DISUSUN OLEH
NAMA : YULIANA, AMK
NIP : 19821008 201001 2 008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul” Tuberculosisi Paru ( TBC) ”. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh Staf puskesmas yang telah membantu
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat memberikan inspirasi baru bagi
pembaca, sehingga dapat menambah sedikit pengetahuan dan wawasan pembaca. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tuberkulosisi Paru (TBC)
B. Gejala TBC
C. Diagnosis TBC
D. TBC Pada Anak
E. Riwayat TBC
F. Pencegahan TBC
G. Pemberantasan TBC
H. Pengobatan TBC
BAB III PENETUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati
urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara
dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun
ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul
satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu
mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap
tentang penyakit TBC .
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa penyakit TBC itu?
2. Bagaimana Etiologi penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penyakit TBC
2. Untuk mengetahui Etiologi penyakit TBC
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TBC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuatsehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis
pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC
merupakan masalah kesehatan,baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian
penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di
antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orangmeninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu
mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap
tentang penyakit TBC.
Definisi TBC menurut beberapa tokoh, TBC paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis(Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan tuberkulosis (TB)
sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai
organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Irman Somantri,Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Gangguan pasa sistem Pernapasan (Jakarta: Salemba
Medika, 2009). Iskandar Junaidi, Penyakit Paru dan Saluran Napas (Jakarta: Buana Ilmu
Populer,2010).
1. PENYAKIT TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang
disebabkan oleh MT. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi dapat menyerang semua
organ atau jaringan tubuh, misalnya pada lymph node, pleura dan area
osteoartikular.Biasanya pada bagian tengah granuloma tuberkel mengalami nekrosis
perkijuan (Depkes RI, 2002).
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang,
usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang,
berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini
dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,miskin,
atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta
kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei
prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa
prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC
pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
Mycobacterium tuberculosis
3. TERJADINYA TBC
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Percikan
dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana.
Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-
6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi
daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).
Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status
gizi buruk. Cirikhas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan
terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang
dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB
berkembang menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu
mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.
C. DIAGNOSIS TBC
Tindakan yang harus segera diambil untuk menangani TBC diantaranya:
1. Anamnesa yaitu melakukan pemeriksaan TBC terhadap seluruh anggota keluarga yang
terkena TBC maupun yang berisiko.
2. Melakukan cek-up fisik secara menyeluruh.
3. Segera mengambil sampel darah, sputum (dahak), serta cairan dari otak untuk melakukan tes
lab.
4. Langkah berikutnya yaitu melakukan pemeriksaan patologis dan anatomis.
5. Melakukan foto dada atau sering disebut dengan ronsen.
6. Melakukan uji tuberculin dari cairan tubuh.
1. DIAGNOSIS PADA DEWASA
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa
dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya
positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung
TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak
mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya
biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya
kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun
gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS
positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan
pemeriksaan foto rontgen dada, untukmendukung diagnosis TB.
a. Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen
positif.
b. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.UPK yang tidak
memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difotorontgen dada.
E. RIWAYAT TBC
Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC yang tinggi
dibandingkantahun sebelumnya. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita
dibandingkan penyakit menular lainnya. Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal
akibat TBC setiap tahun. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari. Setiap
detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4 detik, ada yang sakit akibat
tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh populasi di seluruh dunia terjangkit oleh
penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia ini sudah tertular oleh kuman
TBC (walaupun) belum terjangkit oleh penyakitnya.
Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada sekitar 10/15orang
dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar di udara pada saat
seseorang yang menderita TBC batuk dan bersin, meludah atau berbicara. Kuman
TBC biasanya menyerang paru-paru.
F. PENCEGAHAN TBC
Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
1. Menyembuhkan penderita.
2. Mencegah kematian.
3. Mencegah kekambuhan.
4. Menurunkan tingkat penularan.
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa
sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
a. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
b. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera
dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
c. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
d. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG.Karena
vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.
e. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif.
f. Mars chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu,
misalnya karyawan rumah sakit atau puskemas atau balai pengobatan, penghuni rumag
tahanan dan siswi-siswi pesantren.
g. Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat
reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.
h. Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
i. Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat
di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.
Tips Terbaik Mencegah Penularan TBC
Ingat bahwa di Indonesia, penyakit TBC masih merupakan penyakit epidemiologi, sehingga
jumlah penderita TBC masih sangat banyak dan berpotensi untuk terus menularkan bakteri
TBC. Agar kita dapat tehindar dari penyakit TBC, maka kita dapat melakukan hal-hal
berikut:
1. Imunisasi BCG; imunisasi BCG biasanya didapat ketika bayi. Jika Anda memiliki bayi,
maka berikanlah imunisasi dasar lengkap agar si bayi juga mendapatkan imunisasi BCG.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera mendapatkan pengobatan
sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan menjadi sumber penularan
bakteri TBC.
3. Bagi penderita tidak meludah sembarangan. Pada dasarnya penularan bakteri TBC berasal
dari dahak penderita TBC. Walaupun dahak dari penderita TBC sudah mengering, tetap
berpotensi menyebarkan bakteri TBC melalui udara.
4. Tidak melakukan kontak udara dengan penderita. Bagi Anda yang masih sehat, sebaiknya
membatasi interaksi dengan orang yang menderita TBC atau Anda dapat menggunakan alat
pelindung diri (masker) ketika Anda harus kontak dengan mereka.
5. Minum obat pencegah dan hidup secara sehat.
6. Rumah harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar matahari pagi dapat masuk
ke dalam rumah.
7. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran
8. Tips berikutnya adalah dengan melakukan sinar ultraviolet untuk membasmi bakteri. Sinar
ini bertujuan untuk membasmi bakteri penyebab penyakit TBC tersebut.
9. Tips terakhir untuk mencegah penyakit TBC adalah dengan pemberian obat isoniazid. Obat
ini sangat efektif memberikan dampak terhadap pencegahan TBC. Walaupun hasil uji lab
menunjukkan hasil tes tuberkulin positif, akan tetapi hasil photo ronsen Anda tidak akan
menunjukkan adanya penyakit TBC.ah mengetahui cara mencegah penuaran TBC, segeralah
Anda mengambil tindakan yang bijak agar tetap sehat dan terhindar dari TBC.
G. PEMBERANTASAN TBC
1. TUJUAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci
penularan penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang lebih besar.
PRINSIP OBAT
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a. Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali seminggu selama 4 – 5
bulan.
2. EFEK SAMPING OBAT
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari
ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang
diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu
makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien
harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan.
Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.
I. KASUS TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa dahak seseorang yang
di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak
pertama, Pagi hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis.
Hasil pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan melakukan cros cek/ uji
silang lagi juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak BTA.
Metode Penemuan Kasus TBC paru
Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan tersangka penderita yang
dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan penyuluhan TBC
kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA
+,maka semua orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada
gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa dahaknya.
Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase,
yaitu:
1. Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan
2. Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3. Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat
FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg
INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku Petugas
Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan yang
lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak ada tempat
khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit campak disebabkan oleh
virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang
muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk
memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang
mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2
kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai
jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak
umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi
campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada
lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan ke 8. Jakarta. 2002. p 1-37.
David Arnot, dkk (2009). Pustaka kesehatan Populer Pengobatan Praktis: perawatan Alternatif
dan tradisional, volume 7. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. hlm. 180
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional
PenanggulanganTuberkulosis. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Pengawasan Kualitas Kesehatan
Lingkungan dan Pemukiman, Dirjen P2M & PLP. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Protokol Surveilans HIV diantara pasien TB di
Indonesia. Jakarta : Depkes RI, UGM, Asia Link, KNCV.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Edisi 2:cetakan II, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta.
Fatimah Siti. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan Dengan
Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun 2008 (Tesis). Program Pascasarjana
FKM Undip Semarang.
Goesasi Rachmat, 2011. Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb di Bandung. Jakarta: Rineka Cipta.
Herlina, L. 2007. Tuberkulosis dan faktor risiko kejadian Multidrug ResistantTuberculosis (MDR
TB/Resistensi Ganda). Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan
Epidemiologi Komunitas Universitas Padjadjaran.
Keman, Soedjajadi, 2005, Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman, Journal Kesehatan
Lingkungan , Vol. 2, No. 1, Juli 2005
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penanggulangan TB.Jakarta
Leavell & Clark. 1965. Preventive Medicine for The omDoctor in his Comunity: An
Epidemiologic approach Third Edit. New York: Prentice-Hall Englewood Cliffs, NJ.
Nadia ait-Khaled and Donaldo Enarson. 2003. Tuberculosis, A Manual for medical students. by
WHO.
Noor. 2008. Dasar epidemiologi. Jakarta : Rineka cipta.
Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama.
Suswati, E. 2007. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten Jember. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Biomedis Vol.1 No.1. hal: 11-16
Sitepu, M.Y. 2009. Karakteristik Penderita TB Paru Relapse yang Berobat di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Medan. Soemirat, Juli, 2010,Epidemiologi Lingkungan,
Yogyakarta : Gajah Mada
TBCTA. 2006.International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis, Treatment, Public
Health. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance (TBCTA).
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
http://macampenyakit.com/cara-terbaik-mencegah-penularan-tbc/#sthash.NknwRRxX.dpuf