DI SUSUN OLEH:
ACHSAN TUDHONNY
151611913003
TP.2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “proposal penilitian gambaran
tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang penatalaksanaan pengobatan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kendaraan bermotor dibandingkan dengan berjalan kaki. Banyak penderita
DM dikarenakan gaya hidup/perilaku masyarakat yang tidak
memperhatikan pola hidup sehari-hari seperti mengkonsumsi gizi seimbang
dan berolahrga cukup. Perilaku dan gaya hidup yang kurang memperhatikan
pola hidup sehat disebabkan oleh pengetahuan dan pendidikan yang kurang.
(www. media Indonesia.co.id, 2012).
Para penderita diabetes harus terlibat secara aktif dalam
pengobatannya. Seperti pada kebanyakan penyakit lain, dokter meresepkan
obat-obatan dan satu-satunya tanggung jawab bagi pasien adalah untuk
meminumnya secara tepat. Tidak demikian halnya pada diabetes, pasien
harus cermat dalam diet mereka, olahraga lebih sering, mengukur kadar
glukosanya dalam banyak kasus, membuat jadwal dan mematuhinya serta
melakukan pemeriksaan pencegahan (misal. Pengukuran kebocoran
albumin dan urin) dan pemeriksaan (misalnya memeriksa pembesaran mata
pada optalmologi yang berwenang), semua hal ini dilakukan jika pasien
merasa baik (Michael Bryer, 2012).
Berdasarkan fenomena di atas maka tergambar bahwa pasien perlu
memiliki pengetahuan yang baik tentang penatalaksanaan pengobatan
diabetes agar dapat berperilaku yang baik dalam mengatur pola hidupnya.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Analisa gambaran
tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang penatalaksanaan
pengobatan diabetes mellitus”.
2
1.3 Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum:
Mendapatkan gambaran mengenai tingkat pengetahuan pasien
diabetes mellitus tentang penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penderita DM tentang
penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus.
b. Menganalisis gambaran tingkat pengetahuan penderita DM tentang
penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus.
4. Bagi masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan masyarakat tentang DM khususnya penderita DM.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2..1.1Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. (Sunaryo, 2004 : 25).
Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui
cara-cara dan alat-alat tertentu (Suhartono, 2004 : 77).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2003 : 127).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat
bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
saja, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan
seeorang tentu suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif, kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seeorang, semakin banyak
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin
positif terhadap objek tertentu.
Menurut teori WHO yang dikutip Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk
objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overtbehavior). Dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan-pengetahuan
4
yang cukup, di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo,
2003) yaitu:
1. Tahu
Tahu artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah faham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
1. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
2. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
3. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
5
4. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian –penilaian itu
berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-
kriteria yang telah ada.
2. Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok. suatu lingkungan yang kurang mendapatkan tentang informasi
kesehatan terutama tentang diabetes mellitus
.
6
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi kesehatan tentang
diabetes melitus.
7
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%
b. Cukup : Hasil presentase 56%-75%
c. Kurang : Hasil presentase < 56%
8
Diabetes tipe 2 sering disebut DM yang tidak tergantung pada
insulin.Diabetes ini muncul pada usia dewasa dan disebabkan karena
kurangnya produksi insulin atau tidak efektifnya penggunaan insulin oleh
tubuh. Sekitar 90-95% dari kejadian diabetes di seluruh dunia adalah diabetes
tipe 2.
2.2.3 Etiologi
1. Faktor Genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi
dan proses imun lainnya.
2. Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β pancreas.
9
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah:
Poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal,
visus menurun, bisul luka, keputihan.
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah
sebagai berikut:
1) Kesemutan.
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3) Rasa tebal di kulit.
4) Kram.
5) Cape.
6) Mudah mengantuk.
7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
8) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, bahkan
impotensi.
10) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
10
penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, DM, dan stroke. Sebab,
penyebab penyakit kardiovaskuler (PKV) adalah penyumbatan pembuluh
darah dengan dislipedemia sebagai resiko utama.
Sebenarnya dislipedemia adalah kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat),
dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah.
Biasanya, peningkatan proporsi dislipedemia dalam masyarakat disebabkan
oleh kebiasaan mengkonsumsi berbagai makanan rendah serat tinggi lemak,
termasuk gorengan. Karena itu kita bisa mengkonsumsi kacang jepang dan
pie buah sebagai pengganti gorengan.
3. Kebiasaan memakan cemilan
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau makan malam, bisa
menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Namun, ketika kita belum
merasa kenyang, perut biasanya diisi dengan sepotong kue dua potong kue
cemilan, seperti biskuit atau keripik kentang. Padahal biskuit, kripik kentang,
kue dan lainnya mengandung hidrat arang yang tinggi tanpa kandungan
pangan yang memadai, sehingga semua makanan tersebut digolongkan
sebagai glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang
terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikan kadar gula
dalam darah. Untuk menghindari penyakit DM, sebaiknya kita mengkonsumsi
buah potong sebagai pengganti cemilan.
4. Malas beraktivitas
WHO mengatakan bahwa kasus diabetes di negara-negara Asia akan
naik hingga 90% dalam dua puluh tahun ke depan. Kurangnya aktivitas fisik
menyebabkan tubuh mudah terangsang kegemukan dan memiliki resiko
obesitas lebih tinggi, untuk menghindarinya, kita sebaiknya membiasakan diri
untuk bersepeda, jalan kaki atau aktivitas fisik lainnya.
5. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian menemukan bahwa perokok aktif memiliki resiko
DM sebesar 22%. Selain itu, disebutkan pula bahwa kenaikan resiko ini tidak
11
anya disebabkan oleh rokok, tetapi juga kombinasi berbagai gaya hidup tidak
sehat, misalnya pola makan yang buruk dan kurang berolahraga.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi-komplikasi pada Diabetes melitus menurut (Hartini, 2009)
dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan
hiperglikemia. Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetik (KAD),
Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hipoglikemi
yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg % dan gejala yang
muncul yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat
terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Hiperglikemi yaitu apabila kadar
gula darah lebih dari 250 mg % dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi
pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma.
KAD menempati peringkat pertama komplikasi akut disusul oleh
hipoglikemia. Komplikasi akut ini masih merupakan masalah utama, karena
angka kematiannya cukup tinggi. Kematian akibat KAD pada penderita DM
tahun 2003 di negara maju berkisar 9 – 10%. Data komunitas di Amerika
Serikat, Rochester dikutip oleh Soewondo menunjukkan bahwa insidens
KAD sebesar 8 per 1000 pasien Diabetes mellitus per tahun untuk semua
kelompok umur. Hasil pengamatan di Bagian Penyakit Dalam RSCM selama
5 bulan (Januari - Mei) tahun 2002, terdapat 39 pasien KAD yang dirawat
dengan angka kematian 15%.
2. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
di seluruh bagian tubuh (Angiopati diabetik). Angiopati diabetik untuk
memudahkan dibagi menjadi dua yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan
mikroangiopati (mikrovaskuler), yang tidak berarti bahwa satu sama lain
saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan. Komplikasi kronik DM
yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
12
a. Mikrovaskuler :
1) Ginjal.
2) Mata.
b. Makrovaskuler :
1) Penyakit jantung koroner.
2) Pembuluh darah kaki.
3) Pembuluh darah otak.
4) Neuropati: mikro dan makrovaskuler
5) Mudah timbul ulkus atau infeksi : mikrovaskuler dan makrovaskuler.
13
dengan kebutuhan sehingga insulin yang tersedia mencukupi. Disamping itu,
susunan zat gizinya sehat dan seimbang.
3. Olahraga / gerak badan
Olahraga atau latihan jasmani adalah pilar pengendalian diabetes ketiga
yang sangat penting. Olahraga baik untuk kesehatan pada umumnya dan dapat
membantu pengendalian gula darah dan berat badan. Gula darah yang tinggi
juga disebabkan oleh resistensi insulin yang dicetuskan oleh kegemukan.
Apabila kegemukan dikurangi, resistensi juga berkurang. Disamping itu,
olahraga walaupun tanpa menurunkan kegemukan juga dapat mengurangi
resistensi insulin.
4. Obat : tablet atau insulin
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Pada penderita diabetes melitus mempunyai dua masalah yaitu
pancreas yang sakit sehingga produksi insulin kurang atau karena sel
menjadi resisten dan tidak sensitif terhadap adanya insulin. Keadaan itu
akan diperberat jika makan dengan jumlah yang terlalu banyak. Oleh
karena itu, diet dan olahraga harus dipertahankan walaupun sudah
mendapat obat-obatan.
Terdapat berbagai obat yang masing-masing dikelompokan
menjadi :
1) Obat untuk memperbaiki jumlah insulin yang kurang adalah
membantu merangsang pankreas untuk meningkatkan produksi
insulin. Obatnya adalah sulfonylurea dan golongan glinid.
2) Obat untuk memperbaiki hambatan terhadap kerja insulin atau
resistensi insulin pada sel-sel, obatnya adalah yang mengurangi
resisten insulin tersebut, yaitu golongan biguanid (metformin) dan
tiazolidindion (TZD).
3) Obat yang diberikan untuk merangsang insulindan menekan glukogen
inhibitor DPP-IV. Pengobatan dengan OHO hanya berlaku untuk
diabetes tipe-2. Untuk diabetes tipe-1 harus segera diberikan suntikan
insulin.
14
b. Insulin
Untuk diabetes tipe-1, insulin merupakan satu-satunya obat dan
diberikan langsung tanpa pertimbangan lain karena pancreas sudah tidak
menghasilkan insulin. Untuk diabetes tipe-2 insulin biasanya diberikan
dalam berbagai kondisi :
1) Apabila bermacam jenis OHO sudah diberikan maksimum, tetapi gula
darah tetap tidak terkendali, obat diganti insulin.
2) Insulin biasanya diberikan sebagai obat pertama pada penderita yang
waktu datang berobat berat badannya sudah turun dratis dalam waktu
singkat dengan gula darah yang tinngi.
3) Insulin biasanya juga diberikan apabila penderita menderita infeksi
hebat atau menjalani operasi besar
4) Pada komplikasi seperti gagal ginjal, gagal hati dan gagal jantung
yang berat, OHO biasanya harus segera dihentikan dan langsung
diganti insulin.
15
1. Edukasi
2. Pengaturan makanan (diet)
3. Olahraga / gerak badan
4. Obat : tablet atau insulin
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
b. Insulin
Kerangka Teori
Pengertian
Klasifikasi
Penyebab
Tingkat
Pengetahuan
penderita DM
Penatalaksanaan
pengobatan DM
Aktivitas Farmakolo
Fisik/ gis/ Obat
Edukasi Diet
Olahraga
Tingkat Pengetahuan:
Keterangan: - Tinggi
- Sedang
: Diteliti
- Rendah
: Tidak diteliti
: Berhubungan
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2007). Sampel
17
merupakan sebagian dari sejumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Hidayat, 2007). Sampel merupakan bagian populasi yang
akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Hidayat, 2007).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita Diabetes
Mellitus di dusun bangkalan Lamongan dalam kurun waktu 1 bulan.
3.2.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008).
Pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah total sampling
yaitu suatu teknik penetapan sampling dengan cara menjadikan semua
populasi sebagai sampel penelitian. (Nursalam, 2008).
18
3.4.2 Pelaksanaan
Cara kerja dan teknik pengumpulan data:
1. Membuat instrument (kuesioner)
2. Menyebarkan kuisoner kepada responden
3. Melakukan scoring dan tabulating data
19
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama responden tidak akan di cantumkan pada lembar kuesioner, dan
untuk mengetahui keikutsertaan responden maka peneliti akan memberi kode
pada lembar kuesioner.
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada lembar kuesioner tetapi lembar tersebut tetap diberi kode
(Hidayat, 2007).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi di jamin oleh peneliti dengan cara hanya
menyajikan / melaporkan data tertentu.
20
DAFTAR PUSTAKA
21