Anda di halaman 1dari 8

Abstrack

Post Strukturalisme hadir setelah strukturalisme. Post strukturalisme muncul dan


memisahkan diri dari pendekatan strukturalisme dengan cara memunculkan hal-hal yang
dekonstruksi. Oposisi biner misalnya, yang dianggap sebagai konsep utama teori-teori
strukturalisme dalam post strukturalisme selalu didekonstruksi. Oposisi biner ini merupakan
konsep berlawanan yang seringkali disusun dalam hirarki dan juga logika manusia, hal ini
mencakup seperti perbedaan antara laki-laki dan perempuan, hubungan significant (penanda
atau bunyi) dan signifie (petanda atau konsep), langue (bahasa, system yang dimiliki bersama)
dan parole (ucapan, realisasi individu). Dilihat dari alasan munculnya, Post strukturalisme bisa
disebutkan mengandung pengertian kritik dan menolak ide tentang struktur stabil yang
melandasi makna melalui oposisi biner.

Key word : Post strukturalisme, strukturalisme, oposisi binner, dan dekontruksi.

A. Pendahuluan

Kemajuan teknologi informasi saat ini mampu menjadi sarana dan prasarana terhadap
penelitian dan pendekatan khususnya dalam kanca ilmu-ilmu pengetahuan. Manusia sebagai
makhluk sosial yang berbudaya dipandang sebagai makhluk yang terstruktur dari segi kehidupan
dan cara pandangnya. Hal ini yang melatarbelakangi kemunculan teori-teori ilmu pengetahuan
seperti strukturalisme dan juga post strukturalisme. Post-Srtukuralisme hadir setelah adanya
strukturalisme. Strukturalisme yang telah berhasil untuk memasuki hampir seluruh bidang
kehidupan manusia ini dianggap sebagai salah satu teori modern yang berhasil membawa
manusia pada pemahaman secara maksimal. Strukturalisme sendiri merupakan sebuah paham,
sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini mempunyai struktur,
bekerja secara struktural (Hawkes, 1977). Atau menurut Ritzer Strukturalisme lahir sebagai
reaksi terhadap model-model penelitian sebelumnya yang memberikan perhatian pada sejarah
dan asal usul suatu gejala khususnya bahasa. (Ritzer, 2003 : 49-64).
A. Post Strukturalisme

Post-strukturalisme adalah sebuah pemikiran yang muncul akibat ketidak puasan atau
ketidak setujuan pada pemikiran sebelumnya, yaitu strukturalisme. Jika struktrualisme
melihat struktur sebagi sesuatu yang order dan stabil serta memiliki fungsi membentuk
fenomena sosial. Pada perkembangan selanjutnya pemikiran ini dikritik karena adanya fakta-
fakta yang melihat bahwa struktur merupakan sesuatu yang dinamis dan tidak stabil. Adapun
tokoh-tokoh dalam pemikiran Post-Strukturalis adalah Michel Foucault, Jacques Derrida,
Jacques Lacan, dan Judith Butler (Krolokke dan Soronsen, 2006).
Post strukturalisme dipandang sebagai sebuah kritik pada strukturalisme yang tibatiba
ditemukan terlalu banyak kekurangannya. Menurut Nyoman pada umumnya kelemahan
strukturalisme dapat didentifikasikan sebagai berikut : a) Model analisis strukturalisme,
terutama pada awal perkembangannya dianggap terlalu kaku sebab semata-mata didasarkan
atas struktur dan system tertentu. b) Strukturalisme terlalu banyak memberikan perhatian
terhadap karya sebagai kualitas otonom, dengan struktur dan sistemnya, sehingga melupakan
subjek manusianya. c) Hasil analisis dengan demikian seolah-olah demi karya itu sendiri
bukan untuk kepentingan masyarakat secara luas.
Dapat dikatakan bahwa post-strukturalisme hadir sebagai dekonstruksi dari
Strukturalisme (David, 2007). Dari sinilah muncul kelompok yang mengkritik pemikiran-
pemikiran strukturalisme dan menamakan dirinya post strukturalisme walaupun begitu
berbagai kritik yang dilakukan oleh kelompok post strukturalisme bisa dikatakan kritik
terhadap diri sendiri sebab sesungguhnya kelompok post strukturalisme adalah strukturalisme
itu sendiri yang secara tidak sengaja menemukan kekeliruannya.
Teori Post Strukturalisme hadir setelah strukturalisme dirasa memiliki sejumlah
kelemahan dan ketidak stabilan, hal ini menyebabkan pandangan untuk perlu diadakannya
perbaikan pada pendekatan tersebut. Post strukturalisme muncul dan memisahkan diri dari
pendekatan strukturalisme dengan cara memunculkan hal-hal yang dekonstruksi. Atau dalam
kasus ini oposisi biner misalnya, oposisi biner dianggap sebagai konsep utama teori-teori
strukturalisme, oleh kelompok post structuralisme selalu didekonstruksi. Oposisi biner ini
merupakan konsep berlawanan yang seringkali disusun dalam hirarki dan juga logika
manusia khususnya dalam teks, hal ini mencakup seperti perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, hubungan significant (penanda atau bunyi) dan signifie (petanda atau konsep),
langue (bahasa, system yang dimiliki bersama) dan parole (ucapan, realisasi individu).
Dilihat dari alasan munculnya, Post strukturalisme bisa disebutkan mengandung pengertian
kritik dan menolak ide tentang struktur stabil yang melandasi makna melalui oposisi biner.
Dalam pandangan poststrukturalis, bahasa (teks) bukan sekedar menampilkan atau
merepresentasikan suatu realitas, melainkan memproduksi realitas baru.

Foucault dan Derrida yang merupakah tokoh-tokoh penting dalam teori atau
pendekatan post strukturalisme menyatakan bahwa makna tidaklah stabil, ia selalu dalam
proses. Makna sendiri tidak bisa dibatasi dalam satu kata atau lebih, kalimat atau paragraph
yang berisikan teks khusus, tetapi ia merupakan hasil dari hubungan antarteks itu sendiri atau
bisa disebut intertektualitas. Hal ini yang menjadi bukti bahwa post strukturalisme sama
seperti strukturalisme, poststrukturalisme juga bersifat antihumanis tapi tentunya tidak
separah strukturalisme. Derrida (1976) menyatakan bahwa kita berpikir hanya dengan tanda-
tanda, tidak ada makna asli yang bersirkulasi di luar representasi. Post strukturalisme ini
tidak hanya saja berfokus pada bahasa ataupun linguistik saja melainkan pada kehidupan
sosial budaya, ilmu pengetahuan, kekuasaan serta dalam kacamata politik juga di beberapa
kasus Post strukturalisme sangat berpengaruh. Seperti yang dikemukakan oleh Michel
Foucault yang dianggap menjadi salah satu pemikir terpenting dalam teori Post
Structuralisme, Foucault mengemukakan pandangannya tentang pengetahuan dan kekuasaan.
Menurut pandangannya pengetahuan dan kekuasaan merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Bahwa orang yang memiliki pengetahuan maka dia yang akan berkuasa.

Sebagai seorang post-strukturalis Foucoult tertarik pada cara dimana berbagai bentuk
ilmu pengetahuan menghasilkan cara-cara hidup. Menurut Yudo Mahendro dalam artikelnya,
bahwa di dalam bukunya Archeology of Knowledge Foucault memberikan metode dalam
memahami pengetahuan yaitu dengan melalui analisis diskursus (discourse analyses).
Foucault mencetuskan kajian mengenai arkheologi ilmu pengetahuan sebagai upaya
memahami kondisi-kondisi dasar sebuah diskursus tercipta. Diskursus di sini diterjemahkan
oleh Foucault sebagai ‘kelompok pernyataan yang memiliki sisitem formasi tunggal” (Ritzer,
2008; 70-71). Jadi Foucault beranggapan bahwa dalam membahas suatu pemikiran yang
sedang berkembang pada suatu periode haruslah ditelaah kembali historisnya secara
komprehensif. atau dengan kata lain, telaah historis yang komprehensif dalam membahas
suatu pemikiran yang berkembang pada waktu tersebut. Sehingga, setiap diskursus memiliki
kekhasannya tersendiri karena konteks yang berbeda satu sama lainnya. Lewat arkeologi
ilmu pengetahuan inilah, kita akan melihat diskursus secara objektif dan tidak salah dalam
memahami makna dari diskursus tersebut. Menurut Foucault, diskursus berfungsi
untuk “shows the historically specific relations between disciplines (defined as bodies of
knowledge) and disciplinary practices (forms of social control and social
possibility)” (Mchoul and Grace, 2002; 26).

Yudomahendro. 2012. Strukturalisme dan Post-Strukturalisme.


http://yudomahendro.wordpress.com/2012/04/18/strukturalisme-dan-post-strukturalisme/. Di
akses tanggal 18 Maret 2019 pukul 08.00.

Selain ilmu pengetahuan Foucault juga berbicara tentang genaologi kekuasaan, disini
Faucault mengatakan bahwa kekuasaan (power) sesungguhnya memiliki lintasan intektual
atau ilmunya sendiri yang pada waktunya menentukan diskursus yang ada. Dengan demikian
dapat diketahui kekuasaan yang dominan yang akan dapat menentukan diskursus di setiap
lintasan tentunya dalam konteks ruang dan waktu. Dari sini kita bisa melihat bahwa
genealogi kekuasaan ini bisa membuktikan bahwa struktur pengetahuan dan kebudayaan
yang dipahami oleh masyarakat luas tidaklah stabil, namun struktur yang sesungguhnya
dinamis dan sangat tidak stabil. Hal ini yang sampai sekarang berpengaruh sekali terhadap
kehidupan masyarakat. Pada kenyataannya bisa terlihat kekuasaan (power) telah berubah.
Kekuasaan tidak lagi berada di tangan satu orang atau lembaga, tetapi tersebar luas dalam
masyarakat dan cenderung tersembunyi. Perubahan itu disebabkan oleh berubahnya
kekuasaan tersebut. Dahulu poros utama dari kekuasaan adalah kehendak, baik kehendak raja
atau rakyat yang memang berkuasa.Tetapi kini kekuasaan tidak lagi lahir dari kehendak raja
atau masyarakat saja, tetapi melalui pengetahuan. Dari sini bisa disimpulkan apa yang
dikatakan Faucault adalah pengetahuan merupakan kekuasaan. Hal ini pun sangat sekali
berpengaruh pada kehidupan sosial dan politik di Indonesia, bisa diingat pada waktu jaman
orde baru kekuasaan presiden bisa goyah setelah diturunkan oleh mahasiswa, banyaknya
masalah yang kompleks terjadi di masyarakat membuat mahasiswa dan masyarakat ramai-
ramai berkumpul untuk menururunkan presiden Soeharto dari jabatannya. Dan pada
puncaknya terjadilah berbagai macam usaha untuk melengserkan pemerintahan yang
dipimpin oleh presiden dengan julukan The Smiling General tersebut. Dan akhirnya pada 21
mei 1998 menjadi momentum penting bagi rakyat Indonesia, sebab pada tanggal tersebut
Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya dan menuruti permintaan rakyat untuk
mundur. Dalam kasus ini bisa kita lihat bahwa hal ini berbanding lurus dengan apa yang
dikatakan Foucault, bahwa bisa disimpulkan orang yang memiliki pengetahuan maka dia
yang akan berkuasa.

Berbanding lurus dengan Foucault, seorang filsafat Perancis bernama Jacques Derrida
dia mengatakan bahwa strukturalisme merupakan sebuah teori yang tidak stabil dan tidak
terstruktur, strukturalisme dianggap anti humanis dan selalu melupakan subjek yang juga
berpengaruh pada suatu moment atau kondisi. Maka dari itu Derrida yang juga merupakan
pemikir dari post strukturalisme dengan teori terkenalnya adalah ‘dekontruksi’, dekontruksi
ini pada awalnya merupakan sebuah kritik yang dilakukan pada sebuah karya sastra dan
memang di dalam teorinya pun Derrida banyak membahas mengenai struktur dari sebuah
teks atau karya sastra. Tapi dengan berkembangnya jaman teori ini berkembang, Dekontruksi
ini dibuat alat untuk mengkritik oposisi binner yang merupakan kunci dari teori
strukturalisme, Dekonstruksi ini berkerja dengan cara masuk ke dalam analisis berkelanjutan,
yang terus berlangsung tehadap teks-teks tertentu atau karya sastra tertentu. Konstruksi besar
besaran pada teks-teks dan dekontruksi ini berkomitmen pada analisis habis-habisan terhadap
makna literal teks, dan juga untuk menemukan problem-problem internal di dalam makna
tersebut, yang mungkin bisa mengarah ke makna-makna alternatif, dekontruksi sangat detail
sekali sehingga analisis yang dilakukan pun sampai pada pojok-pojok teks (termasuk catatan
kaki) yang sering diabaikan dalam teks teks tertentu. Dekonstruksi menyatakan bahwa hal-
hal yang sebelumnya diabaikan dalam teks bisa saja yang menghianati setiap stabilitas makna
yang mungkin dimaksudkan oleh si pengarang dalam teks dan ditulisnya. Selain itu
dekontruksi pun yang menjadi alat sebuah kritikan yang sangat berpengaruh pada kritik yang
dilakukan Derrida pada Strukturalisme. Seprti yang diketahui oposisi binner adalah konsep
inti dari strukturalisme. Oposisi binner ini merupakan sebuah konsep menarik mengenai pola
pengenalan manusia terhadap simbol dan makna akan kata. Konsep ini adalah penjelasan
mengenai suatu yang selalu memiliki lawan maka akan terbentuk nilai dan makna
sesungguhnya. Seperti ada makna dan nilai sesungguhnya akan tolak ukur dari sesuatu.
Oposisi binner ini adalah sebuah produk social budaya yang membedakan dua kategori yang
berhubungan. Contohnya laki-laki dan perempuan, seseorang disebut laki-laki karena ia
bukan perempuan. Laki-laki tidak dapat ada dengan sendirinya tanpa berhubungan secara
struktural dengan perempuan. Dalam oposisi biner ini terdapat hirarki, yang satu dianggap
lebih superior dari pasangannya. Misalnya, maskulin lebih dominan dari feminin, yang
artinya laki-laki lebih dominan disbanding perempuan. Seperti contoh saat ini, sedang
terjadinya praktik oposisi biner, dua kubu calon presiden yang mempertemukan Joko Widodo
dan Prabowo Subianto membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat luas khususnya
perpolitikan di Indonesia. Dua kubu yang saling menyerang di media social ini merupakan
sebuah praktik langsung politik oposisi biner. Kubu Joko Widodo dan kubu Prabowo
Subianto. Hal ini membuat rakyat terbagi menjadi dua kutub yang saling bersebrangan, tarik
ulur yang memetakan satu pihak dengan pihak lain yang berhadapan sebagai sebauh oposisi
biner dalam kaitannya dengan politik. Dan dari permasalahan inilah post strukturalisme
menawarkan metode yang sudah disebutkan tadi yaitu dekontruksi, dekontruksi ini
mempunyai tujuan pluralisme yang merupakan sebuah kerangka dimana ada interaksi
beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu
sama lain. Perbedaan merupakan hakikat yang wajar, perbedaan justru memberikan
pengakuan pada unsur yang lain.

Dekontruksi inipun oleh Derrida tidak hanya dipakai untuk mngkritik oposisi biner,
Derrida sendiri pernah mengkaji tentang kajian terorisme. Derrida menilai, harus ada upaya
dekonstruktif terhadap istilah terorisme. Derrida berpendapat bahwa terorisme adalah istilah
yang sulit dimaknai dan diterangkan. Maka bisa disimpulkan bahwa post strukturalisme
dalam kenyataanya banyak mengkritik bukan hanya oposisi binner tapi dekontruksi ini pun
dilakukan pada masalah-masalah kehidupan social budaya masyarakat luas. Contoh kasus ini
pun merupakan contoh pada mas sekarang post strukturalisme sudah banyak digunakan oleh
masyarakat luas. Banyaknya kejadian terorisme dan bahkan yang terakhir terjadi di Mesjid
yang berada di New Zealand, dalam kasus teorisme ini bukan hanya sekadar soal bagaimana
cara membuat orang untuk berhenti berpikir radikal dan tidak lagi dengan gampang
membunuh orang dengan mengatasnamakan apa saja yang mereka percayai tapi juga kajian
teorisme ini menjadikan peta atau jalan bagi pemerintahan untuk mengevaluasi kebijakannya
dan bukan hanya itu saja, hal ini pun menjadi bahan bagi oposisi untuk menyerang kebijakan
pemerintahan yang dirasa kurang bisa melindungi rakyatnya sendiri. Hal ini pun bisa kita
lihat kritik dilakukan oleh masyarakat menggunakan post strukturalisme dimana masyarakat
pun yang mempunyai ilmu pengetahuan bisa melakukan kritik terhadap kebijakan
pemerintahan yang dirasa kurang melindungi rakyatnya sendiri. Disini bisa terlihat bahwa
Derrida ingin melihat masyarakat terbebas dari gagasan semua penguasa intelektual yang
telah menciptakan pemikiran dominan dengan menyampaikan semua gagasan masyarakat
sendiri sesuai ilmu pengetahuannya.

B. Kesimpulan

Post strukturalisme ada setelah gagasan strukturalisme, post strukturalisme


merupakan sebuah kritik yang dilakukan pada strukturalisme yang pada dasarnya
strukturalisme itu sendiri yang menemukan kekeliruan dalam teori-teorinya. Post
strukturalisme mengkritik oposisi biner yang merupakan konsep utama dari teori-teori
strukturalisme dengan cara dekontruksi. Post strukturalisme mengganggap makna adalah
sesuatu yang tidak stabil. Singkatnya post strukturalisme ini menolak ide yang menyatakan
struktur stabil merupakan yang melandasi makna melalui oposisi biner atau misalnya
penanda-petanda, langue atau parole, dan dalam kasus social budaya masyarakat yaitu laki-
laki atau perempuan.
References :

Hawkes Terence. Structuralism and Semiotics. 1977. Routledge : France PDF


Ritzer George. 2003. The Blackwell Companion to Major Contemporary Social Theorists. John
Wiley & Sons : New York

Derrida Jacques. 1976. Of Grammatology. Les Éditions de Minuit : France (PDF Translation)
Krolokke, Charlotte dan Anne Scott Sorensen. 2006. Gender communication theories and
analyses: from silence to performance. Thousand Oaks: Sage.
Yudomahendro. 2012. Strukturalisme dan Post-Strukturalisme.

http://yudomahendro.wordpress.com/2012/04/18/strukturalisme-dan-post-strukturalisme/.
Di akses tanggal 18 Maret 2019 pukul 08.00.

George Ritzer. Modern Sociological Theory. Mc Graw Hill. 2008


Ritzer, George.1980. Sociology : A multiple Paradigm Science. Allyn and Bacon : Toronto

dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media : Jakarta
2003. Teori Sosial Post modern. Kreasi wacana : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai