menyogok
c. Penipuan Publik sana sini. Dewantara (2017) kampanye
Biasanya penipuan ini bertujuan adalah usaha untuk memberikan pencerahan
untuk menarik simpati masyarakat yang sekaligus mempromosikan suatu yang
percaya dengan Hoax tersebut. Misalnya, berpotensi untuk mendatangkan kebaikan.
kasus yang terjadi beberapa waktu lalu yaitu Namun tingginya persaingan bisa
sebuah pesan yang beredar lewat aplikasi memunculkan banyak hal salah satunya
chat whatsapp berisi pesan pembukaan adalah Kampanye hitam (Black campaign)
pendaftaran CPNS nasional. Setelah berita yaitu penggunaan metode rayuan yang
Hoax tersebut Viral tersebar, akhirnya merusak, rumors, sindiran, mengadu domba,
pemerintah memberikan klarifikasi bahwa menghasut, menyebarkan berita bohong
pemerintah tidak membuka pendaftaran (hoax) yang dilakukan oleh seorang calon/
CPNS pada waktu itu. sekelompok/ pendukung calon ditujukan
d. Pemicu Kepanikan Publik untuk para kandidat atau calon (lawan
Hoax yang satu ini memuat berita yang mereka) kepada masyarakat agar
merangsang kepanikan khalayak publik. menimbulkan presepsi yang dianggap tidak
Salah satu contohnya adalah hoax tentang etis terutama dalam hal kebijakan publik.
kecelakaan hilangnya pesawat Garuda Penyebab terjadinya kampanye hitam ada
Indonesia dengan tujuan Jakarta-Palu. Tiga faktor yaitu:
Hingga pada akhirnya media online maupun 1. Faktor psikologis–politis
media massa harus mengklarifikasi berita Informasi politik dan publik semakin
tersebut agar masyarakat tidak panik maupun banyak di bahas di media sosial,
percaya dengan hoax tersebut. meningkatkan preferensi psikologis pemilih
terhadap figur kandidat tertentu dengan
segala latar belakangnya. Pemilu atau pilkada
yang berlangsung pasca reformasi b. Dapat melakukan sosialisasi dan
menurutnya lebih banyak di dorong oleh komunikasi dengan masyarakat yang
figur yang menciptakan ‘lovers’ dan ‘haters’- ingin bergabung
nya sendiri. c. Media sosial merupakan sarana yang
2. Faktor sosiologis-politis efektif untuk menyampaikan pesan
Dalam faktor ini ditujukan kepada politik, misalnya seperti program-program
kelompok-kelompok politik yang gagal partai ataupun profil dari si calon
bertarung dengan elegan melalui program pemimpin itu sendiri. “Pencitraan dan
yang diusung kelompok intoleran, kelompok pengenalan partai kepada masyarakat
korban kebijakan deskriminatif,rendahnya sangat cocok melalui media sosial, karena
kepercayaan pada sistem dan hasil akhir dari bisa menjangkau seluruh rakyat baik di
faktor ini sangat ditentukan oleh pola kota maupun desa.
demografis di daerah pemilihan dalam d. Efisiensi waktu dan dana dalam menjaring
mengantisipasi konflik sosial. simpatisan
3. Faktor ekonomi-politik e. Memudahkan untuk membangun opini
Faktor ini terkesan rasional, sehingga dapat memperkuat suara yang
kampanye didorong oleh motif-motif terbentuk di masyarakat
keuntungan ekonomi dari pertarungan politik f. Efek publikasi yang menjadi salah satu
yang sedang berlangsung. Kekuatan ekonomi indikator kepopuleran akan terjadi lebih
ini dapat juga menggunakan faktor pertama cepat melalui media sosial
dan kedua demi menyelamatkan bisnis. g. Memudahkan masyarakat mencerna
Adapun Dampak Positif dan Negatif pendidikan politik melalui perseteruan-
Kampanye Politik Pada Media Sosial perseteruan atau kontroversi yang terjadi
menurut Putri dan Dewantara (2018) antara akibat kampanye politik di media sosial
lain: h. Memudahkan untuk menjaring dan
Dampak Positif memetakan kekuatan dukungan politik
a. Dari segi jangkauan lebih efektif yang yang potensial
mampu menyapa setiap pengguna dan i. Kampanye politik di media sosial bisa
berbiaya jauh lebih murah dibanding sangat beragam dan berwarna
dengan media konvensional. j. Jejaring sosial telah menghilangkan
jarak geografis dan psikologis antara
calon pemimpin dengan para pemegang intens menyebarkan ide-ide dan
suara. Siapapun bisa menyapa dan berdiskusi dalam bidang tertentu
berkeluh kesah dengan sosok pemimpin secara mendalam sepanjang waktu
yang biasanya seperti menara gading. akan mendapat hasilnya saat pemilu.
Mungkin hal inilah yang membuat calon 4. Masyarakat lebih berani berkomentar
pemimpin yang berkampanye di jejaring di media sosial, namun tapi tidak
sosial menjadi terdongkrak berani mempertanggungjawabkan
popularitasnya. pendapatnya di dunia nyata.
Dampak Negatif Berhubungan dengan gagasan tipuan
1. Bersemayam di dunia maya, sebagai meme bukan hanya serangkaian item
Siapapun dengan akun anonim dapat yang disalin dan diimitasi, tetapi mereka juga
melakukan kampanye hitam atau berisi ideologi dan interpretasi pencipta atau
melemparkan isu negatif mengenai distributor mengenai masalah yang diangkat
calon-calon pemimpin atau partai dalam masyarakat. Ini terlihat dalam konteks
politik manapun. Respon terhadap politik pemilu lokal yang dibahas dalam
isu-isu ini juga bisa terjadi dengan makalah ini. Pengguna telah mengambil
sangat cepat, termasuk produk yang awalnya dirancang untuk
penyebarannya. berbagai tujuan, mereproduksi teks dalam
2. Perseteruan kampanye antar partai bentuk informasi palsu, dan
politik yang saling menjelek-jelekan menghubungkannya dengan kandidat politik.
partai lainnya dan cenderung Mereka mengubah teks untuk kendaraan
menyudutkan partai politik tertentu untuk mengirimkan informasi yang salah
akan berpengaruh terhadap persepsi yang mereka buat tentang kandidat.
masyarakat terhadap partai politik Intervensi oleh pengguna mengubah teks
tersebut , dan yang paling buruk menjadi sesuatu yang lain, meskipun
adalah munculnya apatisme politik informasi aslinya akurat. Ini bisa menjadi
masyarakat. masalah dalam konteks politik karena orang
3. Media sosial hanya berpengaruh mungkin melihat item informasi baru sebagai
signifikan bagi politikus yang bekerja diverifikasi dan sah, di mana sebenarnya itu
sepanjang waktu. Bukan pekerjaan adalah produk dari intervensi pengguna.
instan lima tahun sekali. Mereka yang
Dalam politik, tipuan sebagai praktik yang valid untuk mengklarifikasi masalah
memetika berpotensi membentuk komunitas yang diangkat dalam konten tipuan. Jika itu
yang memiliki kepercayaan dan ideologi adalah tipuan yang sah, para relawan
bersama. Jika meme digunakan untuk mempostingnya di situs web. Tujuan situs ini
berpartisipasi dalam debat normatif tentang adalah untuk membangun basis data yang
bagaimana dunia seharusnya terlihat dan cara dapat diakses oleh publik, dan memang telah
terbaik untuk mencapainya (Shifman, 2014), tumbuh menjadi “sumber daya penting bagi
maka tipuan adalah kendaraan untuk promosi orang Indonesia untuk memeriksa kebenaran
ini dan subversi dari debat normatif. Di dunia meme dan cerita palsu” (Renaldi, 2017,
yang selalu terhubung di mana kecepatan paragraf 12). Juga diilustrasikan bahwa
lebih diutamakan daripada kebenaran, kegiatan pengecekan fakta seperti sekarang
masalah dalam tipuan dapat dengan cepat semakin signifikan, terutama ketika suhu
menjadi titik pembicaraan bagi anggota politik meningkat menjelang pemilihan.
komunitas — bahkan jika itu terbukti salah. Kelompok FAFHH bahkan menghasilkan
Penyebaran umum tipuan politik di Indonesia bentuk-bentuk baru partisipasi dan
mengarah pada munculnya situs-situs keterlibatan pengguna dengan media sosial
factchecking seperti Turnbackhoax.id, dengan memungkinkan anggota kelompok
sumber basis data untuk penelitian ini. untuk bertanya dan mengklarifikasi konten
Turnbackhoax. id adalah situs tipuan.
pengecekan fakta non-partisan yang
dijalankan oleh tim sukarelawan dan Kesimpulan
menerima bantuan halaman Facebook Forum Penyebaran hoax di media sosial telah
Anti Fitnah, Hasut dan Hoax (FAFHH) yang berkontribusi pada ketegangan politik di
disebutkan sebelumnya dalam makalah ini. banyak negara. Pemilihan presiden AS 2016
Relawan dari situs ini selalu memonitor memberikan bukti bagaimana berita palsu
umpan media sosial mereka dan memeriksa dapat menghasilkan lebih banyak
dengan sumber yang dapat dipercaya ketika keterlibatan media sosial daripada berita
mereka menemukan indikasi adanya nyata. Di Indonesia multikultural, sejarah
kebohongan (Renaldi, 2017, paragraf 13). pogrom anti-komunis, anti-Kristen, dan anti-
Administrator terutama menggunakan mesin Cina meningkatkan tingkat sensitivitas dan
pencari online untuk menemukan informasi sentimen, terutama ketika berhadapan
dengan masalah rasial. Makalah ini sebagai alat keberpihakan politik bisa
mengeksplorasi peran kebohongan dalam berbahaya karena dapat mengalahkan
politik kontemporer Indonesia. Ini kebenaran dan membuat orang menghindari
menyelidiki karakteristik informasi tipuan fakta-fakta yang memercayai. Pekerjaan
yang beredar di media sosial selama pemilu lebih lanjut diperlukan untuk menilai strategi
Jakarta 2017 menggunakan pendekatan untuk melawan efek negatif dari tipuan
praktik memetika. Studi ini melihat terutama dalam politik Indonesia.
kebohongan sebagai telah bertindak seperti
meme dalam hal cara mereka membongkar
sumber materi yang ada untuk memanfaatkan
ide-ide atau sentimen orang terhubung
dengan. Hoax sebagai meme mengubah
barang asli menjadi bentuk artefak baru,
dengan pesan baru yang selaras dengan
kepercayaan yang ada di masyarakat.
Akibatnya, tipuan dapat menciptakan budaya
berdasarkan kepercayaan bersama di antara
masyarakat dan, di era polarisasi yang
meningkat, tipuan memiliki potensi untuk
menjadi sarana keberpihakan politik. Namun,
dengan kecenderungan untuk mengalahkan
kebenaran dan membuat orang menjauh dari
fakta-fakta yang diyakini, tipuan bisa
menjadi ancaman bagi demokrasi partisipatif.
Saran
Sebagai akibat hoax, tipuan dapat
menciptakan budaya yang didasarkan pada
kepercayaan bersama di antara masyarakat.
Oleh karena itu, tipuan memiliki potensi
untuk digunakan sebagai alat keberpihakan.
Namun, pada gilirannya, penggunaan tipuan
DAFTAR PUSTAKA

Arif, R. (2014). Social movements, YouTube and political activism in authoritarian countries: a
comparative analysis of political change in Pakistan, Tunisia & Egypt. PhD Dissertation.
University of Iowa.
Arif, Rauf. 2016. Internet As A Hope Or A Hoax For Emerging Democracies: Revisiting The
Concept Of Citizenship In The Digital Age. Social and Behavioral Sciences 236 ( 2016 )
4 – 8.
Baym, G. (2007). Crafting new communicative models in the televisual sphere: political interviews
on The Daily Show. The Communication Review, 10 (2), 93–115.
Carey, J. W. (2009). Communication as culture: essays on media and society (Revised ed.). New
York: Routledge.
Cook, S. A. (2012). The struggle for Egypt: from Nasser to Tahrir Square. New York: Oxford
University Press.
Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata
Soekarno).
Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).
Dewey, J. (1954). The public and its problems. Chicago: Swallow press.
Effendy, Onong Uchjana. (2009). Komunikasi teori dan praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Fandy, M. (2000). Information technology, trust, and social change in the Arab World. Middle
East Journal, 54 (3), 378–394.
Ghannam, J. (2011). Social media in the Arab world: leading up to the uprisings of 2011
Washington DC. A report to the Center for International Media Assistance. URL:
http://www.cima.ned.org/wp-content/uploads/2015/02/CIMA-Arab_Social_Media-Report-
10-25-11.pdf (accessed 11.12.2015).
Habermas, J. (1989). The structural transformation of the public sphere. Cambridge, MA: MIT
Press.
Hafez, K. (2007). The myth of media globalization. Cambridge: Polity Press.
Harb, Z. (2011). Arab revolutions and the social media effect. Journal of Media and Culture, 14(2).
URL: http://journal.mediaculture.org.au/index.php/mcjournal/article/view/364%3E/0
(accessed 15.06.2016).
Hermes, J. (2006). Citizenship in the age of the Internet. European Journal of Communication,
21(3), 295–309.
https://katadata.co.id/berita/2018/10/16/mafindo-catat-hoaks-politik-merajalela-jelang-pilpres-
2019.
https://katadata.co.id/berita/2018/10/16/mafindo-catat-hoaks-politik-merajalela-jelang-pilpres-
2019.
Innis, H. A., and Watson, A. J. (2008). The bias of communication (2nd ed.). Canada: University
of Toronto Press.
Kaye, B. K., and Johnson, T., J. (2002). Online and in the know: uses and gratifications of the web
for political information. Journal of Broadcasting and Electronic Media, 46 (1), 54–71.
Lin, C. A., and Atkin, D. J., (Eds.) (2008). Communication technology and social change: Theory
and implications. New York: Routledge. Negroponte, N. (1995). Being digital. New York,
Knopf ; Distributed by Random House.
Moleong, Lexy. , (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Putri, K. D., & Dewantara, A. (2018). Mulai Punahnya Nilai Kejujuran Dikaji Dengan Buku
Diskursus Pancasila Dewasa Ini.
Utami, Pratiwi. 2018. Hoax in Modern Politics: The Meaning of Hoax in Indonesian Politics and
Democracy. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 22 Issue 2.

Anda mungkin juga menyukai