Anda di halaman 1dari 15

LITERASI KEWARGANEGARAAN DAN PENDIDIKAN MULTIBUDAYA DALAM

PEMBELAJARAN BIOLOGI ABAD 21 MELALUI PENDEKATAN STEM

Untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Biologi Inovatif


yang dibimbing oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si.
dan Rifka Fachrunnisa, S.Pd., M.Ed.

Oleh:
Kelompok 12 / Offering C 2016
Ayu Purwanti (160341606006)
Yulia Dewi Saputri (160341606020)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
April 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Literasi Kewarganegaraan dan
Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran Biologi Abad 21 melalui Pendekatan STEM” .
Untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Biologi Inovatif yang dibimbing oleh Dr. Hadi
Suwono, M.Si. dan Rifka Fachrunnisa, S.Pd., M.Ed.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan biologi.
Demikianlah tugas ini kami susun, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan tugas ini, kepada para mahasiswa dan mahasiswa serta dosen yang telah
membimbing dalam pembuatan makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Malang, April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki keberagaman dalam hal suku bangsa, bahasa, budaya, adat dan
kebiasaan, bahkan agama dan kepercayaan. Sebanyak tujuh belas ribu lebih pulau besar dan
kecil membentang dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur. Secara
geografis, pulau-pulau di Indonesia tersebar dan dipisahkan oleh lautan dan selat. Letak
pulau yang menyebar tersebut menjadikan bangsa Indonesia memiliki beragam suku bangsa
yang juga menghasilkan beragam bahasa, budaya, adat dan kebiasaan, bahkan agama dan
kepercayaan. Tidak salah jika semboyan bangsa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika,
berbeda-beda tetapi tetap satu.
Namun, apabila setiap warga negara yang mendiami wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia kurang memiliki kesadaran atas keberagaman bangsanya, stabilitas nasional yang
telah terbangun pun akan rusak. Tanpa adanya kesadaran akan keberagaman, tanpa adanya
sikap saling menghormati dan menghargai terhadap individu dan kelompok yang berbeda,
konflik antarpribadi dan antarkelompok akan bermunculan. Masyarakat akan mudah dipecah
belah dengan kebencian dan prasangka hanya karena tidak mengenal dan memahami
keberagaman yang dimiliki oleh bangsanya.
Selain itu, sebagai bagian dari dunia global, Indonesia juga mendapat pengaruh budaya
dari berbagai negara sebagai dampak dari hubungan kerja sama yang dibangun. Akibatnya,
keberagaman yang sudah ada, yang dibawa oleh tiap-tiap suku bangsa di Indonesia menjadi
semakin kompleks dengan masuknya pengaruh global. Kemampuan untuk memahami
keberagaman dan tanggung jawab warga negara sebagai bagian dari suatu bangsa merupakan
kecakapan yang patut dimiliki oleh setiap individu di abad ke-21 ini. Oleh karena itu, literasi
budaya dan kewargaan penting diberikan di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan budaya
nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat global.
Dan lebih penting penting juga kedua literasi tersebut harus dimunculkan dalam proses
pembelajaran. Salah satu matapelajaran eksak yang dapat disisipi dengan kedua literasi
tersebut adalah biologi . Maka dari itu penulis dalam makalah ini akan mendiskripsikan
terkait “Literasi Kewarganegaraan dan Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran Biologi
Abad 21 melalui Pendekatan STEM”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari literasi kewarganegaraan dan pendidikan multi budaya ?
1.2.2 Bagaimana hubungan civic literation dan multicultural dalam pembelajaran biologi abad
21 ?
1.2.3 Bagaimana peranan civic literation dan multicultural dalam pembelajaran biologi abad
21?
1.2.4 Bagaimana implemetasi civic literation dan multicultural dalam pembelajaran biologi
abad 21 melalui pendekatan STEM?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari literasi kewarganegaraan dan pendidikan multi budaya
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan civic literation dan multicultural dalam pembelajaran
biologi abad 21
1.3.3 Untuk mengetahui peranan civic literation dan multicultural dalam pembelajaran biologi
abad 21
1.3.4 Untuk mengetahui implemetasi civic literation dan multicultural dalam pembelajaran
biologi abad 21 melalui pendekatan STEM
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Literasi Kewarganegaraan Dan Pendidikan Multi Budaya
Literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita
mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki
arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung
beragam arti (multi literacies). adi, keberaksaraan atau literasi dapat diartikan
melekteknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga
peka terhadap politik. Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena
membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap
isi bacaan tersebut. Berdasarkan World Economic Forum pada tahun 2015 terdapat enam
literasi yang menjadi sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua
dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis,
literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan
kewargaan.
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap
kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah
kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian,
literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam
bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Pendidikan Multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan
penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam
membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari
individu, kelompok maupun negara (Banks, 2001). Dan James A. Banks dalam bukunya
”Multicultural Education,” mendefinisikan Pendidikan Multikultural sebagai ide, gerakan
pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk
mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa
berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan
kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai
prestasi akademis di sekolah.
Tujuan pendidikan dengan berbasis Multibudaya dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a) Untuk mengfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan peserta didik yang
beraneka ragam.
b) Untuk membantu peserta didik dalam membangun perlakuan yang positif terhadap
perbedaan cultural, ras, etnik, dan kelompok keagamaan.
c) Memberikan ketahanan peserta didik dengan cara mengajar mereka dalam mengambil
keputusan dan keterampilan sosialnya.
d) Untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan
memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan.
Prinsip Dasar Literasi Kebudayaan dan Kewargaan yaitu :
1. Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku
Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi kekayaan budaya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku berarti
budaya menjadi jiwa dalam bahasa dan perilaku yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat.
2. Kesenian sebagai Produk Budaya
Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar tentunya menghasilkan
berbagai bentuk kesenian dari berbagai daerah dengan membawa ciri khas
kebudayaan dari daerahnya masing-masing.
3. Kewargaan Multikultural dan Partisipatif
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat,
kepercayaan, dan lapisan sosial. Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan suatu
masyarakat yang mampu berempati, bertoleransi, dan bekerja sama dalam
keberagaman.
4. Nasionalisme
Kesadaraan akan kebangsaan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara. Dengan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya, setiap individu
akan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dan menjunjung tinggi martabat
bangsa dan negaranya
5. Inklusivitas
Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, pandangan dan perayaan
inklusivitas sangat berperan untuk membangun kesetaraan warga. Terbangunnya
sikap inklusif akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk mencari
keuniversalan dari budaya baru yang dikenalnya untuk menyempurnakan kehidupan
mereka.
6. Pengalaman Langsung
Untuk membangun kesadaran sebagai warga negara, pengalaman langsung dalam
bermasyarakat adalah sebuah laku yang besar artinya untuk membentuk ekosistem
yang saling menghargai dan memahami.

Ada beberapa indikator untuk mencapai literasi budaya dan kewarganegaraan, sebagai
berikut :
• Basis Kelas
a. Jumlah pelatihan tentang literasi budaya dan kewargaan untuk kepala sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan;
b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan kewargaan dalam
pembelajaran; dan
c. Jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.

• Basis Budaya Sekolah


a. Jumlah dan variasi bahan bacaan bertema budaya dan kewargaan;
b. Frekuensi peminjaman buku bertemakan budaya dan kewargaan di
perpustakaan;
c. Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya;
d. Terdapat kebijakan sekolah yang dapat mengembangkan literasi budaya dan
nilai-nilai kewargaan sekolah;
e. Terdapat komunitas budaya di sekolah;
f. Tingkat ketertiban siswa terhadap aturan sekolah;
g. Tingkat toleransi siswa terhadap keberagaman yang ada di sekolah; dan
h. Tingkat partisipasi aktif siswa dalam kegiatan di sekolah.
• Basis Masyarakat
a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi budaya dan kewargaan;
dan
b. Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan literasi
budaya
c. dan kewargaan
2.2 Hubungan Civic Literation dan Multicultural dalam Pembelajaran Abad 21
Keterampilan abad ke-21 menjadi topik yang banyak dibahas beberapa waktu
terakhir.Pekerjaan di abad 21 bersifat lebih internasional, multikultural dan saling
berhubungan.Pada abad terakhir ini telah terjadi pergeseran yang signifikan dari layanan
manufaktur kepada layanan yang menekankan pada informasi dan pengetahuan (Scott,
2015a).Pengetahuan itu sendiri tumbuh dan meluas secara eksponensial. Teknologi informasi
dan komunikasi telah mengubah cara kita belajar, sifat pekerjaan yang dapat dilakukan, dan
makna hubungan sosial. Pengambilan keputusan bersama, berbagi informasi, berkolaborasi,
berinovasi, dan kecepatan bekerja menjadi aspek yang sangat penting pada saat ini.Siswa
diharapkan tidak lagi berfokus untuk berhasil dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan manual
atau pekerjaan rutin berbantuan mesin ataupun juga pekerjaan yang mengandalkan pasar
tenaga kerja murah.Saat ini, indikator keberhasilan lebih didasarkan pada kemampuan untuk
berkomunikasi, berbagi, dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang
kompleks, dapat beradaptasi dan berinovasi dalam menanggapi tuntutan baru dan mengubah
keadaan, dan memperluas kekuatan teknologi untuk menciptakan pengetahuan baru.
Berdasarkan keterangan diatas keterampilan sosial dan lintas budaya yang baik sangat
penting dalam mewujudkan kesuksesan di sekolah maupun kehidupan. Keterampilan ini
memungkinkan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain (misalnya
mengetahui saat yang tepat untuk mendengarkan dan berbicara, dan bagaimana
memperlakukan diri secara hormat, secara profesional), bekerja secara efektif dalam sebuah
tim yang memiliki anggota beragam (misalnya menghormati perbedaan budaya dan
berkolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai kondisi sosial dan latar
belakang budaya), berpikiran terbuka terhadap ide-ide dan nilai-nilai yang berbeda, dan
menggunakan perbedaan sosial dan budaya untuk menghasilkan ide-ide, inovasi dan kualitas
kerja yang lebih baik. Selain itu, Civic literacy (literasi bermasyarakat) merupakan
keterampilan penting, karena siswa perlu mengetahui hak dan kewajiban warganegara di
lingkup lokal, regional, dan nasional; mengembangkan motivasi, watak dan keterampilan
untuk berpartisipasi dalam masyarakat; dan memahami dampak dari masalah
kemasyarakatan secara lokal dan global (P21, 2013). Selain hal tersebut, keterampilan abad
ke-21 yang lain adalah digital citizenship (masyarakat yang melek digital) – memahami
bagaimana cara untuk berpartisipasi secara produktif dan bertanggung jawab secara online
(P21, 2013). Hal ini penting untuk membantu siswa dalam memahami bagaimana untuk
berpartisipasi dengan cerdas dan etis sebagai warga negara yang bertanggung jawab dalam
komunitas virtual.Hal ini melibatkan pembelajaran tentang bagaimana mengakses reliabilitas
dan kualitas dari informasi yang ditemukan dari internet dan menggunakan informasi yang
diperoleh secara bertanggung jawab (Davies, Fidler dan Gorbis, 2011). Sekolah perlu
mengatur bagaimana siswa belajar dan berlatih menggunakan teknologi secara bertanggung
jawab (misalnya caramengaskes data, perlindungan terhadap hal-hal yang bersifat privasi,
cara mendeteksi penipuan, plagiarisme, kekayaan intelektual hak dan anonimitas) dan
bagaimana menjadi digital citizens yang baik.
Kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan masyarakat lintas budaya atau
yang memiliki kebudayaan yang berbeda adalah prasyarat mendasar di dunia kerja.Semua
siswa perlu mendapatkan kompetensi antarbudaya.Untuk alasan ini, pendidikan antarbudaya,
yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan ini, dapat
memberikan kontribusi untuk menjaga kedamaian dan pembelajaran inklusif (Barrett et al.,
2014).Kompetensi antarbudaya tidak diperoleh secara otomatis, melainkan harus dipelajari,
dipraktikkan dan dipelihara sepanjang hidup. Guru memiliki peran yang sangat penting
dalam memfasilitasi pengembangan kompetensi antarbudaya di antara siswa (Barrett et al.,
2014). Sikap saling menghormati dan toleransi sangat penting untuk memastikan bahwa
pandangan individu dari semua latar belakang budaya diakui dan dihormati dalam
masyarakat yang multikultural. Hal yang sangat penting adalah siswa dapat belajar untuk
mendengarkan orang lain, menunjukkan fleksibilitas, dan bekerja sama dengan kontributor
dalam tim yang berasal dari berbagai budaya dan berbagai rumpun ilmu pengetahuan. Ini
adalah kompetensi yang sangat penting dan tidak boleh dilewatkan oleh masyarakat abad ke-
21 (Barrett et al, 2014).Berdasarkan hal tersebut maka jelas bahwa pendidikan memiliki
peran yang signifikan bahkan fundamental dalam menawarkan kesempatan kepada pelajar
abad ke-21 untuk mengembangkan kompetensi yang memungkinkan mereka dapat hidup
damai dengan kondisi budaya yang beragam (Carneiro dan Draxler, 2008).
Pada abad ke-21, siswa harus turut berperan dalam kegiatan pendidikan.Peran aktif siswa
membantu mereka mengembangkan kompetensi dalam kehidupan dan bekerja bersama
dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya dan organisasi. Mereka harus
belajar bahwa mereka tidak akan selalu dihargai, tetapi mereka harus mencari dan
menggunakan bakat dan ide-ide mereka di antara beragam siswa lainnya. Ini merupakan
keterampilan penting yang harus dilatih dan sering digunakan oleh siswa. Keterampilan ini
melibatkan rasa hormat dan menghargai permasalahan orang lain dan budaya yang berbeda
dari budaya mereka, sehingga mereka akan memperoleh keterampilan sosial dan lintas
budaya (Barrett et al., 2014). Hal ini juga akan membangun kesadaran dan pengetahuan
tentang perbedaan yang ada di antara individu dan masyarakat. Lingkungan sekolah harus
menawarkan kemungkinan untuk merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan bagi anak muda untuk menghargai, bergaul dengan baik dan hidup
berdampingan secara damai di lingkungan dengan kebudayaan yang sangat beragam (ini
merupakan keterampilan hidup abad ke-21 yang sangat dihargai).Oleh karena itu, ada
kebutuhan mendesak bagi guru untuk merancang kegiatan belajar kolaboratif dan sesuai
dengan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan pemahaman, keterampilan dan nilai-
nilai siswa.

2.3 Peranan Civic Literation dan Multicultural dalam Pembelajaran Biologi Abad 21
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan
lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah
perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan
beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang
mutlak. Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan
budaya nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat
global.
Keberadaan literasi budaya dan kewarganegaraan sangatlah memiliki peranan penting
dalam kehidupan bangsa Indonesia memiliki banyak kekayaan baik segi budaya maupun adat
istiadat. Sehingga literasi budaya dan kewarganegaraan ini mampu mencegah sisi negatif
berupa konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik vertikal dapat terjadi jika antar-
kelompok tidak ada sikap saling menghargai dan menghormati sehingga berpeluang
terjadinya praktik hegemoni terhadap kelompok yang lebih kecil tau kelompok minoritas
(Rosmawaty: 2015). Lebih lanjut, konflik horizontal dapat terjadi pula jika dalam
sebuah interaksi antar-kelompok di mana salah satu kelompok merasa memiliki superioritas
terhadap kelompok lainnya. Bahkan kelompok superiotas ini menganggap hanya
komunitasnyalah yang paling baik, benar, dan utama sedangkan kelompok yang lain
hanyalah pelengkap semata.

Berdasarkan The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan
sejumlah peran pentingnya keberadaan dari Pendidikan Multikultural, yaitu :
1. Memberi konsep diri yang jelas.
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya.
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada setiap
masyarakat.
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi sosial
dan ketrampilan kewarganegaraan (citizenship skills).
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.
Ada beberapa alasan , mengapa begitu pentingnya literasi budaya dan
kewarganegaraan ditanamankan kepada generasi muda karena kuatnya arus budaya global
menghilangkan budaya-budaya lokal/nasional , sebagai identitas bangsa, sebagai alat untuk
penghubung generasi terdahulu, sekarang, dan masa yang akan datang, memahami hak dan
kewajiban sebagai warga negara untuk mendukung perubahan dan pembangunan Indonesia
ke arah yang lebih baik.
2.4 Implemetasi Civic Literation dan Multicultural dalam Pembelajaran Biologi Abad 21
Melalui Pendekatan STEM
Implementasi civic literation dan multicultural dalam pembelajaran biologi abad 21 dapat
diterapkan dengan pendekatan belajara STEM. Pelaksaannya dlam proses belajar dApat
menggunakan beberapa macam model pemBelajaran salah satunya yaitu model problem
basd learning (PBL). PBL memiliki ciri-ciri sebagai pembelajaran yang dimulai dengan
pemberian ‘masalah’, biasanya ‘masalah’ memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara
berkelompok aktif merumuskan masalah, mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka,
mempelajari, dan mencari sendiri materi yang terkait dengan ‘masalah’, serta melaporkan
solusi dari ‘masalah’ (Amir, 2009:12). PBL digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan
untuk melibatkan siswa dan mendukung aktivitasnya, serta membantu siswa untuk mampu
belajar. Menurut (Wilson dan Cole dikutip Suryawati, 2006:12) PBL mengintegrasikan
pembelajaran bidang ilmu dan keterampilan memecahkan masalah, memanfaatkan situasi
yang kolaboratif dan menekankan pada proses belajar untuk belajar dengan memberikan
tanggung jawab maksimal kepada siswa untuk menemukan proses belajarnya. Tahapan PBL
dilakukan berdasarkan Baharom (2011) meliputi 7 tahapan yakni: membentuk kelompok,
mengidentifikasi masalah, menuliskan ide, isu pembelajaran, belajar mandiri, sintesis
aplikasi, serta refleksi dan umpan balik.
Dalam implementasinya diharapkan model PBL ini disesuikan dengan pendekataan
STEM yang mengutamakan ilmu science, technology, engineering, dan mathematic. Namun
tetap didasarkan pada implementasi literasi budaya dan kewarganegaraan yang berbasis
biologi. misal dihubungkan dengan masalah budaya orang Indonesia yang sering salah dalam
emnata gaya hidupnya sehingga akan mempengaruhi kehidupannya. Jadi kegiatan
pembelajaran yang dirancang untuk menghubungkan pengalaman siswa dengan masalah
dunia nyata akan mengubah fokus mereka dalam belajar. Jika siswa menyadari hubungan
antara apa yang mereka pelajari dengan dunia nyata adalah masalah yang penting bagi
mereka, maka motivasi mereka akan meningkat, begitu juga belajarnya. Pengalaman siswa di
sekolah mungkin akan sangat berbeda dari kehidupan mereka di luar sekolah. Penggunaan
konteks dunia nyata adalah komponen kunci dari pembelajaran abad ke-21.Menurut P21
(2007b), hasil penelitian menunjukkan bahwa jika guru menciptakan kegiatan pembelajaran
yang bermakna yang berfokus pada sumber daya, strategi dan konteksnya sesuai dengan
kehidupan siswa, maka tingkat ketidakhadiran menurun, kerjasama dan komunikasi
berkembang, dan keterampilan berpikir kritis dan prestasi akademik meningkat.
Terdapat beberapa macam strategi implementasi literasi budaya dan kewargaan di sekolah :
 Residensial
Residensial adalah sebuah program yang membawa siswa ke suatu
komunitas/masyarakat dalam beberapa waktu dengan tujuan mengetahui proses
bermasyarakat, berproses, dan berkarya. Siswa akan tinggal bersama masyarakat dan
mengalami langsung sebuah penyesuaian hidup sebagai pengalaman otentik.
 Pengenalan Ketahanan Negara
Ketahanan negara adalah pondasi besar di dalam mempertahankan hidup yang aman
dan damai. Oleh karena itu, siswa perlu diperkenalkan materi ketahanan negara atau
bela negara.
 Pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan
Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan bertujuan untuk
memperkaya pengetahuan dalam mengaplikasikan literasi budaya dan kewargaan
dalam pembelajaran.

 Pelatihan Pembuatan Permainan Edukatif


Dalam hal ini, guru dituntut untuk membuat permainan edukatif di dalam kelas.
Literasi budaya dan kewargaan dapat diaplikasikan dalam bentuk permainan-
permainan tradisional, seperti engklek atau congklak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis.ada
enam macam litearis. Saah satunya yaitu literasi budaya dan kewarganegaraan. Literasi
budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan
Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan
dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Terdapat banyak peranan
kedua literasi tersebut dalam segala hal, intinya untuk melindungi arus derasnya
pekembangan abad 21. Implemnetasi literasi budaya dan kewarganegaraan dalam sekolah
dapat di terapkan dengan menggabungkannya dengan pendekatan pembelajaran STEM.
Dalam proses belajaranya mengedepankan seorang siswa harus mampu memecahkan
permasalahn yang ada di lingkunga sekolah. jika dihubungkan dengan kedua literasi ini
berati permasalahan yang diambil harus terkait dengan literasi tersebut.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyaknya kesalahan dalam penyusunan makalah yang
dilakukan, namun besar harapan dari penulis agar makalah yang telah disusun ini
mengenai Literasi Kewarganegaraan dan Pendidikan Multibudaya mampu memberikan
pandangan kepada pembaca dan mampu menumbuhkan konsep yang sesungguhnya
tentang betapa pentingnya lierasi kewarganegaarn diajarkan pada siswa pada saat ini.
penggunaan pendektan STEM akan sangat membantu guru dalam pencapaian hasil
belajar peserta didik yang sesuai dnegan tuntutan Pembelajaran Abad 21. Semoga
makalah ini juga dapat menambah ilmu dan wawasan kita.
Daftar Rujukan
Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Problem Based Learning. Jakarta : Kencana.
Baharom, Sadiah. 2011. Teach and Learn Science Through PBL. Tanjung Malim, Perak:
Universiti Pendidikan sultan Idris.
Banks, J., Carson, J.S., Nelson, B.L., & Nicol, D.M., 2001, Discrete-Event System Simulation,
3rd edition, Prentice Hall, New Jersey.
Barrett, M., Byram, M., Lázár, I., Mompoint-Gaillard, P. and Philippou, S. 2014. Developing
Intercultural Competence through Education.Pestalozzi Series No. 3. Strasbourg, Council
of Europe Publishing.
Carneiro, R. and Draxler, A. 2008. Education for the 21st century: lessons and challenges.
European Journal of Education, Vol. 43, No. 2, pp. 149-160.
Davies, A., Fidler, D. and Gorbis, M. 2011. Future Work Skills 2020.Palo Alto, Calif., University
of Phoenix Research Institute.
https://www.kompasiana.com/tiyaparyati/54f9177fa33311ef048b45d9/pendidikan-multibudaya
P.S. Gorski. 2001. “Religious Pluralism and Religious Participation.” Annual Review of
Sociology 27: 261-281
P21. 2007b. 21st Century Curriculum and Instruction. Washington DC, Partnership for 21st
Century Skills.
P21. 2013. Reimagining Citizenship for the 21st Century: A Call to Action for Policymakers and
Educators. Washington DC, Partnership for 21st Century Skills.
Scott, C.L. 2015a. The Futures of Learning 1: Why must learning content and methods change in
the 21st century? UNESCO Education Research and Foresight, Paris. [ERF Working
Papers Series, No. 13].
Sutarno. 1997. Pendidikan Multikultural.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai