Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

HUKUM DAN GENDER

Oleh :

Okka Fushigi E.H.G 17.C1.0022

Yemima Octavia 17.C1.0033

Daniel Ferdianto 17.C1.0117

Wanda Swantini 17.C1.0162

Fakultas Hukum dan Komunikasi

Universitas Khatolik Soegijapranata


Sanksi

PP Nomor 10 Tahun 1983 PP Nomor 45 Tahun 1990


Pasal 16 Pegawai Negeri Sipil yang Pasal 15 (1) Pegawai Negeri Sipil yang melanggar
melanggar ketentuan Pasal 3 salah satu atau lebih kewajiban/ ketentuan
ayat (1) dan Pasal 4 ayat (1), Pasal 2 ayat (1), ayat (2), Pasal 3 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3), Pasal 4 ayat (1), Pasal 14, tidak melaporkan
dijatuhi hukuman disiplin perceraiannya dalam jangka waktu selambat-
berupa pemberhentian lambatnya satu bulan terhitung mulai
dengan hormat tidak atas terjadinya perceraian, dan tidak melaporkan
permintaan sendiri sebagai perkawinannya yang kedua/ketiga/keempat
Pegawai Negeri Sipil. dalam jangka waktu selambat-lambatnya
satu tahun terhitung sejak perkawinan
tersebut dilangsungkan, dijatuhi salah satu
hukuman disiplin berat berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil;
(2) Pegawai Negeri Sipil wanita yang
melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (2) dijatuhi
hukuman disiplin pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil;
(3) Atasan yang melanggar ketentuan Pasal 5
ayat (2), dan Pejabat yang melanggar
ketentuan Pasal 12, dijatuhi salah satu
hukuman disiplin berat berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil."
Pasal 17 Pegawai Negeri Sipil yang Pasal 15 (1) Pegawai Negeri Sipil dilarang hidup
melakukan hidup bersama bersama dengan wanita yang bukan istrinya
dengan wanita atau pria atau dengan pria yang bukan suaminya
sebagai suami isteri, dan sebagai suami istri tanpa ikatan perkawinan
setelah ditegur atasannya yang sah dijatuhi salah satu hukuman
sebagaimana dimaksud disiplin berat berdasarkan Peraturan
dalam Pasal 15 masih terus Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
melakukannya, dijatuhi Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai Pegawai
Negeri Sipil.
Pasal 16 Pegawai Negeri Sipil yang menolak
melaksanakan ketentuan pembagian gaji
sesuai dengan ketentuan Pasal 8, dijatuhi
salah satu hukuman disiplin berat
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil."
Pasal 17 (1) Tata cara penjatuhan hukuman disiplin
berdasarkan ketentuan Pasal 15 dan atau
Pasal 16 Peraturan Pemerintah ini
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
(2) Hukuman disiplin berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
terhadap pelanggaran Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 dan Peraturan
Pemerintah ini, berlaku bagi mereka yang
dipersamakan sebagai Pegawai Negeri Sipil
menurut ketentuan Pasal 1 huruf a angka 2
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1983."

Penjelasan :

Terdapat beberapa perbedaan dalam dua peraturan pemerintah yang mengatur mengenai sanksi.
Pada PP Nomor 10 Tahun 1983 pasal 16 mengatur bagaimana sanksi terhadap Pegawai Negeri
Sipil baik pria maupun wanita yang melakukan perceraian/pernikahan lebih dari satu kali tanpa
izin terlebih dahulu terhadap Pejabat maka akan dikenakan sanksi berupa pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan dalam PP Nomor
45 Tahun 1990 pasal 15 mengatur bagaimana sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil baik pria
maupun wanita yang melakukan perceraian/pernikahan lebih dari satu kali tanpa izin terlebih
dahulu terhadap Pejabat maka akan dikenakan berupa salah satu hukuman disiplin berat
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Pada PP Nomor 10 Tahun 1983 menejelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan hidup bersama dengan wanita atau pria sebagai suami isteri, dan setelah ditegur
atasannya tetapi masih terus melakukannya, dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil sedangkan dalam PP
Nomor 45 Tahun 1990 Pegawai Negeri Sipil dilarang hidup bersama dengan wanita yang bukan
istrinya atau dengan pria yang bukan suaminya sebagai suami istri tanpa ikatan perkawinan yang
sah maka akan dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat. Pada PP Nomor 10 Tahun 1993 tidak
diatur Pegawai Negeri Sipil yang menolak melaksanakan ketentuan pembagian gaji terhadap
isteri dalam suatu perceraian. Hal itu diatur dalam PP Nomor 45 Tahun 1990 maka akan
dikenakan sanksi salah satu hukuman berat. Selain itu pada PP nomor 45 Tahun 1990 diatur pula
ketentuan sanksi tidak hanya bagi Pegawai Negeri Sipil tetapi juga bagi mereka yang
dipersamakan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Hak-Hak Perempuan

PP Nomor 10 Tahun 1983 PP Nomor 45 Tahun 1990


Pasal 4 (2) Pegawai Negeri Sipil wanita Pasal 4 (2) Pegawai Negeri Sipil wanita tidak
tidak diizinkan untuk menjadi isteri diizinkan untuk menjadi istri
kedua/ketiga/keempat dari Pegawai kedua/ketiga/keempat.
Negeri Sipil;
(3) Pegawai Negeri Sipil wanita
yang akan menjadi isteri
kedua/ketiga/keempat dari bukan
Pegawai Negeri Sipil, wajib
memperoleh izin lebih dahulu dari
Pejabat;
Pasal 10 (1) Izin untuk beristeri lebih dari Pasal 10 Tidak ada yang mengatur pasal 10
seorang hanya dapat diberikan
oleh Pejabat apabila memenuhi
sekurang-kurangnya salah satu
syarat alternatif dan ketiga syarat
kumulatif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan ayat (3) Pasal
ini;
(2) Syarat alternatif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ialah:
a. a. Isteri tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai isteri;
b. Isteri mendapat cacat badan atau
penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau
c. Isteri tidak dapat melahirkan
keturunan.
(3) Syarat kumulatif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
ialah:
a. Ada persetujuan tertulis dari
isteri;
b. Pegawai Negeri Sipil pria yang
bersangkutan mempunyai
penghasilan yang cukup untuk
me mbiayai lebih dari seorang
isteri dan anak anaknya yang
dibuktikan dengan surat
keterangan pajak penghasilan;
dan
c. Ada jaminan tertulis dari Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan
bahwa ia akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-
anaknya.
Pasal 11 (1) Izin bagi Pegawai Negeri Sipil Pasal 11 Ketentuan Pasal 11 dihapuskan
wanita untuk menjadi isteri seluruhnya.
kedua/ketiga/keempat,
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3), hanya dapat
diberikan oleh Pejabat apabila:
a. Ada persetujuan tertulis dari
isteri bakal suami;
b. Bakal suami mempunyai
penghasilan yang cukup untuk
membiayai lebih dari seorang
isteri dan anak-anaknya yang
dibuktikan dengan surat
keterangan pajak penghasilan;
dan
c. Ada jaminan tertulis dari bakal
suami bahwa ia akan berlaku
adil terhadap isteri-isteri dan
anak-anaknya.
(2) Izin bagi Pegawai Negeri Sipil
wanita untuk menjadi isteri
kedua/ketiga/ keempat,
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3), tidak
diberikan oleh Pejabat apabila:
a. Bertentangan dengan
ajaran/peraturan agama yang
dianut oleh Pegawai Negeri Sipil
wanita yang bersangkutan atau
bakal suaminya;
b. Tidak memenuhi syarat-syarat
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1);
c. Bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku; dan/atau
d. Ada kemungkinan mengganggu
pelaksanaan tugas kedinasan.

Penjelasan :

Pada PP Nomor 10 Tahun 1983 mengenai hak-hak perempuan diatur secara lebih lengkap dari
pada PP Nomor 45 Tahun 1990. Hal ini dapat dibuktikan pada pasal 4 PP Nomor 10 Tahun 1983
berbicara mengenai hak seorang Pegawai Negeri Sipil Negeri wanita yang diperbolehkan
menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari bukan Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan dalam PP
Nomor 45 Tahun 1990 hanya mengatur bagaimana Pegawai Negeri Sipil wanita dilarang untuk
menjadi isteri kedua/ketiga/keempat. Selanjutnya diatur dalam pasal 10 PP Nomor 10 Tahun
1983 bahwa suami dapat menikah lagi bila memenuhi berbagai syarat yaitu Isteri tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai isteri, Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak
dapat disembuhkan; atau Isteri tidak dapat melahirkan keturunan. Sedangkan dalam PP Nomor
45 Tahun 1990, hal tersebut tidak dimuat/tidak ada. Dalam PP Nomor 10 Tahun 1983 pada pasal
11 mengatur izin seorang suami kepada isteri untuk mempunyai isteri lebih dari satu. Selain itu
ada pula izin sebagai wanita untuk menajdi isteri lebih dari satu sedangkan pada PP Nomor 45
Tahun 1990, ketentuan pada pasal 10 dihapus.
Cerai

PP Nomor 10 Tahun 1983 PP Nomor 45 Tahun 1990


Pasal 3 (1) Pegawai Negeri Sipil yang akan Pasal 3 (1) Pegawai Negeri Sipil yang akan
melakukan perceraian wajib melakukan perceraian wajib
memperoleh izin lebih dahulu dari memperoleh izin atau surat
Pejabat. keterangan lebih dahulu dari pejabat;
(2) Permintaan untuk memperoleh (2) Bagi Pegawai Negeri sipil yang
izin sebagaimana dimaksud dalam berkedudukan sebagai penggugat
ayat (1) diajukan secara tertulis. atau bagi pegawai negeri sipil yang
(3) Dalam surat permintaan izin berkedudukan sebagai tergugat
perceraian harus dicantumkan alasan untuk memperoleh izin atau surat
yang lengkap yang mendasari keterangan sebagaimana dimaksud
permintaan izin perceraian itu. dalam ayat (1) harus mengajukan
permintaan secara tertulis;
(3) Dalam surat permintaan izin atau
pemberitahuan adanya gugatan
perceraian untuk mendapatkan surat
keterangan, harus dicantumkan
alasan yang lengkap yang
mendasarinya.

Pasal 5 (2) Setiap atasan yang menerima Pasal 5 (2) Setiap atasan yang menerima
permintaan izin dari Pegawai Negeri permintaan izin dari Pegawai Negeri
Sipil dalam lingkungannya, baik Sipil dalam lingkungannya, baik
untuk melakukan perceraian atau
untuk melakukan perceraian dan
untuk beristeri lebih dari seorang,
maupun untuk menjadi isteri atau untuk beristri lebih dari
kedua/ketiga/keempat, wajib seorang, wajib memberikan
memberikan pertimbangan dan pertimbangan dan meneruskannya
meneruskannya kepada Pejabat kepada Pejabat melalui saluran
melalui saluran hierarki dalam hierarki dalam jangka waktu
jangka waktu selambat-lambatnya 3 selambat-lambatnya tiga bulan
(tiga) bulan terhitung mulai tanggal
terhitung mulai tanggal ia menerima
ia menerima permintaan izin
dimaksud. permintaan izin dimaksud.
Pasal 6 (1) Pejabat yang menerima Pasal 8 (4)Pembagian gaji kepada bekas istri
permintaan izin untuk melakukan tidak diberikan apabila alasan
perceraian sebagaimana dimaksud perceraian disebabkan karena istri
dalam Pasal 3 wajib memperhatikan berzinah, dan atau istri melakukan
dengan seksama alasan-alasan yang kekejaman atau penganiayaan berat
dikemukakan dalam surat permintaan baik lahir maupun batin terhadap
izin dan pertimbangan dari atasan suami, dan atau istri menjadi
Pegawai Negeri Sipil yang pemabuk, pemadat, dan penjudi
bersangkutan. yang sukar disembuhkan, dan atau
(2) Apabila alasan-alasan dan syarat- istri telah meninggalkan suami
syarat yang dikemukakan dalam selama dua tahun berturut-turut
permintaan izin tersebut kurang tanpa izin suami dan tanpa alasan
meyakinkan, maka Pejabat harus yang sah atau karena hal lain di luar
meminta keterangan tambahan dari kemampuannya.
isteri/suami dari Pegawai Negeri (6) Ketentuan sebagaimana
Sipil yang mengajukan permintaan dimaksud dalam ayat (5) tidak
izin itu atau dari pihak lain yang berlaku, apabila istri meminta cerai
dipandang dapat memberikan karena dimadu, dan atau suami
keterangan yang meyakinkan. berzinah, dan atau suami melakukan
(3) Sebelum mengambil keputusan, kekejaman atau penganiayaan berat
Pejabat berusaha lebih dahulu baik lahir maupun batin terhadap
merukunkan kembali suami isteri istri, dan atau suami menjadi
pemabuk, pemadat, dan penjudi
yang bersangkutan dengan cara
yang sukar disembuhkan, dan atau
memanggil mereka secara langsung suami telah meninggalkan istri
untuk diberi nasehat. selama dua tahun berturut-turut
tanpa izin istri dan tanpa alasan yang
sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya.
Pasal 7 (1) Izin untuk bercerai dapat Pasal Pemberian atau penolakan
diberikan oleh Pejabat apabila 12 pemberian izin untuk melakukan
didasarkan pada alasan-alasan yang perceraian atau sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan perundang- dimaksud dalam Pasal 3 dan untuk
undangan dan ketentuan-ketentuan beristri lebih dari seorang
dalam Peraturan Pemerintah ini. sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2) Izin untuk bercerai karena alasan 4 ayat (1), dilakukan oleh Pejabat
isteri mendapat cacat badan atau secara tertulis dalam jangka waktu
penyakit dengan akibat tidak dapat selambat-lambatnya tiga bulan
menjalankan kewajibannya sebagai terhitung mulai ia menerima
isteri, tidak diberikan oleh Pejabat. permintaan izin tersebut.
(3) Izin untuk bercerai tidak
diberikan oleh Pejabat apabila
a. bertentangan dengan
ajaran/peraturan agama yang dianut
Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan;
b. tidak ada alasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1),
c. bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
dan/atau
d. alasan yang dikemukakan
bertentangan dengan akal sehat.
Pasal 8 (1) Apabila perceraian terjadi atas Pasal (1) Pegawai Negeri Sipil yang
kehendak Pegawai Negeri Sipil pria 15 melanggar salah satu atau lebih
maka ia wajib menyerahkan sebagian kewajiban/ ketentuan Pasal 2 ayat
gajinya untuk penghidupan bekas (1), ayat (2), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4
isteri dan anak-anaknya. ayat (1), Pasal 14, tidak melaporkan
(2) Pembagian gaji sebagaimana perceraiannya dalam jangka waktu
dimaksud dalam ayat (1) ialah selambat-lambatnya satu bulan
sepertiga untuk Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai terjadinya
pria yang bersangkutan, sepertiga perceraian, dan tidak melaporkan
untuk bekas isterinya, dan sepertiga perkawinannya yang kedua /ketiga
untuk anak atau anak-anaknya. /keempat dalam jangka waktu
(3) Apabila dari perkawinan tersebut selambat-lambatnya satu tahun
tidak ada anak maka bagian gaji yang terhitung sejak perkawinan tersebut
wajib diserahkan oleh Pegawai dilangsungkan, dijatuhi salah satu
Negeri Sipil pria kepada bekas hukuman disiplin berat berdasarkan
isterinya ialah setengah dari gajinya. Peraturan Pemerintah Nomor 30
(4) Apabila perceraian terjadi atas Tahun 1980 tentang Peraturan
kehendak isteri, maka ia tidak berhak Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
atas bagian penghasilan dari bekas (2) Pegawai Negeri Sipil wanita
suaminya. yang melanggar ketentuan Pasal 4
(5) Ketentuan sebagaimana ayat (2) dijatuhi hukuman disiplin
dimaksud dalam ayat (4) tidak pemberhentian tidak dengan hormat
berlaku, apabila isteri meminta cerai sebagai Pegawai Negeri Sipil;
karena dimadu. (3) Atasan yang melanggar
(6) Apabila bekas isteri Pegawai ketentuan Pasal 5 ayat (2), dan
Negeri Sipil yang bersangkutan Pejabat yang melanggar ketentuan
kawin lagi, maka haknya atas bagian Pasal 12, dijatuhi salah satu
gaji dari bekas suaminya menjadi hukuman disiplin berat berdasarkan
hapus terhitung mulai ia kawin lagi. Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil."

Pasal Pegawai Negeri Sipil yang akan


12 melakukan perceraian atau akan
beristeri lebih dari seorang yang
berkedudukan sebagai :
(1) Pimpinan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, Menteri,
Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, Gubernur
Bank Indonesia, Kepala Perwakilan
Republik Indonesia di Luar Negeri,
dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I, wajib meminta izin lebih
dahulu dari Presiden.
(2) Bupati/Walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II termasuk Walikota
di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dan Walikota Administratif, wajib
meminta izin lebih dahulu dari
Menteri Dalam Negeri.
(3) Pimpinan Bank milik Negara
kecuali Gubernur Bank Indonesia
dan pimpinan Badan Usaha milik
Negara, wajib meminta izin lebih
dahulu dari Menteri yang secara
teknis membawahi Bank milik
Negara atau Badan Usaha milik
Negara yang bersangkutan.
(4) Pimpinan Bank milik Daerah dan
pimpinan Badan Usaha milik
Daerah, wajib meminta izin lebih
dahulu dari Kepala Daerah yang
bersangkutan.
Pasal Pemberian atau penolakan pemberian
13 izin untuk melakukan perceraian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3, untuk beristeri lebih dari seorang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1), atau untuk menjadi isteri
kedua/ ketiga/keempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3),
dilakukan oleh Pejabat secara tertulis
dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung
mulai tanggal ia menerima
permintaan izin tersebut.
Penjelasan :

Tentang cerai tidak banyak perubahan pada PP Nomor 45 Tahun 1990, contohnya PP Nomor 10
Tahun 1983 Pasal 6, Pejabat yang menerima permintaan izin untuk melakukan perceraian wajib
memperhatikan alasan-alasan yang dikemukakan dalam surat permintaan izin dan apabila
alasan-alasan yang dikemukakan kurang meyakinkan maka pejabat harus meminta keterangan
tambahan dari istri/suami yang mengajukan permintaan izin itu, dan sebelum mengambil
keputusan pejabat berusaha dulu untuk merukunkan suami istri yang bersangkutakan. Sedangkan
pada PP Nomor 45 Tahun 1990 tidak ada perubahan mengenai pasal tersebut. PP Nomor 10
Tahun 1983 Pasal 7 diatur tentang Izin untuk bercerai karena alasan isteri mendapat cacat badan
atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri, tidak
diberikan oleh Pejabat, dan Izin untuk bercerai tidak diberikan oleh Pejabat apabila bertentangan
dengan ajaran/peraturan agama yang dianut Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan/atau alasan yang
dikemukakan bertentangan dengan akal sehat. Sedangkan pada PP Nomor 45 Tahun 1990 tidak
ada perubahan mengenai pasal tersebut.

Pada PP Nomor 10 Tahun 1983 mengenai cerai diatur saling melengkapi dengan PP Nomor 45
Tahun 1990, beberapa perbedaannya. Pada PP Nomor 10 Tahun Pasal 3 dijelaskan Permintaan
untuk memperoleh izin perceraian diajukan secara tertulis. Sedangkan pada PP Nomor 45 Tahun
1990 Pasal 3 dijelaskan bagi Pegawai Negeri sipil yang berkedudukan sebagai penggugat atau
bagi pegawai negeri sipil yang berkedudukan sebagai tergugat untuk memperoleh izin atau surat
keterangan perceraian harus mengajukan permintaan secara tertulis, pada PP ini lebih dijelaskan
tentang penggugat/tergugat.
Pegawai Negeri Sipil

PP Nomor 10 Tahun 1983 PP Nomor 45 Tahun 1990


Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang Pasal Pegawai Negeri Sipil dilarang hidup
dimaksud dengan 14 bersama dengan wanita yang
a. Pegawai Negeri Sipil adalah: bukanisterinya atau dengan pria
1. Pegawai Negeri Sipil sebagaimana yang bukan suaminya sebagai suami
dimaksud dalam Undang-undang tanpa ikatan perkawinan yang sah.
Nomor 8 Tahun 1974;
2. Yang dipersamakan dengan
Pegawai Negeri Sipil yaitu
(a) Pegawai Bulanan di samping
pensiun;
(b) Pegawai Bank milik Negara;
(c) Pegawai Badan Usaha milik
Negara;
(d) Pegawai Bank milik Daerah;
(e) Pegawai Badan Usaha milik
Daerah;
(f) Kepala Desa, Perangkat Desa, dan
petugas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di Desa;
b. Pejabat adalah :
1. Menteri;
2. Jaksa Agung;
3. Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen;
4.Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara
5. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;
6. Pimpinan Bank milik Negara;
7. Pimpinan Badan Usaha milik
Negara;
8. Pimpinan Bank milik Daerah;
9. Pimpinan Badan Usaha milik
Daerah;
Pasal 2 (1) Pegawai Negeri Sipil yang
melangsungkan perkawinan pertama,
wajib memberitahukannya secara
tertulis kepada Pejabat melalui saluran
hierarki dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun setelah
perkawinan itu dilangsungkan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berlaku juga bagi
Pegawai Negeri Sipil yang telah
menjadi duda/janda yang
melangsungkan perkawinan lagi
Pasal (1) Pegawai Negeri Sipil dilarang
15 hidup bersama dengan wanita atau pria
sebagai suami isteri tanpa ikatan
perkawinan yang sah.
(2) Setiap atasan wajib menegur
apabila ia mengetahui ada Pegawai
Negeri Sipil bawahan dalam
lingkungannya yang melakukan hidup
bersama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1).
Penjelasan :

Pada PP Nomor 10 Tahun 1983 mengenai Pegawai Negeri Sipil diatur secara lebih lengkap dari
pada PP Nomor 45 Tahun 1990. Hal ini dibuktikan pada PP Nomor 10 Tahun 1983 Pasal 1
dijelaskan yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil, yang disamakan dengan Pegawai Negeri
Sipil dan Pejabat. Sedangkan pada PP Nomor 45 Tahun 1990 tidak dijelakan mengenai hal
tersebut. Pada PP Nomor 10 Tahun 1983 Pasal 15 Setiap atasan wajib menegur apabila ia
mengetahui ada Pegawai Negeri Sipil bawahan dalam lingkungannya yang melakukan hidup
bersama sebagai suami isteri tanpa ikatan perkawinan yang sah, tetapi pada PP Nomor 45 Tahun
1990 tidak diatur mengenai hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai