Oleh:
Kelompok 12 / Offering C 2016
Ayu Purwanti (160341606006)
Yulia Dewi Saputri (160341606020)
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Literasi Kewarganegaraan dan
Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran Biologi Abad 21 melalui Pendekatan STEM” .
Untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Biologi Inovatif yang dibimbing oleh Dr. Hadi
Suwono, M.Si. dan Rifka Fachrunnisa, S.Pd., M.Ed.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan biologi.
Demikianlah tugas ini kami susun, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan tugas ini, kepada para mahasiswa dan mahasiswa serta dosen yang telah
membimbing dalam pembuatan makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari literasi kewarganegaraan dan pendidikan multi budaya
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan civic literation dan multicultural dalam pembelajaran
biologi abad 21
1.3.3 Untuk mengetahui peranan civic literation dan multicultural dalam pembelajaran biologi
abad 21
1.3.4 Untuk mengetahui implemetasi civic literation dan multicultural dalam pembelajaran
biologi abad 21 melalui pendekatan STEM
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Literasi Kewarganegaraan Dan Pendidikan Multi Budaya
Literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita
mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki
arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung
beragam arti (multi literacies). adi, keberaksaraan atau literasi dapat diartikan
melekteknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga
peka terhadap politik. Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena
membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap
isi bacaan tersebut. Berdasarkan World Economic Forum pada tahun 2015 terdapat enam
literasi yang menjadi sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua
dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis,
literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan
kewargaan.
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap
kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah
kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian,
literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam
bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Pendidikan Multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan
penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam
membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari
individu, kelompok maupun negara (Banks, 2001). Dan James A. Banks dalam bukunya
”Multicultural Education,” mendefinisikan Pendidikan Multikultural sebagai ide, gerakan
pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk
mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa
berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan
kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai
prestasi akademis di sekolah.
Tujuan pendidikan dengan berbasis Multibudaya dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a) Untuk mengfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan peserta didik yang
beraneka ragam.
b) Untuk membantu peserta didik dalam membangun perlakuan yang positif terhadap
perbedaan cultural, ras, etnik, dan kelompok keagamaan.
c) Memberikan ketahanan peserta didik dengan cara mengajar mereka dalam mengambil
keputusan dan keterampilan sosialnya.
d) Untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan
memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan.
Prinsip Dasar Literasi Kebudayaan dan Kewargaan yaitu :
1. Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku
Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi kekayaan budaya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku berarti
budaya menjadi jiwa dalam bahasa dan perilaku yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat.
2. Kesenian sebagai Produk Budaya
Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar tentunya menghasilkan
berbagai bentuk kesenian dari berbagai daerah dengan membawa ciri khas
kebudayaan dari daerahnya masing-masing.
3. Kewargaan Multikultural dan Partisipatif
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat,
kepercayaan, dan lapisan sosial. Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan suatu
masyarakat yang mampu berempati, bertoleransi, dan bekerja sama dalam
keberagaman.
4. Nasionalisme
Kesadaraan akan kebangsaan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara. Dengan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya, setiap individu
akan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dan menjunjung tinggi martabat
bangsa dan negaranya
5. Inklusivitas
Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, pandangan dan perayaan
inklusivitas sangat berperan untuk membangun kesetaraan warga. Terbangunnya
sikap inklusif akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk mencari
keuniversalan dari budaya baru yang dikenalnya untuk menyempurnakan kehidupan
mereka.
6. Pengalaman Langsung
Untuk membangun kesadaran sebagai warga negara, pengalaman langsung dalam
bermasyarakat adalah sebuah laku yang besar artinya untuk membentuk ekosistem
yang saling menghargai dan memahami.
Ada beberapa indikator untuk mencapai literasi budaya dan kewarganegaraan, sebagai
berikut :
• Basis Kelas
a. Jumlah pelatihan tentang literasi budaya dan kewargaan untuk kepala sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan;
b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan kewargaan dalam
pembelajaran; dan
c. Jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.
2.3 Peranan Civic Literation dan Multicultural dalam Pembelajaran Biologi Abad 21
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan
lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah
perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan
beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang
mutlak. Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan
budaya nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat
global.
Keberadaan literasi budaya dan kewarganegaraan sangatlah memiliki peranan penting
dalam kehidupan bangsa Indonesia memiliki banyak kekayaan baik segi budaya maupun adat
istiadat. Sehingga literasi budaya dan kewarganegaraan ini mampu mencegah sisi negatif
berupa konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik vertikal dapat terjadi jika antar-
kelompok tidak ada sikap saling menghargai dan menghormati sehingga berpeluang
terjadinya praktik hegemoni terhadap kelompok yang lebih kecil tau kelompok minoritas
(Rosmawaty: 2015). Lebih lanjut, konflik horizontal dapat terjadi pula jika dalam
sebuah interaksi antar-kelompok di mana salah satu kelompok merasa memiliki superioritas
terhadap kelompok lainnya. Bahkan kelompok superiotas ini menganggap hanya
komunitasnyalah yang paling baik, benar, dan utama sedangkan kelompok yang lain
hanyalah pelengkap semata.
Berdasarkan The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan
sejumlah peran pentingnya keberadaan dari Pendidikan Multikultural, yaitu :
1. Memberi konsep diri yang jelas.
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya.
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada setiap
masyarakat.
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi sosial
dan ketrampilan kewarganegaraan (citizenship skills).
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.
Ada beberapa alasan , mengapa begitu pentingnya literasi budaya dan
kewarganegaraan ditanamankan kepada generasi muda karena kuatnya arus budaya global
menghilangkan budaya-budaya lokal/nasional , sebagai identitas bangsa, sebagai alat untuk
penghubung generasi terdahulu, sekarang, dan masa yang akan datang, memahami hak dan
kewajiban sebagai warga negara untuk mendukung perubahan dan pembangunan Indonesia
ke arah yang lebih baik.
2.4 Implemetasi Civic Literation dan Multicultural dalam Pembelajaran Biologi Abad 21
Melalui Pendekatan STEM
Implementasi civic literation dan multicultural dalam pembelajaran biologi abad 21 dapat
diterapkan dengan pendekatan belajara STEM. Pelaksaannya dlam proses belajar dApat
menggunakan beberapa macam model pemBelajaran salah satunya yaitu model problem
basd learning (PBL). PBL memiliki ciri-ciri sebagai pembelajaran yang dimulai dengan
pemberian ‘masalah’, biasanya ‘masalah’ memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara
berkelompok aktif merumuskan masalah, mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka,
mempelajari, dan mencari sendiri materi yang terkait dengan ‘masalah’, serta melaporkan
solusi dari ‘masalah’ (Amir, 2009:12). PBL digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan
untuk melibatkan siswa dan mendukung aktivitasnya, serta membantu siswa untuk mampu
belajar. Menurut (Wilson dan Cole dikutip Suryawati, 2006:12) PBL mengintegrasikan
pembelajaran bidang ilmu dan keterampilan memecahkan masalah, memanfaatkan situasi
yang kolaboratif dan menekankan pada proses belajar untuk belajar dengan memberikan
tanggung jawab maksimal kepada siswa untuk menemukan proses belajarnya. Tahapan PBL
dilakukan berdasarkan Baharom (2011) meliputi 7 tahapan yakni: membentuk kelompok,
mengidentifikasi masalah, menuliskan ide, isu pembelajaran, belajar mandiri, sintesis
aplikasi, serta refleksi dan umpan balik.
Dalam implementasinya diharapkan model PBL ini disesuikan dengan pendekataan
STEM yang mengutamakan ilmu science, technology, engineering, dan mathematic. Namun
tetap didasarkan pada implementasi literasi budaya dan kewarganegaraan yang berbasis
biologi. misal dihubungkan dengan masalah budaya orang Indonesia yang sering salah dalam
emnata gaya hidupnya sehingga akan mempengaruhi kehidupannya. Jadi kegiatan
pembelajaran yang dirancang untuk menghubungkan pengalaman siswa dengan masalah
dunia nyata akan mengubah fokus mereka dalam belajar. Jika siswa menyadari hubungan
antara apa yang mereka pelajari dengan dunia nyata adalah masalah yang penting bagi
mereka, maka motivasi mereka akan meningkat, begitu juga belajarnya. Pengalaman siswa di
sekolah mungkin akan sangat berbeda dari kehidupan mereka di luar sekolah. Penggunaan
konteks dunia nyata adalah komponen kunci dari pembelajaran abad ke-21.Menurut P21
(2007b), hasil penelitian menunjukkan bahwa jika guru menciptakan kegiatan pembelajaran
yang bermakna yang berfokus pada sumber daya, strategi dan konteksnya sesuai dengan
kehidupan siswa, maka tingkat ketidakhadiran menurun, kerjasama dan komunikasi
berkembang, dan keterampilan berpikir kritis dan prestasi akademik meningkat.
Terdapat beberapa macam strategi implementasi literasi budaya dan kewargaan di sekolah :
Residensial
Residensial adalah sebuah program yang membawa siswa ke suatu
komunitas/masyarakat dalam beberapa waktu dengan tujuan mengetahui proses
bermasyarakat, berproses, dan berkarya. Siswa akan tinggal bersama masyarakat dan
mengalami langsung sebuah penyesuaian hidup sebagai pengalaman otentik.
Pengenalan Ketahanan Negara
Ketahanan negara adalah pondasi besar di dalam mempertahankan hidup yang aman
dan damai. Oleh karena itu, siswa perlu diperkenalkan materi ketahanan negara atau
bela negara.
Pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan
Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan bertujuan untuk
memperkaya pengetahuan dalam mengaplikasikan literasi budaya dan kewargaan
dalam pembelajaran.