Anda di halaman 1dari 10

A.

Prinsip Dasar Kepemimpinan


Memahami konsep kepemimpinan tidak terlepas dari mempelajari
perilaku, karakteristik, dan gaya dari individu yang diserahi tanggung
jawab untuk memimpin. Meski dalam penerapannya berbeda antara
individu satu dengan lainnya, akan tetapi secara esensi adalah sama,
tergantung dimana organisasi itu hidup. Selain itu organisasi dalam bentuk
apapun tentunya membutuhkan posisi seseorang untuk memimpin
organisasi tersebut. Kepemimpinan sendiri merupakan kemampuan atau
kecerdasan seseorang untuk mendorong sejumlah orang agar bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama
(Suarga, 2017).
Menurut sondang P. Siagian kepemimpinan merupakan motor
penggerak dari semua sumber-sumber dan alat-alat (resource) yang
tersedia bagi suatu organisasi. Tugas dasar pemimpin adalah membentuk
dan memelihara lingungan dimana manusia bekerja sama dalam suatu
kelompok yang terorganisir dengan baik, menyelesaikan tugas mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Sagala, 2013:143).
Menurut Bass, kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara
anggota suatu kelompok sehingga pemimpin merupakan agen pembaharu,
agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih mempengaruhi orang
lain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka, dan
kepemimpinan itu sendiri timbul ketika satu anggota kelompok mengubah
motivasi kepentingan anggota lainnya dalam kelompok (Engkoswara dan
Aan Komariah, 2012:177).
Dari beberapa pendapat diatas terlihat bahwa kepemimpinan
merupakan aktivitas membujuk orang lain dalam suatu kelompok agar
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang kegiatannya
meliputi membimbing, mengarahkan, memotivasi, tindakan atau tingkah
laku orang lain.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang pimpinan harus
memiliki prinsip agar pengaruh kepemimpinannya dapat diarahkan pada
gerak tujuan yang ditetapkan. Menurut Covey (1997) prinsip adalah
bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Prinsip merupakan
suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang
ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang
bijaksana, dan kekuatan. Berikut merupakan prinsip-prinsip
kepemimpinan menurut Covey (1997) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup : tidak hanya melalui pendidikan
formal, tetapi juga di luar sekolah, contohnya, belajar melalui
membaca, menulis, observasi, dan mendengarkan. Mempunyai
pengalaman yang baik maupun buruk sebagi sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan : seorang pemimpin tidak dilayani tetapi
melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani
berdasarkan karier sebagi tujuan utama. Dalam memberi pelayanan,
pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energy yang positif : setiap orang mempunyai energi dan
semangat menggunakan energi positif didasarkan keikhlasan dan
keinginan mendukung kesuksesan orang lain.
Sedangkan prinsip-prinsip kepemimpinan menurut Faraz (2011) yaitu:
1. Tentukan sasaran dan tujuan bersama anggota kelompok.
2. Bantu anggota untuk mencapai tujuan/sasaran kelompok.
3. Koordinasi kegiatan kerja.
4. Bantu anggota agar dapat menyesuaikan diri dengan kelompok.
5. Tunjukkkan bahwa orientasi kita adalah kelompok, bukan perorangan.
6. Tunjukkan perhatian manusiawi.
Menurut Bernes dalam buku Nasharuddin (2014) mengatakan
bahwa seorang pemimpin dalam tim kaizen memfokuskan perhatiannya
pertama kepada manusia baru kemudian pada hasilnya, sehingga tanggung
jawab pemimpin merupakan kebalikan dari tugas supervisor. Prinsip
kepemimpinan kaizen menurut Bernez dikemukakan dengan
mempertimbangkan bahwa kaizen mengandung sembilan prinsip, yaitu:

2
1. Mengadakan peningkatan secara terus menerus.
Sudah menjadi sifat alamiah suatu tugas dapat dilaksanakan secara
sukses, maka kita pengalihan perhatian pada suatu yang
baru.Keberhasilan bukanlah suatu hasil akhir dari suatu tugas,
keberhasilan.
2. Mengakui masalah secara terbuka.
Keterbukaan sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan
mengatasi berbagai masalah dengan cepat, dan juga sama secepatnya
dapat mewujudkan kemampuan.
3. Mempromosikan keterbukaan, bagi organisasi tradisional, ilmu
pengetahuan adalah kekuasaan pribadi. Tetapi bagi organisasi kaizen,
ilmu adalah untuk saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang
mendukungnya adalah sumber efisiensi yang besar.
4. Menciptakan tim kerja.
Dalam organisasi Kaizen tim adalah bahan bangunan dasar yang
membentuk struktur organisasi. Masing-masing karyawan secara
individual memberikan sumbangan berupa reputasi akan efisiensi,
prestasi kerja dan peningkatannya.
5. Memberikan proses hubungan kerja yang benar.
Dalam organisasi kaizen tidak menyukai hubungan yang saling
bermusuhan dan penuh kontroversi yang terjadi dalam perusahaan
secara murni berpusat pada hal-hal yang memiliki kultur yang saling
menyalahkan.
6. Mengembangkan disiplin pribadi.
Disiplin di tempat kerja merupakan sifat alamiah dan menuntut
pengorbanan pribadi untuk menciptakan suasana harmonis dengan
rekan sekerja di dalam tim dan prinsipprinsip utama perusahaan,
sehingga sifat-sifat individual yang terpenting bisa tetap terjaga.
7. Memberikan informasi pada karyawan.
Informasi merupakan hal yang penting dalam perusahaan kaizen.
Para pemimpin dan para manajer mengakui bahwa karyawan tidak

3
dapat diharapkan untuk berpartisipasi melebihi tugas sehari-hari
mereka.
8. Sebagai contoh tugas mereka dalam sistem sasaran perusahaan, siklus
kaizen atau siklus kualitas tim-tim proyek.
9. Memberikan wewenang pada setiap karyawan.
Melalui pelatihan berbagai keahlian, dorongan semangat, tanggung
jawab, pengambilan keputusan, akses sumber-sumber data dan
anggaran, timbal balik reputasi perusahaan, dan penghargaan, maka
para karyawan kaizen memilih kekuatan untuk cara memengaruhi
urusan diri mereka sendiri dan urusan perusahaan.
Menurut Rini (2005), prinsip dasar kepemimpinan yaitu:
1. Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses
belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan
mereka. Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran
ketidaktahuan mereka juga membesar. Mereka belajar terus dari
pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan
orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat
baru.
2. Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan saat ini sebagai misi,
buka karier. Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka
bisa menolong dan melayani orang lain. Inti kepemipinan yang
berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.
Pemimpin yang tak mau memikul beban orang lain akan menemukan
kegagalan. Tak cukup hanya memiliki kemampuan intelktual,
pemimpin harus mau menerima tanggung jawab moral, pelayanan dan
sumbangsih.
3. Secara fisik pemipin yang berprinsip memiliki air muka yang
menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah,
antusias, penuh harap dan mempercayai. Mereka memancarkan energi
positif yang akan mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Dengan

4
energi ini mereka selalu tampil sebagai juru damai, penengah, untuk
menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.
4. Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin
orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi
secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka
tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat
mereka tidak menjadi naif.
5. Pemimpin yang berprinsip bukan ektrimis. Mereka tidak menerima atau
menolak sama sekali. Mereka sadar dan penuh pertimbangan dalam
tindakannya. Ini membuat mereka seimbang. Tidak berlebihan, mampu
menguasai diri dan bijak. Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja,
tidak fanatik, tidak menjadi budak rencana-rencana. Dengan demikian
mereka jujur pada diri sendiri, mau mengakui kesalahan dan melihat
keberhasilan sebagai hal yang sejalan berdampingan dengan kegagalan.
6. Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini
sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa
aman mereka datang dari dalam diri bukan luar. Mereka menjadi penuh
kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis dan cerdik. Karena
berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun
fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar
menjalani kehidupan yang berkelimpahan.
7. Pemimpin yang beerprinsip itu sinergik. Mereka adalah katalis
perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi
lebih baik. Karena itu mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan
kreatif. Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergik,
pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar
kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima
sedikit.

5
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Menurut Komang Ardana dan Ni Wayan Mujiati (2008) dalam
buku Prilaku Organisasi mengatakan ada beberapa faktor tertentu yang
dapat mempengaruhi proses kepemimpinan dalam suatu organisasi, faktor
tersebut antara lain adalah:
a. Karakteristik pribadi pemimpin
Karakteristik pribadi pemimpin yang sangat menonjol adalah
inteligensi. Umumnya pemimpin akan mempunyai taraf inteligensi
yang lebih tinggi dari pada yang dipimpin. Selain itu ada karakteristik
lain seperti kecerdasan dan memotivasi.
b. Kelompok yang dipimpin
Kumpulan dari pada karakteristik pribadi seorang pemimpin
seperti yang diuraikan di atas itu belum berarti apa-apa, sebelum ia
menggunakan sebagai alat untuk menginterpretasi tujuan yang harus
dicapai olehnya.
c. Situasi
Setiap pemimpin akan berfungsi pada suatu situasi, yang berupa
situasi manusia, fisik, dan waktu. Tiap-tiap perubahan situasi
membutuhkan perubahan dalam macam kemampuan memimpin.
Dengan pengertian bahwa setiap situasi adalah unik, maka untuk tiap
situasi dibutuhkan pemimpin yang spesifik dan fleksibel untuk
menghadapi situasi yang dahsyat.

C. Sifat-Sifat Kepemimpinan
Menurut Vietzal dkk (2013) mengatakan ada beberapa sifat penting dalam
kepemimpinan, sifat-sifat tersebut adalah;
1. Energi
Untuk tercapainya kepemimpinan yang baik memang diperlukan
energi yang baik pula, jasmani maupun rohani. Seorang pemimpin
harus sanggup bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu yang
tidak tertentu. Sewaktu-waktu dibutuhkan tenaganya, ia harus sanggup

6
melaksanakannya mengingat kedudukannya dan fungsinya. Karena itu
kesehatan fisik dan mental benar-benar diperlukan bagi seorang
pemimpin.
2. Memiliki stabilitas emosi
Seorang pemimpin yang efektif harus melepaskan dari
purbasangka, kecurigaan terhadap bawahan-bawahannya. Sebaliknya ia
harus tegas, konsekuen dan konsisten dalam tindakan-tindakannya,
percaya diri sendiri dan memiliki jiwa sosial terhadap bawahannya.
3. Motivasi pribadi
Keinginannya untuk memimpin harus datang dari dorongan batin
pribadinya sendiri, dan bukan paksaan dari luar dirinya. Kekuatan dari
luar hanya bersifat stimulus saja terhadap keinginankeinginan untuk
menjadi pemimpin. Hal tersebut tercermin dalam keteguhan
pendiriannya, kemauan yang keras dalam bekerja dan penerapan sifat-
sifat pribadi yang baik dalam pekerjaannya.
4. Kemahiran mengadakan komunikasi
Seorang pemimpin harus memiliki kemahiran dalam
menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini
sangat penting bagi pemimpin untuk mendorong maju bawahan,
memberikan atau menerima informasi bagi kemajuan organisasi dan
kepentingan bersama.
5. Kecakapan mengajar
Sering kita dengar bahwa seorang pemimpin yang baik pada
dasarnya adalah seorang guru yang baik. Mengajar adalah jalan yang
terbaik untuk memajukan orang-orang atas pentingnya tugas-tugas yang
dibebankan atau sebagainya.
6. Kecakapan sosial
Seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang bawahannya.
Ia harus mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan bawahan,
sehingga mereka benar-benar memiliki kesetiaan bekerja di bawah
kepemimpinannya.

7
7. Kemampuan teknis
Meskipun dikatakan bahwa Semakin tinggi tingkat kepemimpinan
seseorang, makin kurang diperlukan kemampuan teknis ini, karena
lebih mengutamakan manajerial skillnya, namun sebenarnya
kemampuan teknis ini diperlukan juga. Karena dengan dimilikinya
kemampuan teknis ini seorang pemimpin akan lebih udah dikoreksi bila
terjadi suatu kesalahan pelaksanaan tugas.

D. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan


Dalam melakukan tugas keperawatan dibutuhkan kerjasama antar
berbagai lini dalam rumah sakit guna kelancaran tugas dan kegiatannya.
Tidak mungkin seorang perawat mampumelaksanakan tugasnya jika
dilakukan seorang diri tanpa melibatkan bantuan atasan dan rekannya.
Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam
menerapkan keterampilan kepemimpinan.
Menurut Kron (1981), terdapat 6 proses untuk menerapkan teori
kepemimpinan dalam keperawatan, yaitu:
1. Perencanaan dan Pengorganisasian (Organizing and Planning)
Dalam ruang perawat, tugas keperawatan haruslah disusun dan
dirancang dengan matang dan teroganisir dengan baik termasuk waktu
pelaksanaan tugas, pelaporan dan sebagainya.Tugas kepala ruang
perawat sangat berperan dalam merencanakan dan mengatur tugas-
tugas keperawatan.
2. Pengarahan dan Penugasan
Pemimpin perawat atau kepala ruang bertanggung jawab
dalam member arahan dan tugas pada perawat guna menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.Tugas apa saja yang mesti
dilakukan ketika berhadapan dengan pasien dari berbagai kalangan.
Pemimpin harus mampu menjelaskan dan mengarahkan bawahannya
dengan baik dan jelas.

8
3. Bimbingan
Dalam keperawatan bimbingan adalah aspek penting yang
tidak boleh diabaikan. Pemimpin harus menunjukkan metode tepat
dalam membimbing rekan dan bawahannya. Bimbingan keperawatan
berupa pengetahuan serta keterampilan keperawatan. Pemimpin
perawat adalah orang yang berpengalaman dan memahami aspek
keparawatan.
4. Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama dan partisipasi sangat dibutuhkan dalam tugas
keperawatan. Tanpa keduanya tugas keperawatan tidak berjalan
optimal. Kerjasama dan partisipasi dapat tercipta jika suasana nyaman
dan demokratis ada dalam organisasi keperawatan. Kerjasama
dilakukan antar atasan, sesame rekan, dan bawahan. Upayakan setiap
individu berpartisipasi aktif dalam tugas sesuai kemampuannya.
5. Koordinasi
Pemimpin dalam keperawatan harus paham bagaimana tugas
dan tanggung jawabnya. Pemimpin keperawatan juga harus
memberikan laporan atas kinerja bawahannya pada atasan. Koordinasi
yang baik sangat dibutuhkan dalam kerja keperwatan.
6. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan adalah penilaian atas kinerja
selama menjalankan tugasnya. Evaluasi tidak bermaksud mencari
kesalahan individu maupun bawahan, namun untuk memperbaiki dan
menyempurnakan segala kekurangan yang pernah terjadi dan berharap
kedepan bias memberikan hasil terbaik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Covey. Stephen R. (1997). Kepemimpinan Yang Berprinsip. Jakarta:


BinarupaAksara
Engkoswara dan Aan Komariah. (2012).l Administrasi pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Faraz, N. J. (2011). Kepemimpinan. Diakses pada tanggal 1 April 2019, dari:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/130682772/pendidikan/materi-
kepemimpinan-leadership-s1-2011.pdf.
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Agung Ayu Sriathi.(2008).Perilaku
Organisasi. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Kron, T., (1981), The management of patient care, 4 Edition, Philadelphia: W. B.
Saunders Company.
Nasharuddin Baidan& Erwati Aziz.(2014)Etika islam dalam
Berbisnis.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Rini, W. A. (2005). Membangun kepemimpinan diri. Jurnal Modernisasi, 1(3),
178-181.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. (2012). Kepemimpinan dan perilaku
organisasi. Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
P.Siagian, Sondang. (1982). Administrasi Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung.
Sagala, Syaiful.(2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kepemimpinan, Memberdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan
Masyarakat dalam Manajemen Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Suarga.(2017). Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Kepala
Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Layanan Administrasi
Pendidikan.Jurnal Idaarah, VI, (1), 23-33.
Vietzal Rivai, Bahtiar dan Boy Rafli Amar, .(2013). Pemimpin dan
Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai